Ayat
Terjemahan Per Kata
تُولِجُ
Engkau masukkan
ٱلَّيۡلَ
malam
فِي
ke dalam
ٱلنَّهَارِ
siang
وَتُولِجُ
dan Engkau masukkan
ٱلنَّهَارَ
siang
فِي
pada
ٱلَّيۡلِۖ
malam hari
وَتُخۡرِجُ
dan Engkau keluarkan
ٱلۡحَيَّ
yang hidup
مِنَ
dari
ٱلۡمَيِّتِ
yang mati
وَتُخۡرِجُ
dan Engkau keluarkan
ٱلۡمَيِّتَ
yang mati
مِنَ
dari
ٱلۡحَيِّۖ
yang hidup
وَتَرۡزُقُ
dan Engkau beri rezki
مَن
orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
بِغَيۡرِ
dengan tidak/tanpa
حِسَابٖ
perhitungan
تُولِجُ
Engkau masukkan
ٱلَّيۡلَ
malam
فِي
ke dalam
ٱلنَّهَارِ
siang
وَتُولِجُ
dan Engkau masukkan
ٱلنَّهَارَ
siang
فِي
pada
ٱلَّيۡلِۖ
malam hari
وَتُخۡرِجُ
dan Engkau keluarkan
ٱلۡحَيَّ
yang hidup
مِنَ
dari
ٱلۡمَيِّتِ
yang mati
وَتُخۡرِجُ
dan Engkau keluarkan
ٱلۡمَيِّتَ
yang mati
مِنَ
dari
ٱلۡحَيِّۖ
yang hidup
وَتَرۡزُقُ
dan Engkau beri rezki
مَن
orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
بِغَيۡرِ
dengan tidak/tanpa
حِسَابٖ
perhitungan
Terjemahan
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”
Tafsir
(Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan pula siang ke dalam malam) hingga bertambah panjanglah keduanya sebanyak berkurangnya dari yang lain (Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati) misalnya manusia dari sperma dan burung dari telur (Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa terhitung") artinya rezeki yang luas dan amat banyak.
Tafsir Surat Ali-'Imran: 26-27
Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."
Ayat 26
Allah ﷻ berfirman: “Katakanlah!” (Ali Imran: 26) wahai Muhammad dengan mengagungkan Tuhanmu, bersyukur kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya.
“Wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan.” (Ali Imran: 26)
Yakni semua kekuasaan adalah milik-Mu.
“Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki.” (Ali Imran: 26)
Artinya, Engkaulah Yang memberi dan Engkaulah Yang mencegah. Semua apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, dan semua yang tidak Engkau kehendaki pasti tidak akan terjadi. Di dalam ayat ini terkandung isyarat dan bimbingan yang menganjurkan untuk mensyukuri nikmat Allah ﷻ, ditujukan kepada Rasul-Nya dan umatnya. Karena Allah ﷻ mengalihkan kenabian dari kaum Bani Israil kepada nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu dari keturunan kabilah Quraisy yang ummi dari Mekah sebagai penutup semua nabi, serta sebagai utusan Allah kepada segenap manusia dan jin.
Allah ﷻ telah menghimpun di dalam dirinya semua kebaikan yang ada sebelumnya, dan menganugerahkan kepadanya beberapa kekhususan yang belum pernah Allah berikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi dan para rasul sebelumnya. Yang dimaksud adalah dalam hal pengetahuannya tentang Allah dan syariat yang diturunkan kepadanya, pengetahuannya tentang hal-hal yang gaib di masa lampau dan masa mendatang. Allah telah memperlihatkan kepadanya banyak hakikat akhirat, umatnya menyebar ke segenap pelosok dunia dari Timur sampai ke Barat, dan agama serta syariatnya ditampakkan di atas semua agama dan syariat yang lain. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepadanya untuk selama-lamanya sampai hari pembalasan, selama malam dan siang hari masih silih berganti.
Karena itulah Allah ﷻ mengatakan dalam firman-Nya: "Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan’." (Ali Imran: 26), hingga akhir ayat. Yakni Engkaulah Yang mengatur makhluk-Mu, Yang Maha Melakukan semua apa yang Engkau kehendaki. Sebagaimana Allah menyanggah orang-orang yang mengakui dirinya dapat mengatur urusan Allah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: "Dan mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang pembesar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?’"(Az-Zukhruf: 31) Allah berfirman, menyanggah ucapan mereka itu, melalui ayat berikut: "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?" (Az-Zukhruf: 32), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, Kamilah yang ber-tasarruf (tasarruf adalah setiap perilaku yang melahirkan hak dan kewajiban dengan landasan syara) dalam semua ciptaan Kami menurut apa yang Kami kehendaki, tanpa ada seorang pun yang bisa mencegah atau menolak Kami, dan bagi Kamilah hikmah yang sempurna serta hujah(alasan) yang benar dalam hal tersebut. Demikianlah Allah menganugerahkan kenabian kepada siapa yang dikehendaki-Nya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Al-An'am: 124)
Allah ﷻ berfirman: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain.” (Al-Isra: 21), hingga akhir ayat.
Al-Hafidzh ibnu Asakir meriwayatkan di dalam riwayat hidup Ishaq ibnu Ahmad bagian dari kitab tarikh tentang Khalifah Al-Mamun, bahwa ia pernah melihat pada salah satu istana di negeri Rumawi suatu tulisan memakai bahasa Himyariyah. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, ternyata artinya seperti berikut: "Dengan nama Allah, tidak sekali-kali malam dan siang silih berganti, dan tidak pula bintang-bintang beredar pada garis edarnya, melainkan karena berpindahnya nikmat (karunia) dari suatu kekuasaan yang telah sirna kekuasaannya ke kekuasaan yang lain. Sedangkan kekuasaan Tuhan yang memiliki Arasy tetap abadi, tidak akan hilang dan tidak ada yang menyekutuinya."
Firman Allah ﷻ: “Engkau memasukkan malam ke dalam siang, dan Engkau memasukkan siang ke dalam malam.” (Ali Imran: 27)
Yakni salah satunya mengambil kelebihan waktu dari yang lainnya. Maka yang lainnya berkurang hingga keduanya sama panjangnya, lalu yang lain mengambil dari kelebihan yang ini, hingga keduanya berbeda panjang masanya, tetapi lama-kelamaan panjang masa keduanya menjadi sama kembali. Demikianlah terjadi dalam musim-musim sepanjang tahunnya, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur,dan musim dingin.
Firman Allah ﷻ: “Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.” (Ali Imran: 27)
Maksudnya, Engkau mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tumbuh-tumbuhan; buah kurma dari biji kurma, dan biji kurma dari buah kurma. Orang mukmin dari orang kafir, dan orang kafir dari orang mukmin. Ayam dari telur, dan telur dari ayam; dan segala sesuatu mengalami proses seperti ini.
“Dan Engkau beri rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (Ali Imran: 27)
Yakni Engkau memberi orang yang Engkau kehendaki harta benda yang tidak terhitung banyaknya dan sulit untuk ditakar, sedangkan kepada orang lainnya tidak Engkau berikan hal itu. Hal ini Engkau lakukan berdasarkan kebijaksanaan, kehendak, dan kemauan-Mu semata.
Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Zakaria Al-'Ala-i, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Hasan ibnu Farqad, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Umar ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas , dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Asma Allah yang teragung (Ismul A'zam) bila diucapkan dalam doa, niscaya diperkenankan doanya, berada dalam ayat ini, bagian dari surat Ali Imran, yaitu firman-Nya: ‘Katakanlah, wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki.Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'.” (Ali Imran: 26)
Ayat berikut ini juga bukti kekuasaan Allah yang lain. Engkau masukkan malam ke dalam siang sehingga siang menjadi lebih panjang daripada malam, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam sehingga malam lebih panjang daripada siang. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati seperti ayam dari telur, tumbuh-tumbuhan dari biji-bijian, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup seperti keluarnya telur dari ayam dan biji-bijian. Inilah siklus kehidupan yang Engkau atur sedemikian rupa sesuai dengan kekuasaan-Mu. Dan dengan kekuasaanMu juga, Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki baik yang taat maupun yang tidak taat, baik yang mukmin maupun yang kafir, tanpa perhitungan. Jika demikian, maka tidak seorang pun yang mampu mempertanyakan karunia yang diberikan kepada siapa pun, baik berupa kekuasaan, kekayaan, kemudahan mencari rezeki, dan lain-lain. Setelah ayat sebelumnya menjelaskan kekuasaan Allah yang tak terbatas, yang salah satunya memberi rezeki tanpa perhitungan, maka ayat ini melarang kaum mukmin untuk menjadikan orang kafir sebagai wali. Janganlah orang-orang beriman dengan sebenar-benarnya menjadikan orang kafir, baik kafir secara akidah maupun orang yang bergelimang dalam kedurhakaan, sebagai wali, yaitu orang terdekat yang menjadi tempat menyimpan rahasia yang menyangkut kemaslahatan umum, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, yaitu menjadikan orang kafir sebagai wali, niscaya dia tidak akan memperoleh perlindungan dan pertolongan apa pun dari Allah, kecuali apabila yang kamu lakukan itu karena untuk siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka, terkait dengan keselamatan dirimu dan kaum muslim. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri, yakni siksa-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali semua makhluk-Nya.
Bagian malam dimasukkan kepada siang, sehingga waktu malam menjadi lebih pendek dibanding dengan waktu siang. Allah memasukkan bagian siang ke dalam malam, yang menyebabkan waktu malam menjadi panjang dan waktu siang menjadi pendek. Hal ini biasa terjadi di negara-negara yang mempunyai empat musim, sehingga malam lebih panjang daripada siang pada musim dingin.
Tidaklah mengherankan bahwa sesudah adanya kenyataan tersebut, Allah Yang Maha Bijaksana memberikan kenabian atau kerajaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, atau mencabut kenabian dan kerajaan itu dari siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah yang mengurus segala urusan manusia, sebagaimana halnya Dia mengurus perubahan siang dan malam.
Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati seperti mengeluarkan batang kelapa dari bijinya, mengeluarkan manusia dari nutfah, atau mengeluarkan unggas dari telur. Demikian Allah mengeluarkan yang mati dari yang hidup seperti mengeluarkan anak yang bodoh dari orang yang alim, orang kafir dari orang yang mukmin.
Kodrat Allah dijelaskan pula dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan contoh-contoh yang bisa disaksikan oleh manusia, di dalam kejadian sehari-hari. Malam dimasukkan ke dalam siang, siang dimasukkan ke dalam malam, tumbuhan yang hidup dikeluarkan dari tanah yang merupakan benda mati, telur yang merupakan benda mati, dari ayam yang merupakan makhluk hidup.
Ayat di atas berbicara mengenai biji tumbuhan dan tentang "dikeluarkan yang hidup dari yang mati dan dikeluarkan yang mati dari yang hidup". Ayat lain yang mirip dan bahkan lebih jelas adalah Surah al-An'am/6: 95, yang artinya sebagai berikut:
"Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?". (al-An'am/6: 95)
Dari sudut ilmu pengetahuan, hal-hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Ayat ini mengandung pesan bahwa penciptaan bukanlah suatu kebetulan, sebab apabila ini suatu kebetulan, maka dia tidak dapat berkesinambungan. Penciptaan terjadi dalam dua hal yang bertolak belakang. Siapa yang dapat melakukan yang demikian pastilah yang Mahakuasa. Perkataan "mengeluarkan yang hidup dari yang mati" menyatakan kekuasaan Allah membangkitkan orang-orang mati di hari kemudian. Tetapi pembangkitan yang mati menjadi hidup dan sebaliknya juga terlihat pada kejadian sehari-hari dalam proses perkembangan benih tumbuhan.
2. Interpretasi kedua, bahwa biji dijadikan contoh dalam pengaturan siklus antara hidup dan mati yang terus bergulir.
? Bagaimana biji mencontohkan siklus tersebut adalah demikian. Bagi tumbuhan, biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru yang disebut lembaga atau embryo. Dengan biji inilah tumbuhan dapat mempertahankan keturunan jenisnya dan dapat menyebarkannya ke lain tempat. Dalam morfologi tumbuhan dikenal ada biji tertutup yang disebut Angiospermae, dan biji telanjang/terbuka yang disebut Gymnospermae. Biji memiliki keanekaan dalam ukuran, bentuk dengan kulit biji yang berlapis-lapis, dan kekerasan (dari mulai yang lunak sampai dengan yang keras seperti batu). Ketika biji sampai pada kondisi yang diperlukan, maka biji tersebut akan tumbuh dan kulit biji yang menjadi pelindung bagian biji yang ada di dalam akan ditembus oleh lembaga. Bahkan lapisan kulit biji yang sekeras batupun dapat dipecahkannya.
? Siklus kehidupan dan kematian merupakan rahasia keajaiban alam dan rahasia kehidupan. Ciri utama siklus itu adalah bahwa zat-zat hidrogen, karbondioksida, nitrogen,dan garam yang non organik di bumi, berubah menjadi zat-zat organik yang merupakan bahan kehidupan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan berkat bantuan sinar matahari. Selanjutnya zat-zat tersebut kembali mati dalam bentuk kotoran makhluk hidup dan dalam bentuk tubuh yang aus karena faktor disolusi bakteri dan kimia, yang mengubahnya menjadi zat non organik untuk memasuki siklus kehidupan yang baru. Begitulah Sang Pencipta mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan di setiap saat. Siklus ini terus berputar dan hanya terjadi pada makhluk yang diberi kehidupan.
Al-Qur'an mempergunakan pula kata "mati" untuk pengertian "kafir", dan kata "hidup" untuk pengertian "iman" seperti:
Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan. (al-An'am/6: 122)
Lafaz "yang hidup" dipergunakan dalam arti lawan "yang mati", baik yang hidup itu ?issiyyah seperti hidup hewan dan tumbuh-tumbuhan atau pun maknawiyyah seperti ilmu dan iman. "Yang hidup dikeluarkan dari yang mati" dan seterusnya adalah suatu kenyataan, bahwa Allah yang memiliki kekuasaan yang Dia berikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah mengeluarkan seorang penghulu para rasul dari bangsa Arab yang buta huruf. Rasul itu, Muhammad saw, yang menyiapkan mereka dengan kekuatan dan kemauan untuk menjadi umat yang terkuat, yang dapat menghancurkan benteng perbudakaan dan menegakkan kemerdekaan. Sementara itu orang-orang Yahudi (Bani Israil) bergelimang di dalam taqlid, perbudakan dan penindasan raja-raja atau para penguasa.
Allah memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, lalu mencabut pemberian-Nya dari siapa saja yang Dia kehendaki, hanyalah berdasarkan sunah dan hukum-Nya. Segala urusan ada di tangan Allah. Tidak ada seorang pun yang dapat menilai dan memperkirakan perhitungan-Nya. Dialah yang berkuasa mencabut kekuasan dari siapa yang dikehendaki-Nya serta menghinakannya, dan hanya Dia pulalah yang kuasa memberikan kekuasaan itu kepada suatu bangsa serta memuliakannya. Yang demikian itu, amat mudah bagi Allah. Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa balasan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 26
“Katakanlah, ‘Ya, Tuhan yang memiliki segala kekuasaan."
Seluruh kekuasaan di langit dan di bumi, atau segala makhluk yang hidup atau yang beku, atas laut dan darat, gunung dan lembah, atas alam semesta."Engkau berikan kekuasaan kepada barangsiapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari barangsiapa yang Engkau kehendaki." Walaupun bagaimana besar kekuasaan seorang raja diberi oleh Allah, mudah saja bagi-Nya mencabut. Berapa kita lihat raja-raja, sultan-sultan, yang dahulu nenek moyangnya berkuasa besar, sampai pada anak atau cucu, habis kekuasaan tinggallah gelar, habis tanah tinggallah istana. Berapa pula kita lihat orang yang tadinya bukan asal raja, naik memimpin bangsanya, mencapai puncak kekuasaan tertinggi, padahal mungkin dianya hanya bekas budak saja dari raja yang berkuasa tadi. Sebab, seluruh manusia itu hanyalah dari satu keturunan, sama darahnya dan sama dagingnya, sama asal dari tanah kemudian menjadi mani kemudian terbentuk jadi orang, kemudian kembali jadi tanah lagi. Tidak ada darah bangsawan di dunia ini yang keturunannya bukan dari Adam atau bukan dari asal-usul manusia. Timbulnya kekuasaan hanyalah pinjaman sementara dari Allah."Dan Engkau muliakan barangsiapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan barangsiapa yang Engkau kehendaki" Kemudian bisa dianugerahkan Allah walaupun kepada orang yang tidak berpangkat tinggi dan kehinaan bisa pula dijatuhkan Allah walaupun kepada orang yang disebut berpangkat. Sebab, pangkat dan kemuliaan yang diberikan Allah lain coraknya dari yang diperbuat manusia, izzah berarti kemuliaan dan dzillah berarti kehinaan. Izzah bisa juga diartikan gengsi, prestise, atau wibawa. Sinarnya tidak akan dapat ditutup walaupun oleh kemiskinan! Dzillah bisa juga diartikan jiwa rendah, yang tidak dapat disembunyikan walaupun disalut dengan emas."Di tangan Engkau segala kebaikan" yaitu Engkaulah sumber telaga dari segala yang baik di alam ini, dipancarkan-Nya kepada sekalian makhluk-Nya, sehingga semuanya mendapat menurut kadar bagian masing-masing.
"Sesungguhnya, Engkau atas tiap-tiap sesuatu adalah Mahakuasa."
Maka, di dalam rangka kekuasaan Allah, dicabutlah nikmat kekuasaan itu dari Bani Israil. Mahakuasalah Allah menimbulkan suatu kekuasaan baru yang menimbulkan Dunia Baru, yang membuat air bah revolusi dalam alam pikiran manusia, yaitu kedatangan Nabi Muhammad ﷺ yang mulia timbul dari suatu daerah tandus dan gersang di padang pasir, di lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan.
Ayat 27
“Engkau masukkan malam kepada siang dan Engkau masukkan siang kepada malam."
Artinya, Engkau gilirkan peredaran musim, sehari semalam 24 jam, 12 jam mestinya untuk siang dan 12 jam untuk malam, tetapi bilangan siang ataupun sebaliknya, sehingga termasuklah atau tersarunglah sebagian dan hitungan waktu bilangan malam telah termasuk ke siang hari, atau jam bilangan siang termasuk ke dalam malam hari. Kita renungkan edaran siang dan malam ini, yang di dalam edaran itu terjadilah segala peristiwa, sehingga kita dapat mengambil kesan bahwa turun-naiknya suatu bangsa, naik atau turunnya bintang seseorang manusia tali-temali dengan edaran zaman ini, sehingga dari sebabnya kita dapat menghitung perjalanan sejarah. Sejarah bangsa naik dan bangsa jatuh. Sejarah kekuasaan manusia yang bergilir, dahulu budak jajahan sekarang umat mereka. Dahulu dipertuan, sekarang menjadi yang terusir. Kita saja yang kadang-kadang payah menghitung sebelum tahu, tetapi kemudian kita mengakui kebenarannya setelah melihat kenyataan."Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup!' Dilihat ke segala yang kecil, tampaklah dari telur yang belum bernyawa timbul seekor anak ayam dan hidup, dan dari ayam yang hidup keluar telur yang belum bernyawa. Dari yang kecil dapat kita lihat bangkai anjing di pinggir jalan, beberapa hari tergeletak lalu timbul ulat yang kecil-kecil beribu-ribu banyaknya, kemudian menjadi langau dan lalat.
“Dan Engkau memberi rezeki siapa yang Engkau kehendaki dengan tidak berkira."
(ujung ayat 27)