Ayat

Terjemahan Per Kata
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَرَوۡاْ
mereka perhatikan
أَنَّا
bahwasanya Kami
جَعَلۡنَا
Kami telah menjadikan
حَرَمًا
tanah suci
ءَامِنٗا
aman
وَيُتَخَطَّفُ
dan rampok-merampok
ٱلنَّاسُ
manusia
مِنۡ
dari/di
حَوۡلِهِمۡۚ
sekitar mereka
أَفَبِٱلۡبَٰطِلِ
apakah maka dengan yang batil
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
وَبِنِعۡمَةِ
dan dengan nikmat
ٱللَّهِ
Allah
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir/ingkar
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَرَوۡاْ
mereka perhatikan
أَنَّا
bahwasanya Kami
جَعَلۡنَا
Kami telah menjadikan
حَرَمًا
tanah suci
ءَامِنٗا
aman
وَيُتَخَطَّفُ
dan rampok-merampok
ٱلنَّاسُ
manusia
مِنۡ
dari/di
حَوۡلِهِمۡۚ
sekitar mereka
أَفَبِٱلۡبَٰطِلِ
apakah maka dengan yang batil
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
وَبِنِعۡمَةِ
dan dengan nikmat
ٱللَّهِ
Allah
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir/ingkar
Terjemahan

Tidakkah mereka memperhatikan bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya sering mengalami penculikan? Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah?
Tafsir

Dan apakah mereka tidak memperhatikan) tidak mengetahui (bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan) negeri mereka yakni Mekah (tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok) saling bunuh-membunuh dan saling rampok-merampok di antara sesama mereka, berbeda halnya dengan penduduk Mekah. (Maka mengapa kepada yang batil) kepada berhala (mereka percaya dan ingkar kepada nikmat Allah?) Karena kemusyrikan mereka itu.
Tafsir Surat Al-'Ankabut: 67-69
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-'Ankabut: 67-69)
Ayat 67
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman, menceritakan tentang kebaikan yang telah dianugerahkan-Nya kepada orang-orang Quraisy pada tanah suci-Nya, yang telah Dia jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir. Barang siapa yang memasukinya, maka amanlah dia, karena itu mereka berada dalam keamanan yang besar. Sedangkan orang-orang Arab di sekitar mereka saling merampok satu sama lainnya dan saling membunuh, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Al-Quraisy: 1), hingga akhir surat.
Adapun firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-'Ankabut: 67) Yakni apakah rasa syukur mereka atas nikmat-nikmat yang besar itu dilakukan oleh mereka dengan mempersekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala serta sekutu-sekutu selain-Nya? mereka menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim: 28) Mereka kafir kepada Nabi Allah dan hamba serta Rasul-Nya (yakni Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam), padahal yang patut mereka lakukan ialah memurnikan penyembahan hanya kepada Allah dan tidak mem-persekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan membenarkan Rasul-Nya, mengagungkannya, dan menghormatinya.
Tetapi sebaliknya mereka mendustakannya, memeranginya, dan mengusirnya dari kalangan mereka. Karena itulah maka Allah mencabut nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka; dan sebagian dari mereka ada yang terbunuh dalam Perang Badar. Setelah itu kekuasaan berada di tangan Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin; Allah menaklukkan kota Mekah di tangan Rasul-Nya, dan mengalahkan kaum musyrik serta menjadikan mereka orang-orang yang terhina.
Ayat 68
Sesudah itu Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebutkan dalam firman berikutnya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya. (Al-Ankabut: 68) Artinya, tiada seorang pun yang lebih keras mengalami siksaan Allah selain orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadanya, padahal ia tidak menerima wahyu apa pun. Juga orang yang mengatakan bahwa dia dapat membuat hal yang semisal dengan apa yang diturunkan Allah.
Begitu pula tiada seorang pun yang lebih keras menerima siksaan Allah selain orang yang mendustakan perkara yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya. Orang yang pertama dinamakan orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah, dan orang yang kedua adalah orang yang mendustakan perkara yang hak. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (Al-'Ankabut: 68)
Ayat 69
Adapun firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami. (Al-'Ankabut: 69) Mereka adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai hari kiamat.
Benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. (Al-'Ankabut: 69) Yakni Kami benar-benar akan memperlihatkan kepada mereka jalan-jalan Kami di dunia dan akhirat. Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abbas Al-Hamdani Abu Ahmad (seorang ulama dari kalangan penduduk' Akka) sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-'Ankabut: 69) Yaitu orang-orang yang mengamalkan ilmunya, kelak Allah akan memberi mereka petunjuk terhadap apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Ahmad ibnu Abul Hawari mengatakan bahwa ia menceritakan hal tersebut kepada Abu Sulaiman Ad-Darani, dan ternyata Abu Sulaiman merasa kagum dengan takwil ini. Lalu ia berkata, "Tidak layak bagi seseorang yang mendapat inspirasi suatu kebaikan, lalu ia langsung mengamalkannya sebelum ia mendengar hal yang mengukuhkannya dari asar.
Apabila ia telah mendengar hal yang mengukuhkannya dalam asar, barulah ia boleh mengamalkannya, dan hendaklah ia memuji kepada Allah sehingga ucapannya selaras dengan apa yang terkandung di dalam kalbunya." Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut: 69) Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Ja'far Qadi Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam pernah berkata, "Sesungguhnya kebaikan yang hakiki ialah bila kamu berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat terhadap dirimu, dan bukanlah kebaikan yang hakiki itu bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu." Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Mengapa kaum kafir Mekah enggan menyembah Allah' Tidakkah mereka memperhatikan beberapa nikmat Allah, antara lain bahwa Kami telah menjadikan negeri mereka, Mekah, sebagai tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya, yakni di luar Mekah, saling merampok dan saling membunuh sehingga selalu diliputi kecemasan' Setelah kebenaran datang kepada mereka secara gamblang, mengapa mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah dengan tetap menyembah berhala'68. Jika demikian adanya, siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah dengan perilaku syiriknya atau orang yang mendustakan yang hak, yakni kerasulan Nabi Muhammad dan kebenaran Al-Qur'an sebagai kitab yang datang dari Allah, ketika yang hak itu datang kepadanya dengan bukti-bukti yang sangat jelas' Padahal, perilaku semacam itu termasuk kekafiran yang diancam dengan neraka. Bukankah dalam neraka Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir' Pasti. Neraka jahanam adalah tempat kembali orang-orang kafir untuk selama-lamanya.
Ayat ini mengingatkan orang-orang musyrik Mekah akan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka. Allah mengistimewakan mereka dari penduduk negeri-negeri di sekitar mereka dengan menjadikan kota Mekah sebagai negeri yang aman, tenteram, dan diharamkan berperang di sana. Allah menjaga negeri itu dari musuh-musuh yang hendak menghancurkan dan menguasainya, seperti yang pernah terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad. Pada waktu itu, tentara Abrahah yang mengendarai gajah dihancurkan Allah sebelum mereka sempat menjamah Ka'bah.
Allah berfirman:
(1) Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? (2) Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? (3) dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, (4) yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, (5) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (al-Fil/105: 1-5)
Dalam ayat yang lain diterangkan keadaan kota Mekah dan kehidupan orang-orang Quraisy. Allah berfirman:
(1) Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (2) (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. (3) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah), (4) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan. (Quraisy/106: 1-4)
Di sisi lain, negeri-negeri yang berada di sekitar Mekah dalam keadaan tidak aman. Sering terjadi perampokan, pembunuhan, kekacauan, dan peperangan antar kabilah, sehingga orang tidak dapat merasakan kedamaian dan keamanan atas jiwa, keluarga, dan hartanya. Setiap saat penduduknya selalu berada dalam keadaan khawatir diserbu musuh. Pada ayat ini dipertanyakan kepada orang-orang musyrik itu bahwa apakah mereka tidak melihat nikmat yang jelas dan nyata itu? Apakah mereka tidak merasakan sedikit juga bahwa Allah telah mengistimewakan mereka dari penduduk negeri di sekitar mereka. Kenapa mereka tidak meninggalkan penyembahan berhala yang mengotori Ka'bah itu? Sebenarnya orang Mekah telah mengetahui semuanya, tetapi karena keingkaran, mereka mempercayai yang batil dan mengingkari nikmat Allah. Alangkah rendahnya akal mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TEMPELAK KEPADA PENDUDUK MEKAH
Ayat 67
“Dan apakah tidak mereka penhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah jadikan suatu tanah talangan yang aman." (pangkal ayat 67)
Telah dapat diketahui asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat-ayat ini, yang seluruh surah al-'Ankabuut ini diturunkan di Mekah. Pada ayat-ayat yang terdahulu dikupas perangai mereka, yang lupa kepada Allah ﷻ dan hanya mementingkan hidup keduniaan yang penuh dengan senda gurau dan tipu daya.
Kalau dalam masa senang, banyak laba dan keuntungan, mereka lupa akan tujuan hidup, namun apabila bahaya datang, baru mereka teringat kepada Allah ﷻ Maka pada ayat ini diterangkanlah kepada mereka, diingatkan, di mana mereka tinggal, di mana mereka dilahirkan. Semuanya mengakui bahwa mereka berdiam dan umumnya dilahirkan di Mekah. Sejak nenek moyang mereka, yaitu Nabi Ibrahim dan putranya, Isma'il, yang menurunkan mereka, tanah Mekah itu telah dijadikan Tanah Larangan. Populer kita sebut Tanah Haram. Artinya bahwa kehormatan tanah itu dijaga binatang buruannya tidak boleh diburu, pohonnya tidak boleh ditebang, barangsiapa yang masuk ke dalam wilayah tanah itu dijamin keselamatannya, walau musuh buyutan turun-temurun sekalipun. Larangan ini dipegang teguh setia oleh penduduknya turun-temurun. Sehingga walaupun ayah seseorang telah di-bunuh oleh seseorang pembunuh, lalu si pembunuh itu kebetulan bertemu oleh orang yang kematian ayah itu di Tanah Larangan atau Tanah Haram itu, tidaklah dia akan mau mem-balaskan dendamnya, membunuh orang itu selama dia masih dalam Tanah Haram tadi.
Sebab itu selalulah penduduk Tanah Larangan itu hidup dalam aman, tidak ada per-kelahian dan tidak ada pembalasan dendam. Lalu ditentukan pula beberapa bulan, yang dinamai pula Bulan Larangan, yaitu bulan Syawwal, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Rajab yang terpencil sendiri. Dalam bulan yang empat itu pun kalau ada permusuhan kabilah, atau dendam yang belum terbalas, mereka pun tidak akan berperang. Barangsiapa yang melanggar kedua pantang mereka akan dikutuk oleh sumpah nenek moyang.
Inilah yang diperingatkan kembali kepada penduduk Quraisy yang ingkar, tidak mau menerima dakwah Rasulullah itu. Sepatutnyalah mereka ingat kembali bahwa keamanan dalam kampung halaman mereka, negeri Mekah yang al-Mukarramah, yaitu yang dihormati dan dimuliakan, mereka cari sebab-sebabnya, yaitu sumpah setia Nabi Ibrahim setelah Ka'bah selesai didirikan oleh beliau atas perintah Allah ﷻ Keamanan Tanah Larangan itu telah terjamin lebih dari 1.000 tahun, yaitu sejarak masa di antara Nabi Ibrahim dan cucu keturunannya yang sekarang datang membawa kembali seruan Nabi Ibrahim itu. Keamanan seperti ini tidak ada di luar negeri Mekah."Sedangkan manusia culik-menculik di sekitar mereka." Artinya, keluar saja dari Tanah Larangan Sakti itu menurut batas yang telah ditentukan, (yang sampai zaman kita sekarang ini masih dipelihara), keamanan tidak ada lagi. Di antara kabilah dengan kabilah berkelahi. Dan kaum dengan kaum bersengketa. Kadang-kadang rampok-merampok, memperebutkan tanah subur untuk menggembalakan ternak. Memperebutkan sumur yang ada airnya untuk diwilayahi.
Kemudian datanglah ujung ayat berupa pertanyaan, yang mereka disuruh memilih.
“Apakah kepada yang batil mereka akan beriman dan kepada rahmat Allah mereka akan kufur?"
(ujung ayat 67)
Artinya, apakah kepada berrnusuh-musuhan, rampok-merampok, culik-menculik itu mereka akan beriman? Hidup seperti itu jugakah yang akan mereka teruskan?
Kemudian datanglah ayat yang menunjukkan kesalahan langkah mereka selama ini, yang seyogianya mereka pikirkan dan mereka ubah.
Ayat 68
“Dan siapakah lagi yang lebih aniaya daripada orang yang mengada-adakan kedustaan atas Allah." (pangkal ayat 68)
Timbulnya pertanyaan “siapakah lagi" artinya ialah bahwa tidak ada lagi yang lebih aniaya, yang lebih jahat dari orang-orang yang mengada-adakan kedustaan atas Allah ﷻ Itu adalah aniaya paling besar; aniaya kepada diri sendiri dan aniaya kepada pikiran yang sehat. Kedustaan besar itu ialah mengada-adakan pula tuhan lain di samping Allah ﷻ
“Bukankah di dalam nenaka Jahannam tempat bagi orang-orang yang tidak mau pencaya?"
(ujung ayat 68)
Maka yang kita hadapi sekarang adalah salah satu dari dua jalan. Pertama aku ini pembohong, yang tidak dari Allah ﷻ aku katakan dari Allah ﷻ Aku bukan nabi, aku mendakwakan diriku jadi nabi. Kalau memang aku pendusta, tentu masuk neraka Jahannamlah aku. Atau aku berkata benar, lalu kamu dustakan, kamu tidak mau percaya bahwa aku nabi. Kamu tidak mau percaya bahwa yang aku sampaikan itu adalah firman Allah SWT, Maka tidaklah mungkin keduanya kita ini benar. Mesti salah satu di antara kita pembohong. Salah satu di antara kita orang yang sangat zalim, mendustai kebenaran. Sebab itu mestilah salah satu di antara kita masuk neraka Jahannam. Karena tidak ada tempat lain bagi si pembohong hanyalah Jahannam.
Akhirnya berfirmanlah Allah SWT, memberikan pedoman bagi Rasul-Nya dan bagi setiap mereka yang menyediakan jiwa raga menurut jalan Nabi.
Ayat 69
“Dan orang-orang yang benjihad untuk Kami, sesungguhnya mereka akan Kami beri petunjuk jalan-jalan Kami." (pangkal ayat 69)
Artinya ialah bahwa Allah ﷻ memberikan jaminan kepada siapa saja yang telah menyediakan dirinya menempuh jalan Allah ﷻ Mereka tidak berpikir bersimpang siur lagi. Tujuan mereka hanya satu, Allah SWT! Segala sesuatu yang rasa akan merintang telah ditinggalkannya dan pikirannya telah bulat.
Kepada mereka Allah ﷻ berjanji, “Sesungguhnya mereka akan Kami beri petunjuk jalan-jalan Kami."
Karena jiwanya yang telah terbuka itu, meskipun tadinya jalan itu belum diketahuinya, jiwanya yang telah terbuka, yang tulus dan ikhlas, yang bertauhid dan bermakrifat, yang husnuzh zhan (berbaik sangka) kepada Allah SWT, maka Allah ﷻ sendirilah yang menunjukkan jalan-jalan itu. Tangan Allah ﷻ sendiri yang akan menuntutnya.
“Dan sesungguhnya Allah benar-benarlah bersama orang-orang yang selalu berbuat baik."
(ujung ayat 69)