Ayat
Terjemahan Per Kata
كُلُّ
tiap-tiap
نَفۡسٖ
yang berjiwa
ذَآئِقَةُ
merasakan
ٱلۡمَوۡتِۖ
mati
ثُمَّ
kemudian
إِلَيۡنَا
kepada kami
تُرۡجَعُونَ
kalian dikembalikan
كُلُّ
tiap-tiap
نَفۡسٖ
yang berjiwa
ذَآئِقَةُ
merasakan
ٱلۡمَوۡتِۖ
mati
ثُمَّ
kemudian
إِلَيۡنَا
kepada kami
تُرۡجَعُونَ
kalian dikembalikan
Terjemahan
Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan.
Tafsir
(Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kalian dikembalikan) sesudah kalian dibangkitkan, lafal turja'uuna dapat pula dibaca yurja'uuna.
Tafsir Surat Al-'Ankabut: 56-60
Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya. Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabut: 56-60)
Ayat 56
Melalui ayat-ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar berhijrah dari suatu negeri yang mereka tidak dapat menegakkan agama padanya, yaitu menuju ke negeri lain; karena bumi Allah luas, di mana mereka dapat menegakkan agama dengan mengesakan-Nya dan menyembah-Nya, sebagaimana yang diperintahkan-Nya.
Karena itulah Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. (Al-'Ankabut: 56) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan kepadaku Abu Sa'd Al-Ansari, dari Abu Bahr maula (pelayan) Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Negeri (bumi) ini adalah negeri Allah dan semua hamba adalah hamba Allah, maka di mana pun kamu beroleh kebaikan, maka bermukimlah padanya. Karena itulah ketika orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslim di Mekah selalu tertindas dengan keberadaan mereka di Mekah, maka mereka keluar darinya berhijrah ke negeri Habasyah untuk menyelamatkan agama mereka.
Ternyata mereka menjumpai negeri Habasyah adalah negeri yang baik bagi mereka, karena rajanya yang bernama Ash-hamah An-Najasyi rahimahullah menerima mereka dengan baik dan penuh hormat. As-Hamah memberi tempat tinggal kepada mereka dan mendukung mereka melalui, pertolongannya, dan menjadikan mereka orang-orang yang dilindungi di negerinya. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah bersama semua sahabatnya yang ada, yaitu ke kota yang dahulunya dikenal dengan nama Yatsrib.
Ayat 57
Setelah itu Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 57) Yakni di mana pun kalian berada, maut pasti akan mendapati kalian. Maka jadilah kalian orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada Allah di mana pun kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian, sebab maut pasti akan menjemput kalian tanpa bisa dielakkan. Kemudian hanya kepada Allah-lah kalian dikembalikan; barangsiapa yang selalu taat kepada-Nya, maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang sebaik-baiknya dan memberikan pahalanya dengan penuh.
Ayat 58
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, sesungguhnya Kami akan tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. (Al-Ankabut: 58) Kami benar-benar akan menempatkan mereka di tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, di bawahnya mengalir sungai-sungai yang beraneka ragam rasanya, ada sungai air, ada sungai khamr, sungai madu dan sungai susu; mereka dapat membelokkan alirannya menurut yang mereka kehendaki.
Mereka kekal di dalamnya. (Al-'Ankabut: 58) Mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya tanpa menginginkan pindah darinya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (Al-'Ankabut: 58) Alangkah menyenangkan gedung-gedung surga itu sebagai pembalasan bagi amal-amal orang-orang yang beriman.
Ayat 59
Yaitu orang-orang yang bersabar. (Al-'Ankabut: 59) Yakni bersabar dalam mempertahankan agamanya, berhijrah kepada Allah serta memisahkan diri dari musuh-musuh Allah, rela berpisah dengan keluarga dan kaum kerabat demi karena Allah dan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya serta percaya kepada apa yang dijanjikan oleh-Nya.
Ibnu Abi Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Safwan Al-Mu'azzin, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Salam, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Salam, dari kakeknya Abu Salam Al-Aswad, telah menceritakan kepadaku Abu Muawiyah Al-Asy'ari, bahwa Abu Malik Al-Asy'ari pernah bercerita kepadanya; Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bercerita kepadanya bahwa sesungguhnya di dalam surga terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya. Gedung-gedung itu disediakan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa bagi orang yang suka memberi makan kaum fakir miskin, mengerjakan salat dan puasa serta berdiri di malam hari mengerjakan salat sunat, sedangkan manusia saat itu sedang lelap dalam tidurnya.
Firman Allah subhaanahuu wa ta’aalaa: dan bertawakal kepada Tuhannya. (Al-Ankabut: 59) dalam semua keadaan, yakni dalam urusan agama dan urusan duniawi. Selanjutnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa memberitahukan kepada mereka bahwa rezeki itu tidak khusus hanya diberikan kepada suatu negeri, bahkan rezeki Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyeluruh buat semua makhluk-Nya di mana pun mereka berada. Rezeki kaum Muhajirin di tempat hijrah mereka jauh lebih banyak, lebih luas, dan lebih baik ketimbang di Mekah tempat mereka berasal. Karena sesungguhnya tidak lama kemudian mereka menjadi para penguasa negeri di berbagai kawasan dan kota-kota besar.
Ayat 60
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. (Al-'Ankabut: 60) Maksudnya, tidak mampu mengumpulkannya, tidak mampu menghasilkannya, serta tidak mampu menyimpan sesuatu pun dari rezeki itu untuk besok. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. (Al-'Ankabut: 60) Allah-lah yang menetapkan rezekinya, sekalipun ia lemah dan Allah memudahkan baginya jalan rezekinya. Untuk itu Allah mengirimkan bagi setiap makhluk sejumlah rezeki yang diperlukannya, hingga bibit-bibit yang ditanam di dalam tanah, juga burung-burung yang ada di udara serta ikan-ikan yang ada di laut.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa telah berfirman: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Manfuz). (Hud: 6) ". Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman Al-Harawi, telah menceritakan kepada kami Yazid (yakni Ibnu Harun), telah menceritakan kepada kami Al-Jarrah ibnu Minhal Al-Jazari alias Abul Atuf, dari Az-Zuhri, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ia keluar bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam hingga masuk ke salah satu kebun kurma Madinah. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memunguti kurma yang terjatuh dan memakannya, lalu bersabda kepadaku, "Hai Ibnu Umar, mengapa kamu tidak makan?" Aku menjawab, "Saya tidak berselera, wahai Rasulullah." Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tetapi aku menginginkannya, dan hari ini adalah hari keempat sejak aku tidak pernah menjumpai makanan barang sesuap pun.
Seandainya aku suka benar-benar aku akan mendoa kepada Tuhanku, dan Dia pasti akan memberiku kekayaan yang semisal dengan apa yang dimiliki oleh Kisra dan Kaisar. Bagaimanakah denganmu, hai Ibnu Umar, bila kamu tinggal di antara kaum yang menyimpan rezeki mereka untuk satu tahun, sedangkan keyakinan mereka lemah?" Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, "Demi Allah, belum lagi kami meninggalkan tempat itu, turunlah firman-Nya: 'Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri, Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' (Al-'Ankabut: 60)" Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa tidak memerintahkan aku untuk menimbun kekayaan dan tidak pula mengikuti hawa nafsu.
Maka barangsiapa yang menimbun kekayaannya dengan tujuan agar hidup kekal, sesungguhnya kehidupan itu berada di tangan kekuasaan Allah. Ingatlah, sesungguhnya aku tidak menimbun dinar, tidak pula dirham, serta tidak pula menyimpan rezeki untuk hari esok. Tetapi predikat hadis ini gharib karena Abul Atuf Al-Jazari orangnya dha’if. Mereka (para ahli ilmu hewan) mengatakan bahwa apabila burung gagak telah menetaskan telurnya, maka kedua induknya (jantan dan betina) terbang meninggalkan anak-anaknya.
Dan apabila keduanya melihat mereka masih dalam keadaan seperti itu, keduanya terbang lagi selama berhari-hari hingga anak-anak mereka bulunya mulai tampak menghitam. Sedangkan anak-anak mereka yang masih kecil-kecil itu selalu membuka mulut mereka mencari-cari kedua induknya. Maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa memerintahkan kepada serangga seperti nyamuk untuk menutupi tubuh mereka, dan anak-anak burung gagak itu memakan nyamuk-nyamuk tersebut sebagai makanannya selama mereka ditinggalkan oleh kedua induknya hingga bulu mereka mulai tampak menghitam.
Sedangkan kedua induk mereka selalu memantau mereka setiap waktunya; bila keduanya melihat mereka masih berbulu putih, keduanya meninggalkan mereka. Dan bila keduanya melihat anak-anaknya mulai berwarna hitam bulu-bulunya, maka barulah keduanya mengasuh anak-anaknya dan memberinya makanan. Karena itulah ada seorang penyair yang mengatakan dalam bait syairnya: Wahai (Tuhan) Yang memberi rezeki kepada anak-anak burung gagak di sarangnya, (wahai Tuhan) Yang Menyembuhkan tulang yang patah.
Imam Asy-Syafi’i dalam sejumlah hadisnya yang menyangkut perintah telah mengatakan, antara lain sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mengatakan: Bepergianlah kalian, niscaya kalian sehat dan mendapat rezeki. ". Imam Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami secara dikte Abul Hasan alias Ali ibnu Ahmad ibnu Idan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Galib, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Yazdad (seorang syekh penduduk Madinah), telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian sehat dan beroleh keberuntungan.
Imam Al-Baihaqi mengatakan, ia telah meriwayatkannya pula melalui Ibnu Abbas. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abdur Rahman ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian beroleh keuntungan; berpuasalah, niscaya kalian sehat; dan berperanglah, niscaya kalian beroleh ganimah. Hal yang semisal dengan hadis Ibnu Umar telah diriwayatkan pula melalui Ibnu Abbas secara marfu, dan dari Mu’adz ibnu Jabal secara mauquf.
Menurut riwayat lain disebutkan: Bepergianlah kalian bersama orang-orang yang mempunyai keahlian dan kemudahan. Imam Ahmad mengatakan bahwa hal yang semisal telah kami riwayatkan melalui Ibnu Abbas. Firman Allah Swt: Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabut: 60) Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka.
Jika kamu khawatir mati kelaparan akibat hijrah ke tempat lain, ketahuilah bahwa kamu pasti akan mati dengan cara lain. Sebab setiap makhluk yang bernyawa tanpa terkecuali akan merasakan mati, dengan atau tanpa sebab. Kemudian, setelah itu hanya kepada Kami kamu dikembalikan untuk mendapat balasan yang setimpal atas amal perbuatanmu, baik maupun buruk. Ayat ini mengandung ancaman bagi orang-orang kafir. 58. Allah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang beriman. Dan orang-orang yang beriman dan senantiasa mengerjakan kebajikan dengan mematuhi perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, sungguh mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi di surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dengan penuh kenikmatan. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan semata karena Allah.
Ayat ini menguatkan ayat sebelumnya dengan menerangkan hakikat kehidupan manusia itu sendiri. Diterangkan bahwa tiap-tiap manusia pasti akan mati dan setelah mati, ia akan kembali kepada pemiliknya, yaitu Tuhan semesta alam. Sejak manusia dibangkitkan kembali di akhirat, sejak itu ia akan mengalami kehidupan yang sebenarnya dan selamanya. Bentuk kehidupan yang sebenarnya itu ditentukan oleh sikap dan tindak-tanduk seseorang selama hidup di dunia. Jika ia seorang mukmin, maka akan memperoleh kebahagiaan yang abadi, sedangkan jika ia kafir, akan mengalami azab yang pedih di neraka.
Ayat ini senada dengan ayat 185 surah ali 'Imran dan telah dijelaskan di sana, tetapi diulangi kembali sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar jangan terlalu terpikat dan terpesona oleh kehidupan dunia yang fana ini, karena semuanya itu merupakan kesenangan sementara dan akan berakhir. Hubungan manusia dengan semua yang dimilikinya itu lambat laun akan berakhir. Janganlah sampai kecintaan seseorang kepada sesuatu menghalanginya untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, karena sesuatu itu bersifat sementara. Sedangkan yang kekal hanya hasil ibadah dan amal saleh seseorang. Dengan semua itu, ia memperoleh rida Allah dan surga yang dijanjikan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
BERTUKAR PIKIRAN DENGAN SOPAN
Ayat 46
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahlul Kitab itu kecuali dengan cara yang lebih baik." (pangkal ayat 46)
Jika kita terpaksa bertukar pikiran dengan Ahlul Kitab itu, terpaksa berdebat atau berdiskusi, adakanlah pertukaran pikiran dengan cara yang paling baik. Yaitu pergunakanlah timbangan akal yang murni, jangan menurutkan kemurkaan hati jika terjadi perlainan pendapat dan ajaklah mereka bertukar pikiran dengan akal yang sehat, sadarkanlah mereka.
“Melainkan dengan orang-orang yang zalim di antara mereka."
Yaitu yang tidak mau menempuh jalan lurus, tidak mau menerima kebenaran, tidak mau bertukar pikiran dengan jujur. Sudah diajak bertukar pikiran dengan baik, namun mereka masih saja bersikap menantang dan memusuhi. Terhadap golongan yang seperti ini, meskipun bagaimana kita mengemukakan alasan kebenaran, bagaimanapun kita hendak bertukar pikiran secara jujur, mereka akan tetap mencari 1001 macam dalih dan menikam Islam dengan secara curang, yang sampai kepada zaman kita sekarang ini pun masih dilakukan oleh kaum Zending dan Misi dan dengan bertopengkan ilmu pengetahuan orientalisme mereka memberikan tafsir tentang ajaran Islam menurut hawa nafsu dan kebencian mereka. Kepada mereka tidaklah perlu bertukar pikiran dengan baik, karena maksud mereka tidaklah baik."Dan katakanlah, “ yaitu kepada Ahlul Kitab yang dapat diajak berunding dan sudi menerima keterangan karena jujur, “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kamu," sebab kedua-duanya adalah satu kebenaran yang sama didatangkan dari Allah ﷻ “Dan Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu." Artinya tidaklah ada perlainan di antara Tuhan kami dengan Tuhan kamu itu. Itulah pokok utama dari pendirian kita dan itulah titik pertemuan di antara kita.
“Dan kami kepada-Nya adalah berserah diri."
(ujung ayat 46)
Artinya, bahwasanya, kami bukanlah semata-mata percaya saja akan adanya satu Tuhan, bahkan di samping percaya kepada-Nya, kami pun berserah diri. Kami kerjakan apa yang Dia perintahkan dan kami hentikan apa yang Dia larang. Semua kami lakukan dengan sepenuh penyerahan.
Ayat 47
“Dan demikianlah pula telah Kami turunkan kepada engkau akan kitab itu," (pangkal ayat 47)
Artinya ialah bahwa kepada nabi-nabi yang terdahulu kitab-kitab telah diturunkan dan umat yang menerimanya dinamai Ahlul Kitab. Telah dikatakan di ayat tadi bahwa isi wahyu adalah satu, yaitu mengajak manusia bagimu tempat di negeri ini, pergilah ke tempat yang lapang bagimu untuk menyembah Tuhanmu.
Ayat 56
“Maka kepada Aku sajalah kamu sekalian memperhambakan diri."
(ujung ayat 56)
Ayat ini adalah perintah dari Allah ﷻ kepada hamba-hamba-Nya yang beriman supaya berhijrah dari suatu negeri mereka tidak bebas menegakkan agama, supaya mereka pergi mengembara di atas bumi Allah ﷻ yang luas ini. Supaya di tempat yang baru itu mereka dapat menegakkan keyakinan atas Keesaan Allah dan beribadah kepada-Nya.
Ayat 57
“Tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan maut." (pangkal ayat 57)
Firman Allah ﷻ ini pun ada hubungannya dengan ayat yang sebelumnya. Ialah untuk menghilangkan keragu-raguan orang-orang yang beriman jika mereka terpaksa meng-ambil sikap pindah, ataupun berjuang mempertahankan pendirian. Janganlah takut meng-hadapi maut, sebab maut adalah hal yang pasti ditempuh oleh tiap-tiap jiwa.
“Kemudian, kepada Kamilah kamu akan dikembalikan."
(ujung ayat 57)
Artinya, oleh karena setiap yang bernapas pasti mati, maka janganlah takut menghadapi maut. Tetapi isilah hidup ini dengan iman dan amalan yang saleh, jasa yang besar dan segala perbuatan yang berguna. Sebab dengan kematian itu berarti semuanya kembali kepada Allah ﷻ Yang mendatangkan manusia ke atas dunia ialah Allah ﷻ dan yang menjamin hidup selama di dunia ialah Allah ﷻ dan bila maut datang, artinya ialah kembali pulang kepada Allah ﷻ Amal yang saleh, perbuatan yang baik, dan jasa yang besar kepada sesama manusia menyebabkan orang tidak merasai cemas dan takut untuk menghadapi maut.
Ayat 58
“Dan orang-orang yang beriman dan mereka beramal yang saleh-saleh." (pangkal ayat 58)
Di antara iman dengan amal yang saleh-saleh, tidak pernah dipisahkan. Karena amal yang saleh-saleh atau perbuatan-perbuatan yang berguna, tidaklah akan timbul kalau bukan karena dorongan iman kepada Allah dan iman bahwa hidup di dunia ini akan disambung dengan hidup akhirat “Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka itu di dalam surga, di pesanggerahan yang mulia." Di dalam ayat ini tersebut ghurafan yang berarti kamar-kamar atau bilik-bilik yang indah dan mulia, yang supaya kena maksudnya penafsir menerjemahkannya dengan pesanggerahan, atau tempat istirahat.
"Yang mengalir di bawahnya sungai-sunga" Bilamana bertemu di dalam Al-Qur'an sifat tentang surga, selalu kita diberitahu tentang air sungai yang mengalir di bawahnya atau di dekatnya. Karena air mengalir jernih di dalam suatu taman yang indah adalah suatu perlengkapan yang menambah sejuknya suatu tempat, yang di tempat yang kekurangan air menjadi sesuatu yang amat penting. Ayat-ayat seperti inilah yang memberikan ilham bagi bangsa Arab atau umat Muslimin membuat bangunan yang indah-indah dan rumah gedung yang permai dengan memakai pancuran air dalam rumah itu, yang sangat besar faedahnya apabila tiba musim panas. Bahkan sampai sekarang ini, rumah-rumah di negeri yang menerima bekas kebudayaan Arab di Spanyol, di dalam rumah-rumah gedung masih diperbuat orang air mancur tempat burung merpati bermain-main, bermandi-mandi dan udara pancaran air itu menyejukkan udara dalam rumah."Kekal mereka di dalamnya, karena kepayahan berjuang menegakkan jalan yang lurus dan menuju keridhaan Allah ﷻ selama hidup di dunia. Itulah,
“Sebaik-baik ganjaran bagi orang-orang yang beramal."
(ujung ayat 58)
Demikianlah orang yang beriman diberi pengharapan oleh Allah SWT; bahwasanya hidup mereka di dunia menjadi bernilai sangat tinggi, yang akan mereka jadikan modal menghadapi hari akhirat, dengan tidak takut menghadapi maut, apabila diisi dengan amal.
Tetapi di penutupnya diterangkan syaratnya yang terpenting dalam mencapai kebahagiaan itu.
Ayat 59
“Orang-orang yang bersabar." (pangkal ayat 59)
Diperingatkan dengan ayat ini bahwa untuk mencapai martabat yang demikian tinggi, kekal di dalam surga, mendapat tempat atau pesanggerahan yang istimewa ialah supaya dalam menegakkan iman itu hendaklah sabar. Sebab iman pasti akan mendapat ujian dan percobaan, yang kadang-kadang menghendaki pengurbanan, berkuah darah dan air mata, sebagaimana yang telah diderita oleh segala nabi dan segala rasul. Dan di samping sabar menderita itu hendaklah pula bertawakal.
“Dan kepada Tuhan mereka, bertawakallah mereka."
(ujung ayat 59)