Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
كَفَىٰ
cukuplah
بِٱللَّهِ
kepada Allah
بَيۡنِي
diantara aku
وَبَيۡنَكُمۡ
dan diantara kamu
شَهِيدٗاۖ
menjadi saksi
يَعۡلَمُ
Dia mengetahui
مَا
apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِۗ
dan dibumi
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
بِٱلۡبَٰطِلِ
kepada yang batil
وَكَفَرُواْ
dan mereka ingkar
بِٱللَّهِ
kepada Allah
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itulah
هُمُ
mereka
ٱلۡخَٰسِرُونَ
orang-orang yang rugi
قُلۡ
katakanlah
كَفَىٰ
cukuplah
بِٱللَّهِ
kepada Allah
بَيۡنِي
diantara aku
وَبَيۡنَكُمۡ
dan diantara kamu
شَهِيدٗاۖ
menjadi saksi
يَعۡلَمُ
Dia mengetahui
مَا
apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِۗ
dan dibumi
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
بِٱلۡبَٰطِلِ
kepada yang batil
وَكَفَرُواْ
dan mereka ingkar
بِٱللَّهِ
kepada Allah
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itulah
هُمُ
mereka
ٱلۡخَٰسِرُونَ
orang-orang yang rugi
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Orang-orang yang memercayai kebatilan dan kufur kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Tafsir
(Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antara kalian) yang menyaksikan kebenaranku (Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi) antara lain Dia mengetahui tentang keadaanku dan keadaan kalian. (Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil) yaitu yang menyembah kepada selain Allah (dan ingkar kepada Allah) sebagaimana yang kalian lakukan (mereka itulah orang-orang yang merugi.") dalam transaksi mereka, karena mereka telah membeli kekafiran dengan keimanan.
Tafsir Surat Al-'Ankabut: 50-52
Dan orang-orang kafir Mekah berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya? Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-'Ankabut: 50-52)
Ayat 50
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang membangkang dan permintaan mereka yang menuntut adanya mukjizat-mukjizat untuk membuktikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, sebagaimana yang telah diberikan kepada Nabi Shalih dengan untanya. Maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Katakanlah (hai Muhammad), "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. (Al-'Ankabut: 50) Yakni sesungguhnya urusan itu terserah kepada Allah, karena sesungguhnya menurut pengetahuan Allah seandainya kalian mendapat hidayah dengan adanya mukjizat-mukjizat itu tentulah Dia akan memperkenankan permintaan kalian itu, sebab untuk mengabulkan permintaan kalian itu amatlah mudah dan gampang sekali bagi-Nya.
Tetapi Dia mengetahui bahwa kalian tidak akan beriman, dan sesungguhnya kalian memintanya hanya mencari-cari alasan untuk menolak dan ingin menguji. Karena itu, Allah tidak mengabulkan permintaan kalian, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra: 59) Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: "Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata." (Al-'Ankabut: 50) Yakni sesungguhnya aku diutus kepada kalian hanya sebagai pemberi peringatan kepada kalian dengan jelas, maka sudah merupakan keharusan bagiku menyampaikan risalah dari Allah kepada kalian.
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk. (Al-Kahfi: 17) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272) Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebutkan tentang kebodohan mereka yang parah dan rendahnya taraf berpikir mereka, sebab mereka meminta agar didatangkan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran Muhammad' shallallaahu ‘alaihi wasallam Padahal Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam telah mendatangkan kepada mereka Al-Qur'anul Karim yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya; Al-Qur'an adalah mukjizat yang paling besar di antara semua mukjizat. Karena semua ahli bahasa dan ahli sastrawan tidak mampu menyainginya, bahkan untuk menyaingi sepuluh surat yang semisal dengan surat-surat Al-Qur'an pun mereka tidak mampu. Bahkan untuk menyaingi satu surat dari Al-Qur'an pun mereka tidak mampu pula.
Ayat 51
Untuk itulah maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa menegaskan melalui firman-Nya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? (Al-'Ankabut: 51) Maksudnya, apakah tidak cukup bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur'an yang mulia, di dalamnya terdapat berita orang-orang sebelum mereka dan berita apa yang akan terjadi sesudah mereka serta hukum yang memutuskan di antara mereka; sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang ummi, tidak bisa baca dan tulis, dan engkau belum pernah bergaul dengan seorang pun dari kalangan Ahli Kitab.
Padahal engkau dapat mendatangkan berita-berita yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu dengan pemberitaan yang jelas dan benar, sedangkan mereka sendiri berselisih tentangnya. Engkau juga dapat mendatangkan perkara yang hak, jelas, dan gamblang, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara: 197) Dan mereka berkata, "Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?" Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Taha: 133)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Lais, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Tiada seorang nabi pun dari kalangan para nabi melainkan dianugerahi mukjizat yang mirip dengan apa yang dipercayai oleh manusia (di masanya). Dan sesungguhnya mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, maka aku berharap semoga akulah yang paling banyak pengikutnya di antara mereka kelak pada hari kiamat. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Laits.
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-'Ankabut: 51) Sesungguhnya di dalam Al-Qur'an ini terkandung rahmat, yaitu penjelasan terhadap perkara yang hak dan melenyapkan kebatilan, mengandung pelajaran bagi orang-orang mukmin melalui kisah-kisah yang menceritakan tentang turunnya pembalasan dan azab Allah atas orang-orang yang mendustakan dan para pendurhaka.
Ayat 52
Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu." (Al-'Ankabut: 52) Dia lebih mengetahui tentang kedustaan yang kalian perbincangkan dan mengetahui pula apa yang aku ucapkan kepada kalian saat aku menyampaikan dari-Nya kepada kalian, bahwa diriku adalah utusan-Nya.
Seandainya aku berkata dusta, tentulah Dia akan mengazabku, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 44-47) Tiada lain diriku ini adalah orang yang benar dalam semua yang aku beritakan kepada kalian, karena itulah Dia mengukuhkanku dengan berbagai mukjizat yang jelas dan dalil-dalil yang pasti.
Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. (Al-'Ankabut: 52) Maksudnya, tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya". Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-'Ankabut: 52) Yakni kelak di hari kiamat Allah akan membalas amal perbuatan mereka selama di dunia dan memberikan imbalan atas kedustaan mereka terhadap perkara yang hak dan keikutsertaan mereka dalam kebatilan.
Mereka mendustakan para rasul, padahal semua dalil dan bukti menunjukkan kebenaran para rasul, tetapi justru mereka percaya kepada tagut dan berhala-berhala tanpa dalil. Maka kelak Allah akan membalas perbuatan mereka itu, sesungguhnya Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Katakanlah wahai Nabi Muhammad, 'Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu bahwa aku telah menyampaikan risalah Ilahi ini kepadamu. Dia mengetahui urusan apa pun di antara kita. Apa yang di langit dan di bumi tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. Dan Dia juga mengetahui orang-orang yang percaya kepada yang batil, yakni para penyembah berhala dan apa saja yang dipertuhankan selain Allah, dan orang-orang ingkar kepada eksistensi dan keesaan Allah, padahal mereka telah menyaksikan bukti-bukti yang jelas. Sungguh, mereka itulah orang-orang yang benar-benar rugi di dunia dan akhirat. '53. Tidak hanya mengingkari Al-Qur'an, mereka juga menantang Nabi Muhammad agar menyegerakan turunnya azab. Ini adalah tindakan bodoh sebab jika Allah benar-benar menurunkan azab-Nya maka tidak satu pun dari mereka bisa menyelamatkan diri darinya. Mereka meminta kepadamu, wahai Nabi Muhammad, agar segera diturunkan azab, untuk membuktikan kerasulanmu. Kalau bukan karena waktunya yang telah ditetapkan berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan-Nya, niscaya azab itu pasti datang kepada mereka. Dan sungguh azab itu pasti akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik yang tetap tidak percaya kepada kerasulannya bahwa Allah mengetahui dan menyaksikan bagaimana ia telah melaksanakan tugas kepada mereka. Ia telah menyampaikan ancaman-ancaman dan kabar gembira kepada mereka, tetapi semua itu mereka ingkari. Allah mengetahui sikap mereka terhadap seruan Nabi saw, bahkan mengetahui isi hati mereka. Dia akan memberi ganjaran setiap sesuatu yang dikerjakan oleh makhluk-Nya. Seandainya Nabi Muhammad berdusta dan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, ia pasti akan ditimpa azab. Allah berfirman:
Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya). (al-haqqah/69: 44-47)
Allah menerangkan bahwa Dia mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi. Dia mengetahui keadaan makhluk-Nya dari yang halus dan tidak kelihatan oleh mata sampai kepada yang besar. Dia juga mengetahui keadaan orang-orang musyrik dan orang-orang beriman. Dia mengetahui pula tuduhan-tuduhan orang-orang musyrik bahwa Al-Qur'an adalah buatan Muhammad, sekalipun tidak seorang pun dari mereka yang sanggup menandinginya. Orang-orang yang percaya kepada kebatilan dan mengingkari Allah itu adalah orang-orang yang merugi hidupnya di dunia dan akhirat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
BERTUKAR PIKIRAN DENGAN SOPAN
Ayat 46
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahlul Kitab itu kecuali dengan cara yang lebih baik." (pangkal ayat 46)
Jika kita terpaksa bertukar pikiran dengan Ahlul Kitab itu, terpaksa berdebat atau berdiskusi, adakanlah pertukaran pikiran dengan cara yang paling baik. Yaitu pergunakanlah timbangan akal yang murni, jangan menurutkan kemurkaan hati jika terjadi perlainan pendapat dan ajaklah mereka bertukar pikiran dengan akal yang sehat, sadarkanlah mereka.
“Melainkan dengan orang-orang yang zalim di antara mereka."
Yaitu yang tidak mau menempuh jalan lurus, tidak mau menerima kebenaran, tidak mau bertukar pikiran dengan jujur. Sudah diajak bertukar pikiran dengan baik, namun mereka masih saja bersikap menantang dan memusuhi. Terhadap golongan yang seperti ini, meskipun bagaimana kita mengemukakan alasan kebenaran, bagaimanapun kita hendak bertukar pikiran secara jujur, mereka akan tetap mencari 1001 macam dalih dan menikam Islam dengan secara curang, yang sampai kepada zaman kita sekarang ini pun masih dilakukan oleh kaum Zending dan Misi dan dengan bertopengkan ilmu pengetahuan orientalisme mereka memberikan tafsir tentang ajaran Islam menurut hawa nafsu dan kebencian mereka. Kepada mereka tidaklah perlu bertukar pikiran dengan baik, karena maksud mereka tidaklah baik."Dan katakanlah, “ yaitu kepada Ahlul Kitab yang dapat diajak berunding dan sudi menerima keterangan karena jujur, “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kamu," sebab kedua-duanya adalah satu kebenaran yang sama didatangkan dari Allah ﷻ “Dan Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu." Artinya tidaklah ada perlainan di antara Tuhan kami dengan Tuhan kamu itu. Itulah pokok utama dari pendirian kita dan itulah titik pertemuan di antara kita.
“Dan kami kepada-Nya adalah berserah diri."
(ujung ayat 46)
Artinya, bahwasanya, kami bukanlah semata-mata percaya saja akan adanya satu Tuhan, bahkan di samping percaya kepada-Nya, kami pun berserah diri. Kami kerjakan apa yang Dia perintahkan dan kami hentikan apa yang Dia larang. Semua kami lakukan dengan sepenuh penyerahan.
Ayat 47
“Dan demikianlah pula telah Kami turunkan kepada engkau akan kitab itu," (pangkal ayat 47)
Artinya ialah bahwa kepada nabi-nabi yang terdahulu kitab-kitab telah diturunkan dan umat yang menerimanya dinamai Ahlul Kitab. Telah dikatakan di ayat tadi bahwa isi wahyu adalah satu, yaitu mengajak manusia bagimu tempat di negeri ini, pergilah ke tempat yang lapang bagimu untuk menyembah Tuhanmu.
Ayat 56
“Maka kepada Aku sajalah kamu sekalian memperhambakan diri."
(ujung ayat 56)
Ayat ini adalah perintah dari Allah ﷻ kepada hamba-hamba-Nya yang beriman supaya berhijrah dari suatu negeri mereka tidak bebas menegakkan agama, supaya mereka pergi mengembara di atas bumi Allah ﷻ yang luas ini. Supaya di tempat yang baru itu mereka dapat menegakkan keyakinan atas Keesaan Allah dan beribadah kepada-Nya.
Ayat 57
“Tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan maut." (pangkal ayat 57)
Firman Allah ﷻ ini pun ada hubungannya dengan ayat yang sebelumnya. Ialah untuk menghilangkan keragu-raguan orang-orang yang beriman jika mereka terpaksa meng-ambil sikap pindah, ataupun berjuang mempertahankan pendirian. Janganlah takut meng-hadapi maut, sebab maut adalah hal yang pasti ditempuh oleh tiap-tiap jiwa.
“Kemudian, kepada Kamilah kamu akan dikembalikan."
(ujung ayat 57)
Artinya, oleh karena setiap yang bernapas pasti mati, maka janganlah takut menghadapi maut. Tetapi isilah hidup ini dengan iman dan amalan yang saleh, jasa yang besar dan segala perbuatan yang berguna. Sebab dengan kematian itu berarti semuanya kembali kepada Allah ﷻ Yang mendatangkan manusia ke atas dunia ialah Allah ﷻ dan yang menjamin hidup selama di dunia ialah Allah ﷻ dan bila maut datang, artinya ialah kembali pulang kepada Allah ﷻ Amal yang saleh, perbuatan yang baik, dan jasa yang besar kepada sesama manusia menyebabkan orang tidak merasai cemas dan takut untuk menghadapi maut.
Ayat 58
“Dan orang-orang yang beriman dan mereka beramal yang saleh-saleh." (pangkal ayat 58)
Di antara iman dengan amal yang saleh-saleh, tidak pernah dipisahkan. Karena amal yang saleh-saleh atau perbuatan-perbuatan yang berguna, tidaklah akan timbul kalau bukan karena dorongan iman kepada Allah dan iman bahwa hidup di dunia ini akan disambung dengan hidup akhirat “Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka itu di dalam surga, di pesanggerahan yang mulia." Di dalam ayat ini tersebut ghurafan yang berarti kamar-kamar atau bilik-bilik yang indah dan mulia, yang supaya kena maksudnya penafsir menerjemahkannya dengan pesanggerahan, atau tempat istirahat.
"Yang mengalir di bawahnya sungai-sunga" Bilamana bertemu di dalam Al-Qur'an sifat tentang surga, selalu kita diberitahu tentang air sungai yang mengalir di bawahnya atau di dekatnya. Karena air mengalir jernih di dalam suatu taman yang indah adalah suatu perlengkapan yang menambah sejuknya suatu tempat, yang di tempat yang kekurangan air menjadi sesuatu yang amat penting. Ayat-ayat seperti inilah yang memberikan ilham bagi bangsa Arab atau umat Muslimin membuat bangunan yang indah-indah dan rumah gedung yang permai dengan memakai pancuran air dalam rumah itu, yang sangat besar faedahnya apabila tiba musim panas. Bahkan sampai sekarang ini, rumah-rumah di negeri yang menerima bekas kebudayaan Arab di Spanyol, di dalam rumah-rumah gedung masih diperbuat orang air mancur tempat burung merpati bermain-main, bermandi-mandi dan udara pancaran air itu menyejukkan udara dalam rumah."Kekal mereka di dalamnya, karena kepayahan berjuang menegakkan jalan yang lurus dan menuju keridhaan Allah ﷻ selama hidup di dunia. Itulah,
“Sebaik-baik ganjaran bagi orang-orang yang beramal."
(ujung ayat 58)
Demikianlah orang yang beriman diberi pengharapan oleh Allah SWT; bahwasanya hidup mereka di dunia menjadi bernilai sangat tinggi, yang akan mereka jadikan modal menghadapi hari akhirat, dengan tidak takut menghadapi maut, apabila diisi dengan amal.
Tetapi di penutupnya diterangkan syaratnya yang terpenting dalam mencapai kebahagiaan itu.
Ayat 59
“Orang-orang yang bersabar." (pangkal ayat 59)
Diperingatkan dengan ayat ini bahwa untuk mencapai martabat yang demikian tinggi, kekal di dalam surga, mendapat tempat atau pesanggerahan yang istimewa ialah supaya dalam menegakkan iman itu hendaklah sabar. Sebab iman pasti akan mendapat ujian dan percobaan, yang kadang-kadang menghendaki pengurbanan, berkuah darah dan air mata, sebagaimana yang telah diderita oleh segala nabi dan segala rasul. Dan di samping sabar menderita itu hendaklah pula bertawakal.
“Dan kepada Tuhan mereka, bertawakallah mereka."
(ujung ayat 59)