Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتِلۡكَ
dan ini/itu
ٱلۡأَمۡثَٰلُ
perumpamaan-perumpamaan
نَضۡرِبُهَا
Kami membuatnya
لِلنَّاسِۖ
untuk manusia
وَمَا
dan tidak
يَعۡقِلُهَآ
dapat memahaminya
إِلَّا
kecuali
ٱلۡعَٰلِمُونَ
orang-orang yang berilmu
وَتِلۡكَ
dan ini/itu
ٱلۡأَمۡثَٰلُ
perumpamaan-perumpamaan
نَضۡرِبُهَا
Kami membuatnya
لِلنَّاسِۖ
untuk manusia
وَمَا
dan tidak
يَعۡقِلُهَآ
dapat memahaminya
إِلَّا
kecuali
ٱلۡعَٰلِمُونَ
orang-orang yang berilmu
Terjemahan
Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia. Namun, tidak ada yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu.
Tafsir
(Dan perumpamaan-perumpamaan ini) yang ada dalam Al-Qur'an (Kami buatkan) Kami jadikan (untuk manusia; dan tiada yang memahaminya) yang mengerti akan perumpamaan-perumpamaan ini (kecuali orang-orang yang berilmu) yakni, orang-orang yang berpikir.
Tafsir Surat Al-'Ankabut: 41-43
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui: Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. Ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan perihal kaum musyrik karena mereka mengambil tuhan-tuhan selain Allah yang mereka harapkan pertolongan dan rezekinya serta mereka pegang di saat mereka tertimpa kesengsaraan.
Keadaan mereka dalam hal tersebut sama dengan rumah laba-laba dalam hal kelemahan dan kerapuhannya. Orang yang menyembah tuhan-tuhan seperti mereka tiada lain seperti orang yang berpegangan pada rumah laba-laba, maka sesungguhnya hal itu tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepadanya. Sekiranya mereka mengetahui keadaan tersebut, tentulah mereka tidak akan menjadikan penolong-penolong mereka selain dari Allah.
Berbeda halnya dengan orang muslim lagi beriman hatinya kepada Allah, selain dari itu dia beramal dengan baik sesuai dengan hukum syariat. Maka sesungguhnya dia berpegang teguh kepada tali yang kuat yang tidak akan terputus karena kekuatan dan kekokohannya. Kemudian Allah ﷻ berfirman seraya mengancam orang-orang yang menyembah selain Dia dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, bahwa sesungguhnya Allah ﷻ mengetahui semua amal perbuatan mereka dan mengetahui apa yang mereka persekutukan dengan-Nya berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan. Maka kelak Allah akan memberikan balasan-Nya terhadap mereka; sesungguhnya Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Kemudian Allah ﷻ berfirman: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43) Maksudnya, tiada yang dapat memahaminya dan merenungkannya kecuali hanya orang-orang yang mendalam ilmunya lagi berwawasan luas. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi'ah, dari Abu Qubail, dari Amr ibnul As r.a. yang menceritakan bahwa ia hafal seribu tamsil dari Rasulullah ﷺ Hal ini merupakan suatu keutamaan yang besar bagi Amr ibnul As, karena Allah ﷻ telah berfirman: Dan pernmpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sinan, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa tiadalah suatu ayat pun yang ia lalui tanpa ia pahami maknanya melainkan merasa bersedih hati karenanya.
Sebab ia menyadari bahwa Allah ﷻ telah berfirman: Dan pernmpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43).
-.
Demikianlah Allah mengumpamakan sesuatu perumpamaan bagi manusia. Hanya orang berakal yang dapat memikirkan perumpamaan tersebut. Allah sengaja mengambil laba-laba sebagai perumpamaan, karena itu barangkali yang mudah mereka pahami. Selain dari itu, juga dimaksudkan untuk menerangkan segala keraguan mereka selama ini. Orang yang selalu menggunakan hati dan pikirannya dan ahli-ahli ilmu pengetahuan pasti dapat memahami perumpamaan tersebut dan akan semakin banyak mengetahui rahasia-rahasia Allah yang terkandung dalam ayat-ayat-Nya. Diriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah pernah berkata:
"Orang yang berilmu itu ialah orang yang menjaga hal-hal yang dari Allah, dan beramal dalam rangka taat kepada-Nya serta menjauhi segala kemarahan-Nya." (Riwayat al-Haitsami).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Rumah Laba-laba
Setelah kita renungkan dengan seksama, dalam hubungannya dengan surat-surat yang lain terdapatlah isi dari Surat al-'Ankabut ini lebih menekankan kepada Jihad, berjuang, bekerja keras dan membanting tulang buat melakukan da'wah kepada jalan Allah, yang dimulai percontohannya oleh Nabi-nabi. Barulah suatu Jihad dapat dilakukan dengan bersemangat jika telah jelas apa yang diperjuangkan. Pokok perjuangan sekalian Nabi dan sekalian Rasul ialah mempersatukan wajah hidup menuju Allah, Tuhan Yang Esa, yang tiada ber-syarikat yang lain dengan Dia. Kepercayaan kepada SATU TUHAN itu mesti teguh, berurat berakar dalam jiwa seorang mujahid. Itulah yang biasa dinamai orang peyangan.
Kalau peyangan lemah, Jihad pun dengan sendirinya jadi lemah, atau rapuh, atau bobrok. Sebab itu tujuan hidup mesti dan pasti jelas. Keragu-raguan tidak ada tempat dalam perjuangan.
Di dalam menegakkan keyakinan tentang Keesaan Tuhan dalam dunia ini, sebagai telah diterangkan sejak permulaan Surat al-'Ankabut, baru saja Iman dinyatakan, tantangan telah timbul. Kekafiran, kezaliman, kesewenang-wenangan, kefasikan akan berdiri di hadapan menyuruh berhenti! Di mana kita akan mencari sandaran? Ke mana kita akan bergantung? Kekuatan yang paling tinggi hanya satu, yaitu kekuatan Allah. Adapun kekuatan yang lain, apa jua pun macam barangnya, atau bagaimanapun gagah orangnya, namun di hadapan kekuatan Allah semuanya itu tidak ada arti! Itulah yang ditegaskan oleh Tuhan dalam ayat ini:
Ayat 41
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil dari yang selain Allah jadi pelindung-pelindung adalah laksana laba-laba membuat rumah." (pangkal ayat 41) Laba-laba membuat rumah ialah dari semacam air liur bergetah yang keluar dari dirinya sendiri, lalu direntangkannya keliling badannya, berbentuk sebagai jala. Di sana dia bergantung di tengah-tengahnya. Dia menunggu-nunggu mudah-mudahan ada binatang kecil terbang lalu terjerat oleh sarangnya itu."Dan sesungguhnya yang serapuh-rapuh rumah ialah rumah laba-laba." Inilah satu perumapamaan yang sangat tepat! Karena dari Tuhan sendiri. Laba-laba membuat sarang dari getah ludah yang amat rapuh. Kekuatannya hanya pada sedikit getahnya, untuk menggetah mangsa yang lemah. Kalau mangsa itu kuat dan lebih besar, mangsa itulah yang merusakkan sarang atau rumah itu, sampai sarang itu hancur samasekali. Diingatkan di ujung ayat
bahwa sarang laba-laba adalah sarang yang paling rapuh, maka kalau orang perhatikan dengan seksama perumpamaan itu, dia akan mengerti sendiri bahwa orang yang mencari perlindungan kepada Tuhan selain Allah, atau berpeyang dengan tali sarang laba-laba, teranglah bahwa sarang itu tidak akan dapat tempat bergayut atau bergantung. Diri orang yang akan bergantung itu sendiri lebih kokoh dan kuat daripada sarang laba-laba yang dijadikan tempat bergantung itu."Jikalau adalah mereka itu mengetahuinya." (ujung ayat 41). Tegasnya, bahwa orang yang berpengetahuan luas tidaklah mungkin menyembah kepada yang selain Allah. Tidaklah mereka mau berlindung ke payung bocor, atau bergantung pada akar lapuk.
Memang tepat sekali Tuhan mengambil perumpamaan, sebab Tuhan yang Maha Mengetahui akan rahasia kekuatan atau kelemahan alam yang Dia cipta-kan. Banyak kita lihat manusia terpesona oleh kekuatan hukum dan kekuatan penguasa. Disangkanya bahwa kekuatan itu tidak akan terkalahkan, tidak akan jatuh-jatuh untuk selama-lamanya. Kadang-kadang yang memeyang kekuasaan itu sendiri pun terpesona oleh kekuatan yang telah dipunyainya. Disangkanya akan dapat kekal dalam tangannya Atau dia berusaha sekeras-keras mempertahankan kekuasaan itu dengan berbagai propaganda, diadakan bujukan bagi siapa yang suka tunduk, diancam dengan berbagai gertakan bagi barangsiapa yang dikira hendak melawan. Tiba-tiba pada satu waktu yang tidak disangka, baik oleh dia, atau oleh yang memujanya, kekuasaan dan kebesaran itu hilang dipuput angin, sirna tidak meninggalkan kesan.
Dikumpulkan kekuatan hartabenda. Dikumpul segala kekayaan. Disangka bahwa kekuatan sejati ialah pada kekayaan. Kemudian berkali-kali, beratus kali terbukti bahwa bila keputusan Allah sudah jatuh, kekayaan tidak dapat menolong sa mas e kali.
Serimaharaja-serimaharaja di India di zaman kekuasaan lnggeris. Sultan-sultan di Indonesia di zaman penjajahan Belanda, menyandarkan diri dengan nama “protectorat" ke bawah kekuasaan Imperium lnggeris, yang disebut “Matahari tidak pernah terbenam di dalam daerah kekuasaannya". Tiba-tiba kekuasaa lnggeris itu sendiri gulung tikar, dan Serimaharaja dan Sultan yang banyak itu gugurlah kekuasaan mereka satu demi satu, karena tidak ada tempat bergantung lagi.
Di zaman moden ini terpukau pula orang oleh kekuatan ilmu, Science, kemajuan penyelidikan ilmiah, teknologi. Tetapi setelah berjalan sekian masa, kian terasa bahwa kemajuan ilmu dan kekuatannya tidaklah memberi pengharapan sebagai yang diduga semula.
Kemudian orang maju berlindung ke bawah kekuatan senjata. Bertahun-tahun lamanya di Indo China terjadi peperangan hebat, di antara rakyat Indo China dengan kekuatan senjata Amerika, dengan topeng mempertahankan demokrasi, tetapi kenyataannya ialah menghancurkan dan memusnahkan peradaban. Kemudian ternyata senjata yang dikatakan kuat itu jadi percuma saja. Senjata yang hebat itu dibawa lari oleh manusia-manusia yang sudah kehilangan semangat.
Ternyata bahwa semua kekuatan yang diandalkan manusia itu tidak lebih dari rapuhnya sarang laba-laba. Kekuatan yang sejati ialah kekuatan Allah.
“Dan Dialah yang Maha Kuat, dan Dialah Yang Maha Perkasa."
Manusia zaman jahiliyah menyembah berhala, menyembah batu dan kayu. Menyembah kuburan dan keris. Menyembah barang pusaka tua. Manusia di zaman moden menyembah penguasa diktator, menyembah ideologi partai, menyembah senjata, menyembah BANK tempat menyimpan emas. Kesudahannya gugur semua. Karena tidak ada tempat berlindung yang lebih kuat, lebih perkasa, lebih menjamin keselamatan daripada kekuatan Allah.
Maka di dalam perjuangan, di dalam berjihad menegakkan cita-cita dalam . dunia ini, peyangan sejati orang yang beriman ialah Allah. Sebab itu bebaslah jiwa Mu'min itu dari pengaruh alam ini seluruhnya, tidak ada yang mengikatnya. Dia naik menjurus kepada Allah semata-mata. Mu'min tidak percaya kepada segala macam kekuatan, kekuasaan, kebesaran, kecuali kepada Allah. Semuanya itu datang dari Allah:
“Barangsiapa yang tidak percaya kepada Thaghuth dan hanya percaya kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpeyang dengan tali yang teguh, sekali-kali tidak putus selamanya; dan Allah Maha Mendengar, Maha
Bukan berpeyang kepada “tali" perumahan laba-laba.
Ayat 42
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang merekd seru selain dari Dia, dari barang sesuatu." (pangkal ayat 42). Tuhan tahu kalau yang lain dipersekutukan dengan Dia. Tuhan itu cemburu adanya! Dia tidak mau orang yang berpecah hati di dalam menghadapiNya. Itu sebabnya maka Tauhid, yang berarti mengesakan Tuhan itu disebut juga IKHLASH, yang berarti suci bersih, tidak bercampur dengan yang lain. Oleh sebab demikian pengetahuan Tuhan tentang yang disembah manusia, maka manusia sendirilah yang wajib berfikir, apa perlunya dia menyembah dan menyeru kepada yang lain. Padahal kekuatan yang ada pada yang lain, kekayaan yang ada pada yang lain, kekuasaan, kerajaan, tuah dan kebesaran, semuanya itu hanya pinjaman belaka atau
(Surat 2, al-Baqarah: 256)
Mengetahui.
anugerah semata-mata dari Allah. Maka manusia yang menyembah kepada yang lain itu benar-benar rendah jiwanya. Tidak mau langsung memohon kepada sumber dari segala kekuatan dan kebesaran dan kekayaan itu sendiri."Dan Dia adalah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (ujung ayat 42).
Maha Perkasa di dalam mempertahankan peraturannya yang tidak boleh dilalui. Maha Bijaksana di dalam memberikan bimbingan bagi fikiran manusia supaya berfikir dengan cerdas, jangan menempuh jalan gelap dan bodoh. Tuhan pun Maha Perkasa, sehingga segala dosa bisa saja diberiNya ampun, tetapi sukar' baginya akan memberi ampun orang yang mempersekutukan Dia dengan yang lain.
Segala kekuasaan, kebesaran, kekayaan hanya ada pada Allah. Kalau ada yang lain yang menyangka dirinya berkuasa sendiri di luar dari kekuasaan yang diberikan Allah, sebagai yang dilakukan oleh Fir'aun, atau ada orang yang merasa bahwa kekayaan yang ada padanya adalah atas usahanya sendiri, tidak ada hubungan dengan Allah, sebagai kelakuan Qarun, itu semuanya adalah Thaghuth. Atau batu, atau kayu, atau berhala, atau keris, atau kuburan tua, ataupun barang-barang pusaka peninggalan orang tua-tua, atau tempat-tempat yang dianggap keramat dan sakti oleh manusia, maka manusia itu telah menyangkat barang-barang itu menjadi Thaghuth; meletakkan kekuasaan kepada yang tidak berkuasa, meletakkan kebesaran kepada yang tidak besar, memberikan hak Allah kepada alam buatan Allah. Samasekali itu adalah akar lapuk, atau berpeyang dengan tali yang terdiri dari jaring lawah, jaring laba-laba, yang akan meruntuh diri yang memeyangnya sendiri.
Ayat 43
“Dan beginilah perumpamaan-perumpamaan Kami perbuatkan untuk manusia." (pangkal ayat 43). Maka banyaklah Allah membuat perumpamaan, sudah mendekatkan pemahamannya kepada fikiran manusia. Ada Tuhan mengambil perumpamaan dengan laba-laba atau lawah, sebagai yang tercantum di sini. Pernah Tuhan mengambil perumpamaan dengan ba'uudhatan …, yaitu nyamuk. Pernah Tuhan mengambil perumpamaan dengan dzubaab = …, yaitu lalat. Berkali-kali menyebut zarrah = …, yaitu atom, zat yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Pernah mengambil perumpamaan dengan keledai membawa beban dan beberapa misal yang lain-lain. Tetapi ada tersebut bahwa orang-orang musyrikin di Makkah, yang menantang semata-mata hendak menantang, masih saja mencari-cari yang akan ditantangnya dalam perumpamaan-perumpamaan seperti ini. Perumpamaan seperti demikian masih mereka cemuhkan. Mereka katakan: “Tuhannya si Muhammad itu menurunkan apa yang dia sebut wahyu, tetapi yang dibicarakan hanya dari hal laba-laba dan lalat." Oleh sebab itu maka ujung ayat ini ditutup dengan: “Dan tidaklah dapat memahaminya melainkan orang-orang yang berpengetahuan." (ujung ayat 43).
Tegasnya, orang yang perasaannya kasar karena ilmunya memang tidak ada, perumpamaan itu tidaklah akan dapat difahaminya Sebaliknya orang yang berpengetahuan, bertambah tinggi pengetahuannya Itu, akan bertambah kagumlah dia memikirkan betapa Maha Besar dan Maha Agungnya Kekuasaan Allah ilu meliputi yang besar dan yang kecil. Orang yang berpengetahuan tentu akan ta'jub melihat bagaimana Tuhan memberikan “instinct" atau naluri kepada segala yang diberi Allah hak hidup.
Mereka akan berflkir, meskipun Tuhan telah mengatakan bahwa rumah laba-laba atau dalam kata lain “jaring lawah" itu amat rapuh tidak dapat jadi pergantungan manusia, namun anugerah naluri yang diberikan Tuhan kepada laba-laba itu buat berusaha mencari makan memang ajaib sekali. Dia diberi kesanggupan membuat jaring dan jaring itu merangkap jadi tempat tinggalnya. Maka kalau ada binatang kecil, berbagai serangga halus terbang meliwati jaring itu, dia benar-benar akan terjaring, tidak dapat membebaskan dih lagi. Sebab jaring itu ada pula getahnya. Di waktu dia terjaring itu si laba-laba dengan pelan-pelan menjalar ke tempat si mangsa terjaring, lalu memakannya.
Ayat 44
Kemudian itu datanglah sabda Tuhan sebagai patri dari ceritera-ceritera di atas: “Allah telah menciptakan semua langit dan bumi dengan Kebenaran." (pangkal ayat 44). Arti dengan Kebenaran ialah dengan teratur, dengan sempurna, tidak dengan kacau-balau. Semuanya diatur. Secara keseluruhan diatur, dan secara terperinci pun diatur. Di dalam mengurus segala lapisan langit dengan bintang-bintangnya, diurus pula manusia yang tinggal di muka bumi, baik seluruh manusia atau tiap-tiap seorang manusia. Diurus pula apa yang patut dimakan manusia itu untuk hidup. Misalnya dengan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, diatur pembagian manis buah-buahan; lain manis tebu, lain manis pepaya, lain manis anggur dan lain manis durian dan beratus lagi macam buah-buahan yang manis. Malahan mangga dan berbagai jenis mangga, berbagai pula jenis pisang. Sedangkan padi, yang pada lahir kelihatan sama semua, pada hakikatnya terdapat berpuluh jenis padi. Itulah yang dimaksud dengan KEBENARAN. “Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah tanda bagi orang-orang yang beriman." (ujung ayat 44). Tanda sebagai arti dari ayat! Di dalam ayat-ayat yang lain di dalam al-Qur'an selalu diperingatkan bahwa pada kejadian langit dan bumi, pergantian siang dan malam, turunnya hujan dari langit, mengalirnya air di sungai menuju lautan, angin sepoi yang berhembus, semuanya itu adalah ayat, semuanya itu adalah tanda! Tetapi yang mengetahui tanda itu hanyalah orang yang beriman. Apabila orang telah mengisi hidupnya dengan Iman, janji Tuhan niscaya dipenuhinya. Yaitu bahwa orang yang beriman itu akan diberinya petunjuk, hidayat dan bimbingan, sehingga dan setapak ke setapak dia dibawa memasuki medan HIKMAT. Dan hikmat itu adalah puncak yang lebih tinggi dari ilmu.
Setelah diperhatikan seluruh alam itu, diperhatikan pula manusia yang hidup di dalamnya, terasalah syukur kepada Tuhan karena agama yang benar telah Dia turunkan. Dikirimnya Nabi-nabi dan Rasul-rasul, untuk membawa teladan. Dan dengan mengenal ini semuanya, atau dengan ma'rifat atas ini semuanya, sudilah kita berjihad menegakkan Kebenaran itu di muka alam ini.