Ayat

Terjemahan Per Kata
وَإِبۡرَٰهِيمَ
dan Ibrahim
إِذۡ
ketika
قَالَ
dia berkata
لِقَوۡمِهِ
kepada kaumnya
ٱعۡبُدُواْ
sembahlah
ٱللَّهَ
Allah
وَٱتَّقُوهُۖ
dan bertakwalah kepada-Nya
ذَٰلِكُمۡ
demikian itu
خَيۡرٞ
lebih baik
لَّكُمۡ
bagi kalian
إِن
jika
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
وَإِبۡرَٰهِيمَ
dan Ibrahim
إِذۡ
ketika
قَالَ
dia berkata
لِقَوۡمِهِ
kepada kaumnya
ٱعۡبُدُواْ
sembahlah
ٱللَّهَ
Allah
وَٱتَّقُوهُۖ
dan bertakwalah kepada-Nya
ذَٰلِكُمۡ
demikian itu
خَيۡرٞ
lebih baik
لَّكُمۡ
bagi kalian
إِن
jika
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
Terjemahan

(Ingatlah) Ibrahim ketika berkata kepada kaumnya, “Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Tafsir

(Dan) ingatlah (Ibrahim ketika ia berkata kepada kaumnya, "Sembahlah Allah dan bertakwalah kalian kepada-Nya!) takutlah kalian akan azab dan hukuman-Nya. (Demikian itu lebih baik bagi kalian) daripada apa yang sekarang kalian kerjakan yaitu menyembah berhala (jika kalian mengetahui) mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Tafsir Surat Al-'Ankabut: 16-18
Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, "Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.
Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya. Allah ﷻ menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya serta kekasihnya (yaitu Nabi Ibrahim, imam para hunafa), bahwa dia menyeru kaumnya untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam bertakwa; mencari rezeki dari-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; serta mengesakan-Nya dalam bersyukur, karena sesungguhnya hanya kepada-Nyalah dipanjatkan rasa syukur atas sernua nikmat, tiada yang berhak menerimanya selain Dia.
Untuk itu Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Sembahlah Allah olehmu dan bertakwalah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 16) Artinya, ikhlaskanlah diri kalian hanya kepada-Nya dalam beribadah dan takut. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Al-'Ankabut: 16) Yakni apabila kalian melakukan hal tersebut, niscaya kalian akan beroleh kebaikan di dunia dan akhirat, dan akan terhindarlah kalian dari kejahatan di dunia dan akhirat.
Selanjutnya Allah ﷻ memberitahukan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat menimpakan mudarat dan tidak pula memberikan manfaat. Berhala-berhala itu tiada lain hanyalah buat-buatan kalian belaka, lalu kalian memberinya nama-nama sebagai tuhan-tuhan buatan. Sesungguhnya berhala-berhala itu hanyalah makhluk, sama halnya dengan kalian. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi dan Mujahid. Al-Walibi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa lafaz takhluquna dibaca tasna una, yang artinya 'kalianlah yang memahatnya, lalu menjadikannya sebagai patung-patung (berhala-berhala).' Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dalam suatu riwayatnya, juga oleh Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah, yakni berhala-berhala itu tidak memiliki rezeki bagi kalian.
maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. (Al-'Ankabut: 17) Ungkapan ini merupakan ungkapan Hasr yang paling kuat. Pengertian Hasr-nya sama dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya: Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5) Dan firman Allah Swt: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga. (At-Tahrim: 11) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. (Al-'Ankabut: 17) Yaitu mintalah rezeki itu kepada Allah, bukan pada selain-Nya, karena sesungguhnya selain Allah tidak memiliki sesuatu apa pun.
dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 17) Artinya, makanlah sebagian dari rezeki-Nya, sembahlah Dia semata serta bersyukurlah kepada-Nya atas semua nikmat yang telah Dia limpahkan kepada kalian. Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 17) Yakni kelak di hari kiamat, lalu Dia akan membalas setiap orang dengan balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya. Firman Allah ﷻ: Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18) Yakni telah sampai kepadamu berita azab dan pembalasan yang menimpa mereka karena melanggar perintah rasul-rasul.
Dan kewajiban rasul-rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan sejelas-jelasnya. (Al-'Ankabut: 18) Yakni tiada lain tugas rasul hanya menyampaikan kepadamu apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikannya yaitu risalah. Dan Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya serta menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu berbuatlah dengan rajin untuk kemanfaatan dirimu agar kamu menjadi orang-orang yang berbahagia. Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18) Menurut Qatadah, ayat ini mengandung makna yang menghibur hati Nabi ﷺ yang berarti bahwa kalimat ini terpisah dari kalimat pertama, dan kedudukannya sebagai kalimat sisipan sampai dengan firman-Nya: Maka tidak adalah jawaban kaumnya. (Al-'Ankabut: 24) Hal yang sama telah dinaskan oleh Ibnu Jarir.
Tetapi makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa seluruhnya merupakan perkataan Nabi Ibrahim a.s. yang sedang mengemukakan alasannya untuk membuktikan adanya hari akhirat, karena sesudahnya terdapat firman-Nya: Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim. (Al-'Ankabut: 24)"
Selain Nabi Nuh, Rasul pertama, Nabi Ibrahim juga mengalami hal yang sama. Dan ingatlah wahai Rasul, kisah Nabi Ibrahim, ketika dia berkata kepada kaumnya, 'Sembahlah dan patuhilah Allah dalam segala hal yang diperintahkan-Nya dengan penuh keikhlasan dan bertakwalah kepada-Nya dengan menghindari segala sesuatu yang dapat mendatangkannya siksa-Nya. Yang demikian itu, yakni kepatuhan dan ketakwaan, lebih baik bagimu daripada kekufuran, jika kamu mengetahui apa yang baik dan buruk bagimu. 17. Selanjutnya Nabi Ibrahim mengecam kaumnya dengan menyatakan, Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala dan patung-patung yang kalian buat dengan tangan kalian sen-diri, dan kemudian kamu membuat-buat kebohongan dengan menyebutnya sebagai tuhan. Kamu menyembah berhala-berhala itu dengan harapan dapat memberi manfaat dan perlindungan serta menganugerahkan rezeki kepadamu, padahal sesungguhnya apa dan siapa pun yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan perlindungan dan rezeki kepadamu walau sedikit; Karena itu maka minta dan berusaha-lah dengan sungguh-sungguh guna memperoleh rezeki dari Allah, dan di samping itu sembahlah Dia dengan penuh ketulusan dan bersyukurlah kepada-Nya atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepadamu. Ha-nya kepada-Nya semata kamu akan dikembalikan setelah kematian untuk dimintakan pertanggungjawaban.
Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar menceritakan kepada umatnya kisah Nabi Ibrahim. Setelah dewasa, sempurna pertumbuhan akalnya, sanggup untuk berpikir dan menganalisa sesuatu dengan objektif, dan telah memungkinkan untuk mencapai derajat kenabian yang sempurna, maka Ibrahim mulai mencurahkan perhatiannya menyeru manusia untuk menerima kebenaran yang dibawanya. Ia mengajak mereka untuk mengesakan Allah dalam ibadah dan membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan. Ia juga menyerukan agar mereka ikhlas mengabdi kepada Allah baik ketika seorang diri atau di hadapan orang banyak, serta menjauhi murka Allah dengan melaksanakan segala tugas dan kewajiban yang diperintahkan-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya.
Semuanya itu merupakan perintah Allah yang harus disampaikan oleh Ibrahim kepada kaumnya. Apa yang disampaikan itu adalah yang terbaik andaikata mereka memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Dengan ilmu itu mereka dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan bagaimana mencari atau memperoleh kemanfaatan sebanyak-banyaknya untuk dunia dan akhirat. Kemudian Ibrahim menunjukkan kepada mereka tentang kesengsaraan yang menimpa orang yang mencari tuhan selain Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Jihad Nabi-nabi
Sejak semula telah dikatakan bahwasanya Iman tidaklah bisa tegak kalau tidak dengan ujian. Nabi Muhammad s.a.w. sendiri pun telah mengatakan bahwasanya ujian iman itu akan datang menurut ukuran tinggi atau rendahnya iman orang. Yang lebih banyak dan besar mendapat ujian ialah Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Sesudah itu ialah orang-orang shalih. Sesudah itu menurut taraf iman manusia masing-masing, menurut ukuran yang dapat dipikulnya. Maka sekarang, mulai dari ayat 14 ini mulailah Tuhan menceriterakan betapa hebat perjuangan dan Jihad Nabi-nabi itu. Dimulai ceritera pada Nabi Nuh. Sebab Nabi Nuhlah yang mula-mula membawa syariat.
Ayat 14
“Dan sesungguhnya telah Kami utus Nuh kepada kaumnya." (pangkal ayat 14). Di dalam Surat 42. asy-Syu'ara' ayat 13 ada diterangkan bahwa syariat agama yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad s.a.w. adalah sama isinya dengan yang diperintahkan kepada Nuh. Demikian juga yang diperintahkan kepada Ibrahim dan Musa dan Isa, yaitu mendirikan satu agama dan jangan berpecah. Dari kelima orang Nabi itu, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad disebutkanlah UluI Azmi, yaitu Rasul-rasul yang mempunyai tugas penting, melebihi yang lain. Dari sana diambil pula kesimpulan bahwa Nabi yang mula-mula membawa syariat ialah Nabi Nuh. Diutus Nuh itu kepada kaumnya: “Maka tinggallah dia di antara mereka seribu tahun kurang lima-puluh tahun." Suatu umur yang sangat panjang jika dibandingkan dengan umur manusia zaman sekarang.
Sebagai seorang Muslim yang iman mutlak kepada isi Al-Qur'an tentu kita percaya dengan tidak bertanya lagi kepada umur Nabi Nuh yang sembilanratus limapuluh tahun itu. Karena sumber berita yang lain tidak ada yang membantahnya. Kalaupun misalnya ada yang membantah, dia mesti menunjukkan bukti yang ilmiah pula untuk mengatakan bahwa keterangan Al-Qur'an itu dusta Kalau menolak dengan kata-kata tidak masuk akal, tidaklah dapat kita terima tolakan itu. Tetapi kalau kita hendak mencari tafsir panjang umur ini menurut taksiran logika dan ilmiah, itu pun dapat kita katakan. Bilangan manusia pada masa itu masih sedikit di muka bumi ini. Sebab itu tidaklah mustahil jika bilangan yang sedikit itu diimbangi Tuhan dengan perpanjangan umur, supaya bumi tetap berisi dan hidup bisa panjang. Demikian penafsiran dari asy-Syahid Sayid Quthub dalam Tafsirnya “Fi Zilalil Qur'an" “Kemudian." kata Sayid Quthub selanjutnya, “Apabila manusia telah banyak dan bumi telah ramai, panjang umur tidak diperlukan lagi Kenyataan.ini dapat diperhatikan pada umur kebanyakan makhluk hidup. Kalau sedikit bilangan dan masih sedikit keturunan, umur jadi panjang. Sebagaimana terlihat pada burung-burung nasar (elang) dan sebangsa penyu. Penyu ada yang berusia sampai beratus tahun. Sedang lalat (lengau) yang kalau menetas dapat membiakkan anak berjuta, umur satu-satunya tidak ada yang lebih dari dua minggu." Sekian yang kita salin.
Maka Nabi Nuh berusia 950 tahun, namun usaha selama itu hanya memberi hasil sedikit orang yang beriman. Yang sedikit itulah yang disuruh masukkan ke dalam perahu untuk diselamatkan, akan jadi tampang dari manusia yang akan datang di belakang. Yang selebihnya mendapat kehancuran; “Lalu mereka ditarik oleh taufan besar." Tenggelam ke dalam laut ketika air diganah-kan sehingga meliputi seluruh muka bumi. Hal ini dikisahkan lebih panjang dalam Surat 11. Hud dan Surat 23, al-Mu'minun."Dan mereka adalah zalim." (ujung ayat 14). Hukuman hancur, lulus, tenggelam yang mereka terima itu, yaitu mereka ditarik ke dalam azab siksaan itu, lain tidak adalah karena zalim mereka, aniaya, menempuh jalan yang salah
Ayat 15
“Maka Kami selamatkanlah dia dan penumpang-penumpang bahtera itu." (pangkal ayat 15). Artinya bahwa beliau, Nabi Nuh (‘alaihis salam) bersama-sama dengan orang-orang yang mengikuti beliau di dalam bahtera itu, yang telah dipersiapkan bertahun-tahun lamanya, telah diselamatkan oleh Tuhan. Dan dari keturunan manusia yang dibawa dalam bahtera itulah manusia yang sekarang ini."Dan Kami jadikan peristiwa itu menjadi tanda bukti bagi manusia." (ujung ayat 15). Yaitu bahwa peristiwa bahtera Nabi Nuh itu masih dapat dibuktikan sampai kepada zaman Nabi kita Muhammad s.a.w., diketahui orang di mana tempatnya. Dan kemudian itu di zaman kita ini masih terus diselidiki orang di manakah terkandasnya bahtera tersebut seketika bumi mulai beransur kering dan banjir yang menggenangi seluruh bumi itu mulai hilang. Ahli-ahli pengetahuan telah berusaha menyelidikinya. Tempat itu telah didapat, dan telah diselidiki dengan kapal terbang. Kononnya di lereng Gunung Ararat, terletak di zaman sekarang di batas antara Republik Turki dengan Soviet Rusia. Karena sangkut paut dengan politik perbatasan dan pertahanan, usaha penyelidikan itu belum dapat diteruskan. Kononnya bahtera itu telah membatu (memfosil).
Di bahagian yang lain, di surat yang lain, sebagai Surat Hud dan Surat al-Mu'minun, demikian juga dalam Surat asy-Syu'ara' dapat kita lihat keterangan lebih panjang tentang Nabi Nuh. Dalam surat ini hanya terdiri dari dua ayat, untuk pelengkap keterangan Tuhan tentang Jihad menegakkan Iman dan Akidah, yang menghendaki keteguhan hati menghadapi fitnah atau cobaan. Muka dengan ayat yang dua itu, terutama dengan mengemukakan usia Nabi Nuh seribu kurang limapuluh tahun, dapatlah dirasakan bagaimana hebatnya Jihad beliau.
Kemudian dikisahkan pula tentang Jihad Nabi Ibrahim:
Ayat 16
“Dan Ibrahim, seketika dia berkata kepada.kaumnya: “Sembahlah olehmu akan Allah dan bertakwalah kepadaNya." (pangkal ayat 16). Di sini Tuhan menceriterakan pula perjuangan hambaNya yang disebut juga Khalil Allah, artinya sahabat karib Tuhan, karena dari sangat usahanya mendekatkan dirinya kepada Allah. Ketika beliau masih berdiam di kampung halamannya telah diserunya kaumnya agar menyembah kepada Allah sahaja dan bertakwa kepada Allah saja. Karena Aliahlah, tidak yang lain, yang menciptakan alam ini. Aliahlah, tidak bersekutu yang lain dengan Dia di dalam memberikan jaminan hidup bagi seluruh yang bernyawa di muka bumi ini, terutama manusia. Maka tidaklah patut kalau manusia menyembah pula kepada yang lain."Itulah yang sebaiknya bagi kamu jika kamu mengetahui." (ujung ayat 16).
Artinya, jika Allah saja yang kamu sembah dan kepadanya kamu bertakwa, itulah jalan yang sebaik-baiknya bagi kamu, untuk keselamatan hidupmu dalam dunia ini dan untuk di akhirat kelak. Dengan takwa kepada Allah terhindarlah kamu dari kejahatan dan terbukalah hatimu kepada hakikat kebenaran. Itulah yang baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Itulah sebabnya maka Ibrahim memberitahukannya sehingga berubahlah pandangan hidupmu yang salah kepada yang benar.
Ayat 17
“Tidak lain yang kamu sembah selain Allah itu hanyalah berhala dan kamu memperkuat dusta saja." (pangkal ayat 17). Artinya, bahwa yang kamu sembah selama ini hanyalah berhala Berhala itu adalah buatan tangan kamu sendiri, lalu kamu beri nama. Padahal berhala itu kamu buat daripada batu atau daripada kayu. Kamu yang membuatnya sendiri, lalu kamu sembah dan kamu muliakan, kamu beri nama dan kamu tuhankan. Perbuatanmu itu sudah nyata dusta saja! Bukankah suatu dusta dengan disadari atau tidak disadari, kalau buatan tangan sendiri lalu dianggap lebih berkuasa dari yang membuatnya. Lalu yang membuat itu menyembah kepadanya? “Sesungguhnya yang kamu sembah selain dari Allah itu tidaklah mampu memberikan rezeki untuk kamu." Alangkah bodoh orang yang menyangka bahwa berhala memberinya rezeki, padahal berhala itu dibuat oleh yang meminta rezeki kepadanya itu sendiri? Dia tidak dapat menggerakkan tangannya dan melangkahkan _kakiknya. Dia baru termulia karena dimuliakan orang yang mengatakan dia mulia; bagaimana dia akan dapat memberikan rezeki? Padahal dia adalah makhluk Allah, sama juga keadaannya dengan orang yang meminta itu sendiri."Sebab itu usahakanlah rezeki di sisi Allah dan sembahlah Dia." Sebab hanya Dialah pemberi rezeki dengan terlebih dahulu menyembah kepadaNya, beribadat kepadaNya; ‘Dan bersyukurlah kepadaNya." Bersyukur berterimakasih kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikurniakanNya kepada kamu. Dan ingatlah: “KepadaNya-lah kamu sekalian akan kembali." (ujung ayat 17). Kehidupanmu di dunia akan berakhir dan kamu akan dipanggil Tuhan kembali kepadaNya jika datang waktunya. Bercerai badan dengan nyawa. Badan kembali ke asalnya, yaitu tanah. Nyawa kembali ke sumbernya, yaitu Tuhan. Sesudah itu alam kubur, sesudahjtu kiamat, sesudah itu hisab (perhitungan).
Ayat 18
“Dan jika kamu mendustakan, maka sesungguhnya telah mendustakan pula ummat-ummat dari sebelum kamu" (pangkal ayat 18). Maka mana yang mendustakan itu, terutama sebagai ummat kaum Nuh, mereka telah binasa dan hancur; “Dan tidaklah kewajiban bagi seorang Rasul selain dari menyampaikan sejelas-jelasnya." (ujung ayat 18). Bagaimanapun kamu mencoba hendak mendustakan keterangan yang dibawa Rasul itu, namun Rasul tidaklah akan berhenti memberi ingat. Dan ketentuan tentang nasibmu Tuhanlah yang memutuskan.