Ayat
Terjemahan Per Kata
فَأَنجَيۡنَٰهُ
maka kami selamatkannya (Nuh)
وَأَصۡحَٰبَ
dan penghuni (penumpang)
ٱلسَّفِينَةِ
kapal/bahtera
وَجَعَلۡنَٰهَآ
dan Kami jadikannya
ءَايَةٗ
tanda-tanda (pelajaran)
لِّلۡعَٰلَمِينَ
bagi semesta alam (ummat manusia)
فَأَنجَيۡنَٰهُ
maka kami selamatkannya (Nuh)
وَأَصۡحَٰبَ
dan penghuni (penumpang)
ٱلسَّفِينَةِ
kapal/bahtera
وَجَعَلۡنَٰهَآ
dan Kami jadikannya
ءَايَةٗ
tanda-tanda (pelajaran)
لِّلۡعَٰلَمِينَ
bagi semesta alam (ummat manusia)
Terjemahan
Maka, Kami selamatkan Nuh dan para penumpang bahtera serta Kami jadikannya sebagai pelajaran bagi alam semesta.
Tafsir
(Maka Kami selamatkan dia) Nabi Nuh (dan penumpang-penumpang bahtera itu) yang bersama Nabi Nuh di dalam bahtera (dan Kami jadikan peristiwa itu tanda) pelajaran (bagi semua umat manusia) yang datang sesudah mereka, jika mereka berbuat durhaka kepada Rasul-rasul mereka. Setelah peristiwa banjir besar itu Nabi Nuh hidup selama enam puluh tahun atau lebih, sehingga jumlah manusia menjadi banyak.
Tafsir Surat Al-'Ankabut: 14-15
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim, Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. Ini merupakan hiburan dari Allah ﷻ kepada Nabi Muhammad ﷺ Allah menceritakan kepadanya tentang Nuh a.s., bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya dalam masa yang sangat lama seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah ﷻ Seruan itu dilakukannya siang malam, dan secara rahasia dan terang-terangan. Tetapi sekalipun demikian, tiada menambah mereka melainkan makin menjauh dari perkara hak dan berpaling darinya serta mendustakan Nuh, dan tiada yang beriman bersama Nuh melainkan hanya sedikit orang saja.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut: 14) Yakni sesudah masa yang sangat lama itu penyampaian Nuh dan peringatannya masih belum berhasil terhadap mereka. Maka kamu Muhammad, janganlah menyesali sikap orang-orang yang kafir terhadapmu dari kalangan kaummu, jangan pula kamu bersedih hati atas sikap mereka, karena sesungguhnya Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pulalah yang akan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.
Di tangan kekuasaan-Nyalah semua urusan, dan hanya kepada-Nyalah kembali semua urusan. Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan. (Yunus: 96-97), hingga akhir ayat. Dan ketahuilah bahwa Allah pasti akan memunculkanmu, menolongmu, menguatkanmu, menghinakan musuh-musuhmu serta mengalahkan mereka, dan menjadikan mereka berada di dasar neraka yang paling bawah. Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahik, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nuh diutus oleh Allah sejak usia empat puluh tahun, dan tinggal di kalangan kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun, serta hidup sesudah masa banjir besar selama enam puluh tahun, hingga manusia bertambah populasi (jumlah)nya dan menyebar.
Qatadah mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, sesungguhnya jumlah seluruh usia Nuh adalah sembilan ratus lima puluh tahun. Ia tinggal di kalangan kaumnya sebelum menyeru mereka ke jalan Allah selama tiga ratus tahun, dan menyeru mereka selama tiga ratus tahun, serta tinggal sesudah masa banjir besar selama tiga ratus lima puluh tahun. Tetapi pendapat ini garib.
Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah selama sembilan ratus lima puluh tahun. Aun ibnu Abu Syaddad telah mengatakan bahwa Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya saat ia berusia tiga ratus lima puluh tahun, lalu Nuh a.s. menyeru mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun. Kemudian ia hidup sesudah itu selama tiga ratus lima puluh tahun.
Pendapat ini pun berpredikat garib, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir serta dikatakan oleh suatu pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas, hanya Allah Yang Maha Mengetahui. As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Ibnu Umar pernah bertanya kepadaku, "Berapa lamakah Nuh tinggal bersama kaumnya?" Mujahid mengatakan, bahwa lalu ia menjawab, "Sembilan ratus lima puluh tahun." Lalu Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu masih terus mengalami pengurangan dalam usia mereka, kebaligan mereka, dan bentuk tubuh mereka, sampai masamu sekarang ini." Firman Allah ﷻ: Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-'Ankabut: 15) Yakni orang-orang yang beriman kepada Nuh a.s.
Penjelasan mengenai hal ini telah disebutkan secara rinci dalam surat Hud, juga tafsir ayat ini telah dijelaskan sehingga tidak perlu lagi untuk diulangi. Firman Allah ﷻ: dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (Al-'Ankabut: 15) Maksudnya, Kami jadikan bahtera itu utuh, yang adakalanya hanya tinggal bentuknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah, bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. masih ada peninggalannya sampai permulaan masa Islam terdapat di Bukit Al-Judi.
Atau yang masih ada itu adalah jenisnya, hal itu dijadikan sebagai peringatan buat manusia yang mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah kepada makhluk-Nya, saat Allah menyelamatkan mereka dari banjir besar. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41-42) sampai dengan firman Allah ﷻ: dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika. (Yasin: 44) Dan firman Allah ﷻ: .
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12) Dan dalam surat Al-'Ankabut ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (Al-'Ankabut: 15) Ini merupakan ungkapan tadrij, dari suatu benda ke jenisnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan. (Al-Mulk: 5) Yakni Kami jadikan jenisnya sebagai pelempar, karena sesungguhnya yang dijadikan pelempar setan-setan itu bukanlah binatang-binatang yang menjadi penghias langit.
Dan firman Allah ﷻ lainnya yang menyebutkan: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mu-minun: 12-13) Ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama cukup banyak. Ibnu Jarir mengatakan, seandainya dikatakan bahwa damir yang terdapat di dalam firman-Nya: dan Kami jadikan bintang-bintang itu. (Al-Mulk: 5) merujuk kepada 'uqubah (siksaan) bukan bintang-bintang, tentulah bermakna tidak seperti yang dimaksudkan di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Maka untuk mewujudkan janji Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu bersamanya, dan Kami jadikan peristiwa itu sebagai pelajaran bagi semua manusia, terutama yang datang kemudian. 16. Selain Nabi Nuh, Rasul pertama, Nabi Ibrahim juga mengalami hal yang sama. Dan ingatlah wahai Rasul, kisah Nabi Ibrahim, ketika dia berkata kepada kaumnya, 'Sembahlah dan patuhilah Allah dalam segala hal yang diperintahkan-Nya dengan penuh keikhlasan dan bertakwalah kepada-Nya dengan menghindari segala sesuatu yang dapat mendatangkannya siksa-Nya. Yang demikian itu, yakni kepatuhan dan ketakwaan, lebih baik bagimu daripada kekufuran, jika kamu mengetahui apa yang baik dan buruk bagimu.
Allah menyelamatkan Nuh dan para pengikutnya dengan sebuah perahu yang telah dibuatnya. Adanya bahtera Nabi Nuh menjadi contoh dan pengajaran bagi orang sesudahnya, karena ia terdampar masih dalam keadaan utuh di sebuah bukit yang bernama Bukit Judi. Perahu Nabi Nuh sampai beberapa lama masih dapat disaksikan oleh orang yang berkunjung ke sana dalam keadaan utuh. Hal ini menyadarkan orang kepada nikmat Allah yang diturunkan-Nya kepada orang beriman dengan menyelamatkan mereka dari bahaya banjir. Hal demikian dinyatakan dalam ayat lain yang berbunyi:
Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal. Agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (al-haqqah/69: 11-12)
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas ialah bahwa para rasul sesudah Nuh tidak perlu merasa sedih karena keingkaran kaumnya menerima kebenaran wahyu yang dibawanya. Siksaan dan halangan dari kaum kafir dan musyrik yang tidak senang kepada Islam merupakan peringatan bagi orang yang beriman bahwa sekalipun orang-orang musyrik itu menyiksa dan menyakiti mereka di dunia, namun pada akhirnya semuanya akan kembali juga kepada Tuhan. Orang-orang musyrik itu kembali dengan menemui malapetaka dan kesengsaraan dalam neraka yang menyala-nyala, sedang orang beriman dan sabar dalam menghadapi penderitaan itu kembali ke tempat yang mulia dengan penuh pertolongan Allah.
Demikianlah pelajaran dari kisah Nabi Nuh. Orang kafir yang selama ini menyakiti Nuh dan kaumnya pada akhirnya ditenggelamkan Tuhan dengan banjir, tetapi orang beriman bersama Nuh selamat, berlayar di atas kapal. Kesabaran Nuh berdakwah dalam masa yang lama itu hendaknya dijadikan pelajaran bagi setiap juru dakwah. Bahkan, seharusnya kita yang lebih besar memiliki rasa kesabaran dari Nuh, sebab umur dan usia kita berdakwah tidaklah sepanjang usia Nabi Nuh.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Jihad Nabi-nabi
Sejak semula telah dikatakan bahwasanya Iman tidaklah bisa tegak kalau tidak dengan ujian. Nabi Muhammad s.a.w. sendiri pun telah mengatakan bahwasanya ujian iman itu akan datang menurut ukuran tinggi atau rendahnya iman orang. Yang lebih banyak dan besar mendapat ujian ialah Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Sesudah itu ialah orang-orang shalih. Sesudah itu menurut taraf iman manusia masing-masing, menurut ukuran yang dapat dipikulnya. Maka sekarang, mulai dari ayat 14 ini mulailah Tuhan menceriterakan betapa hebat perjuangan dan Jihad Nabi-nabi itu. Dimulai ceritera pada Nabi Nuh. Sebab Nabi Nuhlah yang mula-mula membawa syariat.
Ayat 14
“Dan sesungguhnya telah Kami utus Nuh kepada kaumnya." (pangkal ayat 14). Di dalam Surat 42. asy-Syu'ara' ayat 13 ada diterangkan bahwa syariat agama yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad s.a.w. adalah sama isinya dengan yang diperintahkan kepada Nuh. Demikian juga yang diperintahkan kepada Ibrahim dan Musa dan Isa, yaitu mendirikan satu agama dan jangan berpecah. Dari kelima orang Nabi itu, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad disebutkanlah UluI Azmi, yaitu Rasul-rasul yang mempunyai tugas penting, melebihi yang lain. Dari sana diambil pula kesimpulan bahwa Nabi yang mula-mula membawa syariat ialah Nabi Nuh. Diutus Nuh itu kepada kaumnya: “Maka tinggallah dia di antara mereka seribu tahun kurang lima-puluh tahun." Suatu umur yang sangat panjang jika dibandingkan dengan umur manusia zaman sekarang.
Sebagai seorang Muslim yang iman mutlak kepada isi Al-Qur'an tentu kita percaya dengan tidak bertanya lagi kepada umur Nabi Nuh yang sembilanratus limapuluh tahun itu. Karena sumber berita yang lain tidak ada yang membantahnya. Kalaupun misalnya ada yang membantah, dia mesti menunjukkan bukti yang ilmiah pula untuk mengatakan bahwa keterangan Al-Qur'an itu dusta Kalau menolak dengan kata-kata tidak masuk akal, tidaklah dapat kita terima tolakan itu. Tetapi kalau kita hendak mencari tafsir panjang umur ini menurut taksiran logika dan ilmiah, itu pun dapat kita katakan. Bilangan manusia pada masa itu masih sedikit di muka bumi ini. Sebab itu tidaklah mustahil jika bilangan yang sedikit itu diimbangi Tuhan dengan perpanjangan umur, supaya bumi tetap berisi dan hidup bisa panjang. Demikian penafsiran dari asy-Syahid Sayid Quthub dalam Tafsirnya “Fi Zilalil Qur'an" “Kemudian." kata Sayid Quthub selanjutnya, “Apabila manusia telah banyak dan bumi telah ramai, panjang umur tidak diperlukan lagi Kenyataan.ini dapat diperhatikan pada umur kebanyakan makhluk hidup. Kalau sedikit bilangan dan masih sedikit keturunan, umur jadi panjang. Sebagaimana terlihat pada burung-burung nasar (elang) dan sebangsa penyu. Penyu ada yang berusia sampai beratus tahun. Sedang lalat (lengau) yang kalau menetas dapat membiakkan anak berjuta, umur satu-satunya tidak ada yang lebih dari dua minggu." Sekian yang kita salin.
Maka Nabi Nuh berusia 950 tahun, namun usaha selama itu hanya memberi hasil sedikit orang yang beriman. Yang sedikit itulah yang disuruh masukkan ke dalam perahu untuk diselamatkan, akan jadi tampang dari manusia yang akan datang di belakang. Yang selebihnya mendapat kehancuran; “Lalu mereka ditarik oleh taufan besar." Tenggelam ke dalam laut ketika air diganah-kan sehingga meliputi seluruh muka bumi. Hal ini dikisahkan lebih panjang dalam Surat 11. Hud dan Surat 23, al-Mu'minun."Dan mereka adalah zalim." (ujung ayat 14). Hukuman hancur, lulus, tenggelam yang mereka terima itu, yaitu mereka ditarik ke dalam azab siksaan itu, lain tidak adalah karena zalim mereka, aniaya, menempuh jalan yang salah
Ayat 15
“Maka Kami selamatkanlah dia dan penumpang-penumpang bahtera itu." (pangkal ayat 15). Artinya bahwa beliau, Nabi Nuh (‘alaihis salam) bersama-sama dengan orang-orang yang mengikuti beliau di dalam bahtera itu, yang telah dipersiapkan bertahun-tahun lamanya, telah diselamatkan oleh Tuhan. Dan dari keturunan manusia yang dibawa dalam bahtera itulah manusia yang sekarang ini."Dan Kami jadikan peristiwa itu menjadi tanda bukti bagi manusia." (ujung ayat 15). Yaitu bahwa peristiwa bahtera Nabi Nuh itu masih dapat dibuktikan sampai kepada zaman Nabi kita Muhammad s.a.w., diketahui orang di mana tempatnya. Dan kemudian itu di zaman kita ini masih terus diselidiki orang di manakah terkandasnya bahtera tersebut seketika bumi mulai beransur kering dan banjir yang menggenangi seluruh bumi itu mulai hilang. Ahli-ahli pengetahuan telah berusaha menyelidikinya. Tempat itu telah didapat, dan telah diselidiki dengan kapal terbang. Kononnya di lereng Gunung Ararat, terletak di zaman sekarang di batas antara Republik Turki dengan Soviet Rusia. Karena sangkut paut dengan politik perbatasan dan pertahanan, usaha penyelidikan itu belum dapat diteruskan. Kononnya bahtera itu telah membatu (memfosil).
Di bahagian yang lain, di surat yang lain, sebagai Surat Hud dan Surat al-Mu'minun, demikian juga dalam Surat asy-Syu'ara' dapat kita lihat keterangan lebih panjang tentang Nabi Nuh. Dalam surat ini hanya terdiri dari dua ayat, untuk pelengkap keterangan Tuhan tentang Jihad menegakkan Iman dan Akidah, yang menghendaki keteguhan hati menghadapi fitnah atau cobaan. Muka dengan ayat yang dua itu, terutama dengan mengemukakan usia Nabi Nuh seribu kurang limapuluh tahun, dapatlah dirasakan bagaimana hebatnya Jihad beliau.
Kemudian dikisahkan pula tentang Jihad Nabi Ibrahim:
Ayat 16
“Dan Ibrahim, seketika dia berkata kepada.kaumnya: “Sembahlah olehmu akan Allah dan bertakwalah kepadaNya." (pangkal ayat 16). Di sini Tuhan menceriterakan pula perjuangan hambaNya yang disebut juga Khalil Allah, artinya sahabat karib Tuhan, karena dari sangat usahanya mendekatkan dirinya kepada Allah. Ketika beliau masih berdiam di kampung halamannya telah diserunya kaumnya agar menyembah kepada Allah sahaja dan bertakwa kepada Allah saja. Karena Aliahlah, tidak yang lain, yang menciptakan alam ini. Aliahlah, tidak bersekutu yang lain dengan Dia di dalam memberikan jaminan hidup bagi seluruh yang bernyawa di muka bumi ini, terutama manusia. Maka tidaklah patut kalau manusia menyembah pula kepada yang lain."Itulah yang sebaiknya bagi kamu jika kamu mengetahui." (ujung ayat 16).
Artinya, jika Allah saja yang kamu sembah dan kepadanya kamu bertakwa, itulah jalan yang sebaik-baiknya bagi kamu, untuk keselamatan hidupmu dalam dunia ini dan untuk di akhirat kelak. Dengan takwa kepada Allah terhindarlah kamu dari kejahatan dan terbukalah hatimu kepada hakikat kebenaran. Itulah yang baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Itulah sebabnya maka Ibrahim memberitahukannya sehingga berubahlah pandangan hidupmu yang salah kepada yang benar.
Ayat 17
“Tidak lain yang kamu sembah selain Allah itu hanyalah berhala dan kamu memperkuat dusta saja." (pangkal ayat 17). Artinya, bahwa yang kamu sembah selama ini hanyalah berhala Berhala itu adalah buatan tangan kamu sendiri, lalu kamu beri nama. Padahal berhala itu kamu buat daripada batu atau daripada kayu. Kamu yang membuatnya sendiri, lalu kamu sembah dan kamu muliakan, kamu beri nama dan kamu tuhankan. Perbuatanmu itu sudah nyata dusta saja! Bukankah suatu dusta dengan disadari atau tidak disadari, kalau buatan tangan sendiri lalu dianggap lebih berkuasa dari yang membuatnya. Lalu yang membuat itu menyembah kepadanya? “Sesungguhnya yang kamu sembah selain dari Allah itu tidaklah mampu memberikan rezeki untuk kamu." Alangkah bodoh orang yang menyangka bahwa berhala memberinya rezeki, padahal berhala itu dibuat oleh yang meminta rezeki kepadanya itu sendiri? Dia tidak dapat menggerakkan tangannya dan melangkahkan _kakiknya. Dia baru termulia karena dimuliakan orang yang mengatakan dia mulia; bagaimana dia akan dapat memberikan rezeki? Padahal dia adalah makhluk Allah, sama juga keadaannya dengan orang yang meminta itu sendiri."Sebab itu usahakanlah rezeki di sisi Allah dan sembahlah Dia." Sebab hanya Dialah pemberi rezeki dengan terlebih dahulu menyembah kepadaNya, beribadat kepadaNya; ‘Dan bersyukurlah kepadaNya." Bersyukur berterimakasih kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikurniakanNya kepada kamu. Dan ingatlah: “KepadaNya-lah kamu sekalian akan kembali." (ujung ayat 17). Kehidupanmu di dunia akan berakhir dan kamu akan dipanggil Tuhan kembali kepadaNya jika datang waktunya. Bercerai badan dengan nyawa. Badan kembali ke asalnya, yaitu tanah. Nyawa kembali ke sumbernya, yaitu Tuhan. Sesudah itu alam kubur, sesudahjtu kiamat, sesudah itu hisab (perhitungan).
Ayat 18
“Dan jika kamu mendustakan, maka sesungguhnya telah mendustakan pula ummat-ummat dari sebelum kamu" (pangkal ayat 18). Maka mana yang mendustakan itu, terutama sebagai ummat kaum Nuh, mereka telah binasa dan hancur; “Dan tidaklah kewajiban bagi seorang Rasul selain dari menyampaikan sejelas-jelasnya." (ujung ayat 18). Bagaimanapun kamu mencoba hendak mendustakan keterangan yang dibawa Rasul itu, namun Rasul tidaklah akan berhenti memberi ingat. Dan ketentuan tentang nasibmu Tuhanlah yang memutuskan.