Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَيَحۡمِلُنَّ
dan sungguh mereka akan memikul
أَثۡقَالَهُمۡ
beban mereka
وَأَثۡقَالٗا
dan beban-beban
مَّعَ
bersama/disamping
أَثۡقَالِهِمۡۖ
beban-beban mereka
وَلَيُسۡـَٔلُنَّ
dan sungguh mereka akan ditanya
يَوۡمَ
pada hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
عَمَّا
dari/tentang apa
كَانُواْ
adalah mereka
يَفۡتَرُونَ
mereka ada-adakan
وَلَيَحۡمِلُنَّ
dan sungguh mereka akan memikul
أَثۡقَالَهُمۡ
beban mereka
وَأَثۡقَالٗا
dan beban-beban
مَّعَ
bersama/disamping
أَثۡقَالِهِمۡۖ
beban-beban mereka
وَلَيُسۡـَٔلُنَّ
dan sungguh mereka akan ditanya
يَوۡمَ
pada hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
عَمَّا
dari/tentang apa
كَانُواْ
adalah mereka
يَفۡتَرُونَ
mereka ada-adakan
Terjemahan
Mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka (sendiri) dan dosa-dosa (orang lain yang mereka perdaya) di samping dosa-dosa mereka. Pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan yang selalu mereka ada-adakan.
Tafsir
(Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban mereka) dosa-dosa mereka (dan beban-beban dosa yang lain di samping beban-beban dasa mereka sendiri) disebabkan perkataan mereka kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya tadi, yaitu, "Ikutilah jalan kami", dan juga disebabkan penyesatan yang mereka lakukan kepada orang-orang yang mengikuti mereka (dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa-apa yang selalu mereka ada-adakan) yakni kedustaan mereka terhadap Allah. Pertanyaan ini menunjukkan nada celaan, dan huruf Lam yang terdapat pada kedua Fi'il tadi menunjukkan makna Qasam, sedangkan Fa'il masing-masing yaitu berupa Wau Dhamir Jamak dibuang, dan demikian pula huruf Nun alamat Rafa'nya.
Tafsir Surat Al-'Ankabut: 12-13
Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman, "Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu," dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir Quraisy, bahwa mereka mengatakan kepada Orang-orang yang beriman dari kalangan mereka lagi mengikuti jalan hidayah, "Berbaliklah (murtadlah) kalian dari agama kalian, lalu kembali kepada agama kami dan mengikuti jalan kami." dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu. (Al-'Ankabut: 12) Maksudnya, jika kalian mempunyai dosa-dosa dalam kemurtadan kalian, maka kamilah yang akan menanggungnya.
Perihalnya sama dengan perkataan seseorang, "Lakukanlah ini, dosamu akulah yang menanggungnya." Allah ﷻ menjawab ucapan mereka seraya mendustakannya: dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. (Al-'Ankabut: 12) Yakni dusta dalam ucapan mereka yang menyatakan bahwa mereka sanggup memikul beban dosa-dosa orang-orang yang mereka suruh untuk murtad dari agamanya. Karena sesungguhnya tiada seorang pun yang menanggung dosa orang lain. Sehubungan dengan hal ini Allah ﷻ telah berfirman dalam ayat lain: Dan jika seorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fatir: 18) Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11) Adapun firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri. (Al-'Ankabut: 13) Ini menceritakan keadaan para penyeru kekafiran dan kesesatan, bahwa kelak di hari kiamat mereka memikul beban dosa-dosa mereka sendiri, juga beban-beban dosa lain disebabkan mereka telah menyesatkan orang lain, tanpa mengurangi dosa mereka yang telah disesatkannya barang sedikit pun, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang-orang yang telah mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). (An-Nahl: 25), hingga akhir ayat.
Di dalam kitab sahih disebutkan sebuah hadis yang mengatakan: Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala-orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa yang semisal dengan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun.
Hadis lainnya yang juga di dalam kitab sahih menyebutkan: Tidaklah suatu jiwa terbunuh secara aniaya melainkan atas anak Adam yang pertama terpikulkan sebagian dari darahnya (dosanya), karena dialah orang yang mula-mula melakukan pembunuhan. Firman Allah ﷻ: dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13) Yakni apa yang selalu mereka buat-buat berupa kedustaan. Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis: -: .
". bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hafs ibnu Abul Aliyah, telah menceritakan kepadakami Sulaiman ibnu Habib Al-Muharibi, dari Abu Umamah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya, kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian berbuat zalim, karena sesungguhnya Allah ﷻ kelak di hari kiamat akan berfirman dengan tegas, "Demi keagungan dan kebesaran-Ku, pada hari ini tiada suatu perbuatan zalim pun yang Kulewatkan. Kemudian berserulah penyeru dan mengatakan, "Di manakah Fulan bin Fulan? Maka datanglah orang yang dimaksud seraya diikuti oleh amal-amal kebaikannya yang sebesar gunung.
Maka mata semua orang tertuju kepadanya, hingga ia berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Kemudian Allah memerintahkan kepada penyeru untuk menyerukan, "Barang siapa yang mempunyai sangkut paut dengan si Fulan atau pernah dizalimi olehnya, hendaklah ia kemari!" Maka mereka berdatangan sehingga berkumpul dalam keadaan berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman (kepada para malaikat), "Bayarkanlah utang hamba-Ku!" Mereka bertanya, "Bagaimanakah cara membayarkannya? Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman, "Ambillah sebagian dari amal baiknya buat mereka.
Maka para malaikat terus-menerus mengambil kebaikannya, hingga tiada yang tersisa suatu kebaikan pun padanya, sedangkan orang-orang yang pernah dizaliminya masih belum terlunaskan. Allah berfirman, "Bayarkanlah utang-utang hamba-Ku. Para malaikat berkata, "Tiada suatu kebaikan pun yang tersisa padanya. Allah berfirman, "Ambillah sebagian dari keburukan mereka, lalu bebankanlah kepadanya. Kemudian Nabi ﷺ membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13) Hadis ini mempunyai syahid yang menguatkannya terdapat di dalam kitab sahih melalui jalur lain yang menyebutkan: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar didatangkan pada hari kiamat dengan membawa amal-amal baik yang besar-besar seperti gunung, sedangkan ia pernah berbuat zalim kepada si anu dan pernah mengambil harta si anu serta pernah mengambil kehormatan si anu; maka orang yang pertama mengambil kebaikannya, dan orang yang kedua mengambil kehormatannya pula.
Dan apabila tiada lagi amal baik yang tersisa padanya, maka diambillah sebagian dari dosa-dosa mereka (yang pernah dianiaya olehnya), lalu dibebankan kepadanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr Al-Hazza, dari Abu Hamzah As-Samali, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepadanya: Hai Mu'az, sesungguhnya orang mukmin kelak akan ditanya pada hari kiamat tentang semua perbuatannya, sehingga ditanya tentang celak matanya, dan serpihan tanah liat yang dipegang-pegang oleh kedua jarinya. Maka semoga aku tidak menjumpaimu datang pada hari kiamat, sedangkan ada orang lain yang lebih berbahagia darimu dalam hal pahala yang telah diberikan oleh Allah kepadamu."
Dan mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka sendiri yang sangat berat, dan di samping itu mereka pun akan memikul dosa-dosa yang lain, yaitu dosa-dosa orang-orang yang telah mereka sesatkan dan palingkan dari kebenaran, bersama dosa mereka. Dan pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan yang selalu mereka ada-adakan ketika di dunia dan mereka akan disiksa karena itu semua. 14. Cobaan, ujian dan siksaan dalam keimanan juga dialami oleh para nabi dan umatnya, di antaranya Nabi Nuh yang sangat lama sekali menghadapi gangguan dari kaumnya. Dan sungguh, Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya untuk menyeru mereka kepada ajaran tauhid. Maka dia tinggal bersama mereka untuk menyampaikan risalah ketuhanan, terhitung sejak Kami mengutusnya menjadi Nabi selama seribu tahun kurang lima puluh tahun, yaitu sembilan ratus lima puluh tahun. Selama itu nabi Nuh berdakwah dengan berbagai cara, dan selama itu pula mereka durhaka dan tidak memenuhi seruannya. Kemudian mereka yang durhaka itu dilanda banjir besar sebagai bentuk azab untuk mereka, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim dengan kekufuran mereka.
Terhadap ajakan dan bujukan orang-orang kafir itu, Allah menegaskan bahwa tidak ada gunanya bagi diri mereka rayuan-rayuan tersebut. Bujukan tersebut disampaikan dalam usaha mengajak orang lain kepada kekafiran dan kesesatan yang harus mereka tanggung dosanya dan orang yang melakukan karena bujukannya. Namun orang yang melakukannya sendiri tidak akan berkurang dosanya sekalipun yang mengajaknya lebih dahulu dilipatgandakan siksaannya. Pada ayat ini ditegaskan kembali:
(Ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu. (an-Nahl/16: 25)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
Siapa yang mengajak seseorang kepada petunjuk (Tuhan), ia akan memperoleh pahala sebanyak yang diperoleh oleh orang yang mengamalkan petunjuk itu tanpa dikurangi sedikit pun pahalanya (sampai Kiamat), dan siapa yang mendorong seseorang kepada kesesatan, baginya dosa sebanyak dosa orang yang mengikuti kesesatan itu (sampai hari Kiamat) tanpa dikurangi sedikit pun dosanya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa di hari kemudian kelak mereka akan dimintai pertanggungjawabannya tentang kebohongan yang mereka perbuat di dunia. Kepadanya ditanyakan pertanyaan-pertanyaan dengan nada menghina tentang orang-orang yang telah mereka tipu dengan kebohongannya, sehingga mereka menjadi tersesat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Memuliakan Ibu-bapa Dan Mempertahankan Akidah
Ayat 8
“Kami wasiatkan kepada manusia supaya kepada kedua orang tuanya bersikap baik." (pangkal ayat 8). Kalau dari Tuhan datang uiashiyat, artinya ialah perintah. Tuhan mewajibkan dan memerintahkan kepada manusia supaya kepada ayah-bunda hendaklah bersikap yang baik. Karena kedua orang tua itulah asal-usul kejadian manusia. Dengan perantaraan keduanyalah Allah menghadirkan tiap-tiap manusia ke muka bumi ini. Ayah mencarikan segala perlengkapan hidup. Ibu mengasuh dan menjaga di rumah. Di dalam ayat 23 dari Surat 17, al-isra' dengan tegas Tuhan menjelaskan bahwa sesudah menyembah kepada Allah Tuhan Yang Esa, tidak bersekutu yang lain dengan Dia, hendaklah manusia bersikap baik Kepada kedua orang ayah-bundanya."Dan jika keduanya berkeras mengajak engkau mempersekutukan dengan Daku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah engkau turuti keduanya." Sebagai orang yang telah beriman kepada Allah, seorang Mu'min tidak mengenal lagi ada Tuhan selain Allah. Kalau diajak menyembah pula tuhan yang lain, orang Mu'min tidak dapat mengikutinya, sebab tuhan yang lain itu tidak ada dalam akidah kita. Bagaimana kerasnya kehendak ayah atau ibu, mengajak supaya menyembah tuhan yang lain itu, Mu'min tidak boleh menuruti. Ayah dan bunda wajib dihormati, tetapi mereka tidak boleh dipatuhi dalam hal yang mengenai akidah. Jika bertemu hak Allah dengan hak kedua orang tua. yang tidak dapat diperdamaikan lagi, hak Aliahlah yang didahulukan.
“KepadaKulah akan kembali kamu." Demikian sabda Tuhan selanjutnya “Maka akan Aku beritakan kepada kamu dari hal apa yang telah kamu kerjakan." (ujung ayat 8). Di hadapan hadhirat Allah itulah kelak dipisahkan di antara Iman dan kufur sejelas-jelasnya. Meskipun ayah kandung dan ibu kandung, kalau mereka tidak mempercayai Keesaan Tuhan, beliau akan dikandangkan di tempat orang musyrikin, jauh terpisah dari anaknya yang telah beriman.
Ayat 9
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal yang shalih “ (pangkal ayat 9). Tidak dipandang apakah mereka berkeluarga atau tidak, ada hubungan darah atau bukan, “Sesungguhnya akan Kami masukkan mereka dalam golongan orang-orang yang shalih." (ujung ayat 9).
Begitulah jadinya nanti. Di hari akhirat orang yang sama haluan, sama Iman dan takwa kepada Allah, pengikut syariat Nabi akan berkumpul jadi satu. Waktu itu pertalian darah, pertalian kerabat, nasab, keturunan, suku, ipar, bisan, mertua dan menantu tidak ada lagi. Itu hanya sekedar untuk di dunia. Sampai di kubur dia sudah habis. Maka Al-Urwatui Wutsqaa, tali yang teguh sejati ialah tali akidah, yang tidak lekang di panas, tidak lapuk di hujan.
Kedua ayat 8 dan 9 ini ada sebab turunnya.
Menurut sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Termid2i sebab turun kedua ayat dari Surat al-'Ankabut ini ialah kejadian di antara sahabat Nabi yang terkenal Sa'ad bin Abu Waqqash dengan ibunya Hamnah binti Abu Sufyan. Sa'ad sangatlah sayang dan cinta dan berkhidmat sepenuh hati kepada ibunya. Tetapi seketika Sa'ad telah memeluk Agama Islam, ibunya sangat keberatan. Sampai dia berkata: “Agama apa pula yang kau bikin-bikin ini?"
Begitu jengkel ibunya karena dia memeluk Islam sampai dia bersumpah: “Demi Allah! Aku tidak akan makan-makan, aku tidak akan minum-minum sebelum engkau kembali kepada agama kita yang lama, atau kalau engkau tidak mau kembali, aku bertangyang (berkapar) terus sampai aku mati! Dan kalau aku mati karena itu, engkau akan dapat malu dalam seluruh penduduk Makkah, dituduh sebagai seorang yang sampai hati membunuh ibunya!"
Maka teruslah dia bertangyang, tidak makan dan tidak minum, sudah sampai satu hari satu malam. Dia sangat berharap dengan sikapnya demikian hati anaknya akan lunak.
Tetapi setelah mengetahui keadaan yang demikian, Sa'ad pun datang menemuinya, lalu berkata: “Wahai Ibuku! Dimisalkan ibu mempunyai seratus nyawa, lalu nyawa yang seratus itu keluar satu demi satu dari dalam tubuh ibu, namun aku tidaklah akan meninggalkan agamaku. Kalau ibu sudah merasa lapar makanlah. Kalau tidak mau makan, tak usah makan."
Akhirnya ibunya tidak juga tahan lapar, lalu dia makan dan minum. Maka datanglah ayat yang tengah kita tafsirkan ini. isinya sudah terang, yaitu bahwa kedua orang tua wajib dihormati, wajib berkhidmat kepadanya selama hidup di dunia ini, walaupun berbeda agama. Tetapi kalau keduanya mengajak dengan keras, dengan sungguh-sungguh dengan berbagai macam cara supaya kembali jadi kafir, janganlah mau! Dengan demikian menanglah akidah di atas kasih-sayang anak dengan ibu.
Mari kita kembali kepada ayat 2 dan ayat 3 di atas tadi! “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengakui beriman, padahal mereka tidak dikenakan ujian! Sesungguhnya telah diuji, telah diberi percobaan ummat yang sebelum kamu; maka dibuktikanlah oleh Allah siapakah yang benar dan dibuktikan pula oleh Tuhan siapa yang dusta."
Di sini nampak ujian Iman Sa'ad di dalam kasih-sayang akan ibunya. Kalau imannya tidak kuat, dia akan luntur karena tidak tahan melihat ibunya mati kelaparan.
Percobaan dan ujian akan datang kepada manusia dari segala sudut kehidupan. Sejak dari zaman dahulu sampai kepada zaman sekarang. Ilmu pengetahuan yang tinggi dapat saja jadi ujian dan cobaan terhadap Iman. Ada orang di zaman rrioden ini yang mengatakan kepercayaan kepada Tuhan tidak diperlukan lagi, karena ilmu pengetahuan alam telah sangat maju. Agama tidak diperlukan lagi, karena zaman sekarang adalah zaman teknologi.
Hidup di tengah-tengah pergaulan moden, iman pun diuji. Agama memberi batas pergaulan laki-laki. Bergaul bebas sebelum nikah, dilarang keras oleh agama, supaya jangan terjadi hubungan di luar nikah. Pergaulan di luar nikah zina namanya; dan zina adalah suatu perbuatan yang sangat keji dan jalan yang telah tersesat. Tetapi hidup di zaman moden membukakan segala dinding yang menghambat kebebasan. Hidup zaman moden adalah kebebasan bergaul laki-laki dengan perempuan, dengan tidak ada batas samasekali. Pergaulan di luar nikah sudah menjadi kebiasaan saja, sehingga mulailah menjalar suatu faham zina itu tidak salah! Anak-anak di luar nikah sudah menjadi hal yang lumrah tiap hari. Maka pemuda-pemuda yang masih saja berkeras mempertahankan nilai-nilai ajaran agama, akan diejek dan dituduh kolot, tidak tahu “moden life", kehidupan moden.
Orang-orang yang mempunyai cita-cita tinggi, agar hukum Tuhan berlaku dalam masyarakat kena ujian keras. Kalau dia ingin selamat, hendaklah pandai menyesuaikan diri. Jangan disebut-sebut cita-cita Islam, ideologi Islam dan lain-lain. Kita disuruh mengatakan yang sebenarnya, padahal kalau dikatakan yang sebenarnya, kita dapat saja dituduh musuh negara. Karena yang dijalankan selama ini bukan peraturan Tuhan, melainkan salinan undang-undang buatan manusia.
Pejuang-pejuang yang teguh iman mendapat ujian Iman yang sangat besar. Satu waktu orang akan marah, kadang-kadang pemerintah negerinya sendiri, yang terdiri dari orang Islam, memandang bahaya besar kalau Islam disebut-sebut.
Kadang-kadang adat-istiadat jahiliyah yang masih dipeyang teguh. Si Mu'min tahu benar bahwa adat-istiadat itu bukan berasal dari Islam. Ujian pun datang! Kalau ditegur, orang pun marah. Tidak ditegur, Tuhan yang marah!
Di sinilah kita disuruh merenungkan kembali ayat 6 di atas tadi. Yaitu barangsiapa yang berjihad, yaitu barangsiapa yang bekerja keras, bersungguh-sungguh memperjuangkan keyakinan dan keimanannya sendiri, walaupun dengan rasa takut-takut yang bersarang dalam dirinya sendiri, maka hasil dari perjuangannya itu adalah untuk kemuslihatan dirinya sendiri. Kalau dia berdiam diri, tidak berjuang melawan rasa takut, dia akan terbenam dan Imannya akan terancam hilang. Tetapi kalau dia berani menghadapi segala kemungkinan, belum tentu dia akan binasa. Dan kalau binasa juga, misalnya dia mati, maka matinya adalah mati syahid. Mati yang semulia-mulianya. Tetapi kalau dia hidup setelah terlepas dari ujian marabahaya yang dihadapinya itu, tingkatnya akan naik. Sebagai dilihat pada Sa'ad bin Abu Waqqash itu sendiri, yang menang Imannya menghadapi perasaan belas-kasihnya kepada ibunya. Akhirnya dia mendapat kedudukan yang istimewa dalam Iman! Di sisi Rasulullah s.a.w, dia adalah termasuk dalam sepuluh sahabat yang terdekat kepada Rasulullah. Nama terkenal dalam perjuangan karena dialah yang menaklukkan Qadisiyah (PersiAl dan merebut istana (madain) Kisra. Dia termasuk seorang di antara sahabat-sahabat Rasulullah yang dijanjikan akan masuk syurga. Rasulullah meninggal dunia di dalam keadaan suka kepadanya.
Iman Munafik
Ayat 10
“Dan setengah daripada manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Ailah." (pangkal ayat 10). Inilah semacam manusia lagi. Sejalan dengan yang di atas tadi juga, ringan saja mulutnya mengatakan bahwa dia beriman kepada Allah; “Tetapi apabila dia disakiti pada jalan Allah," yaitu sebagai akibat daripada apa yang dia katakan itu. Sebab telah diberi penjelasan sejak semula, bahwa orang yang telah mengaku beriman kepada Allah tidaklah akan terlepas daripada ujian. Maka setelah ujian datang, “Dijadikannyalah fitnah manusia sebagai siksaan Allah." Artinya, baru saja dapat ujian atau rintangan sedikit saja dari sesama manusia, mereka sudah ribut. Mereka sudah ketakutan. Mereka sudah mengomel dan mengeluh. Mereka mengatakan bahwa mereka masuk Islam itu hanya tertipu saja. Dikatakan masuk Islam akan dibela oleh Allah. Sekarang bahaya sudah menimpa, namun nasibnya tidak ada yang memperdulikan."Dan sesungguhnya jika datang pertolongan dari Tuhan engkau." Sudah terang bahwa berjihad dalam Islam itu pasti berhadapan dengan kesulitan. Namun karena teguh imannya orang yang Mu'min, mereka dapat mengatasi kesulitan itu, kesukaran bertukar dengan kemudahan, ke-goncangan bergilir jadi keamanan dan keuntungan pun datanglah. Pada waktu itu: “Pasti mereka akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah beserta kamu." Setelah jelas keuntungan datang, kemenangan tiba dengan gilang-gemilang, mereka itu yang mengatakan fitnah manusia yang kecil itu sama saja dengan azab Allah, lalu mereka mengundurkan diri. Sekarang setelah nyata kemenangan dicapai oleh perjuangan islam, dengan tidak segan-segan mereka tampil ke muka mengatakan bahwa mereka adalah dalam barisan orang Islam juga. Mereka meskipun diam-diam, namun hati mereka tetap dalam Islam. Untuk orang-orang seperti ini Tuhan memberi ladenan di ujung ayat: “Bukankah Allah lebih mengetahui dengan apa yang ada dalam dada seluruh manusia?" (ujung ayat 10).
Itulah “Thufaily-thufaily" perjuangan yang mau enaknya saja. Berjuang tidak mau ikut. Dia takut kena percikan, tetapi ingin mendapat hasil juga. Inilah bendalu-bendalu yang ingin menumpang hidup. Namun kalau dibiarkan mereka berpengaruh, semua kekayaan akan mereka hisap habis. Tetapi kalau bahaya mengancam kembali, orang-orang seperti ini jualah yang lari lebih dahulu.
Ayat 11
“Dan sesungguhnya Allah pun mengetahui akan orang-orang yang beriman." (pangkal ayat 11). Allah tahu iman yang sejati, yang mau menelan manis dan pahit, sudi berkurban murah dan mahal. Tahan menderita karena mempertahankan keyakinan. Tidak berkocak bagaimanapun besar gempa. Tidak mundur walau bagaimana ancaman. Tidak menjual pendirian karena bujukan harta dan kemuliaan yang palsu; “Dan Dia pun sangat mengetahui akan orang-orang yang munafik." (ujung ayat 11). Yaitu orang yang soraknya keras mengajak maju. Tetapi setelah datang waktu untuk maju, dia yang mundur lebih dahulu. Orang yang mulutnya penuh dengan kata-kata berapi-api, tetapi tulang-belulangnya lunak laksana air. Mudah berubah pendirian karena bujukan pangkat, atau harta dan kedudukan. Sangat arif dan nyalang matanya, nyaring telinganya jika mendengar ada keuntungan untuk dirinya, dan acuh tidak acuh kalau ancaman besar mengancam agamanya.
Sejak semula Tuhan telah lebih tahu mana yang beras dan mana yang gabah (antah), dan bagaimanapun loyang disepuh menyerupai emas, namun tidak lama kemudian sepuhan itu akan hilang dan loyangnya jua yang kelihatan. Kemudahan dan kelemahan, kekayaan dan kemiskinan, ketahanan berjuang dan kelemahan, semuanya itu jadi ujian untuk menentukan iman sejati dan perbedaannya dengan munafik.
Meskipun Surat al-'Ankabut ini diturunkan di Makkah, dan di Makkah belum nampak orang munafik, dan sesudah sampai di Madinah baru terdapat orang munafik, namun sejak dari saman Makkah ini rupanya sudah diperingatkan oleh Tuhan, tentang bahaya munafik, supaya kaum yang telah mengaku beriman jangan bertemu dengan penyakit “bendalu" iman yang amat berbahaya itu.
Dosa Tanggung Sendiri-sendiri
Ayat 12
“Dan berkata orang-orang yang kafir kepada orang-orang yang beriman: “Ikutilah jalan kami, akan kami pikul dosa-dosa kamu." (pangkal ayat 12). Begitulah kaum Quraisy mencoba membujuk beberapa orang yang telah beriman dan telah menjadi pengikut Muhammad. Ikutilah jalan kami, marilah sembah kembali berhala yang telah jadi pusaka sejak nenek-moyang kita ini, kembalilah ke agama kami. Dosa kamu akan kami tanggung. Atau berbuatlah kejahatan ini. Jangan takut berdosa. Saya akan menanggung dosa itu.
Kerapkali penafsir ini menerima laporan dari perempuan-perempuan muda atau gadis-gadis yang lemah iman. Mereka dirayu berbuat 2ina oleh seorang pemuda yang terkutuk. Kalau perempuan itu enggan dan takut berdosa, dia berjanji bahwa dosa itu dia yang akan menanggung. Akhirnya perempuan itu pun mau juga, karena dia pun bersyahwat! “Padahal tidaklah mereka sanggup memikul dosa-dosa mereka sendiri sedikit jua pun." Jangankan memikul dosa orang lain, dosa mereka sendiri tidak terpikul oleh mereka. Itu hanya pengakuan mulut belaka. Sebab itu di ujung ayat Tuhan bersabda dengan tegas: “Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang benar-benar pendusta." (ujung ayat 12).
Orang yang mau mengikuti ajakan yang seperti itu hanyalah orang yang bodoh. Orang beriman sejati tidaklah dapat dibujuk dengan cara demikian. Dan Allah bukanlah buta dan bukan pula zalim memindahkan tanggungjawab kepada orang lain atas dosa yang diperbuat oleh seseorang. Sebab itu ayat seterusnya Tuhan bersabda:
Ayat 13
“Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban berat mereka sendiri." (pangkal ayat 13). Beban mereka sendiri yang amat berat itu ialah beban dosa. Beban dosa karena kedurhakaan dan keingkaran. Karena kekufuran dan keras kepala tidak mau menerima kebenaran."Dan beban-beban lain beserta beban mereka." Beban-beban lain ialah beban tambahan, karena mereka menipu, membujuk dan merayu orang lain pula supaya mengikut kepada mereka. Orang yang bodoh yang mereka perbodoh lalu terjerumus orang itu ke dalam dosa karena ajakannya; itu pun jadi tambahan dosa yang akan dipikulnya. Dan orang lain yang tertipu terbujuk itu pun berdosa pula. Karena mereka pun telah diberi akal buat menimbang.
Di ujung ayat 12 dikatakan bahwa pengakuannya bahwa dia sanggup memikul dosa orang lain asal mau mengikutinya itu, adalah perkataan yang benar-benar dusta besar. Sebab azab siksaan atas dosa itu sangatlah besarnya, sangatlah beratnya. Kalau didengarkanlah kiranya ancaman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi-nabi tentang azab siksa neraka itu, tidaklah seseorang akan mau memikul dosa orang lain. Sebab pikulan dosa sendiri saja sudah sangat ngeri azab yang mengancam, bagaimana kita akan menyanggupi me-mikul dosa orang lain. Itulah sebabnya maka di akhir ayat dijelaskan lagi bagaimana hebatnya pemeriksaan pada hari itu; “Dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat dari bal apa yang telah mereka ada-adakan itu." (ujung ayat 13).
Dengan demikian ditutuplah pintu fitnah yang dicoba pula membuka ini, yaitu mempermudah-mudah menanggung dosa orang lain, padahal dosa sendiri belum akan tertanggung. Tertutuplah persangkaan bahwa di akhirat kita akan diperiksa secara berombongan lalu timbul seorang “pemimpin" tampil ke muka, mengatakan dia yang menanggung dosa pengikut-pengikutnya ini semua. Bukan! Tetapi akan diperiksa satu demi satu, seorang seiesai seorang.
Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w.;
“Tidaklah ada satu jiwa yang terbunuh dengan aniaya, melainkan adalah atas Anak Adam yang pertama juga tanggungjawab atas darah orang itu. Sebab dia yang mula-mula sekali memulai dengan jalan aniaya."
(Riwayat Termidzi)
Sebab itu buatlah satu garis baru dalam kebajikan, untuk ditiru diteladan oleh orang lain seterusnya dan engkau yang membuat garis baru itu akan mendapat pahala terus-menerus pekerjaan baik itu diteruskan orang. Jangan membuat garis kejahatan yang baru. Sebab selama kejahatan itu masih di-teladan orang, turun-temurun, engkau pun akan masih menanggung dosanya, sebab engkau yang memulai.