Ayat
Terjemahan Per Kata
وَنَزَعۡنَا
dan Kami cabut
مِن
dari
كُلِّ
tiap-tiap
أُمَّةٖ
ummat
شَهِيدٗا
seorang saksi
فَقُلۡنَا
maka Kami katakan
هَاتُواْ
unjukkan/kemukakan
بُرۡهَٰنَكُمۡ
bukti-buktimu
فَعَلِمُوٓاْ
maka mereka mengetahui
أَنَّ
bahwasanya
ٱلۡحَقَّ
kebenaran
لِلَّهِ
bagi/kepunyaan Allah
وَضَلَّ
dan sesat/hilang
عَنۡهُم
dari mereka
مَّا
apa
كَانُواْ
yang mereka adalah
يَفۡتَرُونَ
mereka ada-adakan
وَنَزَعۡنَا
dan Kami cabut
مِن
dari
كُلِّ
tiap-tiap
أُمَّةٖ
ummat
شَهِيدٗا
seorang saksi
فَقُلۡنَا
maka Kami katakan
هَاتُواْ
unjukkan/kemukakan
بُرۡهَٰنَكُمۡ
bukti-buktimu
فَعَلِمُوٓاْ
maka mereka mengetahui
أَنَّ
bahwasanya
ٱلۡحَقَّ
kebenaran
لِلَّهِ
bagi/kepunyaan Allah
وَضَلَّ
dan sesat/hilang
عَنۡهُم
dari mereka
مَّا
apa
كَانُواْ
yang mereka adalah
يَفۡتَرُونَ
mereka ada-adakan
Terjemahan
Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, lalu Kami katakan, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu!” Maka, tahulah mereka bahwa yang hak itu milik Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu mereka ada-adakan.
Tafsir
(Dan kami datangkan) Kami hadirkan (dari tiap-tiap umat seorang saksi) seorang nabi yang menyaksikan apa yang telah mereka katakan (lalu Kami berkata) kepada mereka, ("Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian") yang menunjukkan kebenaran dari kemusyrikan yang kalian lakukan itu (maka tahulah mereka bahwasanya yang hak) menyandang sifat Tuhan (kepunyaan Allah) tiada seorang pun yang berserikat dengan-Nya dalam hal ini (dan lenyaplah) yakni hilanglah (dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan) di dunia, yaitu dakwaan bahwa di samping Allah ada tuhan yang lain; Maha Tinggi Allah dari hal itu.
Tafsir Surat Al-Qasas: 74-75
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?" Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata, "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan. Apa yang diterangkan dalam kelompok ayat ini merupakan seruan pula yang mengandung makna cemoohan dan kecaman bagi orang yang menyembah tuhan lain di samping Allah.
Allah ﷻ menyeru mereka di hadapan semua saksi seraya berfirman: Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan? (Al-Qashash: 74) Yakni semasa kalian hidup di dunia. Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi. (Al-Qashash: 75) Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan saksi dalam ayat ini adalah rasul. lalu Kami berkata, "Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian!" (Al-Qashash: 75) Yaitu bukti yang membenarkan apa yang kalian katakan, bahwa Allah mempunyai sekutu-sekutu. maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah. (Al-Qashash: 75) Maksudnya, tiada Tuhan selain Dia. Mereka tidak dapat berbicara dan tidak dapat pula mengemukakan jawabannya.
dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan, (Al-Qashash: 75) Yakni lenyaplah semua sekutu itu dan tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepada mereka."
Kaum musyrik tidak dapat menjawab. Oleh karenanya Allah menghadirkan saksi, dan untuk maksud itu, Allah berfirman; Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, yaitu nabi dan rasul yang dahulu diutus kepada mereka, yang bersaksi atas kedurhakaan yang mereka lakukan di dunia. Lalu pada saat itu, Kami katakan kepada orang-orang yang melanggar di antara mereka, 'Kemukakanlah bukti kebenaranmu yang kamu gunakan untuk membenarkan kemusyrikan'. Mereka tidak mampu mendatangkannya, maka dengan segera tahulah dan sadarlah mereka bahwa yang hak, yaitu kebenaran dalam hal ketuhanan dan lain-lain, itu hanya milik Allah dan lenyaplah dari mereka lagi binasa apa yakni kebohongan-kebohongan, yang dahulu ketika di dunia mereka selalu ada-adakan. Semua itu tidak berguna bagi mereka, dan hanya mendatangkan bahaya dan menjerumuskan mereka ke dalam neraka. 76. Setelah pada ayat-ayat di awal surah berbicara tentang kekuatan dan kekuasaan Fir`aun yang berakhir dengan kebinasaan karena kedurhakaan dan kezaliman, di sini Allah memaparkan kekuatan harta dan pengetahuan yang juga berakhir dengan kebinasaan saat disertai dengan kedurhakaan dan keangkuhan. Allah berfirman; sesungguhnya Karun termasuk kaum Musa yang hidup semasa dengannya dan konon adalah anak Nabi Musa. Tetapi meski berasal dari keluarga terhormat dia melampaui batas dengan berlaku zalim terhadap mereka dan sombong. Ia adalah seorang yang Kami beri nikmat dengan memasukkannya ke dalam kelompok kaum Nabi Musa, dan Kami telah menganugerahkan pula kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kunci gudang tempat penyimpanan hartanya itu sungguh sangat banyak sehingga terasa berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Itu baru kuncinya, ada pun harta kekayaannya, tidak mungkin dapat dipikul oleh orang yang sangat banyak sekali pun.
Ingatlah ketika ia terpedaya oleh nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya dengan mengingkari dan tidak mensyukurinya, kaumnya menasihatinya dengan berkata kepadanya, 'Janganlah engkau terlalu bangga dengan harta kekayaan yang engkau miliki, kebanggaan yang menjadikanmu melupakan Allah yang menganugerahkan nikmat itu sehingga tidak bersyukur kepada-Nya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri. ' Orang-orang kafir Mekkah yang menentang Nabi Muhammad. Telah tertipu oleh harta mereka, sebab kekayaan mereka digunakan untuk menindas kaum Muslim. Padahal, harta benda mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan harta Karun. Orang kaya yang angkuh dan zalim akan berakhir dengan kebinasaan.
Allah menerangkan bahwa di hari Kiamat Dia akan mendatangkan saksi atas tiap-tiap umat. Tiap rasul akan menjadi saksi atas umatnya masing-masing, sampai di mana sambutan dan penerimaan umatnya itu kepada agama yang dibawanya dari Allah. Nabi Muhammad pun akan menjadi saksi pada umatnya nanti di hari Kiamat, sebagaimana firman Allah:
Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka. (an-Nisa'/4: 41)
Orang-orang musyrik di hari Kiamat akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan syiriknya. Mereka juga dimintai keterangan dan alasan-alasan untuk membenarkan perbuatan mereka, yang tentunya mereka tidak dapat mengemukakan satu alasan pun. Pada waktu itulah mereka mengetahui bahwa mereka akan diazab untuk selama-lamanya dalam neraka. Firman Allah:
Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala, yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (al-Lail/92: 14-16)
Pada waktu itu, mereka akan sadar dan yakin bahwa apa yang telah diterangkan Allah melalui nabi-Nya itulah yang benar. Lenyaplah sama sekali dari mereka segala apa yang dahulunya mereka ada-adakan di dunia seperti mendustakan rasul yang diutus kepada mereka, mempersekutukan Allah, dan sebagainya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Malam Dan Siang Rahmat Allah
Ayat 71
Ayat-ayat ini pun masih menyuruh berfikir kepada kaum musyrikin yang tidak mau menerima kebenaran itu: “Katakanlah: “Adakah kamu perhatikan." (pangkal ayat 71). Menyuruh mereka berfikir supaya dapat lebih menginsafi akan kekuasaan Tuhan yang mutlak itu."Jika Allah menjadikan malam itu atas kamu dalam keadaan terus-menerus sampai hari kiamat." Terus saja malam, tidak pernah siang-siang; “Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan cahaya kepada kamu?" Adakah kekuasaan dari tuhan yang lain yang sanggup mendatangkan cahaya? Cobalah fiktrkan, dapatkah kiranya berhala-berhala yang kamu puja itu memberikan cahaya bagi kegelapan itu? Dapatkah tuhan yang lain menerbitkan matahari lain?
“Apakah tidak kamu dengarkan?" (ujung ayat 71).
Untuk memikirkan betapa dahsyatnya jika memang misalnya terjadi demikian, yaitu hari malam terus-menerus, gelap terus-menerus yang sebaik-baiknya ialah pada malam hari, terutama di malam gelap-gulita. Cahaya bulan tidak ada, cahaya bintang tidak ada, dan segala sesuatu hening-bening di kiri-kanan kita. Ke mana saja mata memandang tidak ada yang kelihatan. Maka yang tajam pada waktu itu ialah daya pendengaran kita. Sebab itu maka penutup ayat ialah; “Apakah tidak kamu dengarkan?"
Ayat 72
Selanjutnya Tuhan bersabda: “Katakanlah: “Adakah kamu perhatikan, jika Allah menjadikan siang itu atas kamu terus-menerus sampai hari kiamat." (pangkal ayat 72). Matahari tidak berganjak dari pertengahan langit. Atau secara ilmu pengetahuannya bahwa bumi tidak bergerak mengedari matahari. Di sana saja terus-menerus sampai hari kiamai, bagaimanalah jadinya hidup manusia ini? “Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam bagi kamu?" Oleh karena di pangkal ayat manusia disuruh berfikir, disuruh menuntut ilmu untuk menyelidiki kemungkinan itu, tentu manusia yang berpengetahuan akan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa tidak mungkin peraturan yang telah ada ini, yaitu peredaran bumi mengelilingi matahari, yang menyebabkan terjadi siang dan malam akan dapat diubah lagi. Tidak mungkin ada kekuasaan tuhan yang lain yang sanggup memperhentikan persaran Alam, perputaran cakrawala. Oleh sebab itu maka pengetahuan manusia tentang peredaran alam ini, bahwa bulan mengedari bumi dan bumi mengedari mata-hari dengan perhitungan (hisab) yang sangat teliti, sejak dari hitungan detik sampai kepada menit, dari menit sampai kepada hitungan jam, hitungan sehari, sebulan dan setahun, sehingga dapat dipastikan terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, jelaslah tidak ada kekuasaan lam yang mengaturnya, kecuali kekuasaan Tuhan. Tidak ada satu tuhan lain yang dapat mengubahnya dan jika Allah sendiri misalnya dengan kudrat iradaiNya hendak mengubah perjalanan itu tidak pula ada tuhan lain yang dapat menghalanginya.
Penutup ayat pertanyaan pula: “Apakah tidak kamu lihat?" (ujung ayat 72). Sebab di siang hari yang terang-benderang, jauh dan dekat, warna dan warni, panjang dan lebar jelas nampak oleh mata, maka itu pulalah pertanyaan yang cocok buat penutup ayat, sebagai penutup ayat tentang mafam ialah apakah tidak kamu dengar?
Bersabdalah Tuhan selanjutnya:
Ayat 73
“Dan setengah rahmatNya ialah Dia jadikan untuk kamu malam dan siang." (pangkal ayat 73). Dinyatakanlah dalam ayat ini bahwa peredaran siang dengan malam itu adalah setengah daripada Rahmat Allah yang berbagai raga itu. Kalau tidak ada pergantian di antara siang dan malam, manusia tidaklah dapat hidup di dunia ini. Peredaran siang dan malam membuktikan bahwa Allah itu tetap hidup. Kalau Allah itu tidak bersifat hidup, niscayalah tidak ada yang mengatur peredaran alam semesta itu; “Supaya kamu istirahat padanya, “ artinya pada malam hari. Supaya kepenatan, payah lelah pekerjaan siang hari dan panas tekanan cahaya matahari, di malam harinya dapat diistirahatkan. Tidur yang pulas beberapa jam menimbulkan kembali kesegaran pada urat-urat saraf. Yang istirahat itu bukan saja badan jasmani, malahan fikiran pun perlu diistirahatkan, “Dan supaya kamu mencari dari sebahagian kurniaNya." Yaitu di siang hari. Sebab apabila telah bangun tidur pagi-pagi dan datang hari yang baru, badan telah segar buat memulai lagi pekerjaan dan usaha yang baru. Hidup di atas dunia ini adalah usaha dan kerja Allah menyediakan segala sesuatu keperluan manusia di muka bumi, guna mempertahankan hidupnya.
Malam untuk bertenang dan istirahat. Siang untuk bergiat dan bekerja, sedang yang diharap ialah kurnia dan Allah yang banyak sekali memenuhi alam ini. Yang tidak' akan didapat kalau tidak diusahakan. Kita diberi akal, pancaindera dan tenaga buat mencari kumia yang disediakan itu. Kita diperintahkan, di samping beriman, percaya kepada Tuhan hendaklah beramal yang shalih, yaitu bekerja dan berusaha yang baik di dunia ini. Sebab itu peredaran di antara siang dengan malam, malam dengan siang hendaklah kita manfaatkan sebaik-baiknya. Di ujung ayat ditutup oleh Tuhan dengan perkataan: “Supaya kamu bersyukur." (ujung ayat 73). Tanda bersyukur ialah pandai mempergunakan peredaran siang dengan malam itu sebaik-baiknya. Ada waktu untuk ibadat kepada Tuhan, ada waktu untuk menuntut ilmu, ada waktu untuk berusaha mencari kurnia Allah di muka bumi dan ada pula waktu untuk istirahat.
Ayat 74
“Dan (ingatlah) akan hari, yang Dia akan menyeru kepada mereka." (pangkal ayat 74). Hari yang disuruh manusia mengingat-ingatnya itu ialah hari kiamat. Di waktu itu kelak Tuhan Allah akan menyeru manusia supaya berkumpul, baik yang beriman atau yang durhaka, karena akan diperhitungkan amal mereka semasa hidup."Seraya berkata: Di manakah sekutu-sekutuKu yang dahulu pemah kamu dakwakan itu?" (ujung ayat 74).
Pertanyaan Tuhan yang terkandung di sini sama halnya dengan yang terkandung dalam ayat 62 di atas tadi. Pertanyaan, tetapi berisi desakan. Untuk menjelaskan kesalahan mereka mengada-adakan barang yang tidak ada. Sejak dari dunia dahulu telah diberi ingat bahwa tidak ada yang lain sesuatu jua pun yang jadi sekutu Aliah dalam kekuasaanNya. Setelah datang hari kiamat bertambah sangat jelaslah bahwa sekutu-sekutu itu tidak ada samasekali. Orang-orang yang mendurhakai Tuhan itu telah dikumpulkan dan dihadirkan dengan dipaksa. Yang menolong tidak seorang jua pun."Sekutu-sekutu" itu tidak nampak seorang jua pun. Mengapa mereka tidak ada? Apakah mereka tidak datang? Padahal tidak ada lagi tempat lain buat mereka bersembunyi. Sedangkan malaikat yang memenuhi langit hadir bersaf-saf. Mengapa mereka tidak hadir? Karena memang mereka tidak ada. Mereka hanya nama-nama yang dibuat-buat saja, atau dikarang-karang saja oleh para pemujanya.*
Ayat 75
“Dan Kami munculkanlah dari tiap-tiap ummat seorang saksi." (pangkal ayat 75). Saksi yang dimunculkan Tuhan itu — menurut keterangan Mujahid -ialah Rasul. Yaitu dalam huru-hara dahsyat itu, tiba-tiba Tuhan memunculkan Rasul yang dahulu telah pemah diutus kepada tiap-tiap ummat itu. Rasul itu dimunculkan untuk dijadikan saksi dalam perkara besar ini, perkara mempersekutukan Allah dengan yang lain.
* Baru-baru ini kejadian satu guru thariqat mengajarkan kepada pengikutnya hendaklah bacakan “al-Fatihah", untuk dihadiahkan kepada malaikat bernama “Karakas', yaitu malaikat yang ditugaskan Allah melindungi siapa-siapa yang percaya kepada ajaran guru thariqat itu. Padahal tidak ada malaikat bernama begitu menurut al-Qur'an atau al-Hadis.
Diperiksa Rasul-rasul, adakah mereka pernah mengajarkan kepada ummat itu bahwa Allah itu ada syarikat sekutunya dengan yang lain? Dan ummat itu pun tentu akan diperiksai pula, adakah mereka menerima pengajaran dari Nabi-nabi itu yang menyuruh mempersekutukan Tuhan? Niscaya akan samalah jawab di antara Rasul dengan ummat itu. Bahwa Rasul hanya mengajarkan bahwa Allah itu Esa, tidak bersekutu dengan yang lain. Dan bahwa perbuatan menduakan atau menigakan. mengatakan Tuhan lebih dari satu adalah puncak dari segala kesalahan. Ternyatalah pada waktu itu bahwa perbuatan mereka menyembah yang selain Allah itu tidak ada dasarnya samasekali, baik menurut ajaran Tuhan yang dibawa Rasul ataupun menurut akal yang waras. Pada waktu itu: “Maka tahulah mereka bahwasanya Kebenaran itu adalah bagi Allah." Bahwa Benarlah Allah sejak dari awal sampai ke akhir, sejak dari dunia sampai ke akhirat."Dan" — tahu pulalah mereka bahwa -"telah menyesatkan kepada mereka apa yang dahulu pernah mereka ada-adakan itu." (ujung ayat 75).
Dan apa yang mereka pertahankan selama itu adalah pendirian yang salah dan kosong belaka, yang telah membawa mereka celaka di akhirat.
Adapun contoh teladan tentang seorang saksi, yaitu Rasul yang dimunculkan oleh Tuhan itu dapatlah kita lihat pada akhir Surat 5, al-Maidah ayat 116 sampai ayat 118, yaitu tatkala Nabi Isa bin Maryam dihadirkan Tuhan dan ditanyakan kepadanya, apakah dia yang menyuruh orang mengambil dirinya dan ibunya jadi tuhan selain Allah? Dengan segala hormatnya Nabi Isa menjawab: “Maha Suci Engkau ya Tuhan! Tiadalah layak bagiku akan mengatakan sesuatu yang bukan hakku!"