Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
berkatalah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
حَقَّ
berhak
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلۡقَوۡلُ
perkataan (hukuman)
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
هَٰٓؤُلَآءِ
mereka inilah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أَغۡوَيۡنَآ
kami sesatkan
أَغۡوَيۡنَٰهُمۡ
kami sesatkan mereka
كَمَا
sebagaimana
غَوَيۡنَاۖ
kami sesat
تَبَرَّأۡنَآ
kami berlepas diri
إِلَيۡكَۖ
kepada Engkau
مَا
tidak ada
كَانُوٓاْ
mereka
إِيَّانَا
kepada kami
يَعۡبُدُونَ
mereka menyembah
قَالَ
berkatalah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
حَقَّ
berhak
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلۡقَوۡلُ
perkataan (hukuman)
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
هَٰٓؤُلَآءِ
mereka inilah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أَغۡوَيۡنَآ
kami sesatkan
أَغۡوَيۡنَٰهُمۡ
kami sesatkan mereka
كَمَا
sebagaimana
غَوَيۡنَاۖ
kami sesat
تَبَرَّأۡنَآ
kami berlepas diri
إِلَيۡكَۖ
kepada Engkau
مَا
tidak ada
كَانُوٓاْ
mereka
إِيَّانَا
kepada kami
يَعۡبُدُونَ
mereka menyembah
Terjemahan
Orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman (tokoh-tokoh musyrik) berkata, “Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu. Kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat. Kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri (dari mereka). Mereka sekali-kali tidaklah menyembah kami.”
Tafsir
(Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka) yakni mereka harus masuk ke dalam neraka, mereka adalah para pemimpin kesesatan, ("Ya Rabb kami! Mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu) lafal Haula-i adalah Mubtada dan Al Ladzina Aghwainahum adalah sifatnya (kami telah menyesatkan mereka) lafal ayat ini menjadi Khabarnya. Yaitu setelah kami sesatkan mereka, maka mereka pun tersesatlah (sebagaimana kami sendiri sesat) yakni, kami tidak memaksakan mereka untuk sesat (kami menyatakan berlepas diri kepada Engkau) dari mereka (mereka sekali-kali tidak menyembah kami") Ma di sini adalah Nafiyah, dan sengaja Maf'ulnya didahulukan demi untuk Fashilah, atau untuk memelihara keseragaman akhir ayat.
Tafsir Surat Al-Qasas: 62-67
Dan (ingatlah) hari (di waktu itu) Allah menyeru mereka seraya berkata, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?" Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka, "Ya Tuhan kami, mereka itulah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami. Dikatakan (kepada mereka), "Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan mereka melihat azab. (Mereka ketika itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk. Dan (ingatlah) hari (di waktu itu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, "Apakah jawabanmu kepada para rasul? Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu "mereka tidak saling tanya-menanya.
Adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung. Allah menceritakan celaan yang Dia tujukan kepada orang-orang kafir lagi musyrik kelak di hari kiamat saat Dia menyeru mereka. Allah ﷻ berfirman: Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan? (Al-Qashash: 62) Yakni di manakah tuhan-tuhan yang kalian sembah semasa di dunia, berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan Allah, apakah mereka dapat menolong kalian atau membela dirinya? Ungkapan ini mengandung kecaman dan ancaman, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada pertama kali, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu.
Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah). (Al-An'am: 94) Adapun firman Allah ﷻ: Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka. (Al-Qashash: 63) Yakni setan-setan, para pembangkang, dan yang menyeru kepada kekafiran. Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami. (Al-Qashash: 63) Setan-setan itu menyatakan pengakuannya, bahwa orang-orang tersebut telah mereka sesatkan, dan orang-orang itu mau mengikuti mereka; tetapi pada akhirnya setan-setan itu berlepas diri dari penyembahan yang dilakukan mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka sembahan-sembahan itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 81-82) Dan firman Allah ﷻ: Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Nabi Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut: 25), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah ﷻ: (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. (Al-Baqarah: 166) sampai dengan firman-Nya: dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (Al-Baqarah: 167) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dikatakan (kepada mereka), "Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu!" (Al-Qashash: 64) Yaitu untuk menyelamatkan kalian dari azab, sebagaimana yang kalian harapkan dari mereka semasa di dunia. lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan mereka melihat azab. (Al-Qashash: 64) dan mereka yakin bahwa diri mereka pasti dimasukkan ke dalam neraka.
Firman Allah ﷻ: (Mereka ketika itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk. (Al-Qashash: 64) Yakni ketika mereka menyaksikan azab, mereka berkeinginan sekiranya mereka dahulu termasuk orang-orang yang menerima petunjuk semasa di dunia. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman, "Panggillah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu. Mereka lalu memanggilnya, tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka). Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al-Kahfi: 52-53) Adapun firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka seraya berkata, "Apakah jawabanmu kepada para rasul? (Al-Qashash: 65) Seruan pertama mempertanyakan masalah tauhid, dan yang disebutkan dalam ayat ini mengandung pengukuhan terhadap kenabian, yakni apakah jawaban kalian terhadap rasul-rasul yang diutus kepada kalian? Dan bagaimanakah tanggapan kalian kepada mereka? Hal ini seperti pertanyaan yang diajukan di dalam kubur, yaitu: "Siapakah Tuhanmu, siapakah nabi panutanmu, dan apakah agamamu?" Adapun orang mukmin, ia akan menjawab dengan mengemukakan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad ﷺ adalah hamba dan rasul-Nya.
Sedangkan orang kafir hanya mengatakan, "Ha, ha, saya tidak tahu." Karena itulah orang kafir tidak dapat menjawab pertanyaan itu kelak di hari kiamat selain dari diam saja; karena sesungguhnya orang yang buta saat hidup di dunia, kelak di akhirat lebih buta dan lebih sesat jalannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling tanya-menanya. (Al-Qashash: 66) Mujahid mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengemukakan alasan-alasan mereka, dan mereka tidak saling bertanya tentang keturunan.
Firman Allah ﷻ: Adapun orang yang bertobat dan beriman serta mengerjakan amal yang saleh. (Al-Qashash: 67) semasa di dunianya. semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung. (Al-Qashash: 67) Yakni kelak di hari kiamat, dan semoga ia mendapat kemurahan dari Allah; Pengertian kata 'semoga' merupakan suatu kepastian yang pasti terjadi berkat karunia dan kemurahan Allah ﷻ"
Mendengar pertanyaan itu, orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman Allah, yaitu para pemimpin kaum kafir, berkata, 'Ya Tuhan Pemelihara dan Pelimpah aneka nikmat kepada kami, kami mengaku bahwa mereka inilah orang-orang yang dahulu kami sesatkan itu, melalui ucapan, tindakan dan keteladanan kami. Dengan mengharap akan dibebaskan atau diringankan dari siksa mereka melontarkan pengakuan dengan berkata, 'kami mengaku telah menyesatkan mereka sebagaimana kami sendiri sesat. Tetapi hal itu karena mereka sendiri telah memilih dan menerima kekufuran sebagaimana halnya kami. Pada hari ini, kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri dari segala sesuatu tentang mereka, dan juga dari kekufuran yang mereka pilih di dunia. Mereka sekali-kali tidak menyembah atau menaati kami, tetapi mereka menyembah dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri. '64. Tidak hanya sampai di situ kecaman dan siksaan batin yang mere-ka peroleh. Dan pada hari kiamat dikatakan kepada mereka yang menyekutukan Allah, 'Serulah sekutu-sekutumu yang dahulu kamu sembah selain Allah, agar dapat membantu kamu dalam situasi sulit ini seba-gaimana dugaan kamu ketika masih hidup. ' Lalu, karena bingung tidak mengetahui apalagi yang harus mereka kerjakan, mereka menyerunya, tetapi yang diseru tidak menyambutnya, dan saat itu mereka semua melihat azab yang tersedia dan yakin bahwa mereka akan disiksa dengannya. Ketika itu mereka menyesal dan berkeinginan sekiranya mereka dahulu menerima petunjuk kebenaran, sehingga mereka tidak mendapat siksa. Tetapi apalah artinya penyesalan di kemudian hari.
Ayat ini menerangkan jawaban para penyesat dan pengajak kepada kekafiran yang berusaha melepaskan diri dari tanggung jawabnya menyesatkan orang lain. Mereka telah dipastikan mendapat kemurkaan dan yang telah mendapat ancaman dari Allah dengan firman-Nya:
Pasti akan Aku penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama. (as-Sajdah/32: 13)
Para pengajak kepada kekafiran itu akhirnya masuk ke dalam neraka. Mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, mereka itulah yang telah kami sesatkan sebagaimana kami juga sesat. Kami sekadar mengajak mereka lalu mereka mengikuti ajakan kami yang menyesatkan itu dengan kemauan sendiri. Tidak ada paksaan sama sekali dari kami." Ketika mereka diajak untuk beriman kepada Allah, mereka tidak menghiraukannya sama sekali padahal ajakan itu adalah ajakan yang sebenarnya. Peristiwa semacam ini sama dengan peristiwa yang akan terjadi di akhirat yaitu dialog antara setan dengan manusia yang telah disesatkannya, sebagaimana firman Allah:
Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim/14: 22)
Pembelaan diri setan dengan mengatakan bahwa orang yang sesat itu mematuhi ajakannya dengan kemauan mereka sendiri, bukan tekanan darinya karena ia tidak punya kekuasaan atas manusia, dikuatkan oleh firman Allah kepada Iblis:
Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat. (al-hijr/15: 42)
Pemimpin-pemimpin yang menyesatkan itu menyatakan tidak bertanggung jawab kepada Allah atas perbuatan pengikut-pengikutnya, dengan alasan bahwa mereka tidak menyembah kepada-Nya tetapi kepada berhala-berhala. Kejadian seperti ini disebutkan dalam ayat yang lain yaitu firman Allah:
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus. (al-Baqarah/2: 166)
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Berita Sesudah Kiamat
Sesudah habis bahagian pertama menjelaskan kesulitan fikiran, kekacauan hidup semasa di dunia karena tidak ada petunjuk, maka pada ayat selanjutnya ini, Allah mewahyukan tentang apa yang akan dihadapi oleh orang yang kafir itu setelah datang hari kiamat kelak.
Ayat 62
“Dan (ingatlah) akan hari yang Dia" -(yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala) -"akan menyeru mereka." (pangkal ayat 62). Dalam pangkal ayat ini dijelaskan bahwa pada hari kiamat itu kelak mereka itu semuanya akan dipanggil, akan diseru oleh Tuhan, yaitu setelah mereka dihadirkan dengan paksa, kata setengah ahli tafsir dihadirkan dengan diseret, ditarik dari kakinya. Tegasnya ialah dihadirkan sebagai orang yang bersalah."Seraya Dia berkata: “Mana dia sekutu-sekutuKu yang pernah kamu dakwakan itu?" (ujung ayat 62).
Pertanyaan Tuhan sebagai demikian saja sudah menjadi cemeti pukulan bagi mereka. Sebab sekutu-sekutu itu sejak semula hakikatnya tidak ada, “Sekutu-sekutu" itu semasa di dunia dahulu adalah bikinan si penyembah itu belaka. Dia adalah berhala daripada kayu dan batu, kuburan dari tanah ter-longgok, kayu dan pohon besar, puncak gunung dan berbagai macam yang lain. Kalau dia manusia, sebahagian besar di antara mereka dituhankan setelah dia mati. Sebab itu setelah hari kiamat mereka itu jelas manusia biasa yang wajib mempertanggungjawabkan perbuatannya masa di dunia.
Ayat 63
“Menjawablah orang-orang yang telah pasti atas mereka hukuman itu." (pangkal ayat 63). Yang pasti atas mereka hukuman ialah orang-orang yang telah jelas langkahnya yang salah di atas dunia, sebab itu sudah pasti akan mendapat azab siksaan di akhirat."Ya Tuhan kami! Mereka inilah orang-orang yang telah kami sesatkan itu; kami telah mengesatkan mereka sebagaimana kami sendiri telah sesat."Di sinilah mengaku terus-terang, tidak dapat mengelak lagi orang-orang yang selama ini menjadi tukang tipu menyesatkan orang lain, karena merasa sepi sesat sendirian. Dan mereka berkata lagi: “Kami mengatakan berlepas diri dari mereka kepada Engkau." Dengan berkata demikian mereka hendak melepaskan tanggungjawab, bahwa mereka tidaklah bermaksud mengemukakan diri buat disembah: “Mereka sekali-kali tidaklah mengembah kami." (ujung ayat 63).
Tegasnya mereka berkata: “Ya Tuhan! Kami tidaklah memaksa mereka supaya menyembah kami. Tidaklah kami berkuasa memutar balik hati mereka. Tetapi mereka sendirilah yang salah, mengapa mereka mau. Mereka mudah saja ditipu mulut manis, sebagai kami pun dahulunya tersesat atas kehendak kami sendiri. Oleh sebab itu sekarang ini kami berlepas diri dari tanggungjawab itu semua. Bukanlah kami yang mereka sembah. Bahkan kami pun tidaklah ingin supaya disembah. Yang mereka sembah itu ialah berhala, patung bikinan mereka sendiri.
Ayat 64
“Dan dikatakan kepada mereka:" (yaitu orang-orang yang telah pergi menyembah berhala-berhala yang mereka sekutukan dengan Allah itu), “Panggillah sekutu-sekutumu itu!" (pangkal ayat 64).
Kalau memang berhala yang kamu sembah itu ada pengaruhnya, di waktu sekarang inilah yang sangat perlu mereka datang menolong kalian. Mana mereka, suruhlah kemari buat menolong kalian!
Mungkin yang setengah sudah mengerti bahwa bagaimanapun mereka menyeru memanggil tidaklah akan ada sahutan. Namun yang setengahnya lagi dicobanya juga: “Lalu mereka mengertinya, maka sekutu-sekutunga itu tidaklah mengambut seruan mereka itu." Memang begitulah yang pasti kejadian, karena memang sekutu itu tidak ada. Perintah Tuhan menyuruh panggil itu hanya semata-mata rangkaian dari siksaan atas perbuatan yang salah sejak semula. Sejak dari dunia Rasul-rasul telah memperingatkan bahwa sekutu-sekutu itu tidak ada samasekali."Dan mereka lihatlah azab!" Yang jelas kelihatan hanyalah azab siksa Ilahi yang telah lama disediakan dan sejak dahulu telah diperingatkan. Dalam perintah menyuruh panggil sekutu, dalam dicoba memanggil rupanya tidak ada, dalam pemanggilan dan penghadiran dengan keras dan mengecutkan sejak semula, dalam itu semua sudah ada azab. Dan akan ada lagi azab seterusnya.
Di saat begitulah tiba keluhan dan sesalan, sesal kemudian yang tidak ada gunanya. Sesal itu timbul dalam ingatan sabda Tuhan: “Wahai, kiranya mereka dahulu menerima petunjuk." (ujung ayat 64). Yaitu sekiranya mereka dahulu, semasa masih di dunia mau menerima petunjuk dan bimbingan yang dengan susah payah telah disampaikan oleh Rasul Tuhan, tidaklah mereka akan bernasib sejelek itu di hari kiamat.
Ayat 65
“Dia ingatlah (lagi) akan hari, yang Dia akan menyeru mereka, seraya berkata: “Apakah sambutanmu terhadap orang-orang yang diutus itu?" (ayat 65).
Ini pun salah satu rentetan pertanyaan Tuhan yang wajib dijawab. Yaitu bagaimana sikapmu seketika Allah mengutus Rasul-rasulnya dan mereka menyampaikan seruan Allah kepada kamu? Rasul-rasul itu memberikan peringatan bahaya besar bagi yang menolak seruan itu dan bahagia besar bagi yang menyambutnya dengan baik lalu melaksanakannya.
Apabila pertanyaan seperti itu datang, apakah akan jawaban bagi orang yang tidak mau percaya tadi?
Ayat 66
“Maka gelaplah bagi mereka segala alasan di hari itu." (pangkal ayat 66). Apa yang akan dijawabkan? Padahal mereka telah tahu bahwa Utusan Tuhan itu telah datang dan seruan (da'wah) itu telah disampaikan. Alasan apa yang akan dikemukakan padahal Allah telah mengetahui segala isi hati, segala perasaan yang buruk yang disembunyikan. Allah telah tahu memang, bahwa mereka ingkar dan kufur akan seruan Rasul itu. Jika Tuhan bertanya kepada mereka di waktu itu, lain tidak ialah dalam rangka tekanan sebagai azab juga. Karena di hari ini telah terbukti belaka apa yang dikatakan oleh Rasul itu dahulu di dunia. Semua pertanyaan tidak dapat mereka jawab, karena segala alasan atau berita telah tertutup: “Karena itu tidaklah mereka tanpa-bertanpa lagi di antara satu dengan yang lain." (ujung ayat 66). Sebab semua sudah sama kebingungan dan ketakutan. Mulut tidak terbetik lagi untuk bertanya dan untuk menjawab. Sedang sesama sendiri sudah tertutup mulut, apatah lagi terhadap kepada Tuhan.
Ayat 67
“Adapun barangsiapa yang bertaubat dan beriman dan beramal yang sha/ih maka mudah-mudahan dia termasuk dalam golongan orang yang menang" (ayat 67).
Ayat 67 ini adalah membukakan pengharapan. Bagaimanapun besar kesalahan yang telah diperbuat, asal masih di atas dunia ini juga, apabila telah taubat, maka dosa itu akan diampuni.
Banyaklah ayat di dalam al-Qur'an menganjurkan taubat. Demikian juga di dalam Hadis dan Hadis Qudsi. Di dalam Surat al-Furqan (Surat 25) ayat 68, 69, 70 dan 71 disebutkan bahwa walaupun berbuat tiga dosa besar yang termasuk “Sab'il mubiqat" (tujuh dosa besar) yang sangat berat, yaitu mempersekutukan yang lain dengan Allah, membunuh manusia tidak dengan benar (keputusan hakim dan dalam perang) dan berzina, semuanya dapat diampuni Tuhan asal bertaubat. Dan taubat itu wajib dibuktikan dengan Iman, dan Iman wajib dibuktikan dengan amalan yang shalih, perbuatan yang baik, maka dosa-dosa besar itu akan diampuni Tuhan. Dalam ayat 67 yang tengah kita tafsirkan int Tuhan memberikan harapan dengan kalimat: “Maka mudah-mudahan dia termasuk dalam golongan orang yang menang."
Mudah-mudahan adalah terjemah dari kalimat … (‘asaa).
Berkata ahli-ahli tafsir:
“Kata-kata ‘asaa (mudah-mudahan) kalau datang dari Allah, artinya ialah pasti."
Imam an-Nawawi di dalam kitab beliau “Ripadhush-Shalihin"menulis syarat taubat tiga perkara: (1) Segera hentikan maksiat itu seketika itu juga, (2) Sangat menyesal atas perbuatan maksiat yang telah terlanjur, (3) Berazam bulat tidak akan berbuat begitu lagi untuk selama-lamanya.
Kekuasaan Mutlak Tuhan
Ayat 68
“Dan Tuhan engkau menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Yang Memilih “ (pangkal ayat 68). Pangkal ayat jni dan seterusnya mengingatkan kembali kekuasaan mutlak Tuhan buat mencipta dan buat memilih apa yang Dia sukai. Makhluk tidak boleh dan tidak akan sanggup mencampuri urusan Tuhan. Setinggi-tinggj kebolehan makhluk hanya berdoa, memohon kepada
Tuhan, moga-moga Tuhan dengan hikmatNya yang tertinggi mengabulkan apa yang dimohonkan oleh makhlukNya.
Dialah yang menjadikan segala sesuatu, mengetahui segala sesuatu lahirnya dan batinnya. Dari Dia asalnya dan kepadanya kembali. BagiNya pujian sekarang dan bagiNya pujian nanti. Manusia tidak ada kuasa, bahkan jin atau malaikat sekalipun tidak ada yang berkuasa, untuk menentukan sesuatu dan memilih sesuatu. “Tidak ada pilihan bagi mereka." Sungguh bagi seluruh makhluk tidak ada pilihan lain. Apa yang dipilihkan Tuhan buat kita, itulah yang kita terima. Sampai kepada bentuk rupa kita, bunyi suara kita, tinggi atau rendah badan kita, segala langkah yang kita langkahkan, nasib yang kita temui, kian terasa, kian diinsafi, adalah menurut ketentuan Allah belaka. Kita memang diberi akal dan ikhtiar, tetapi selalu terbukti bahwa kehendak Allah jua yang berlaku."Amat Sucilah Allah dan Amat Tinggi dari apa yang mereka persekutukan itu." (ujung ayat 68).
Ujung ayat inilah Tauhid Uluhiyah yang sejati. Oleh karena segala sesuatu, sejak dari yang sangat kecil sampai kepada yang sangat besar, adalah di bawah kekuasaan mutlak Allah, tidaklah pantas Dia kita persekutukan dengan yang lain. Karena “yang lain" itu tidak ada."Yang lain, selain Allah adalah makhluk Allah belaka."
Ayat 69
“Dan Tuhan engkau mengetahui apa yang disembunyikan oleh dada mereka." (pangkal ayat 69). Yang disembunyikan oleh dada ialah perasaan yang belum dikeluarkan, yang masih terkhatar dalam hati. Tuhan tahu itu! “Dan apa yang mereka nyatakan." (ujung ayat 69). Yaitu perasaan hati yang telah disampaikan sebagai ucapan, sehingga diketahui oleh orang lain. Kadang-kadang ada manusia yang berbeda apa yang diucapkannya daripada apa yang disimpannya dalam hatinya. Dia benci dikatakannya suka. Dia marah tetapi dia senyum seperti tidak marah. Dia jahat tetapi berlaku sebagai orang baik! Dengan Tuhan semuanya itu tidak dapat disembunyikan. Sampai kepada darah kita yang mengalir ganti-berganti dari seluruh badan dan berpusat kepada jantung kita, diketahui oleh Tuhan. Ayat ini mendidik kita supaya berlaku jujur dalam hidup kita. Oleh sebab itu maka Kalimat Tauhid disebut juga Kalimat Ikhlash.
Ayat 70
“Dan Dia adalah Allah!" (pangkal ayat 70). Yang berdiri sendiriNya: “Tidak ada Tuhan selain Dia." Karena arti dan maksud kalimat TUHAN ialah Maha Penguasa Tertinggi, yang disembah, yang dipuja, tempat berlindung; “Bagi-Nyalah segala puji-pujian pada yang pertama." Yaitu pada hidup yang pertama di dunia ini. Karena dari Dialah datang segala pertolongan, rezeki dan kesempatan yang diberikan dalam dunia ini; “Dan pada yang kemudian." Yaitu kehidupan akhirat yang kekal untuk selama-alamya; “Dan Dialah yang menentukan." Menentukan umur, menentukan rezeki, menentukan batas kesanggupan kita sebagai manusia, bahkan menentukan peraturan di dalam alam ini; tidak siapa pun yang sanggup merubahnya. Hukum keputusan semata-mata dari Dia; “Dan kepadaNyalah kamu semua akan dikembalikan." (ujung ayat 70).
Dari Dia kita datang. Dengan izin dan kehendakNya kita didatangkan ke dalam dunia ini, dan dengan jaminan daripadaNya kita sempat hidup di sini, dalam perjalanan hidup menempuh ke perhentian terakhir sementara, yaitu kubur. Dan tempat kembali terakhir tidak lain, melainkan kepadaNya jua. Di sana kita mempertanggungjawabkan segala tingkah-laku dan langkah yang kita lalui dalam hidup ini, sesudah diberinya kita dua pedoman. Pertama, akal budi, dan kedua petunjuk yang Dia berikan dengan perantaraan Rasul-rasul.