Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَٰكِنَّآ
akan tetapi Kami
أَنشَأۡنَا
Kami telah menumbuhkan
قُرُونٗا
generasi-generasi
فَتَطَاوَلَ
maka panjanglah/berlalulah
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلۡعُمُرُۚ
umur/masa
وَمَا
dan tidaklah
كُنتَ
kamu berada
ثَاوِيٗا
berdiam/tinggal
فِيٓ
dalam/bersama
أَهۡلِ
penduduk
مَدۡيَنَ
Madyan
تَتۡلُواْ
kamu membacakan
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
ءَايَٰتِنَا
ayat-ayat Kami
وَلَٰكِنَّا
akan tetapi Kami
كُنَّا
adalah Kami
مُرۡسِلِينَ
mengutus Rasul-Rasul
وَلَٰكِنَّآ
akan tetapi Kami
أَنشَأۡنَا
Kami telah menumbuhkan
قُرُونٗا
generasi-generasi
فَتَطَاوَلَ
maka panjanglah/berlalulah
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلۡعُمُرُۚ
umur/masa
وَمَا
dan tidaklah
كُنتَ
kamu berada
ثَاوِيٗا
berdiam/tinggal
فِيٓ
dalam/bersama
أَهۡلِ
penduduk
مَدۡيَنَ
Madyan
تَتۡلُواْ
kamu membacakan
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
ءَايَٰتِنَا
ayat-ayat Kami
وَلَٰكِنَّا
akan tetapi Kami
كُنَّا
adalah Kami
مُرۡسِلِينَ
mengutus Rasul-Rasul
Terjemahan
Akan tetapi, Kami telah menciptakan beberapa umat dan telah berlalu atas mereka masa yang panjang. Engkau (Nabi Muhammad) tidak pula tinggal bersama-sama penduduk Madyan, (sehingga dapat) membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Akan tetapi, Kamilah pengutus (para rasul).
Tafsir
(Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi) yakni umat-umat sesudah Nabi Musa (dan berlalulah atas mereka masa yang panjang) waktu yang berabad-abad sehingga mereka lupa akan perjanjian-perjanjian, dan ilmu-ilmu agama pun telah terhapus pula, serta wahyu terputus. Maka Kami datangkan kamu sebagai seorang Rasul dan Kami turunkan wahyu kepadamu mengenai berita Musa dan berita nabi-nabi lainnya (dan tiadalah kamu tinggal) bermukim (bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka) lafal Tatlu dan seterusnya merupakan Khabar yang kedua dari lafal Kunta, maksudnya, sehingga penduduk Madyan itu mengetahui kisah umat-umat terdahulu lalu mereka mengisahkannya (tetapi Kami telah mengangkat menjadi Rasul) kamu, dan Kami mengutus utusan-utusan Kami kepadamu dengan membawa berita orang-orang dahulu.
Tafsir Surat Al-Qasas: 44-47
Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan. Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi, dan berlalulah atas mereka masa yang panjang, dan tiadalah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul. Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beri tahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat.
Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan.Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin. Allah ﷻ berfirman, menandaskan bukti kenabian Nabi Muhammad ﷺ, mengingat Nabi ﷺ dapat menceritakan kisah-kisah masa lalu seakan-akan dia mendengar, dan menyaksikannya sendiri, seperti yang telah disebutkan di atas. Padahal beliau adalah seorang lelaki yang ummi, tidak dapat membaca dan menulis, lagi dilahirkan di kalangan kaum yang tidak mengetahui sesuatu pun tentang kisah tersebut.
Sebagaimana yang beliau lakukan ketika mengisahkan tentang cerita Maryam dan semua yang dialaminya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (Ali Imran: 44) Yakni kamu tidak menghadiri peristiwa itu, tetapi Allah-lah yang menceritakannya kepadamu melalui wahyu-Nya. Hal yang sama terjadi tatkala beliau menceritakan tentang Nabi Nuh dan kaumnya serta penyelamatan yang dilakukan oleh Allah terhadapnya, sedangkan kaumnya ditenggelamkan.
Kemudian Allah ﷻ berfirman: Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Hud: 49) Dan firman Allah ﷻ lainnya dalam surat yang sama: Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad). (Hud: 100) Sesudah itu disebutkan pula oleh firman-Nya dalam kisah Yusuf: Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya. (Yusuf: 102) Di dalam surat Taha disebutkan oleh firman-Nya: Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu. (Taha: 99), hingga akhir ayat. Dalam surat ini sesudah menceritakan kisah Musa dari awal hingga akhir, dan bagaimana permulaan wahyu-Nya kepada Musa serta pembicaraanNya dengan Musa secara langsung, Allah ﷻ berfirman: Dan tiadalah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al-Qashash: 44) Maksudnya, tidaklah kamu Muhammad sedang berada di sisi bukit yang sebelah barat tempat Allah berbicara langsung kepada Musa, yaitu di pohon yang terletak di sebelah timur lembah itu.
dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan. (Al-Qashash: 44) Yakni menyaksikan hal tersebut, tetapi Allah-lah yang menceritakan kepadamu melalui wahyu-Nya, dimaksudkan sebagai hujah dan bukti terhadap generasi-generasi berikutnya yang mana mereka telah melupakan hujah-hujah Allah terhadap mereka, dan melupakan pula apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepada para nabi terdahulu. Firman Allah ﷻ: dan tidaklah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qashash: 45) Artinya, tiadalah kamu tinggal bersama penduduk kota Madyan seraya membacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, ketika kamu menceritakan perihal nabi mereka (yaitu Syu'aib a.s.) dan apa yang ia katakan kepada kaumnya serta jawaban kaumnya terhadapnya.
tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul. (Al-Qashash: 45) Yakni tetapi Kami mewahyukan hal tersebut kepadamu dan Kami utus kamu kepada manusia sebagai rasul. Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa).(Al-Qashash: 46) Abu Abdur Rahman An-Nasai telah mengatakan di dalam kitab tafsir dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hajar, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Hamzah Az-Zayyat, dari Al-A'masy, dari Ali ibnu Mudrik, dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa). (Al-Qashash: 46 Abu Hurairah mengatakan bahwa mereka diseru, "Hai umat Muhammad, Aku memberi kalian sebelum kalian meminta kepada-Ku; dan Aku perkenankan kepada kalian sebelum kalian mendoa kepada-Ku." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis Jama'ah, dari Hamzah ibnu Habib Az-Zayyat, dari Al-A'masy.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Waki dan Yahya ibnu Isa, dari Al-A'masy, dari Ali ibnu Mudrik, dari Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir yang mengatakan bahwa hal tersebut termasuk perkataannya. Muqatil ibnu Hayyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa). (Al-Qashash: 46) Yakni menyeru umatmu yang masih berada di dalam sulbi bapak-bapak mereka agar beriman kepadamu jika kamu diutus.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru. (Al-Qashash: 46) Maksudnya, menyeru Musa. Pendapat ini hanya Allah Yang Maha Mengetahui lebih mendekati kebenaran, karena ada firman-Nya yang menyebutkan: Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al-Qashash: 44) Hal yang sama disebutkan oleh firman-Nya dengan ungkapan yang lebih khusus dari hal tersebut: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa. (Asy-Syu'ara: 10) Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi'at: 16) Dan firman Allah ﷻ: Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan Gunung Tur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Adapun firman Allah ﷻ: tetapi (Kami beri tahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu. (Al-Qashash: 46) Yakni kamu tidak menyaksikan sesuatu pun dari hal tersebut, tetapi Allahlah yang mewahyukan dan menceritakannya kepadamu sebagai rahmat dari Dia kepadamu dan kepada semua hamba yang engkau diutus kepada mereka.
supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat. (Al-Qashash: 46) Maksudnya, agar mereka mendapat petunjuk dari apa yang kamu sampaikan kepada mereka dari Allah ﷻ Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami. (Al-Qashash: 47) Yakni Kami utus kamu kepada mereka untuk menegakkan hujah terhadap mereka dan agar tiada alasan lagi bagi mereka manakala azab Allah datang menimpa mereka disebabkan kekafiran mereka, yang mana mereka pasti akan beralasan bahwa belum pernah datang kepada mereka seorang utusan dan pemberi peringatan.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ﷻ sesudah menyebutkan bahwa Dia telah menurunkan Kitab-Nya yang diberkati, yaitu Al-Qur'an: (Kami turunkan Al-Qur'an itu) agar kamu (tidak) mengatakan bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca. Atau agar kamu (tidak) mengatakan, "Sesungguhnya jikalau kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari mereka. Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat. (Al-An'am: 156-157) Dan firman Allah ﷻ lainnya yang mengatakan: (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. (An-Nisa: 165) Dan Firman Allah ﷻ: Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan, "Tidak datang kepada kami, baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.
Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (Al-Maidah: 19), hingga akhir ayat. Ayat-ayat mengenai hal ini cukup banyak."
Engkau tidak mengalami peristiwa-peristiwa itu, tetapi Kami telah menciptakan beberapa umat dalam berbagai generasi setelah Nabi Musa, dan telah berlalu atas mereka masa yang panjang, sehingga mereka lupa dengan perjanjian yang telah mereka ambil dan meninggalkan perintah Allah. Kami utus engkau untuk memperbaharui kembali dakwah yang pernah disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu. Dan demikian pula engkau wahai Nabi Muhammad tidak tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, sehingga dapat memberitahu penduduk Mekah tentang kabar mereka. Engkau tidak tinggal bersama mereka di Madyan, akan tetapi Kami telah me-ngutus rasul-rasul dan Kami beritahukan kepadamu tentang kisah-kisah mereka melalui wahyu. 46. Dan engkau wahai Nabi Muhammad tidak berada di dekat gunung ''r di Sinai ketika Kami menyeru Nabi Musa dan memilihnya untuk menyampaikan pesan-pesan suci. Tetapi Kami utus engkau sebagai rahmat dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum masyarakat Arab yang tidak didatangi oleh pemberi peringatan dalam kurun waktu yang cukup lama sebelum engkau, agar dengan peringatanmu itu mereka mendapat pelajaran.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menciptakan generasi demi generasi sejak Nabi Musa sampai kepada Nabi Muhammad dalam waktu yang panjang dan merupakan masa kekosongan, sehingga pengetahuan mereka berkurang, akhlak mereka menurun dan telah menjurus kepada kehancuran dan dekadensi moral. Pada waktu itu terasa benar perlunya diutus seorang rasul untuk membimbing dan memberi petunjuk kepada mereka ke jalan yang benar. Maka diutuslah Nabi Muhammad ﷺ dan dia diberitahu oleh Allah keadaan dan ihwal nabi-nabi terdahulu, begitu juga keadaan dan hal ikhwal Nabi Musa. Allah juga menerangkan pada ayat ini bahwa Muhammad tidak tinggal bersama-sama penduduk Madyan untuk menanyakan dan mempelajari kisah Nabi Musa dari orang-orang yang menyaksikan kisah itu sendiri. Semua itu diketahui oleh Nabi Muhammad dengan perantaraan wahyu yang diturunkan kepadanya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Da'wah Musa Kepada Tauhid
Ayat 38
Da'wah Musa kepada Tauhid, agar manusia insaf akan Keesaan Allah, adalah suatu ajaran yang benar-benar merombak keyakinan yang ditanamkan selama ini, bahwa yang Tuhan itu ialah Fir'aun. Dengan tidak merasa takut dan gentar Musa telah memulai da'wahnya yang berbeda dari pendirian umum. Fir'aun sendiri amat keberatan jika ajaran Musa itu tersebar."Dan berkata Fir'aun: “Hai Pembesar-pembesar Negara! Aku tidak mengetahui ada Tuhan untukmu selain aku." (pangkal ayat 38). Aku tidak mengenal ada pula Tuhan selain aku. Tidak ada kekuasaan lain yang menyamai kekuasaanku, apatah lagi yang akan mengatasi kekuasaanku. Musa itu mengatakan bahwa Tuhannya itu Maha Kuasa, meliputi langit dan bumi dan dia bersemayam di langit."Maka bakarlah untuk aku, hai Haman atas tanah Hat." Jadikan tanah liat itu batu tembok, lalu bakar supaya kuat dan “lalu buatlah untuk aku bangunan tinggi."
Supaya aku naik ke atas bangunan yang tinggi itu, lalu aku menengadah ke langit; “supaya aku dapat menengok kepada Tuhan Musa itu." Supaya aku lihat dengan mata kepala sendiri; jika dia benar, berapa besamya. Jika dia tinggi, berapa tingginya."Dan aku yakin benar bahwa dia itu termasuk orang-orang yang berdusta." (ujung ayat 38).
Haman adalah orang besarnya. Mungkin Perdana Menterinya, mungkin pemeyang perbendaharaan negaranya. Maka dengan sombongnya Fir'aun memerintahkan mengumpulkan tanah liat untuk dijadikan batu tembok. Dan batu tembok baru jadi batu tembok ialah sesudah dibakar. Rupanya di zaman itu batu tembok sudah ada juga dipakai orang. Di kebun tergantung Babilon masih kita lihat sisa istana Nabukadnesar yang terdiri dari batu tembok itu.
Riwayat yang terang tidak ada menyebut apakah sampai Menara Tinggi untuk “meneropong" Tuhan Musa itu jadi sampai berdiri, dan berapa mestinya tingginya. Namun dalam kehendak Fir'aun ini telah terbayang jelas kesombongannya, bahwa dia tidak percaya ada Allah Yang Maha Kuasa, bahkan dianggapnya bahwa Musa yang menyampaikan ajaran tentang Tuhan Esa (Tauhid) itu hanyalah dusta belaka. Dia yakin — katanya -bahwa Musa itu termasuk salah seorang pembohong yang tidak boleh dipercaya.
Tetapi telah kita lihat penjelasan ceritera ini di bahagian yang lain, misalnya di dalam Surat Thaha, atau di dalam Surat asy-Syu'ara' dan an-Naml dan lain-lain. Sampai terjadi menguji kepandaian, sampai Musa memperlihatkan tongkatnya menelan ular palsu yang terdiri dari tongkat-tongkat dan tali-tali, dan sampai pula tukang-tukang sihir Fir'aun taubat dari sihirnya dan menjadi pengikut Musa. Namun semuanya itu tidak diperdulikan oleh Fir'aun. Orang besar-besarnya pun tidak ada yang berani menyangkat muka buat mengoreksi dan memperbaiki kesalahan kepercayaan itu, kepercayaan turun-temurun, mengatakan yang tuhan ialah Fir'aun sendiri, lain tidak.
Ayat 39
“Dan menyombonglah dia!" (pangkal ayat 39). Menyombong atau membesarkan diri. Memandang hina dan rendah orang lain. Sepatah lagi kalau ada pendapat atau buah fikiran yang dianggapnya bertentangan daripada ajaran (doktrin) yang dia tentukan.
“Dia dan balatentaranyakarena rajanya telah sombong, balatenteranya pun jadi sombong pula. Mereka merasa tidak ada kekuasaan yang akan dapat menumbangkan kekuasaan mereka. Mereka merasa kuat dan kuasa “di muka bumi dengan tidak menurut Kebenaran." Artinya bahwa Kebenaran itu ada; tetapi mereka tidak mau mengakuinya. Hati mereka telah tertutup dari Kebenaran itu. Misalnya, mereka tidak melihat lagi Kebenaran, bahwa seorang raja naik takhta ialah menggantikan raja yang terdahulu, yang telah mati atau telah tua.
Raja yang dahulu itu tidak dapat lagi meneruskan kuasanya apabila nafasnya telah putus. Bangkai tidak dapat meneruskan kuasa.
Atau raja yang dahulu itu telah tua dan pikun. Meskipun dia masih hidup, dia tidak dapat berkuasa lagi, karena berfikimya pun tidak beres lagi.
Kemudian yang mati atau yang telah tua digantikan oleh raja baru, yang tadinya tidak berkuasa apa-apa. Dan setelah berkuasa sekian lama, salah satu dari kedua hal itu, mati dan tua pasti akan ditempuhnya. Atau sebagai raja yang lain yang dibunuh atau digantikan begitu saja tempatnya oleh anaknya sendiri.
Fir'aun sedang di puncak kekuasaan. Biasanya orang yang sedang di puncak kuasa, lupa akan Kebenaran itu. Sebab lupa akan Kebenaran dia berbuat semau-maunya di muka bumi yang dikuasainya.
Orang besar-besarnya pun demikian pula. Telah menjadi kebiasaan dunia, di antara raja yang berkuasa dengan orang besar-besarnya, sokong-menyokong, angkat-menyangkat. Karena keteguhan orang besar-besar sangat bergantung kepada keteguhan kekuasaan raja yang dipujanya. Oleh sebab itu sama sajalah sombong dan takabbur Fir'aun dengan balatentara atau penyokong pembantu yang berdiri memagarinya: “Dan mereka menyangka bahwa mereka tidaklah akan kembali kepada Kami." (ujung ayat 39). Dan mereka menyangka bahwa kekuasaan ini akan kekal. Mereka tidak sampai memikirkan bahwa tiap-tiap yang berpangkal pasti berujung. Tiap-tiap telah terlampau tinggi, pasti patah. Karena demikianlah hukum Alam yang digariskan oleh Maha Pencipta.
Ayat 40
“Maka Kami tariklah Fir'aun dan balatentaranya itu." (pangkal ayat 40). Atau, Kami ambil dengan kekerasan. Kekuasaan Kami cabut di kala mereka memeyangnya dengan kuat dan menyangka tidak akan lepas dari tangan lagi untuk selamanya: “Lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut" Yaitu ke dalam Lautan Qulzum ketika mereka mengejar Musa yang menyeberang meninggalkan bumi Mesir itu dan mereka kejar dari belakang. Sebagaimana diketahui lautan pun terbelah dua, bersibak nyanga setelah Tuhan menyuruh Musa memukulkan tongkatnya. Musa bersama Bani Israil selamat sampat ke seberang, sedang Fir'aun dan para balatentaranya sampai di tengah laut dalam pengejaran itu di saat lautan bertaut kembali; maka tenggelamlah semua “Maka lihatlah betapa jadinya akibat dari orang-orang yang zalim." (ujung ayat 40).
Kita telah banyak memberikan tafsir dari kalimat zalim, yang pada umumnya diartikan aniaya. Di sini kita tegaskan sekali lagi bahwa kalimat zalim itu adalah zhulm, yang berarti gelap-gulita. Tadi di ayat 39 telah dikatakan bahwa mereka hidup dengan menyombong di muka bumi dengan tidak menurut KEBENARAN, artinya tidak menurut jalan yang lurus dan terang. Jalan yang dibawa Musa adalah jalan yang lurus dan terang, sebab dia adalah KEBENARAN. Kalau orang menantang jalan yang BENAR dan terang, pasti dia memilih jalan yang gelap, jalan yang tidak beres ujungnya. Oleh karena sejak semula Fir'aun telah menolak Ketuhanan Allah dan merasa dialah yang Tuhan, tidaklah masuk dalam perhitungannya KEKUASAAN MUTLAK Tuhan itu. Laut terbelah untuk menyelamatkan Musa. Kalau dia berhitung yang baik, bukan hitungan gelap,
tentu dia bertikir lebih dahulu akan menempuh satu jalan yang bukan disediakan untuk dirinya. Dengan “mata gelap" laut terbelah itu ditempuhnya juga. Di tengah laut, laut itu sendiri bertaut, dia tenggelam. Itulah jalan gelap, jalan aniaya. Gelap tidak tentu arah dan ujung. Aniaya, sebab membawa celaka diri sendiri. Sebab tidak menempuh jalan yang BENAR sejak semula.
Ayat 41
“Dan telah Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru ke neraka." (pangkal ayat 41). Di dalam pangkal ayat ini dijelaskanlah bahwasanya segala pemimpin yang berjalan di luar kebenaran, menyombong dan aniaya itu adalah pemimpin membawa ummat atau rakyat yang dipimpinnya ke neraka, bukan ke syurga. Untuk menjadi perbandingan bagi ummat manusia sampai hari kiamat; bila saja, di mana saja, apabila ada pimpinan negara yang menyanggap dirinyalah yang Tuhan, peraturannyalah yang benar, lalu menolak Kebenaran yang diturunkan Ilahi dengan perantaraan Nabi-nabiNya, semua pemimpin semacam itu teranglah akan membawa manusia ke neraka Karena dia pemimpin, dialah yang di muka sekali, untuk diiringkan oleh manusia menuju neraka. Negara semacam itu bukanlah Negara Hukum, melainkan Negara Hukuman. Bukan negara yang dijaga keamanannya oleh polisi, melainkan Negara Kepolisian. Kediktatoran pimpinan negara menyebabkan kehilangan kemerdekaan tiap-tiap orang yang mengharapkan perlindungan dalam negara itu."Sedang di hari kiamat tidaklah mereka akan ditolong." (ujung ayat 41).
Di hari kiamat kelak pemimpin-pemimpin negara yang semacam itu akan terpencil sendiri Mereka tidak akan ditolong, sebab kalau mereka ditolong juga niscaya sama derajatnya dengan orang-orang yang jujur.
Seketika orang masih memeyang suatu kekuasaan, mungkin dia merasa belum memerlukan pertolongan orang lain, karena kekuasaannya itu telah mewajibkan orang yang di bawah kuasanya mesti menolong dia. Seorang Menteri misalnya, adalah memerlukan banyak pegawai penolong dan pelaksana. Kalau tidak ada pelaksana-pelaksana niscaya perintah yang dikeluarkannya tidak akan berjalan. Tetapi apabila dia telah berhenti jadi Menteri, bagaimanapun dia memerintahkan, namun orang-orang yang tadinya jadi bawahannya itu tentu tidak akan memperdulikan lagi apa yang diperintahkannya.
Kalau seseorang telah dihadapkan ke hadapan Mahkamah Ilahi, karena dituduh bersalah bahwa selama dia hidup, atau selama dia berkuasa, dia adalah orang yang zalim lagi aniaya kepada sesamanya makhluk Allah, di saat yang seperti demikian amat perlulah dia akan pertolongan, amat perlulah dia akan pembela. Dia merasa lemah buat menangkis serangan dan tuduhan Ilahi seorang dirinya. Tetapi di saat seperti itu tidaklah seorang juga yang akan dapat menolongnya. Tidak ada lagi pegawai yang akan melaksanakan perintahnya seperti dahulu. Dan dia tidak mempunyai kekayaan lagi buat memberi upah seorang pembela yang akan membelanya di muka Mahkamah Ilahi itu. Sebab dia waktu itu tidak lagi seorang yang berkuasa, melainkan seorang pesakitan'
Tidak lagi seorang Tuan Besar, melainkan seorang hamba Allah yang kecil dan hina. Yang akan menolong dia hanya satu, yaitu bekas amal shalihnya kalau ada. Karena ketika mempertimbangkan hukuman yang akan dijatuhkan, selalu Allah akan menilik berapa pertimbangan di antara kejahatan dan kebaikan yang diperbuat.
Ayat 42
“Dan Kami ikutkanlah laknat untuk mereka di dunia ini." (pangkal ayat 42). Yakni, bahwasanya tatkala orang-orang zalim sebagai Fir'aun dan pembesar-pembesar negaranya itu masih hidup di dunia ini, bagaimana mereka menjaga wibawa kuasanya, namun kezaliman mereka yang sangat dirasakan oleh rakyat itu selalu menimbulkan omelan, keluhan dan akhirnya kutuk laknat dari orang banyak. Itulah sebabnya maka penguasa-penguasa semacam Fir'aun memasang mata-mata, kaki-tangan dan yang dinamai intelejen banyak-banyak untuk mengintip, mendengarkan, memperhatikan kalau-kalau ada orang yang tidak puas dengan hukum dan pemerintahan mereka
Teringatlah kita akan yang dialami Nabi kita s.a.w. ketika beliau Isra' dan Mi'raj, tentang bau harum yang beliau rasakan di setumpak tanah. Lalu beliau bertanya kepada Jibril, bau apakah yang seharum itu. Lalu Jibril menjawab, bahwa di tempat inilah dahulunya seorang juruhias perempuan dalam istana Fir'aun sedang menyisir anak perempuan Fir'aun lalu patah sisirnya. Maka mengucaplah juruhias itu “Maha Sucilah Allah, Tuhan Sarwa Sekalian Alam"; lalu anak perempuan Fir'aun melapor kepada ayahnya karena tukang sisir itu mempercayai lagi Tuhan yang lain selain Fir'aun. Perempuan itu dihadapkan ke muka pengadilan dan diperiksa. Dia mengakui terus-terang bahwa dia tidak percaya ada Tuhan lain, selain Allah dan Fir'aun bukan Tuhan dan dia tidak mau bergeser, walaupun selangkah dari pendirian yang demikian Lalu perempuan itu dihukum bersama anak-anaknya dan suaminya, dimasukkan ke dalam api nyala, dibakar sampai mati. Anaknya disuruh melompati api satu demi satu, suaminya pun demikian juga. Akhirnya dirinya sendiri yang sedang menggendong anaknya yang sedang sarat menyusu. Agak ragu perempuan itu pada mulanya karena memikirkan anaknya. Tetapi tiba-tiba anak yang sedang menyusu itu melepaskan mulutnya dari muncas susu ibunya lalu berkata: “Jangan ragu, ibuku. Kita adalah di pihak yang benar!" Lalu perempuan itu melompati api sambil menggendong puteranya. Dan tinggallah bau wangi di tempat itu untuk selama-lamanya. Namun Fir'aun selalulah menjadi buah kutukan dan laknat rakyat yang lemah.
Demikianlah pula selalu terjadi dengan Fir'aun-fir'aun yang lain di dunia ini. Manusia selalu mengutuk mereka. Walaupun dengan berbagai reklame, dengan berbagai alat mass-media untuk memuji-muji Fir'aun. mengagung-agungkan Fir'aun. Bertambah banyak yang mengutuki dan menyumpah laknat, bertambah hebat pula propaganda apa yang dinamai “cultus individu “, memuja-muja orang seorang."Sedang di hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang diburukkan." (ujung ayat 42).
Orang yang diburukkan, dipandang hina, tidak berharga sepeser pun, dibariskan dalam barisan orang yang tidak ada harga walau sebelah mata, sebagai imbangan dari kesombongan dan ketakabburan dan merasa diri paling di atas ketika hidup di dunia dahulu.
Seakan-akan tergambarlah perbandingan di hadapan mata kita, seorang yang dianggap gagah perkasa, berpakaian bertatahkan ratna mutu manikam, bermahkota berhiaskan batu zamrud, zabarjad, yaqut dan berlian, dikeliling oleh orang besar-besar yang duduk dengan segala hormat dan persembahan ta'zhim terhadap beliau; di hari kiamat itu menjadi orang hina-dina, lebih hina dari orang gelandangan yang kehilangan rumahtangga dan tanah karena dirampas oleh si raja itu di waktu hidupnya Semua mereka itu disuruh duduk mencangkung memberi hormat bersusun-susun sejak dari sejarah hidup manusia mulai diisi dalam dunia ini, sampai manusia penghabisan tidak ada lagi di sini. Mereka disuruh berkumpul dengan serba kehinaan dan kesepian, tidak ada yang datang menolong, menunggu perkara masing-masing akan dibuka.
Demikianlah akibat yang diderita oleh Fir'aun dan segala penguasa-penguasa semacam Fir'aun.
Ayat 43
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa al-Kitab, sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu itu." (pangkal ayat 43).
Itulah perbandingan setelah perjuangan di antara yang hak dengan yang batil berlaku. Kesudahan daripada Fir'aun dan orang besar-besarnya, baik laknat yang akan mereka terima di dunia atau siksaan yang akan mereka terima kelak di akhirat dan dimasukkan kelak dalam golongan orang-orang buruk. Adapun kesudahan dari Musa yang menegakkan Kebenaran itu ialah jerihnya diobat oleh Tuhan. Setelah dibinasakan generasi yang selama ini menjadi penghalangnya itu. dia dilepaskan dari bahaya dan kehinaan, lalu diturunkan kepadanya al-Kitab. yaitu peraturan yang datang dari Allah; “Ialah supaya jadi pemandangan bagi manusia “ Jadi i'tibar untuk dibandingkan kepada diri sendiri untuk selama-lamanya, bahwasanya cita-cita yang mulia, bagaimanapun besar hambatan yang merintangi, akhir kelaknya pasti sampai juga asal sabar; “dan petunjuk" kepada manusia di dalam menempuh hidup selanjutnya, agar tercapai apa yang diridhai oleh Allah Subhonahu wa Ta'ala; “dan rahmat," karena apabila isi kitab itu diamalkan, niscaya manusia akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat, mendapat limpah kurnia kasih dan sayang dari Ilahi."Mudah-mudahan mereka ingat." (ujung ayat 43). Mudah-mudahan mereka ingat selalu bagaimana kekuasaan Allah itu, yang mudah saja bagiNya memutar balik keadaan, menurunkan di atas dan menaikkan yang di bawah, memuliakan yang hina, dan menghinakan yang mulia.
Kesaksian pula semuanya bahwasanya keamanan yang teramat penting ialah aman hati berdamping dengan Allah. Kalau hati telah dekat dengan Tuhan, tidaklah suatu juga di dunia ini yang akan ditakutkan. Dan bagi pejuang
Islam sendiri di zaman Nabi Muhammad s.a. w. menjadi pelajaran yang mendalamlah kejadian Fir'aun dengan Musa ini. Begitu lemah dan sengsaranya Bani lsrail, namun ada-ada saja bagi Tuhan untuk melepaskan mereka dari kehinaan. Tidak ada pula orang yang menyangka bahwa kebenaran Fir'aun itu akan tenggelam demikian saja ke dasar laut. Setelah laut yang terbelah dua bertaut kembali, hilang lenyaplah kebesaran Fir'aun ke dalam dasar laut itu, seakan-akan tidak pernah ada. Oleh sebab itu tidak pulalah akan lama masanya kedaulatan orang Quraisy dengan kemusyrikannya dan pemujaannya kepada berhala akan digulung pula oleh ombak sejarah.
Untuk menyambung kejadian di zaman Fir'aun ini kepada zaman Muhammad; yaitu zaman ayat ini diturunkan, selanjutnya bersabdalah Tuhan;
Ayat 44
“Dan tidaklah engkau berada di sisi sebelah Barat seketika Kami memutuskan perintah kepada Musa." (pangkal ayat 44). Artinya, bahwa saat Kami menjatuhkan keputusan, memberikan perintah kepada Musa, menjadi Rasul Kami kepada Bani lsrail buat melepaskan mereka daripada penindasan dan perbudakan Fir'aun, waktu itu engkau belum ada di dunia ini, sebab itu engkau tidaklah mengetahuinya."Dan tidaklah engkau termasuk orang yang menyaksikan." (ujung ayat 44). Sebab jarak di antara zaman itu dengan zaman Muhammad s.a. w. adalah sudah terlalu panjang dan lama.
Ayat 45
"Tetapi Kami telah menimbulkan beberapa keturunan dan berlalu atas mereka masa yang panjang." (pangkal ayat 45).
Sudah berpuluh Nabi di antara Musa dan Muhammad. Telah berganti pula keturunan demi keturunan dan telah panjang masa jaraknya, dan tempat pun berjauhan pula, dari bumi Heja2 di Tanah Arab sampai ke Mesir dan Syam."Dan tidaklah engkau berada di tengah-tengah penduduk Madyan itu, membacakan kepada mereka akan ayat-ayat Kami." Meskipun samasekali itu tidak, karena jauh jarak masa, dan jauh jarak tempat: “Akan tetapi Kami telah mengutus Rasul-rasul." (ujung ayat 45).
Rasul-rasul Allah datang silih berganti. Inti ajaran yang dibawa Rasul-rasul itu tetap satu tidak berubah. Yaitu memberi petunjuk kepada manusia agar tunduk kepada Allah Tuhan Yang Esa, tidak bersyarikat dengan yang lain.
Ayat 46
“Dan tidaklah engkau berada di dekat gunung Thur seketika Kami menyeru." (pangkal ayat 46). Yaitu seketika Musa pergi ke bukit atau pinggir gunung yang diberi berkat itu karena di sana terlihat olehnya api, lalu datang seruan Tuhan memanggil namanya, menanyakan apa yang dia peyang dan memberitahu kepadanya bahwa Dia, yang menyeru itu ialah Allah; Nabi Muhammad waktu itu belum ada di dunia; “Tetapi ini adalah rahmat dari Tuhan engkau." Rahmat Tuhan kepada engkau dan rahmat Tuhan kepada ummat yang percaya kepada risalah engkau, sehingga engkau diberitahu semua. Engkau mengetahuinya seakan-akan engkau hadir sendiri di sana: “Supaya engkau beri peringatan kepada kaum itu," yaitu kaum Quraisy yang kadang-kadang keras kepala mereka menyerupai juga keras kepala Fir'aun dan
k.ttminya: “Yang belum pernah datang kepada mereka dari pemberi-pemberi ingat yang sebelum engkau." Artinya bahwasanya sejak Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail diperintahkan Allah mendirikan Ka'bah. belumlah ada dikirim Tuhan kepada Arab Hejaz keturunan Adnan, yang intinya bernama Quraisy itu seorang Nabi dan Rasul pun. Oleh sebab itu maka kedatangan Muhammad s.a.w sekarang ini adalah satu anugerah utama kepada mereka, suatu hal yang akan membawa kemuliaan bagi mereka di kemudian hari, sebagaimana telah ternyata dalam perjalanan riwayat kemudiannya: “Mudah-mudahan mereka ingat." (ujung ayat 46).
Kalau mereka ingat akan hal ini dengan seksama, tidaklah mereka akan menghalangi atau menolak akan risalah yang benar itu.