Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
مُوسَىٰ
Musa
رَبِّيٓ
Tuhanku
أَعۡلَمُ
lebih mengetahui
بِمَن
dengan/kepada siapa
جَآءَ
datang
بِٱلۡهُدَىٰ
dengan petunjuk
مِنۡ
dari
عِندِهِۦ
sisi-Nya
وَمَن
dan siapa
تَكُونُ
adalah ia
لَهُۥ
baginya/mendapat
عَٰقِبَةُ
kesudahan
ٱلدَّارِۚ
tempat (dunia)
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
لَا
tidak
يُفۡلِحُ
beruntung/mendapat kemenangan
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
وَقَالَ
dan berkata
مُوسَىٰ
Musa
رَبِّيٓ
Tuhanku
أَعۡلَمُ
lebih mengetahui
بِمَن
dengan/kepada siapa
جَآءَ
datang
بِٱلۡهُدَىٰ
dengan petunjuk
مِنۡ
dari
عِندِهِۦ
sisi-Nya
وَمَن
dan siapa
تَكُونُ
adalah ia
لَهُۥ
baginya/mendapat
عَٰقِبَةُ
kesudahan
ٱلدَّارِۚ
tempat (dunia)
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
لَا
tidak
يُفۡلِحُ
beruntung/mendapat kemenangan
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
Terjemahan
Musa menjawab, “Tuhanku lebih mengetahui siapa yang (pantas) membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di akhirat. Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak beruntung.”
Tafsir
(Berkatalah) dapat dibaca waqala dan Qala tanpa memakai Wawu (Musa, "Rabbku lebih mengetahui) (orang yang patut membawa petunjuk dari sisi-Nya) Dhamir yang ada pada lafal 'Indahu kembali kepada Ar Rabb (dan siapa) di'athafkan kepada lafal Man sebelumnya (yang akan ada) dapat dibaca Takunu dan Yakunu (baginya kesudahan yang baik di negeri akhirat) yakni akibat yang terpuji di akhirat; maksudnya dia adalah aku sendiri, keduanya adalah aku sendiri yang berhak menyandangnya dan aku orang yang benar di dalam menyampaikan apa yang diturunkan kepadaku. (Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim") yakni orang-orang yang kafir.
Tafsir Surat Al-Qasas: 36-37
Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizat-mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu. Musa menjawab, "Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat. Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim. Allah ﷻ menceritakan kedatangan Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kerajaannya. Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang nyata yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada keduanya untuk membuktikan kebenaran dari berita yang disampaikan oleh keduanya dari Allah yang memerintahkan agar mengesakan-Nya dan mengikuti perintah-perintah-Nya.
Tatkala Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya menyaksikan, melihat dengan mata kepala sendiri, sehingga merasa yakin dalam hatinya bahwa hal tersebut datang dari sisi Allah, maka mereka dengan kekafiran dan kezalimannya berbalik mengingkari dan mendustakannya. Demikian itu karena kesewenang-wenangan dan sikap angkuh mereka yang tidak mau mengikuti perkara hak. Untuk itu mereka mengatakan: Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat. (Al-Qashash: 36) Yakni yang diada-adakan dan dibuat-buat dengan tujuan menentang Fir'aun untuk menyaingi kekuasaannya melalui tipu daya.
Firman Allah ﷻ: "dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu. (Al-Qashash: 36) Seruan tersebut ialah yang memerintahkan untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mereka menjawab, "Kami belum pernah melihat seorang pun dari nenek moyang kami dahulu yang memeluk agama seperti itu. Dan kami belum pernah melihat orang-orang melainkan mereka mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain." Maka Musa a.s.
menjawab perkataan mereka, seperti apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk dari sisi-Nya. (Al-Qashash: 37) Yaitu di antara aku dan kalian, dan kelak Dia akan memberikan keputusan antara aku dan kalian. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat. (Al-Qashash: 37) Yakni pertolongan, kemenangan, dan dukungan dari-Nya. "Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim. (Al-Qashash: 37) Maksudnya, orang-orang yang mempersekutukan Allah ﷻ"
Dan sebagai jawaban bagi Fir'aun dan kaumnya, dia Musa menjawab, 'Tuhan Pemelihara-ku Yang menciptakan aku dan kamu serta memberi aneka bukti kebenaran lebih mengetahui dari aku, kamu dan siapa pun tentang siapa yang pantas membawa petunjuk dari sisi-Nya dan Dia-lah yang akan menetapkan dengan adil siapa yang akan mendapat kesudahan yang baik di akhirat. Jangan berlaku zalim, sebab sesungguhnya telah menjadi ketetapan Allah bahwa orang-orang yang zalim selamanya tidak akan mendapat kemenangan. '38. Dan ketika tidak kuasa lagi untuk mendebat Nabi Musa, karena jelas dan kuatnya argumentasi yang disampaikan, dengan nada me-nyombongkan diri Fir'aun berkata, 'Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku yang patut disembah. Guna mengetahui kebenaran atau kebohongan Musa yang menyatakan ada Tuhan Pemelihara alam raya, maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman untuk membuat batu bata dan bahan bangunan lainnya, kemudian buatkanlah segera bangunan dan istana yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta dalam dakwaannya. '
Tuduhan Fir'aun dan kaumnya bahwa bukti-bukti yang dikemukakan Musa hanya sihir belaka dijawabnya dengan tenang dan tidak keluar dari adab dan sopan santun berdebat, tanpa menuduh lawannya bahwa mereka telah sesat. Musa mengatakan kepada mereka bahwa Tuhannya yang lebih mengetahui siapa sebenarnya yang membawa petunjuk dari Allah dan siapa sebenarnya yang beruntung yang akan mendapat kebahagiaan di akhirat. Di balik itu, dalam hatinya ia yakin sepenuhnya dialah yang benar, dialah orang yang beruntung dan siapa yang menentang kebenaran yang dibawanya pasti akan merugi dan menyesal. Jawaban ini sama dengan jawaban yang diberikan oleh Nabi Muhammad kepada kaum musyrikin yang menentangnya, seperti tersebut dalam firman Allah:
Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah, "Allah," dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Saba'/34: 24)
Walaupun demikian, Musa tetap menegaskan bahwa orang zalim tidak akan memperoleh kemenangan. Ini adalah sebagai isyarat kepada Fir'aun dan kaumnya bahwa mereka tidak akan menang. Mereka pasti akan kalah dan hancur karena mereka adalah orang-orang yang sombong dan aniaya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Pada ayat 32 di atas tadi telah dijelaskan kepada Musa bahwa kedua mu'jizat besar itu diberikan kepada Musa ialah karena dengan dia Musa akan menghadapi Fir'aun dengan orang besar-besar yang berdiri di sekeliling Fir'aun, Dengan demikian maka Tuhan telah menyatakan kepada Musa tugas yang dipikulkan ke atas pundaknya. Mulai waktu itu dia telah diangkat jadi Rasul Allah.
Tetapi Musa merasa ada satu kelemahan pada dirinya yang akan sulit baginya menghadapi Fir'aun, yaitu perkara pembunuhan yang pernah dia lakukan.
Ayat 33
“Dia berkata: “Tuhanku! Sesungguhnya aku telah membunuh seseorang dari kalangan mereka." (pangkal ayat 33). Pembunuhan adalah suatu perkara besar. Musa merasakan bahwa kedatangannya membawa da'wah Ilahi ke Mesir tidaklah akan dihargai orang, karena orang tahu siapa dia; seorang pembunuh: “Maka takutlah aku bahwa mereka akan membunuhku." (ujung ayat 33). Maka mula saja diketahui orang di Mesir itu bahwa Musa telah kembali, dia segera akan dicari dan segera akan ditangkap, lalu dihadapkan ke muka Fir'aun untuk menjalani hukumannya, yaitu dibunuh. Sebab dia dahulu membunuh orang. Dengan demikian maka tugas yang begitu mulia, menjadi Utusan Allah ke negeri Mesir tidaklah akan berhasil. Itulah yang ditakutkan Musa.
Ayat 34
“Dan saudaraku Harun! Dia adalah lebih fasih lidahnya, maka utuslah dia bersama daku sebagai pembantu untuk membenarkan daku." (pangkal ayat 34).
Dengan lanjutan ayat 34 ini, jelaslah bahwa Musa bukan takut akan ditangkap, takut dihukum bunuh dan takut mati, semata-mata karena takut sebagai seorang yang pengecut, sekali-kali tidak. Yang ditakutkannya kalau-kalau apa yang ditugaskan Tuhan kepada dirinya tidak akan berhasil. Karena sebelum bertindak dia sudah ditangkap akan menjalani hukuman bunuh. Musa percaya bahwa Allah akan mudah saja menyelesaikan persoalan itu. Kesimpulan begini ialah setelah dia mengemukakan permohonan yang kedua, yaitu agar dia diangkat Tuhan menjadi Rasul disertai pula dengan saudaranya Harun. Sebab Musa tahu benar akan kelemahan dirinya selama ini. Dia seorang yang kurang cakap berkata-kata yang halus-halus, yang dapat menawan hati orang. Lidahnya agak gugup bercakap. Saudaranya Harun itu lebih fasih bercakap dari dia. Musa memohon agar Harun turut diutus bersama dia. Supaya Harun dapat membantunya atau memperkuat dirinya dari segi yang lemah. Di dalam ayat ini terdapat kata-kata rid-an yang berarti penumpang atau pengganjal. Misalnya suatu dinding yang hendak ditegakkan, hendaklah lebih dahulu ditupang dengan sebuah tonggak, supaya dia jangan miring atau-jatuh, Dan lagi amat penting Harun itu, karena dia dapat membenarkan Musa. Dan kata Musa selanjutnya: “Sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan daku." (ujung ayat 34).
Musa tahu akan kelemahan dirinya. Memang dia seorang yang kuat dan gagah perkasa. Sampai dikatakan orang bahwa bulu dadanya saja dapat menembus bajunya. Ditinjunya seseorang bisa mati sebentar itu juga karena keras pukulannya. Tetapi ada kekurangannya, yaitu bahwa dia tidak pandai bermulut manis kepada orang lain, baik pengikutnya sendiri atau lawannya. Dia merasai kekurangan itu. Sedang abangnya Harun dalam kefasihan berkata-kata memang diakui keahliannya. Cuma kekurangan Harun, ialah bahwa dia tidak mempunyai jiwa kepemimpinan sebagai Musa! Dia tidak sanggup mengambil keputusan cepat dalam suatu hai. Kadang-kadang ada juga faedahnya sikap hidup sebagai Harun itu. Dia kalau sangat berbahaya dapat menahan kemurkaan Musa yang nyaris meletus. Dia pun dapat memberi keterangan kepada orang yang belum faham, dengan kata-kata yang teratur apa yang dimaksud oleh Musa dengan sikapnya yang belum difahami orang. Dan yang penting sekali adalah hubungannya dengan istana adalah baik.
Ada pula riwayat bahwa lidah Musa itu kaku dan gugup karena nyaris termakan api, ketika tangannya ditepuk oleh Jibril akan mengambil korma, seketika isteri Fir'aun Asiah mempertahankan Musa di waktu kecilnya, di hadapan Fir'aun, bahwa Musa itu masih kanak-kanak yang belum berakal.
Ayat 35
“Bersabda Allah: “Kami akan menyokong engkau dengan saudara engkau." (pangkal ayat 35). Artinya bahwa permohonan Musa itu dikabulkan Tuhan; Harun pun diangkat menjadi Rasul mendampingi Musa: “Dan akan Kami jadikan untuk kamu berdua sesuatu pengaruh, maka tidaklah mereka akan sampai kepada kalian." Yang ditimbulkan Ailah pada kedua RasulNya itu pengaruh, atau tuah, atau wibawa, sehingga meskipun mereka berdua bukan memeyang kekuasaan pemerintahan, namun baik Fir'aun ataupun orang besar-besarnya timbul saja takut akan bertindak leluasa kepada mereka berdua.
Ini pun terdapat pada Nabi kita Muhammad s.a.w. Kita teringat hikayat Nabi kita s.a.w. seketika Abu Jahal yang sangat membenci Nabi pada suatu hari didatangi oleh Nabi ke rumahnya, menyuruhnya membayar hutangnya kepada seorang yang datang dari desa membawa temak untanya akan dijual di Makkah. Unta-unta itu diambil oleh Abu Jahal dan dia berjanji akan membayar besok harinya. Tetapi setelah berlalu satu hari, Abu Jahal tidak juga datang membawakan harga unta-unta itu. Dan setelah berlalu dua tiga hari, tidak ada juga berita bahwa Abu Jahal hendak membayar hutangnya. Lalu orang dari desa itu datang kepada beberapa pemuka Quraisy meminta nasihat, bagaimana orang desa itu ingin hendak segera pulang ke desanya. Maka ada beberapa orang pemuka Quraisy yang merasa benci juga kepada Nabi Muhammad s.a.w, memberi orang itu nasihat supaya dia datang kepada Muhammad. Muhammad akan sanggup membawanya menagih piutang itu kepada Abu Jahal. Oleh karena,orang desa itu tidak tahu keadaan yang sebenarnya, dia pun langsung menemui Nabi Muhammad s.a.w. meminta pertolongannya menagih piutang itu. Nabi kita s.a.w. bersedia menolong orang itu. Lalu bersama-sama mereka pergi ke rumah Abu Jahal. Setelah sampai di sana, Nabi kita s.a.w. lalu memanggil-manggil Abu Jahal dari muka rumah. Lalu pintu dibukanya. Setelah berhadapan berkata Nabi, “Orang ini telah menunggu-nunggu beberapa hari di sini karena janji engkau hutangmu akan segera engkau bayar. Sekarang bayarlah! Karena dia hendak segera pulang ke desanya."
Abu Jahal tidak dapat berkata sepatah juga. Dia segera mengambil uang bayaran itu dari dalam simpanannya, lalu diserahkannya kepada orang desa itu. Dan setelah selesai diterimanya. Nabi s.a.w. bersama orang desa itu kembali ke mesjid. Di tangan orang desa itu telah terpeyang pundi-pundi tempat uang. Orang-orang yang menyuruhnya meminta pertolongan Muhammad tadi tercenyang-cenyang, seakan-akan tidak percaya kepada mata mereka sendiri bahwa piutang itu menerima dan orang itu kembali dengan selamat, bahkan Muhammad pun datang dengan selamat.
Tidak berapa lama kemudian datanglah Abu Jahal ke tempat itu. Maka datanglah orang-orang yang sengaja memberi nasihat orang desa itu meminta tolong kepada Muhammad, supaya terjadi hal yang mereka tunggu-tunggu, yaitu Muhammad tidak akan berani bertentangan dari Abu Jahal. Rupanya sebaliknyalah yang terjadi. Yaitu Abu Jahallah yang tidak berani membantah perintah Muhammad membayar hutang. Ketika orang-orang itu bertanya apa yang terjadi, Abu Jahal menjawab: “Mulai dia datang memerintahkan daku membayar hutangku kepada orang desa itu, aku lihat di belakang kepala Muhammad itu ada seekor unta besar dan tinggi. Matanya menantang aku seakan-akan hendak melulur dan mengunyah diriku! Aku menjadi sangat takut!"
Dan kita teringat ceritera Da'tsur yang datang sedang Nabi s.a.w. tidur di bawah pohon kayu, lalu Da'tsur itu hendak memancung Nabi dengan pedang. Terlebih dahulu dia bertanya: “Siapa yang akan menghambatku jika engkau kubunuh, ya Muhammad!" Nabi menjawab: “ALLAH!" Mendengar Nabi s.a.w. menyebut nama AHah itu, badan Da'tsur gemetar dan pedang itu terlepas dari tangannya.
Itulah Sulthan yang diberikan Allah kepada Nabi-nabi. Diberikan Allah kepada Muhammad dan di sini diberikan Allah pula kepada Musa dan Harun. Lantaran SULTHAN itu, yang kita artikan pengaruh, maka bagaimanapun hebat kekuasaan Fir'aun, namun tangannya yang kotor dan jahat tidaklah sampai dapat menyentuh Musa dan Harun. Dan sabda Tuhan selanjutnya: “Dengan ayat-ayat Kamilah kalian berdua dan orang-orang yong mengikuti kalian akan menang." (ujung ayat 35).
Bukan Musa dan Harun saja yang terpelihara dari aniaya jahat Fir'aun dan orang besar-besarnya, bahkan pengikut mereka yang setia pun akan turut menang.
Di sini menjadi pertanyaan setengah orang tentang ahli sihir Fir'aun, yang kalah bertanding dengan Musa, sebab mereka datang dengan sihir, tali-tali dan tongkat-tongkat terkhayai di penglihatan orang serupa ular-ular yang menjalar. Berlawanan dengan tongkat Musa yang bukan sihir tetapi mu'jizat. Ternyata tukang sihir Fir'aun kalah dan mu'jizat Musa menang. Melihat dan membuktikan bahwa sihir mereka tidak dapat melawan mu'jizat Musa, maka seluruh ahli sihir iiu masuk Islam. Menyatakan percaya akan Agama Musa. Lantaran itu Fir'aun marah sangat, lalu mereka dihukum dengan hukuman kejam; dipotongi kaki dan tangan sebelah-menyebelah, lalu disalibkan sampai mati. Orang bertanya: “Bukankah ini tidak memenuhi bunyi ayat, bahwa pengikut Musa pun akan diberi kemenangan juga?"
Jawab: “Perhatikanlah dengan seksama. Bahkan itulah kemenangan sejati! Kemenangan gilang-gemilang!"
Bukankah sejak semula kepada tukang-tukang sihir iiu telah dijanjikan akan ditinggikan martabatnya, menjadi orang yang terdekat ke istana jika mereka menang melawan Musa! Tetapi setelah mereka buktikan sendiri bahwa yang mereka hadapi ini bukan sihir kepandaian manusia, melainkan betirt-betul mu'jizat Maha Kuasa Allah, mereka pun serentak di waktu itu juga menyatakan beriman kepada Allah, Tuhan yang diajarkan Musa. Tidak perduii murka Fir'aun. atau tidak, di hadapan majlis yang begitu besar mereka bersujud kepada Allah (lihat Thaha: 70). Meskipun mereka dihukum mati semuanya, tetapi Musa menang. Harun menang dan seluruh pengikut Musa pun menang. Fir'aun hanya sanggup membunuh mati tukang-tukang sihir itu, namun Fir'aun tidak sanggup menaklukkan jiwa mereka. Itulah kemenangan sejati!
Ayat 36
“Maka tatkala Musa telah datang kepada mereka dengan ayat-ayat Kami yang nyata." (pangkal ayat 36). Ayat-ayat Allah yang nyata; sebagai tongkat jadi ular, negeri dipenuhi belalang, negeri dipenuhi katak, negeri dipenuhi kutu, tangan Musa memancarkan sinar dan lain-lain; “Mereka itu telah berkata: “Tidak ada ini selain sihir yang dibuat-buat." Artinya mereka tidak mau percaya. Mu'jizat kekuasaan Tuhan mereka samakan saja dengan sihir buatan manusia; “Dan tidaklah kita pernah mendengar ini sejak bapa-bapa kita yang terdahulu." (ujung ayat 36).
Yang menolak ini tentu saja kaum Qubthi, yaitu kaum Fir'aun sendiri, yang tidak mau percaya itu, Terutama seruan Nabi Musa agar percaya bahwa yang menciptakan seluruh Alam ini adalah Tuhan Yang Maha Satu, yang berdiri sendirinya, dan bukanlah Dia manusia. Fir'aun pun bukanlah Tuhan. Kata mereka pengajian Musa itu baru bagi mereka. Sejak dari nenek-moyang dahulukala mereka belum pernah mendengar pengajian serupa itu. Selama ini yang Tuhan itu ialah Raja. Yang Tuhan itu ialah Fir'aun.
Ayat 37
“Dan berkata Musa: “Tuhanku lebih mengetahui siapa orang yang membawa petunjuk dari sisiNya." (pangkal ayat 37). Al-Muhayami menafsirkan demikian: “Tuhanlah yang lebih tahu tentang kebenaran orang yang telah dipilihnya dan diutusnya. Yang dibawa oleh utusan ini bukanlah sihir, tetapi ayat-ayat atau mu'jizat kekuasaan ilahi, yang tidak dapat ditandingi oleh tukang sihir yang mana jua pun. Mu'jizat berbeda sangat dengan sihir. Sebab mu'jizat adalah keganjilan yang dipertunjukkan atas izin Ilahi untuk membangunkan perhatian dan iman seseorang tentang Kebesaran Allah, sedang sihir adalah buatan manusia yang dapat dilaksanakan oleh barangsiapa yang mempelajari rahasianya dan dicukupkan ramuannya. Maka kalau kamu tidak mau mengakui bahwa itu adalah dari Tuhan, namun akibat kemudiannya dapatlah dilihat kelak kemudian hari, mana di antara mu'jizat dan sihir itu yang benar. “Dan siapa yang akan mendapat kesudahan yang baik di dunia: “ Yaitu bahwa masa akan beredar terus di dunia ini sebelum akhirat. Kebenaran yang dibawa oleh Utusan Allah itu pasti kemudiannya mendapat tempat yang baik juga dalam dunia ini. Sebab kebenaran itu jauh lebih kokoh daripada pendirian salah, yang hanya dipertahankan dengan kekuatan senjata dan kekuasaan pemerintahan."Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim." (ujung ayat 37).
Artinya, meskipun di dunia ini juga, orang yang tegak di atas aniaya tidak-lah akan mendapat kemenangan. Mungkin mereka menang sementara waktu sebagai isridra;, yaitu menang fajar kadzib (fajar dustal, menang sementara waktu pada kulit, sehingga mereka merasa bahwa mereka benar-benar telah menang sebab mereka tengah berkuasa, padahal mereka tidak tahu bahwa hati orang banyak telah lama jauh daripada mereka, bahkan menyumpah dalam hati karena tidak tahan akan kezalimannya. Maka suatu pemerintahan yang zalim sebagai pemerintahan Fir'aun itu tidaklah akan menang dengan akibat yang baik dan terpuji, melainkan mereka akan jatuh dengan tidak mereka sangka-sangka. Mereka tidak tahu bahwa gedung kekuasaan yang mereka dirikan itu adalah tegak di atas pasir yang tidak kuat letaknya di atas bumi. Dia mesti runtuh, bekasnya akan hilang, sebutan “bagus" karena kekuatan propaganda akan habis sirna dan yang tinggal di mulut orang ialah kenang-kenangan yang buruk belaka atas kekuasaan yang telah hilang itu.
Janji ini telah dibuktikan oleh Tuhan. Akhirnya Musa dengan kaumnya yang lemahlah yang naik ke puncak kemuliaan. Adapun akhir kesudahan dari musuh-musuhnya ialah hilang tenggelam ke dalam laut untuk tidak timbul lagi, kecuali untuk jadi hiasan musium yang didirikan beribu tahun kemudian.