Ayat
Terjemahan Per Kata
نَتۡلُواْ
Kami membacakan
عَلَيۡكَ
kepadamu/atasmu
مِن
dari
نَّبَإِ
kisah
مُوسَىٰ
Musa
وَفِرۡعَوۡنَ
dan Fir'aun
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
لِقَوۡمٖ
untuk kaum/orang-orang
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
نَتۡلُواْ
Kami membacakan
عَلَيۡكَ
kepadamu/atasmu
مِن
dari
نَّبَإِ
kisah
مُوسَىٰ
Musa
وَفِرۡعَوۡنَ
dan Fir'aun
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
لِقَوۡمٖ
untuk kaum/orang-orang
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
Terjemahan
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firʻaun dengan sebenarnya untuk kaum beriman.
Tafsir
(Kami membacakan) Kami menceritakan (kepadamu sebagian dari kisah) yakni cerita (Musa dan Firaun dengan benar) dengan sebenarnya (untuk orang-orang yang beriman) untuk kepentingan mereka, karena hanya merekalah orang-orang yang dapat mengambil manfaat daripadanya.
Tafsir Surat Al-Qashash: 1-6
Tha Sin Mim. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur'an) yang nyata (dari Allah). Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi, dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an. Firman Allah ﷻ: Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur'an) yang jelas. (Al-Qashash: 2) Yakni jelas dan gamblang, serta menerangkan hakikat-hakikat semua perkara dan pengetahuan segala sesuatu yang telah terjadi dan yang sedang terjadi. Firman Allah ﷻ: Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar. (Al-Qashash: 3), hingga akhir ayat. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik. (Yusuf: 3) Maksudnya, Kami menceritakan kepadamu kisah tersebut sesuai dengan kejadiannya seakan-akan kamu menyaksikannya dan seakan-akan kamu menghadiri peristiwanya.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi. (Al-Qashash: 4) Maksudnya, bersikap sombong, sewenang-wenang, dan melampaui batas. dan menjadikan penduduknya berpecah belah. (Al-Qashash: 4) Yakni terbagi menjadi beberapa golongan, yang masing-masing golongan dia (Fir'aun) kuasai menurut apa yang dikehendakinya untuk memperkuat negeri yang diperintahnya. Firman Allah ﷻ: dengan menindas segolongan dari mereka. (Al-Qashash: 4) Yaitu menindas kaum Bani Israil, yang pada masa itu merupakan orang-orang yang terpilih di masanya. Mereka dikuasai oleh Raja Fir'aun yang sewenang wenang lagi pengingkar kebenaran.
Dia mempekerjakan mereka untuk pekerjaan yang kasar (rendah), memperbudak mereka sepanjang siang dan malam untuk bekerja padanya, juga pekerjaan rakyatnya. Selain dari itu Fir'aun membunuh anak-anak lelaki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka, sebagai penghinaan terhadap mereka, sekaligus untuk menangkal rasa takutnya terhadap mereka. Karena dikhawatirkan akan muncul seorang pemuda dari kalangan mereka yang akan menjadi penyebab kehancuran dirinya dan lenyapnya kerajaannya di tangan pemuda tersebut, seperti yang diramalkan oleh orang-orang yang dekat dengannya dari kalangan pembantu kerajaannya.
Orang-orang Qibti (Egypt) menerima berita tersebut dari kaum Bani Israil melalui apa yang mereka baca dan pelajari dari perkataan Nabi Ibrahim a.s. Yaitu di saat Nabi Ibrahim datang ke negeri Mesir, lalu terjadilah permasalahan antara dia dan rajanya yang angkara murka, karena Raja Mesir itu menangkap Siti Sarah (istri Ibrahim) untuk dijadikan sebagai gundiknya. Akan tetapi, Allah memelihara Sarah dari gangguan si raja yang lalim itu berkat kekuasaan dan pengaruh-Nya.
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. menyampaikan berita gembira, bahwa kelak akan dilahirkan dari keturunannya seorang pemuda yang menjadi penyebab kehancuran negeri Mesir di tangannya. Lalu orang-orang Qibti menceritakan hal tersebut kepada raja mereka, Fir'aun. Maka Fir'aun menangkal hal tersebut dengan cara memberikan instruksi kepada semua bawahannya agar membunuh setiap bayi lelaki yang lahir di kalangan kaum Bani Israil.
Akan tetapi, sikap hati-hati itu tiada manfaatnya untuk menghadapi takdir yang telah ditentukan; karena apabila takdir Allah telah datang, maka kedatangannya tidak dapat ditangguhkan lagi, dan bagi tiap-tiap sesuatu itu ada batasannya yang tertentu. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir). (Al-Qashash: 5) sampai dengan firman-Nya: yang selalu mereka khawatirkan. (Al-Qashash: 6) Dan Allah ﷻ melakukan hal tersebut kepada mereka, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya.
dan telah sempurnalah Perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf: 137) Dan firman Allah Swt: demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara: 59) Fir'aun dengan segala upayanya dan kekuatan yang ada padanya bermaksud menyelamatkan dirinya dari Musa, tetap, hal tersebut tidak ada manfaatnya dalam menghadapi kekuasaan Allah, Raja Yang Maha-besar yang perintah-Nya tidak dapat ditolak dan tidak dapat dikalahkan takdir yang ditetapkan-Nya.
Bahkan Keputusan Allah berlangsung dan guratan qalam takdir-Nya di zaman azali telah menyurat, bahwa kebinasaan Fir'aun harus di tangan Musa. Dan bahkan bayi yang kamu khawatirkan kemunculannya, yang karenanya engkau telah membunuh ribuan bayi, justru kemunculannya dan tempat pemeliharaannya berada di tempat tidurmu dan di dalam rumahmu, serta makan dari makananmu: karena engkau sendirilah yang memeliharanya, memanjakannya, dan menyayanginya.
Tetapi kematian dan kebinasaanmu serta kebinasaan balatentaramu berada di tangannya. Demikian itu agar kamu ketahui bahwa Tuhan seluruh langit yang tinggi, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahamenang, Mahaagung, Mahakuat, Mahamulia, lagi Mahakeras siksaan-Nya. Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi.
Salah satu aspek penjelasannya adalah Kami melalui Malaikat Jibril membacakan yakni menyampaikan kepadamu sebagian yakni beberapa episode dari kisah penting Nabi Musa dan Fir'aun, penguasa Mesir pada masanya. Pembacaan dan penyampaian itu dilakukan dengan sebenar-nya dan sesuai dengan kenyataan untuk dimanfaatkan oleh orang-orang yang beriman dengan cara menarik pelajaran dari kisah tersebut. 4. Kisahnya bermula dari kesewenang-wenangan Fir'aun dan rezimnya. Sungguh, Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi kepada Allah dengan mengaku dirinya sebagai Tuhan dan juga kepada manusia dengan menjadikan penduduk negeri, Mesir yang mereka kuasai-Nya berpecah belah menjadi dua kelompok besar; pertama, masyarakat Mesir; dan kedua, masyarakat Bani Israil. Bentuk kesewenang-wenang-an itu antara lain dia menindas segolongan dari mereka yakni kelompok Bani Israil, dengan cara dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup sambil mempermalukan anak perempuan mereka. Sungguh, dia yakni Fir'aun adalah termasuk kelompok orang yang berbuat kerusakan.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah membacakan kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Jibril ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah Nabi Musa dan Fir'aun untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Dengan memperhatikan kisah itu, di mana mereka mengetahui bahwa nasib orang-orang yang durhaka mendapat azab dan orang-orang mukmin terbebas dari penindasan orang-orang zalim, mereka bertambah yakin bahwa Al-Qur'an memang wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad ﷺ
Dalam ayat ini disebutkan bahwa kisah Nabi Musa diceritakan khusus bagi kaum mukminin saja, padahal Al-Qur'an diturunkan untuk semua umat manusia baik yang beriman maupun yang kafir. Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa hanya orang-orang beriman yang dapat mengambil manfaat dari pemaparan kisah-kisah umat terdahulu karena mereka mempunyai pikiran yang jernih dan hati yang suci, serta tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang mengotori jiwa dan akal.
Adapun orang-orang kafir dan tetap dalam kekafiran tidak akan mungkin mendapat manfaat daripadanya, karena mereka telah jauh terperosok ke dalam kemusyrikan. Hati mereka telah dikuasai oleh perasaan dengki, sombong, dan takabur, serta suka memperturutkan hawa nafsu, sehingga sulit bagi mereka menerima kebenaran yang bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Bagaimana pun jelasnya ayat-ayat dan bukti-bukti yang dikemukakan, mereka akan tetap mengingkari dan menolaknya dengan berbagai alasan yang dicari-cari seperti me-ngatakan bahwa Muhammad ﷺ sudah gila atau mukjizat yang diturunkan kepadanya hanya sihir belaka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Surat
AL-QASHASH
(CER1TERA-CER1TERAL
Surat 28: 88 ayat
Diturunkan di MAKKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Murah lagi Pengasih.
Ayat 1
Tentang arti dari ketiga huruf THA-SIIN-MIIM, sebagai huruf-huruf di permulaan surat tidaklah akan kita berikan keterangan yang panjang lagi di permulaan Surat al-Qashash ini, karena keterangan pada surat-surat lain yang berpangkal dengan huruf telah banyak juga kita berikan, yang maksudnya bersamaan. Memang ada juga riwayat memberi arti yang tiap-tiap huruf itu: Tha maksudnya thaul, artinya panjang nikmat Ilahi. Siin maksudnya sanaa, artinya sinar gemerlap. Dan Miim maksudnya Mulk artinya kerajaan. Sebab itu dapat dikumpulkan jadi; Amat panjang dan bersinarlah kekuasaan Tuhan itu. Cuma kalau kita membaca Surat dengan tartil (bacaan) yang seksama dan tenang, dengan suara yang sayu, akan terasalah betapa besar pengaruhnya bagi kita, baik bagi yang membaca, atau bagi yang mendengar ketika mulai membaca dan mendengar bacaan huruf-huruf itu. Sebab membacanya hendaklah menurut bunyi hurufnya dan hendaklah dengan madd, yaitu dengan panjangkan. Itulah ayat 1.
Ayat 2
“Ini adalah ayat-ayat al-Kitah yang nyata." (ayat 2). Ini: yaitu surat yang akan dibaca ini, ialah ayat-ayat al-Kitab, yaitu kumpulan dari 88 ayat yang tersusun menjadi satu surat yang tergabung di dalam al-Kitab; yaitu al-Qur'an. Yang nyata: yang jelas dan tidak sukar untuk dibaca, tidak sukar untuk diartikan dan tidak sukar untuk difahamkan. Barangsiapa yang membacanya dan mendengarkannya, baik bangsa Arab sendiri sebagai penyambutnya yang pertama, ataupun dia bukan Arab tetapi belajar bahasa ini, dia akan merasakan bahwa ayat-ayat ini terang, jelas dan nyata. Tidak sukar untuk difahamkan.
Berita Musa Dan Firaun
Ayat 3
“Kami bacakan kepada engkau dari berita Musa dan Fir'aun" (pangkal ayat 3). Artinya bahwasanya ayat-ayat di dalam al-Kitab yang nyata di dalam surat ini ialah akan menceriterakan kepada engkau, yaitu kepada Nabi Muhammad s.a.w. dari hal ceritera pertentangan, perjuangan dan perlawanan di antara Musa dengan Fir'aun. Perjuangan di antara Musa yang membawa Kebenaran dari Tuhan dengan Fir'aun yang mau benar sendiri, yang menolak kebenaran Tuhan. Dan ceriterakan yang disampaikan ini adalah ceritera “Yang benar", yang asli datang dari Tuhan, tegasnya dan tangan pertama. Bukan ceritera yang pindah dari mulut ke mulut, diterima oleh si anu dari si anu turun-temurun, yang kadang-kadang sejengkal jadi sehasta, yang kian lama jarak masa, kita ditumbuhi oleh dongeng, “Untuk kaum yang beriman." (ujung ayat 3). Yaitu bahwasanya ceritera ini diceriterakan kembali oleh Tuhan kepada Nabi Muhammad s.a.w. ialah untuk menjadi i'tibar. jadi perbandingan bagi kaum yang beriman kepada Allah dan RasulNya. Kepada pengikut-pengikut dari Nabi Muhammad, yang di waktu ayat-ayat itu turun, mereka masih laksana orang terpencil dan sangat dimusuhi oleh penduduk Makkah yang masih bertahan pada agama jahiliyah menyembah berhala, dan tidak mau percaya kepada da!wah yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Maka dengan mendengar kisah Nabi Musa ini mereka pun insaf, bahwa jika mereka sekarang menghadapi kesukaran karena rintangan dari kaum musyrikin, namun Musa dengan kaumnya pun mendapat kesukaran juga dari Fir'aun.
Ayat 4
Lalu Allah menceriterakan sifat-sifat pemerintahan aniaya dari Fir'aun itu: “Sesungguhnya Fir'aun itu telah meninggikan diri di bumi." (pangkal ayat 4). Dia jadi sombong meninggikan diri, karena merasa bahwa tidak ada lagi sesuatu kekuasaan pun yang mengatasi kekuasaan dia. Dialah raja yang paling besar, paling agung dan paling tinggi. Sebagaimana pepatah orang Arab:
“Al-amiru man lam ya'rifil amira “
(Raja sejati ialah yang tidak mengenal ada raja lain lagi).
Maka oleh karena orang besar-besar menyangkat dan menjunjung tingginya, menyembah dan memujanya, sampai dianggap sebagai tuhan, dia pun merasalah dirinya memang tuhan yang maha kuasa. Sebab itu berbuatlah dia sekehendak hati, tidak ada yang boleh membantah. Ffitam katanya, hitam.
Putih katanya, putih, Barangsiapa yang meningkah dipandang mendurhaka dan maut tantangannya.
Pernah dia mengatakan:
“Ana rabbukumul A'la." (Saya adalah tuhanmu yang maha tinggi).
“Dan dijadikanlah penghuninya terpecah-belah, dengan cara memperlemah satu golongan daripada mereka." Yang bahwasanya salah satu taktik memerintah yang dia pakai ialah membuat berpecah-belah dalam kalangan rakyat yang dalam perintahnya. Karena dengan berpecah-belah itu, niscaya mudahkan memerintah mereka, sebab satu membenci yang lain dan masing-masing mengambil muka kepadanya. Dalam pada itu ada pula golongan yang diperlemah, laksana perlemahan yang dibuat oleh pemerintah-pemerintah penjajah ke atas negeri-negeri yang dijajahnya sebagaimana yang dilakukan I Belanda di zaman penjajahannya kepada bangsa Indonesia, Rakyat yang di perlemah ini diperlemah dalam segala segi; tidak ditingkatkan pendidikannya, i dibiarkan tinggal bodoh, tidak dimajukan perekonomiannya, dibiarkan diperbudak. Setinggi-tinggi jabatannya hanyalah jadi kuli. Kezaliman ini sampai kepada puncaknya tatkala Fir'aun membuat aturan; “Dia menyembelih anak-anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka." Dengan jalan demikian pastilah akan hapus hancur keperibadian rakyat yang diperlemah dan ditindas itu. Kalau anak-anak laki-laki telah dibunuhi, dan anak-anak perempuan dibiarkan hidup, tentu anak-anak perempuan itu tidak ada lagi dari kalangan mereka sendiri laki-laki yang mengawininya, sehingga mereka tidak akan ada keturunan lagi. Tentu mudahlah bagi kaum Fir'aun memungut perempuan-perempuan yang tidak ada jodohnya lagi dari kalangannya sendiri buat dijadikan gundik, dan anak dari hubungan itu bukan lagi keturunan dari kaum yang ditindas itu, yaitu Bani Israil."Sesungguhnya dia itu memanglah termasuk orang-orang yang merusak “ (ujung ayat 4). Dicatatlah dalam ujung ayat ini bahwa pemerintah Fir'aun yang demikian itu termasuk pemerintah yang merusak. Itulah keputusan yang diberikan Tuhan, yaitu “merusak" kepada pemerintah cara demikian, yang pasti akan kena kutuk dari Tuhan, sebab tidak ada berperikemanusiaan sedikit jua pun. Di ujung ayat ini saja sudah terbayang, bahwa Allah tidak menyukai sikap yang merusak itu, dan suatu waktu Allah pasti menunjukkan kekuasaannya.
Ayat 5
“Dan berkehendaklah Kami memberi kumia ke atas orang-orang yang diperlemah di muka bumi itu." (pangkal ayat 5). Maka timbullah IRADAH dari Allah yang bersifat MURID akan memperbaiki nasib manusia Bani Israil yang telah sekian lama teraniaya dan tertindas, “Dan hendak Kami jadikan mereka itu pemimpin-pemimpin." Nasib mereka akan diubah. Kalau selama ini jadi rakyat tertindas, sekarang mereka akan dijadikan pemimpin. Yaitu memimpin masyarakat mereka sendiri. Masyarakat yang bebas merdeka dari perbudakan dan kehinaan; “Dan hendak Kami jadikan mereka itu penerima waris." (ujung ayat 5).
Tiga kelebihan akan dikumiakan Allah kepada kaum tertindas itu. Sesudah selama ini diperbudak, mereka akan dijadikan pemimpin-pemimpin (Imam-imam) yang diikuti orang. Dalam ayat ini kita mendapati perbandingan di antara orang yang dirajakan karena keturunan atau orang yang memerintah dengan serba ragam kebesaran dan kekayaan Sebagai lawan atau bandingan, Tuhan akan mengadakan imam-imam atau pemimpin-pemimpin yang tampil ke muka karena kebesaran jiwa, bukan karena pangkat dan jabatan. Karena keteguhan akidah, bukan karena hartabenda. Kemudian itu dijanjikan pula bahwa orang-orang itu sesudah dijadikan Allah menjadi Imam mereka pun akan menerima waris, akan menerima pusaka.
Dengan sendirinya orang yang muncul menjadi Imam itulah yang akan menerima pusaka. Sejak zaman dahulu sudah dikatakan bahwa yang dipusaka-kan itu ialah Kebenaran. Yang dipusakakan itu ialah kemurnian akidah terhadap Allah Yang Maha Kuasa, yang tiada Ia bersekutu dengan yang lain, itulah pusaka asli turun-temurun yang dibawa oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul, sejak Adam dan Nuh sampai kepada Ibrahim, sampai kepada Ishak dan Ya'kub, diteruskan oleh puteranya yang datang ke Mesir, yaitu Yusuf. Dengan kezaliman Fir'aun pusaka itu seakan-akan terputus. Kini disambung kembali oleh Tuhan.
Ayat 6
“Dan hendak Kami kokohkan kedudukan mereka." (pangkal ayat 6). Sehingga tidak ada suatu kekuatan alam pun yang dapat menggoyahkan dan menggeserkannya lagi, “di muka bumi" laksana pohon, uratnya terhunjam ke petala bumi, pohonnya akan subur dengan cabang-cabang yang menjerampati ke kiri ke kanan, sebab tidak ada lagi pohon lain yang lebih tinggi yang akan menghalanginya menghirup cahaya matahari dan udara; “Dan hendak Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman dan balatentara keduanya, dari mereka itu semua, apa yang mereka khuatirkan." (ujung ayat 6).
Di ujung ayat ini dinampakkan bahwa Fir'aun mempunyai seorang Menteri yang besar pula kekuasaan yang dia berikan kepadanya. Dia banyak memberikan nasihat atau fikiran-fikiran dalam cara pemerintahan kepada Fir'aun.
Niscaya kekuasaan Fir'aun dibantu oleh Haman yang sebesar itu mempunyai tentara yang besar. Bukan saja untuk menangkis musuh yang datang dari luar, bukan saja untuk pergi menjajah dan menjarah negeri orang yang lemah, malahan lebih lagi untuk mencekik rakyat yang lemah tertindas itu kalau mereka berontak. Fir'aun dan Haman pembantunya karena khuatir, selalu merasa cemburu akan kebangkitan dan kesadaran kaum yang mereka tindas itu.
Maka segala kekhuatiran dari pihak Fir'aun dan Haman dan para penyokongnya bahwa Bani Israit ini akan bangkit, akan sadar kepada haknya, akan melawan kekuasaan Fir'aun, sehingga mengadakan berbagai penjagaan, sampai berusaha membunuhi anak laki-laki mereka, karena menuruti nasihat tukang tenung, tidak menolong. Malahan kehendak Allah jualah yang berlaku.