Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أُمِرۡتُ
aku diperintah
أَنۡ
untuk
أَعۡبُدَ
aku menyembah
رَبَّ
Tuhan
هَٰذِهِ
ini
ٱلۡبَلۡدَةِ
negeri
ٱلَّذِي
yang
حَرَّمَهَا
Dia menjadikannya suci
وَلَهُۥ
dan bagi-Nya
كُلُّ
segala
شَيۡءٖۖ
sesuatu
وَأُمِرۡتُ
dan aku diperintahkan
أَنۡ
supaya
أَكُونَ
aku adalah
مِنَ
dari/termasuk
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
orang-orang yang berserah diri
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أُمِرۡتُ
aku diperintah
أَنۡ
untuk
أَعۡبُدَ
aku menyembah
رَبَّ
Tuhan
هَٰذِهِ
ini
ٱلۡبَلۡدَةِ
negeri
ٱلَّذِي
yang
حَرَّمَهَا
Dia menjadikannya suci
وَلَهُۥ
dan bagi-Nya
كُلُّ
segala
شَيۡءٖۖ
sesuatu
وَأُمِرۡتُ
dan aku diperintahkan
أَنۡ
supaya
أَكُونَ
aku adalah
مِنَ
dari/termasuk
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
orang-orang yang berserah diri
Terjemahan
Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Makkah) yang telah menjadikannya suci dan memiliki segala sesuatu. Aku diperintahkan agar masuk ke dalam golongan orang-orang muslim.
Tafsir
("Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini) yakni Mekah (yang telah menjadihannya kota suci) suci dan aman, tidak boleh dialirkan darah manusia di dalamnya, dan tidak boleh seseorang pun dianiaya, serta binatang buruannya tidak boleh diburu dan pepohonannya tidak boleh ditebang. Yang demikian itu merupakan nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kabilah Quraisy sebagai penduduknya, sehingga Allah tidak menurunkan azab atas negeri mereka dan selamat Pula dari fitnah-fitnah yang melanda kawasan negeri Arab lainnya (dan kepunyaan-Nya-lah) yakni kepunyaan Allah ﷻ (segala sesuatu) Dia adalah Rabb, pencipta dan pemilik semuanya (dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri) kepada Allah yaitu dengan mentauhidkan-Nya.
Tafsir Surat An-Naml: 91-93
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan Al-Qur'an (kepada manusia). Maka barang siapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya; dan barang siapa yang sesat, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan. Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya.
Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan. Allah ﷻ berfirman, memberitakan kepada Rasul-Nya dan sekaligus memerintahkannya agar mengucapkan: Aku hanya diperintah untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu. (An-Naml: 91) Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu. (Yunus: 104) Kaitan sifat Tuhan kepada negeri Mekah mengandung pengertian memuliakan dan menghormati kota Mekah, seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3-4) Adapun firman Allah ﷻ: Yang telah menjadikannya suci. (An-Naml: 91) Yakni sesungguhnya kota Mekah menjadi kota suci menurut syara' dan takdir hanyalah karena dijadikan suci oleh Allah ﷻ Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahihain melalui Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda pada hari jatuhnya kota Mekah: Sesungguhnya negeri ini telah disucikan oleh Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Maka negeri ini, (Mekah) adalah suci karena disucikan oleh Allah sampai hari kiamat; duri-durinya tidak boleh dicabut, hewan buruannya tidak boleh diburu, dan barang temuannya tidak boleh dipungut kecuali oleh orang yang hendak mengumumkannya, dan tetumbuhannya tidak boleh ditebangi.
Hingga akhir hadis. Hadis ini telah disebutkan pula di dalam kitab-kitab sahih, kitab-kitab hadis-hadis hasan, dan kitab-kitab musnad melalui jamaah yang semuanya memberikan pengertian kepastian dari hadis ini, seperti yang dijelaskan di dalam Kitabul Ahkam. Firman Allah ﷻ: dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu. (An-Naml: 91) Hal ini termasuk ke dalam Bab "Meng-'ataf-kan yang Umum kepada yang Khusus", artinya bahwa Allah adalah Tuhan negeri ini (Mekah), juga Tuhan serta Pemilik segala sesuatu, tiada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.
dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 91) Yaitu mengesakan Allah, ikhlas dan tunduk patuh kepada perintah-Nya. Firman Allah ﷻ: Dan supaya aku membacakan Al-Qur'an. (An-Naml: 92) kepada manusia dalam rangka menyampaikannya kepada mereka, sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur'an yang penuh hikmah. (Ali Imran: 58) Dan firman Allah ﷻ: Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar. (Al-Qashash: 3), hingga akhir ayat. Maksudnya, aku menyampaikan dan memperingatkan kepada kamu sekalian.
Maka barang siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya; dan barang siapa yang sesat, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan. (An-Naml: 92) Yakni aku mempunyai suri teladan dari rasul-rasul terdahulu yang memberikan peringatan kepada kaumnya masing-masing dan menunaikan risalah Tuhannya kepada mereka, serta bersikap ikhlas dalam melayani mereka, sedangkan perhitungan umat mereka masing-masing berada di tangan Allah ﷻ Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar'-Ra'd: 40) Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (Hud: 12) Adapun firman Allah ﷻ: Dan katakanlah, Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya." (An-Naml: 93) Yakni segala puji bagi Allah Yang tidak mengazab seseorang melainkan setelah tegaknya hujah terhadap orang itu dan dia telah diberi peringatan.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya. (An-Naml: 93) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehinggajelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. (Fussilat: 53) Adapun firman Allah ﷻ: Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kalian kerjakan. (An-Naml: 93) Yakni bahkan Dia menyaksikan segala sesuatu. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Abu Amr Al-Haudi Hafs ibnu Umar, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Umayyah ibnu Ya'la As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Sa'id yang mengatakan, ia pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Hai manusia, jangan sekali-kali seseorang dari kalian merasa aman dari pengawasan Allah, karena sesungguhnya andaikata Allah lupa terhadap sesuatu, tentulah Dia lupa terhadap nyamuk kecil, biji sawi, dan semut kecil.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, bahwa ayahnya pernah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Qais, dari Matar, dari Umar ibnu Abdul Aziz yang telah mengatakan, "Seandainya Allah melupakan sesuatu, tentulah Dia akan melupakan apa yang dihapus oleh angin dari telapak kaki anak Adam." Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Imam Ahmad rahimahullah, bahwa ia pernah mengucapkan kedua bait berikut, barangkali gubahannya sendiri atau gubahan orang lain, yaitu: ...
....... Jika pada suatu hari kamu dalam keadaan sendiri, janganlah kamu katakan bahwa dirimu sendirian, tetapi katakanlah bahwa engkau selalu diawasi. Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai di suatu waktu, jangan pula (mempunyai dugaan) bahwa hal yang gaib samar bagi-Nya."
Katakanlah wahai Nabi Muhammad kepada siapa pun juga, "Aku hanya diperintahkan oleh Allah yang perintah-Nya tidak dapat diabaikan agar menyembah semata-mata hanya kepada Tuhan negeri ini, yakni Mekah, yang Dia telah menjadikan suci padanya dengan menjadikannya aman dari pertumpahan darah, tidak boleh ada orang atau sesuatu yang terzalimi di situ, sampai pun hewan dan tumbuhan. Dan bagi Tuhanku itu segala sesuatu adalah milik-Nya, Dan aku juga diperintahkan selain menyembah kepada-Nya agar aku termasuk orang Muslim, yang berserah diri, patuh melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. 92. Dan di samping yang aku lakukan khusus buat diriku, aku diperintahkan pula agar aku membacakan semua ayat-ayat suci Al-Qur'an kepada manusia. Maka barangsiapa mendapat petunjuk dari hasil penyampaianku, atau bacaan dan pemahaman Al-Qur'an yang kusampaikan, maka sesungguhnya dia mendapat petunjuk untuk kebaikan dirinya, dalam hal ini aku hanya berfungsi sebagai penyampai kabar gembira, dan barangsiapa yang enggan memperhatikan tuntunan Al-Qur'an sehingga dia sesat dan tidak menemukan jalan yang benar, maka katakanlah kepadanya dan kepada siapa pun juga, "Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah solah seorang pemberi peringatan dari sekian banyak nabi dan rasul yang telah diutus sebelum aku. Hidayah ada di tangan Tuhan. ".
Pada ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah bahwa beliau hanya disuruh Allah menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah dijadikan sebagai tanah Haram (Tanah Suci), diharamkan adanya pertumpahan darah atau berbuat kezaliman terhadap siapa pun di sana. Penyebutan negeri Mekah secara khusus pada ayat ini karena di sana terdapat Ka'bah, yaitu rumah peribadatan yang pertama kali dibangun di muka bumi ini sebagai tempat manusia menghadap ketika salat di mana pun mereka berada, sesuai dengan firman-Nya:
Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. (ali 'Imran/3: 96)
Adapun yang wajib disembah hanya Allah, bukan berhala-berhala yang oleh diletakkan kaum musyrikin di sana, sesuai dengan firman Allah:
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan. (Quraisy/106 : 3-4).
Ini merupakan celaan yang keras kepada orang-orang kafir Mekah yang tidak menyembah Allah yang mempunyai Baitullah, tetapi menyembah berhala-berhala yang mereka tempatkan di sekitarnya. Kepunyaan Allah segala sesuatu, baik di langit maupun bumi, dari segi ciptaan, pemilikan, dan pengurusannya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu, hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah dan kepada-Nya Nabi ﷺ diperintahkan supaya berserah diri dengan penuh keikhlasan dan ketauhidan yaitu jalan lurus atau agama Islam, sesuai dengan firman-Nya:
Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik."(al-An'am/6: 161).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Penutup
Ayat 87
Kemudian dari itu diperingatkanlah oleh Tuhan HARI yang akan datang itu: “Dan (ingatlah) akan hari, yang akan ditiupkan sangkakala." (pangkal ayat 87). Yaitu hari pemberitahuan kelak bahwa kiamat telah dimulai: “Maka terkejutlah barangsiapa yang ada di langit dan barangsiapa yang ada di bumi." Terkejut, karena dahsyatnya bunyi serunai sangkakala itu, dan terkejut karena . berbunyi tiupan itu dengan tiba-tiba saja, meskipun sejak semula telah diberi-j tahu jugj. Demikianlah jika kiamat kubra datang. Serupa juga dengan akan'i datangnya kiamat yang sughra; semua manusia telah tahu bahwa sesudah hidup pasti mati, pasti mati! Tetapi jika mati itu datang, jiwa manusia yang ditinggal-' kan terkejut juga, seakan-akan dia datang dengan tiba-tiba jua, padahal sudah semestinya begitu; “Kecuali siapa yang dikehendaki Allah." Yang akan di-i kecualikan dari rasa terkejut itu oleh Allah ialah orang yang jiwanya telah tebal dan dia telah mencapai thuma'ninah (ketenteraman), tersebab selama hidupnya dia telah berusaha melapangkan jalan menuju Tuhan. Datangnya kiamat 1 ataupun datangnya maut, bagi dia tidak lain adalah mempercepat masa untuk bertemu dengan Allah (Liqa Allah) dan dia telah memenuhi hidupnya dengan iman dan Amal Shalih, sebab itu dia tidak terkejut menghadapi maut atau kiamat, sebab itu semuanya baginya adalah perbatasan sementara waktu saja dari hidup yang fana dunia ini dengan hidup akhirat yang kekal.
“Dan semuanya akan datang mengadap kepadaNya dalam keadaan merendahkan diri, “ yaitu mereka akan hadir di hadapan Allah Maha Berkuasa dengan perasaan merendahkan diri, hina-dina, tidak kira mereka orang besar atau orang kecil, berpangkat atau orang biasa, sedang mereka menunggu untuk diadili oleh Allah Ta'ala yang akan memutuskan perkara mereka dengan adil dan seksama.
Ayat 88
“Dan engkau lihat gunung-gunung itu, engkau sangka dianya membeku di tempatnya, padahal dia beijalan sebagaimana jalannya awan." (pangkal ayat 88). Banyak manusia berdiam di kota di dekat gunung yang tinggi-tinggi. Seumpama negeri Makkah sendiri, tempat ayat ini diturunkan. Makkah dikelilingi oleh gunung-gunung batu granit yang menghijau menjulang langit. Sejak dari masa masih kecil manusia-manusia yang dituruni oleh ayat ini melihat gunung itu tidak berubah-ubah letaknya. Dia membeku saja di tempat itu, sejak si fulan mulai lahir ke dunia, sampai si fulan kuat bermain, sampai si fulan tua dan sampai mati dan berkubur di kaki gunung-gunung itu jua
Demikian jugalah penduduk negeri-negeri lain sampai sekarang dan sampai nanti. Penyusun tafsir ini dilahirkan di tepi Danau Maninjau yang berpagar bukit-bukit mengelilingi danau, sehingga jalan ke kampung kami terpaksa dibelok-belokkan ketika menurun, sampai 44 kelok. Dan di waktu kecil telah dibawa ayah berdiam di Padang Panjang, yaitu di kaki dua gunung terkenal: Merapi dan Singgalang. Keduanya membeku saja, terpancang. Merapi di sebelah kanan dari Padang Panjang, Singgalang di sebelah kiri. Di kaki Singgalang ada Bukit Sibolga, di sebelah Selatan ada Bukit Tui. Maka datanglah ayat ini memberi peringatan bahwa gunung-gunung menjulang langit itu, dan bukit-bukit yang di bawahnya, meskipun membeku terpaku di situ, namun dia adalah berjalan kencang laksana awan juga. Cuma tidak terlihat dia berjalan, karena kita sedang “menumpang" di dalam bahtera bumi yang gunung-gunung dan bukit-bukit itu terpancang dan terpasak di atas permukaan bumi itu.
Ketika penulis tafsir ini berbiduk dengan andung (nenek perempuan) dan angku (nenek laki-laki) dari Sungai Sibaruh (sebelah selatan Danau Maninjau) hendak pulang ke rumah kami di Tanah Sirah, waktu saya masih berusia di bawah 10 tahun, di dalam air danau yang sedang tenang, ketika saya tukikkan pandang ke dalam biduk sendiri, dan saya lihat kebang dan keranjang kepunyaan andung tidak bergerak pada tempatnya, demikian juga perkakas dan alat-alat yang lain, saya merasa biduk itu seakan-akan tidak belayar. Tetapi setelah pandang saya alihkan keluar, kepada air yang memercik kena pengayuh angku saya dan dayung yang ditarik andung saya, saya ingat kembali bahwa kami sedang belayar dalam danau menuju rumah kami.
Ketika diri telah dewasa, lalu naik kapal dari Teluk Bayur ke Tanjung Periok atau dari Belawan ke Makkah, penglihatan di waktu kecil itu terbayang kembali dalam ukuran yang lebih besar. Yaitu bahwa barang-barang yang ada dalam kapal tetap tidak bergerak di tempatnya, terutama bila ombak tidak besar. Peti-peti, keranjang-keranjang tidak terasak, tidak teringsut kalau tidak diingsutkan. Bagaimana dia ditetakkan ketika naik, demikian dia didapati ketika akan turun. Yang belayar adalah kapal; adapun barang-barang yang ada dalam kapal, rasanya tidak belayar dan membeku tidak bergerak, padahal dia dibawa ikut serta oleh kapal yang tengah belayar itu.
Bahkan di keretapi pun demikian. Bahkan di dalam kapal udara DC 10 yang terbang dari Lapangan Terbang “Halim Perdanakusuma" menuju Pelabuhan Jeddah dalam masa hanya 8 jam, para penumpang banyak yang tidur nyenyak. Seakan-akan mereka tidak sedang belayar, padahal mereka sedang diterbangkan oleh DC 10 itu dalam kecepatan 1,000 kilometer satu jam.
Kita kemukakan beberapa perumpamaan yang nyata ini untuk cepat menerima bahwa gunung-gunung yang kelihatan duduk sudah beribu-ribu, bahkan berjuta tahun dengan tenangnya di daerah tempat dia terpancang, sebenarnya bukanlah dia berdiam, bahkan dia berjalan sangat cepat, secepat putaran bumi mengelilingi matahari, namun kita yang melihatnya tidak menyadari, karena kita pun turut di"terbangkan" oleh bumi itu. Itulah: “Perbuatan Allah! Yang amat teliti tiap-tiap sesuatu." Terang sekali bilamana telah di-pelajari secara ilmiah bahwa perputaran bumi mengelilingi matahari itu adalah diatur oleh Maha Pengaturnya, yakni Tuhan Ilahi Rabbi dengan sangat teliti. Dan semua edaran alam ini pun diatur dengan sangat teliti, sampai kepada ukuran jamnya, menitnya dan detik secondnya. Dan manusia berusaha mencari rahasia ketelitian itu, sehingga dapatlah manusia mencapai bulan, berkat dapat mengetahui ketelitian hitungan itu."Sesungguhnya Dia pun amat Mengetahui apa saja yang kamu kerjakan." (ujung ayat 88).
Ujung ayat ini adalah peringatan sangat halus bagi kita tentang ketelitian Tuhan, baik menghitung perjalanan alam, sampai kepada ukuran waktu bumi mengelilingi matahari, bahwa sampai kepada perhitungan tentang amal perbuatan kita. Namun kita manusia kerapkali lengah dan lalai atas apa yang mesti kita kerjakan. Hidup kita sendiri pun pada hakikatnya ialah ukuran detik-detik nafas yang turun naik, ukuran denyut jantung. Allah di dalam ilmunya telah menentukan beberapa persediaan kita, berapa yang telah terpakai dan berapa lagi sisanya. Kita lalai memperhatikan itu, sebagaimana kita pun lengah memikirkan bahwa gunung-gunung pun pada hakikatnya berjalan cepat secepat edaran bumi, padahal dia kelihatan tenang saja. Masa yang telah kita lalui rasanya sebentar saja, padahal telah berlalu puluhan tahun. Nanti serunai sangkakala ditiup; waktu itu baru kita terkejut, karena persediaan tidak ada buat menghadap Tuhan.
Kemudian itu Tuhan memberi kita harapan, dengan ayat seterusnya.
Ayat 89
“Barangsiapa yang datang dengan suatu kebajikan, maka dia akan mendapat yang lebih baik daripadanya." (pangkal ayat 89). Artinya. Tuhan akan memberikan ganjaran atas amal kebaikan yang diamalkan oleh hambaNya, lebih berlipat-ganda dari amalannya itu. Kadang-kadang satu amal kebajikan diberinya ganjaran sepuluh (lihat Surat 6, al-An'am, 160). Kadang-kadang berlipat, satu yang ditanam, 700 hasil buahnya (lihat Surat 2, Al-Baqarah, 261), malahan kadang-kadang diperlipat-gandakan lagi bagi barangsiapa yang Dia kehendaki (ayat 261 itu juga)."Sedang mereka itu akan aman pada hari itu daripada kejut-kejutan." (ujung ayat 89). Ujung ayat ini menegaskan lagi apa yang telah dijelaskan Tuhan di ujung ayat 87, yaitu tentang orang-orang yang akan terkejut bila serunai sangkakala itu telah ditiup kelak. Tadi telah kita terangkan juga, bahwa orang yang hidupnya senantiasa berbuat baik tidaklah akan dikejutkan oleh segala tiupan itu, sebab mereka telah siap.
Ayat 90
“Tetapi barangsiapa yang datang dengan suatu kejahatan, maka akan disungkurkanlah wajah-wajah mereka ke dalam neraka." (pangkal ayat 90). Berbuat suatu kejahatan ialah karena timbul dan niat hati yang jahat. Maka jika kiranya karena perbuatan jahat dari niat yang jahat itu menyebabkan wajah-wajah itu disunukan, disungkurkan, ditekankan kuduk supaya hidung menghidu neraka, adalah suatu balasan yang pantas. Itulah sebab maka akhir ayat tersebut berbunyi suatu pertanyaan: “Apakah kamu dibatasi, kecuali dengan sebab apa yang pernah kamu kerjakan?" (ujung ayat 90).
Ujung pertanyaan yang sifatnya sebagai pertanyaan ini adalah menanyai hati sanubari manusia sendiri. Yaitu jika yang mereka kerjakan di kala hidup itu adalah perbuatan yang jahat, bukanlah sudah sepantasnya jika wajahnya disungkurkan ke neraka? Adakah jalan lain yang lebih adil dari itu? Kalau orang yang berbuat kejahatan diberi juga ganjaran yang baik, atau kalau orang yang berbuat durjana lalu dimasukkan ke dalam syurga, apakah lagi kelebihan dari orang yang berbuat baik?
Aku Hanya Melakukan Tugas
Setelah menerangkan halau-hambat, janji syurga bagi yang taat dan keterkejutan menerima berita kiamat bagi yang hidupnya dipenuhi maksiat, maka Nabi s.a.w. disuruh Tuhan menyampaikan bahwa semua yang beliau papar uraikan itu adalah semata-mata menyampaikan perintah:
Ayat 91
“Sesungguhnya, aku hanya diperintah supaya menyembah kepada Tuhan yang empunya negeri ini." (pangkal ayat 91). Yaitu negeri Makkah tempat ayat ini diturunkan dan tempat ummat ini diseru; “Yang Dia telah disucikan," dijadikan Tanah Suci, tanah larangan. Aman barangsiapa yang masuk ke dalamnya. Tidak boleh diburu binatang buruannya, tidak boleh dipotong atau ditebang pohon-pohonnya. “Dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu," artinya bukan saja Tanah Makkah itu kepunyaan Allah, bahkan seluruh langit dan bumi dan isinya semua. Allah belaka yang empunya dia dan semua di bawah kuasaNya. Semua Dia yang mengatur sesudah menciptakan."Dan aku pun diperintah supaya termasuk orang-orang yang berserah diri." (ujung ayat 91). BERSERAH DIRI adalah arti dari kalimat Muslimin.
Di ujung ayat ini ditegaskan bahwa Nabi s.a.w. bukanlah semata-mata menyuruh atau mengajak orang lain supaya berserah diri kepada Tuhan, supaya menjadi Muslim sejati. Tetapi sebelum beliau mengajak orang, diri beliau sendiri terlebih dahulu hendaklah melaksanakannya. Tanggungjawab beliau lebih berat. Contoh dari kehidupan beliau sendiri akan lebih meyakinkan bagi ummatnya daripada pembicaraan atau ajakan beliau.
Ayat 92
“Dan supaya aku membaca al-Qur'an." (pangkal ayat 92). Nampak pada pangkal ayat ini bahwa bagi beliau melaksanakan perintah Tuhan (ujung ayat 91) supaya menjadi seorang yang berserah diri terlebih dahulu dipentingkan daripada membacakan al-Qur'an kepada ummat. Suruhan atau larangan akan lebih besar pengaruhnya berganda-lipat, kalau yang menyuruh dan melarang itu telah melaksanakan terlebih dahulu untuk dirinya sendiri."Maka barangsiapa yang mencari petunjuk, dia adalah mencari petunjuk untuk dirinya sendiri." Hidup di dunia menempuh jalan yang baru sekali ini dilalui, mestilah ada petunjuk. Kalau tidak niscaya tersesatlah dalam perjalanan itu, Petunjuk-petunjuk yang diberikan Allah dengan perantaraan Rasul ialah untuk keselamatan manusia dunia dan akhirat. Keselamatan dalam dunia ini ialah ketenteraman hati lantaran Iman. Cahaya yang memancar dari dalam jiwa sendiri karena tujuan hidup yang bernilai. Hidup bukan yang semata-mata memikirkan makan dan minum atau bersetubuh laki-laki dengan perempuan. Bahkan hidup yang tinggi nilainya karena cita-cita yang dikandung. Itu sebabnya maka Tuhan menjelaskan di dalam Surat 16, an-Nahl (lebah) ayat 97, bahwa barangsiapa yang beramal dengan amalan yang shalih, dan kalangan laki-laki ataupun dari kalangan perempuan dan dia pun beriman pula, niscaya akan Kami hidupkan dia dengan hayatan thayyibatan; kehidupan yang baik, dan akan Kami beri ganjaran mereka dengan yang sebaik-baik apa yang mereka amalkan itu.
Itu sebabnya maka dalam ayat ini Tuhan menyuruh Nabi s.a. w. menegaskan bahwa berjalan dengan menempuh hidup dengan memakai petunjuk yang diberikan Tuhan, adalah untuk kepentingan orang yang memeyang petunjuk itu sendiri. Kalau kiranya dilanggarnya petunjuk itu, yang akan celaka adalah dia juga."Dan barangsiapa yang sesat, maka aku ini tidak lain, hanyalah salah seorang yang memberi peringatan." (ujung ayat 92). Artinya bahwa kewajibanku sebagai salah seorang daripada manusia yang diutus Tuhan jadi Nabi dan Rasul telah aku lakukan. Aku jangan disesali lagi jika kamu mendapat kekecewaan, baik di kala hidup ini, atau di akhirat kelak jika kamu dapat celaka karena tidak menuruti petunjuk Tuhan yang aku sampaikan itu.
Ayat 93
“Dan katakanlah: “Segala puji-pujian untuk Allah." (pangkal ayat 93) -sebagai ayat terakhir dari Surat ini. Artinya ingatkanlah kepada mereka supaya mereka itu memberikan pujian seluruhnya kepada Allah. Karena segala keberuntungan, kebahagiaan dan kejayaan yang dirasai oleh manusia di dalam hidup ini, tidak ada yang datang dari yang lain, hanyalah dari Allah saja. Walaupun seorang Rasul telah diutus membawa khabar yang bahagia, namun khabar yang ia sampaikan itu datangnya hanya dari Tuhan juga. Dan pujikanlah akan Allah, karena Kasih-sayangNya akan hambaNya, tidak dibiarkannya hamba itu tinggal tersesat. Ditentukannya kehidupannya, lalu diberinya petunjuk. Tidak dibiarkannya tersia-sia terlunta-lunta mengembara dalam kehidupan di dunia ini. Bahkan sejak nenek-moyang manusia Adam dan Hawa akan disuruhNya datang ke dunia ini, sejak dari mulai akan melangkahkan kaki telah ia janjikan: “Barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, maka tidaklah dia akan merasa ketakutan dan tidak pula dukacita." (Surat 2 al-Baqarah ayat 38). Dan janjiNya itu dipenuhinya Dikirimnya utusan, turut-berturut, silih-berganti, menyampaikan petunjuk, dikirimkannya kitab-kitab tuntutan hidup itu: ‘Dia akan memperlihatkan ayat-ayatNya kepada kamu, sehingga kamu pun akan mengenalnya." Inilah janji lagi dari Tuhan. Bahwasanya akan datang masanya kemenangan ayat-ayat Allah itu. Akan datang masanya ayat-ayat itu terbentang dan akan kamu lihat dengan nyata, yaitu kemenangan Islam. Walaupun di saat sekarang (ketika ayat turun) kamu masih seperti orang terpencil dan golongan kecil yang tersisih dalam negeri Makkah, kamu akan mengenal sendiri kelak perkembangan Islam itu, dan Kebenaran tidak akan dapat dihalangi oleh siapa-pun jua. Oleh sebab itu maka barangsiapa yang telah menganut kepercayaan Tauhid, peyang teguhlah kepercayaan ini, jangan dilepaskan dan jangan ragu-ragu: “Dan tidaklah Tuhan kamu akan lalai dari apa yang kamu kerjakan" (ujung ayat 93).
Ujung ayat ini peringatan mendalam bagi tiap orang yang beriman pada segala masa. Bagi golongan kecil yang mula menyatakan iman kepada Rasul, di zaman golongan terbesar masih menolak dan membenci beliau; teruslah beramal, namun Tuhan tidaklah akan lalai memperhatikan jasamu menegakkan keyakinanmu dengan Tuhan di tengah-tengah kekafiran musuhmu.
Ujung ayat ini pun menjadi pedoman bagi setiap Muslim yang insaf akan tinggi nilai akidahnya sampai hari kiamat. Bahwasanya agama ini tidaklah boleh berhenti berjihad bekerja keras, berda'wah melakukan seruan akan kebenarannya, meskipun di tengah-tengah kekufuran yang bermaharajalela. Zaman gelap yang dihadapi Islam dinamai Zaman Jahiliyah, namun zaman mutaakhir ini oleh salah seorang Da'i Islam di zaman kini, Muhammad Quthub. dinamai pula “Jahiliyah Moden". Kebencian orang yang bosan seruan kebenaran agama sama saja dengan kebencian orang jahiliyah itu. Namun kita tidak boleh berhenti. Kita jalan terus, dengan ingatan bahwa, “Tidaklah'lalai Tuhan kamu dari apa yang kamu kerjakan."
Selesai Tafsir Surat an-Nahl, Alhamdulillah pangkal ayat terakhir dan Alhamdulillah penutup tafsirnya.