Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتَرَى
dan kamu lihat
ٱلۡجِبَالَ
gunung-gunung
تَحۡسَبُهَا
kamu mengiranya
جَامِدَةٗ
beku/tidak bergerak
وَهِيَ
dan/padahal dia
تَمُرُّ
berjalan
مَرَّ
perjalanan
ٱلسَّحَابِۚ
awan
صُنۡعَ
perbuatan
ٱللَّهِ
Allah
ٱلَّذِيٓ
yang
أَتۡقَنَ
menyempurnakan/kokoh
كُلَّ
segala
شَيۡءٍۚ
sesuatu
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
خَبِيرُۢ
Maha mengetahui
بِمَا
dengan apa/tentang apa
تَفۡعَلُونَ
kamu kerjakan
وَتَرَى
dan kamu lihat
ٱلۡجِبَالَ
gunung-gunung
تَحۡسَبُهَا
kamu mengiranya
جَامِدَةٗ
beku/tidak bergerak
وَهِيَ
dan/padahal dia
تَمُرُّ
berjalan
مَرَّ
perjalanan
ٱلسَّحَابِۚ
awan
صُنۡعَ
perbuatan
ٱللَّهِ
Allah
ٱلَّذِيٓ
yang
أَتۡقَنَ
menyempurnakan/kokoh
كُلَّ
segala
شَيۡءٍۚ
sesuatu
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
خَبِيرُۢ
Maha mengetahui
بِمَا
dengan apa/tentang apa
تَفۡعَلُونَ
kamu kerjakan
Terjemahan
Engkau akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan. (Demikianlah) penciptaan Allah menjadikan segala sesuatu dengan sempurna. Sesungguhnya Dia Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Tafsir
(Dan kamu lihat gunung-gunung itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil (kamu sangka dia) (tetap) diam di tempatnya karena besarnya (padahal ia berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat saking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang beterbangan. (Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun'a merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhaf-kan kepada Fa'il-nya Sesudah 'Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana'allahu Dzalika Shun'an. Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun'a yang kemudian dimudhaf-kan kepada Fa'il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun'allahi; artinya begitulah perbuatan Allah (yang membuat dengan kokoh) rapih dan kokoh (tiap-tiap sesuatu) yang dibuat-Nya (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal Taf'aluna dapat dibaca Yaf'aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.
Tafsir Surat An-Naml: 87-90
Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah, Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka semua tetap di tempatnya, padahal semuanya berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik darinya, sedangkan mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu.
Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. Allah ﷻ menceritakan tentang dahsyatnya hari sangkakala ditiup pada tiupan yang pertama, yaitu tiupan yang membuat semua makhluk terkejut karena kedahsyatannya. Di dalam hadis disebutkan bahwa sur adalah sangkakala yang ditiup. Di dalam hadis sangkakala ini disebutkan bahwa Malaikat Israfil-lah yang melakukan tiupan padanya atas perintah dari Allah ﷻ Tiupan yang pertama, yaitu tiupan yang mematikan semua makhluk, dilakukan sangat lama. Hal ini terjadi di saat usia dunia habis, yaitu pada hari kiamat terjadi yang hanya menimpa orang-orang yang jahat saja yang ada saat itu, maka terkejutlah (matilah) semua makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi.
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (An-Naml: 87) Mereka adalah para syuhada, karena sesungguhnya mereka hidup di sisi Tuhannya dengan diberi rezeki. -: -[ ". ]. ". ". Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Mu'az Al-Anbari, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu Salim; ia pernah mendengar Ya'qub ibnu Asim ibnu Urwah ibnu Mas'ud As-Saqafi mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr saat didatangi oleh seorang lelaki yang bertanya kepadanya, "Apakah ada hadis yang menyebutkan bahwa hari kiamat itu terjadinya sampai anu dan anu?" Ibnu Amr menjawab dengan mengucapkan kalimat Subhanallah (Mahasuci Allah) atau La Ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) atau kalimat yang semisal dengan keduanya.
Selanjutnya ia mengatakan, sesungguhnya ia hampir saja tidak akan menceritakan kepada seorang pun sesuatu hal yang mengenainya selamanya. Sesungguhnya yang pernah kukatakan ialah kelak kalian akan menyaksikan suatu peristiwa yang besar yang merusak Baitullah dalam waktu yang tidak lama. Lalu disebutkan bahwa akan terjadi anu dan anu. Kemudian ia melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kelak akan muncul Dajjal di kalangan umatku dan tinggal selama empat puluh perawi mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah empat puluh hari atau bulan atau tahun.
Lalu Allah mengirimkan Isa ibnu Maryam yang rupanya seperti Urwah ibnu Mas'ud. Maka Isa mengejar Dajjal dan membiasakannya. Kemudian manusia tinggal selama tujuh tahun tanpa ada persengketaan pun di antara dua orang. Setelah itu Allah mengirimkan angin sejuk dari arah negeri Syam, maka tiada seorang pun di muka bumi ini yang di dalam hatinya masih terdapat kebaikan atau iman sebesar zarrah, melainkan angin itu mencabut 'nyawanya.
Sehingga andaikata seseorang dari kalian (yang beriman) bersembunyi di dalam gunung, niscaya angin itu memasukinya hingga mencabut nyawanya. Abdullah ibnu Amr melanjutkan, bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah Saw: Maka yang tertinggal hanyalah orang-orang yang jahat saja (di muka bumi ini); mereka sangat kurang akalnya dan mempunyai naluri hewan pemangsa; mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari perbuatan mungkar. Lalu muncullah setan kepada mereka seraya berkata "Maukah kalian taat kepadaku?" Mereka bertanya, "Apakah yang akan engkau perintahkan kepada kami?" Setan memerintahkan kepada mereka menyembah berhala (mereka menurutinya), dan sekalipun demikian rezeki mereka berlimpah dan penghidupan mereka baik.
Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tidak sekali-kali seseorang mendengarnya melainkan ia buka lebar-lebar telinganya mendengarkannya. Orang yang mula-mula mendengarnya ialah seorang lelaki yang sedang berada di dalam kolam ternak untanya (membersihkannya). Lalu matilah ia, dan semua manusia pun mati. Sesudah itu Allah mengirimkan atau menurunkan hujan yang sangat deras seperti pekatnya naungan (awan). Maka tumbuhlah jasad-jasad karenanya (dari bumi). Kemudian ditiup lagi sangkakala untuk kedua kalinya, maka dengan serta merta mereka bangkit dan menunggu.
Lalu dikatakan, "Hai manusia, menghadaplah kalian kepada Tuhan kalian!" (Dikatakan kepada para malaikat), "Berdirikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawabannya." Kemudian dikatakan, "Keluarkanlah orang-orang yang akan dikirim ke neraka!" Ditanyakan, "Berapakah jumlahnya?" Dijawab, "Dari tiap seribu orang sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang." Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa yang demikian itu terjadi di hari (yang pada hari itu) anak-anak menjadi beruban (karena kesusahan yang sangat di hari itu), dan hari itu adalah hari disingkapkannya betis-betis.
Yang dimaksud dengan kata ialah leher, maksudnya memiringkan lehernya untuk mendengarkannya dengan baik suara dari langit itu. Hal inilah yang dimaksud dengan tiupan yang mengejutkan, lalu tiupan yang berikutnya adalah yang mematikan semua makhluk. Dan tiupan yang ketiga adalah tiupan yang membangkitkan semua makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam. Inilah yang dimaksud dengan hari berbangkit bagi semua makhluk dari kuburnya masing-masing.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (An-Naml: 87) Yakni dalam keadaan rendah lagi tunduk, tiada seorang pun yang menentang perintah-Nya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya. (Al-Isra: 52) Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25) Di dalam hadis mengenai sangkakala disebutkan bahwa dalam tiupan yang ketiga Allah memerintahkan (para malaikat) untuk meletakkan semua roh pada lubang-lubang sangkakala.
Kemudian Malaikat Israfil melakukan tiupan padanya setelah semua jasad dan tubuh muncul dari kuburnya masing-masing dan dari tempat-tempatnya. Apabila tiupan dilakukan, maka beterbanganlah roh-roh itu; roh orang-orang mukmin berkilauan mengeluarkan cahaya terang, sedangkan roh orang-orang kafir gelap (hitam). Lalu Allah ﷻ berfirman, "Demi kebesaran dan Keagungan-Ku, sungguh setiap roh harus kembali ke jasadnya masing-masing." Maka roh-roh itu datang kepada jasadnya masing-masing dan merasuk ke dalam tubuhnya sebagaimana racun yang menjalar di tubuh orang yang terkena patukan hewan beracun.
Kemudian mereka bangkit berdiri seraya menepiskan debu yang berasal dari kuburan mereka. Allah ﷻ berfirman menggambarkan kejadian ini: (yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia). (Al-Ma'arij: 43) Adapun firman Allah ﷻ: Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (An-Naml: 88) Maksudnya, kamu lihat gunung-gunung itu seakan-akan tetap di tempatnya seperti semula, padahal ia berjalan seperti jalannya awan, yakni bergerak meninggalkan tempat-tempatnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: pada hari ketika langit benar-benar berguncang, dan gunung-gunung benar-benar berjalan. (At-Tur: 9-10) Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi. (Taha: 105-107) Dan firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar. (Al-Kahfi: 47) Adapun firman Allah ﷻ: (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. (An-Naml: 88) Artinya, Dia melakukannya dengan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar.
yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. (An-Naml: 88) Yaitu yang membuat semua ciptaan-Nya dengan serapi-rapinya dan membekalinya dengan kebijakan yang diperlukan oleh masing-masingnya. sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (An-Naml: 88) Yakni Dia Maha Mengetahui semua yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya amal baik dan amal buruk mereka, dan kelak Dia akan memberikan balasan amal perbuatan mereka itu dengan sempurna. Kemudian Allah ﷻ menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka di hari kiamat itu. Maka Dia berfirman: Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya. (An-Naml: 89) Qatadah mengatakan bahwa dengan syarat ikhlas.
Zainul Abidin mengatakan, yang dimaksud dengan kebaikan ialah kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah." Allah ﷻ telah menjelaskan pada ayat lain bahwa pahala suatu amal kebaikan itu adalah sepuluh kali lipatnya. Firman Allah ﷻ: sedangkan mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu. (An-Naml: 89) Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103) Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat. (Fussilat: 40) Dan firman Allah ﷻ: dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (Saba':37) Adapun firman Allah ﷻ: Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkan muka mereka ke dalam neraka. (An-Naml: 90) Artinya, barang siapa yang datang menghadap kepada Allah dalam keadaan penuh dengan kejahatan dan sama sekali tiada kebaikan padanya, atau amal buruknya lebih berat daripada amal baiknya, maka ia akan menemui balasannya yang sesuai dengan keburukannya.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. (An-Naml: 90) Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Anas ibnu Malik, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, Ibrahim An-Nakha'i, Abu Wa'il, Abu Saleh, Muhammad ibnu Ka'b, Zaid ibnu Aslam, Az-Zuhri, As-Saddi, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid, semuanya mengatakan sehubungan dengan makna fiman-Nya: Dan barang siapa.yang membawa kejahatan. (An-Naml: 90) bahwa yang dimaksud adalah kemusyrikan."
Dan bukan hanya manusia yang datang dalam keadaan tunduk dan hina, engkau juga akan melihat gunung-gunung pada hari kebangkitan, yang engkau kira tetap di tempatnya dan tidak bergerak, padahal sesungguhnya ia berjalan dan bergerak cepat seperti awan yang berjalan dengan bantuan angin. Itulah sebagian dari ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan, dan akan memberikan balasan atas itu semua. 89. Setelah Kiamat terjadi dan manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar, menghadap Tuhannya dengan merendahkan diri, keadaan mereka digambarkan sebagai berikut; Barangsiapa membawa kebaikan, yakni keimanan yang benar, tulus dan sernpurna yang membuahkan amal saleh, maka dia akan memperoleh balasan yang lebih baik daripadanya, yakni balasan yang berlipat ganda dari sepuluh hingga tujuh ratus kali, bahkan tidak terbatas, sedang mereka merasa aman dan tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari penghimpunan di Padang Mahsyar itu.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa gunung-gunung yang sekarang kelihatannya kokoh berdiri di tempatnya, nanti pada hari Kiamat akan dicabut dari bumi kemudian diterbangkan bagaikan bulu di udara dan berjalannya awan. Firman Allah:
Dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan). (al-Ma'arij/70: 9)
Ada dua pendapat ulama tafsir mengenai pernyataan ayat ini bahwa gunung-gunung akan diterbangkan di udara seperti jalannya awan, atau dalam ayat lain seperti bulu ditiup oleh angin. Pendapat pertama, yang merupakan pendapat sebagian besar mufasir, mengemukakan bahwa ayat ini berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat, seperti dalam firman Allah:
Pada hari (ketika) langit berguncang sekeras-kerasnya, dan gunung berjalan (berpindah-pindah). (ath-thur/52: 9-10 )
Dan firman-Nya:
Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana. (an-Naba'/78: 20)
Dalam firman-Nya yang lain:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi di ganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (Ibrahim/14: 48)
Kejadian-kejadian yang amat dahsyat ini terjadi pada hari Kiamat setelah tiupan sangkakala yang kedua kalinya, dimana semua manusia dibangkitkan dari kuburnya dan mereka menyaksikan segala macam peristiwa yang sangat dahsyat itu dengan sikap yang berbeda-beda.
Pendapat yang kedua mengenai tafsir ayat 88 ini, yakni pendapat ulama ahli falak, menyatakan bahwa ayat ini bukan berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat, tetapi dengan fenomena alam di dunia. Ayat ini mengatakan, "Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan." Ia dijadikan dalil bahwa bumi berputar seperti planet-planet lain pada garis edar yang telah ditentukan, hanya saja manusia sebagai penghuni bumi tidak merasakannya.
Alasan ulama falak, bahwa ayat 88 ini berhubungan dengan peristiwa sekarang dan bukan dengan peristiwa hari Kiamat, adalah:
1. Ayat ini tidak dapat dimasukkan dalam kategori ancaman atau menakut-nakuti dengan kedahsyatan hari Kiamat karena di belakangnya di sambung dengan kata-kata: (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Oleh karena itu, ayat ini lebih tepat bila dihubungkan dengan masa sekarang, di mana manusia sebagai penghuni bumi menyangka bahwa bumi ini diam, demikian pula gunung-gunung yang berada di atas permukaannya. Padahal, bumi bersama gunung-gunung itu berjalan atau beredar sebagai jalannya awan.
2. Gunung-gunung itu diterbangkan untuk dihancurkan pada hari Kiamat, dan terjadi bersamaan dengan kehancuran alam semesta, termasuk kematian seluruh manusia. Hanya beberapa malaikat saja yang tetap hidup. Jika pada hari setelah tiupan sangkakala yang pertama tidak ada lagi manusia yang hidup, bagaimana dapat dikatakan bahwa nanti mereka akan melihat gunung-gunung yang disangka diam, padahal ia berjalan seperti jalannya awan.
3. Orang-orang di Padang Mahsyar yang menyaksikan gunung-gunung berjalan seperti jalannya awan, tentu sadar dan melihat dengan mata kepala sendiri sehingga tidak pantas dikatakan bahwa mereka menyangka gunung-gunung itu diam saja di tempatnya. Berlainan sekali jika dihubungkan dengan masa sekarang, karena memang manusia tidak dapat merasakan bahwa gunung-gunung itu bergerak dan berjalan di angkasa sebagaimana jalannya awan, karena gunung-gunung itu ikut bergerak bersama bumi, dan udara yang ada di sekitarnya. Dengan pengertian yang demikian, maka barulah cocok dengan kata-kata: (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Kata-kata yang indah ini tidak patut dikemukakan pada konteks hari Kiamat yang penuh dengan ancaman dan ketakutan terhadap kehancuran seluruh alam semesta.
Demikianlah kedua pendapat tentang tafsir ayat 88 ini. Sebagian besar mufasir menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat. Sebagian lagi yang terdiri dari ulama falak menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa sekarang, dan dijadikan dalil bahwa semua yang ada di atas bumi termasuk gunung-gunung bergerak, berjalan di angkasa sebagaimana berjalannya awan. Perbedaan penafsiran itu tidak mengenai pada tataran arti, namun hanya menyangkut waktu terjadinya. Karena kejadian ini termasuk dalam alam gaib, maka lebih baik perhatian manusia dititikberatkan kepada perbaikan amalnya. Oleh karena itu, pada akhir ayat itu dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan manusia.
Menurut pandangan saintis, bumi merupakan planet terbesar kelima dari sembilan planet yang ada di tata surya. Bentuknya mirip dengan bola bundar, dengan keliling sekitar 12.743 km. Luas permukaan bumi diperkirakan sekitar 510 juta km2. Sekitar 29% permukaan bumi adalah daratan, sedangkan sisanya berupa lautan.
Bumi terdiri dari beberapa lapisan yang secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian. Bagian paling atas disebut kerak bumi dan ketebalannya bervariasi dari 0-100 km di mana ke arah kontinen makin menebal. Di bawahnya terdapat mantel dengan kedalaman sampai 2.900 km. Bagian paling dalam disebut inti bumi dengan kedalaman dari 2.900-6.370 km. Pembagian ini didasarkan pada analisa gelombang gempa dan masing-masing bagian tersebut mempunyai sifat fisis yang berbeda. Inti bumi misalnya mempunyai sifat fisis layaknya benda cair. Pembagian ini pada dasarnya dapat diperinci lebih detail. Manusia berada pada lapisan bumi bagian atas, yakni kerak bumi.
Sampai paruh abad 20, bidang kebumian ditandai oleh perdebatan tentang continental drift (kontinen yang mengapung). Mereka yang tidak setuju, disebut fixists, sedang yang setuju disebut mobilists. Menurut kubu mobilist, continental mengapung dan bergerak di atas mantel. Kalau kita melihat peta dunia, maka dengan amat mudah kita melihat benua Afrika dan benua Amerika [Selatan] bila diimpitkan, maka garis pantai keduanya relatif berimpit. Jadi, pada dasarnya semua benua yang ada semula berupa satu benua yang satu, yang disebut Pangea, kemudian pecah dan bergerak ke tempat yang sekarang kita lihat. Data ilmiah seperti data kemagnitan purba, kesamaan fosil maupun kesamaan formasi geologi mendukung teori ini. Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan.
Perdebatan ini terus berlangsung dan puncaknya pada tahun enam puluhan. Pada saat itu, terjadilah revolusi pemikiran di bidang ilmu geologi dan pemikiran kaum mobilists mulai diterima secara luas. Penemuan punggungan tengah samudra di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik yang didukung data geologi dan geofisika, khususnya data magnetik, memperlihatkan adanya pemekaran dasar samudra di mana dua lempeng saling bergerak menjauh. Pada lantai samudra ini, magma dengan suhu sangat tinggi yang berasal dari mantel bumi naik ke atas membentuk punggungan tengah samudra
Dari dua konsep di atas, Apungan Benua dan Pemekaran Samudra, lahir konsep Tektonik Lempeng yang berkembang sangat cepat sejak tahun 1967 dan memiliki implikasi terhadap seluruh aspek geologi termasuk gempa bumi, gunung api, sampai pada perkembangan cekungan hidrokarbon maupun endapan-endapan mineral. Teori ini mengatakan bahwa bumi bagian atas terdiri dari lempengan-lempengan litosfer yang terdiri dari kerak bumi dan mantel bagian atas yang mengapung dan bergerak di atas bagian mantel yang disebut astenosfer.
Lempeng-lempeng litosfer bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Pada tempat-tempat saling bertemu, pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi. Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Bila dua lempeng bertemu, maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus, dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban), maka lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, dan dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi, seperti firman Allah:
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya, "Apa yang terjadi pada bumi ini?" Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya. (al-Zalzalah/99: 1-4)
Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya. Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi merupakan satu proses geologi yang berjalan bertahun-tahun. Begitu seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses pengumpulan beban terjadi. Proses geologi atau berita geologi ini dapat direkam, baik secara alami maupun dengan menggunakan peralatan geofisika ataupun geodesi. Sebagai contoh adalah gempa-gempa yang beberapa puluh atau ratus tahun yang lalu, peristiwa pelepasan beban direkam dengan baik oleh terumbu karang yang berada dekat sumber gempa. Pada masa modern, pelepasan energi ini terekam oleh peralatan seismograf (pencatat gempa) maupun peralatan geodesi yang disebut GPS (Global Position System).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Penutup
Ayat 87
Kemudian dari itu diperingatkanlah oleh Tuhan HARI yang akan datang itu: “Dan (ingatlah) akan hari, yang akan ditiupkan sangkakala." (pangkal ayat 87). Yaitu hari pemberitahuan kelak bahwa kiamat telah dimulai: “Maka terkejutlah barangsiapa yang ada di langit dan barangsiapa yang ada di bumi." Terkejut, karena dahsyatnya bunyi serunai sangkakala itu, dan terkejut karena . berbunyi tiupan itu dengan tiba-tiba saja, meskipun sejak semula telah diberi-j tahu jugj. Demikianlah jika kiamat kubra datang. Serupa juga dengan akan'i datangnya kiamat yang sughra; semua manusia telah tahu bahwa sesudah hidup pasti mati, pasti mati! Tetapi jika mati itu datang, jiwa manusia yang ditinggal-' kan terkejut juga, seakan-akan dia datang dengan tiba-tiba jua, padahal sudah semestinya begitu; “Kecuali siapa yang dikehendaki Allah." Yang akan di-i kecualikan dari rasa terkejut itu oleh Allah ialah orang yang jiwanya telah tebal dan dia telah mencapai thuma'ninah (ketenteraman), tersebab selama hidupnya dia telah berusaha melapangkan jalan menuju Tuhan. Datangnya kiamat 1 ataupun datangnya maut, bagi dia tidak lain adalah mempercepat masa untuk bertemu dengan Allah (Liqa Allah) dan dia telah memenuhi hidupnya dengan iman dan Amal Shalih, sebab itu dia tidak terkejut menghadapi maut atau kiamat, sebab itu semuanya baginya adalah perbatasan sementara waktu saja dari hidup yang fana dunia ini dengan hidup akhirat yang kekal.
“Dan semuanya akan datang mengadap kepadaNya dalam keadaan merendahkan diri, “ yaitu mereka akan hadir di hadapan Allah Maha Berkuasa dengan perasaan merendahkan diri, hina-dina, tidak kira mereka orang besar atau orang kecil, berpangkat atau orang biasa, sedang mereka menunggu untuk diadili oleh Allah Ta'ala yang akan memutuskan perkara mereka dengan adil dan seksama.
Ayat 88
“Dan engkau lihat gunung-gunung itu, engkau sangka dianya membeku di tempatnya, padahal dia beijalan sebagaimana jalannya awan." (pangkal ayat 88). Banyak manusia berdiam di kota di dekat gunung yang tinggi-tinggi. Seumpama negeri Makkah sendiri, tempat ayat ini diturunkan. Makkah dikelilingi oleh gunung-gunung batu granit yang menghijau menjulang langit. Sejak dari masa masih kecil manusia-manusia yang dituruni oleh ayat ini melihat gunung itu tidak berubah-ubah letaknya. Dia membeku saja di tempat itu, sejak si fulan mulai lahir ke dunia, sampai si fulan kuat bermain, sampai si fulan tua dan sampai mati dan berkubur di kaki gunung-gunung itu jua
Demikian jugalah penduduk negeri-negeri lain sampai sekarang dan sampai nanti. Penyusun tafsir ini dilahirkan di tepi Danau Maninjau yang berpagar bukit-bukit mengelilingi danau, sehingga jalan ke kampung kami terpaksa dibelok-belokkan ketika menurun, sampai 44 kelok. Dan di waktu kecil telah dibawa ayah berdiam di Padang Panjang, yaitu di kaki dua gunung terkenal: Merapi dan Singgalang. Keduanya membeku saja, terpancang. Merapi di sebelah kanan dari Padang Panjang, Singgalang di sebelah kiri. Di kaki Singgalang ada Bukit Sibolga, di sebelah Selatan ada Bukit Tui. Maka datanglah ayat ini memberi peringatan bahwa gunung-gunung menjulang langit itu, dan bukit-bukit yang di bawahnya, meskipun membeku terpaku di situ, namun dia adalah berjalan kencang laksana awan juga. Cuma tidak terlihat dia berjalan, karena kita sedang “menumpang" di dalam bahtera bumi yang gunung-gunung dan bukit-bukit itu terpancang dan terpasak di atas permukaan bumi itu.
Ketika penulis tafsir ini berbiduk dengan andung (nenek perempuan) dan angku (nenek laki-laki) dari Sungai Sibaruh (sebelah selatan Danau Maninjau) hendak pulang ke rumah kami di Tanah Sirah, waktu saya masih berusia di bawah 10 tahun, di dalam air danau yang sedang tenang, ketika saya tukikkan pandang ke dalam biduk sendiri, dan saya lihat kebang dan keranjang kepunyaan andung tidak bergerak pada tempatnya, demikian juga perkakas dan alat-alat yang lain, saya merasa biduk itu seakan-akan tidak belayar. Tetapi setelah pandang saya alihkan keluar, kepada air yang memercik kena pengayuh angku saya dan dayung yang ditarik andung saya, saya ingat kembali bahwa kami sedang belayar dalam danau menuju rumah kami.
Ketika diri telah dewasa, lalu naik kapal dari Teluk Bayur ke Tanjung Periok atau dari Belawan ke Makkah, penglihatan di waktu kecil itu terbayang kembali dalam ukuran yang lebih besar. Yaitu bahwa barang-barang yang ada dalam kapal tetap tidak bergerak di tempatnya, terutama bila ombak tidak besar. Peti-peti, keranjang-keranjang tidak terasak, tidak teringsut kalau tidak diingsutkan. Bagaimana dia ditetakkan ketika naik, demikian dia didapati ketika akan turun. Yang belayar adalah kapal; adapun barang-barang yang ada dalam kapal, rasanya tidak belayar dan membeku tidak bergerak, padahal dia dibawa ikut serta oleh kapal yang tengah belayar itu.
Bahkan di keretapi pun demikian. Bahkan di dalam kapal udara DC 10 yang terbang dari Lapangan Terbang “Halim Perdanakusuma" menuju Pelabuhan Jeddah dalam masa hanya 8 jam, para penumpang banyak yang tidur nyenyak. Seakan-akan mereka tidak sedang belayar, padahal mereka sedang diterbangkan oleh DC 10 itu dalam kecepatan 1,000 kilometer satu jam.
Kita kemukakan beberapa perumpamaan yang nyata ini untuk cepat menerima bahwa gunung-gunung yang kelihatan duduk sudah beribu-ribu, bahkan berjuta tahun dengan tenangnya di daerah tempat dia terpancang, sebenarnya bukanlah dia berdiam, bahkan dia berjalan sangat cepat, secepat putaran bumi mengelilingi matahari, namun kita yang melihatnya tidak menyadari, karena kita pun turut di"terbangkan" oleh bumi itu. Itulah: “Perbuatan Allah! Yang amat teliti tiap-tiap sesuatu." Terang sekali bilamana telah di-pelajari secara ilmiah bahwa perputaran bumi mengelilingi matahari itu adalah diatur oleh Maha Pengaturnya, yakni Tuhan Ilahi Rabbi dengan sangat teliti. Dan semua edaran alam ini pun diatur dengan sangat teliti, sampai kepada ukuran jamnya, menitnya dan detik secondnya. Dan manusia berusaha mencari rahasia ketelitian itu, sehingga dapatlah manusia mencapai bulan, berkat dapat mengetahui ketelitian hitungan itu."Sesungguhnya Dia pun amat Mengetahui apa saja yang kamu kerjakan." (ujung ayat 88).
Ujung ayat ini adalah peringatan sangat halus bagi kita tentang ketelitian Tuhan, baik menghitung perjalanan alam, sampai kepada ukuran waktu bumi mengelilingi matahari, bahwa sampai kepada perhitungan tentang amal perbuatan kita. Namun kita manusia kerapkali lengah dan lalai atas apa yang mesti kita kerjakan. Hidup kita sendiri pun pada hakikatnya ialah ukuran detik-detik nafas yang turun naik, ukuran denyut jantung. Allah di dalam ilmunya telah menentukan beberapa persediaan kita, berapa yang telah terpakai dan berapa lagi sisanya. Kita lalai memperhatikan itu, sebagaimana kita pun lengah memikirkan bahwa gunung-gunung pun pada hakikatnya berjalan cepat secepat edaran bumi, padahal dia kelihatan tenang saja. Masa yang telah kita lalui rasanya sebentar saja, padahal telah berlalu puluhan tahun. Nanti serunai sangkakala ditiup; waktu itu baru kita terkejut, karena persediaan tidak ada buat menghadap Tuhan.
Kemudian itu Tuhan memberi kita harapan, dengan ayat seterusnya.
Ayat 89
“Barangsiapa yang datang dengan suatu kebajikan, maka dia akan mendapat yang lebih baik daripadanya." (pangkal ayat 89). Artinya. Tuhan akan memberikan ganjaran atas amal kebaikan yang diamalkan oleh hambaNya, lebih berlipat-ganda dari amalannya itu. Kadang-kadang satu amal kebajikan diberinya ganjaran sepuluh (lihat Surat 6, al-An'am, 160). Kadang-kadang berlipat, satu yang ditanam, 700 hasil buahnya (lihat Surat 2, Al-Baqarah, 261), malahan kadang-kadang diperlipat-gandakan lagi bagi barangsiapa yang Dia kehendaki (ayat 261 itu juga)."Sedang mereka itu akan aman pada hari itu daripada kejut-kejutan." (ujung ayat 89). Ujung ayat ini menegaskan lagi apa yang telah dijelaskan Tuhan di ujung ayat 87, yaitu tentang orang-orang yang akan terkejut bila serunai sangkakala itu telah ditiup kelak. Tadi telah kita terangkan juga, bahwa orang yang hidupnya senantiasa berbuat baik tidaklah akan dikejutkan oleh segala tiupan itu, sebab mereka telah siap.
Ayat 90
“Tetapi barangsiapa yang datang dengan suatu kejahatan, maka akan disungkurkanlah wajah-wajah mereka ke dalam neraka." (pangkal ayat 90). Berbuat suatu kejahatan ialah karena timbul dan niat hati yang jahat. Maka jika kiranya karena perbuatan jahat dari niat yang jahat itu menyebabkan wajah-wajah itu disunukan, disungkurkan, ditekankan kuduk supaya hidung menghidu neraka, adalah suatu balasan yang pantas. Itulah sebab maka akhir ayat tersebut berbunyi suatu pertanyaan: “Apakah kamu dibatasi, kecuali dengan sebab apa yang pernah kamu kerjakan?" (ujung ayat 90).
Ujung pertanyaan yang sifatnya sebagai pertanyaan ini adalah menanyai hati sanubari manusia sendiri. Yaitu jika yang mereka kerjakan di kala hidup itu adalah perbuatan yang jahat, bukanlah sudah sepantasnya jika wajahnya disungkurkan ke neraka? Adakah jalan lain yang lebih adil dari itu? Kalau orang yang berbuat kejahatan diberi juga ganjaran yang baik, atau kalau orang yang berbuat durjana lalu dimasukkan ke dalam syurga, apakah lagi kelebihan dari orang yang berbuat baik?
Aku Hanya Melakukan Tugas
Setelah menerangkan halau-hambat, janji syurga bagi yang taat dan keterkejutan menerima berita kiamat bagi yang hidupnya dipenuhi maksiat, maka Nabi s.a.w. disuruh Tuhan menyampaikan bahwa semua yang beliau papar uraikan itu adalah semata-mata menyampaikan perintah:
Ayat 91
“Sesungguhnya, aku hanya diperintah supaya menyembah kepada Tuhan yang empunya negeri ini." (pangkal ayat 91). Yaitu negeri Makkah tempat ayat ini diturunkan dan tempat ummat ini diseru; “Yang Dia telah disucikan," dijadikan Tanah Suci, tanah larangan. Aman barangsiapa yang masuk ke dalamnya. Tidak boleh diburu binatang buruannya, tidak boleh dipotong atau ditebang pohon-pohonnya. “Dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu," artinya bukan saja Tanah Makkah itu kepunyaan Allah, bahkan seluruh langit dan bumi dan isinya semua. Allah belaka yang empunya dia dan semua di bawah kuasaNya. Semua Dia yang mengatur sesudah menciptakan."Dan aku pun diperintah supaya termasuk orang-orang yang berserah diri." (ujung ayat 91). BERSERAH DIRI adalah arti dari kalimat Muslimin.
Di ujung ayat ini ditegaskan bahwa Nabi s.a.w. bukanlah semata-mata menyuruh atau mengajak orang lain supaya berserah diri kepada Tuhan, supaya menjadi Muslim sejati. Tetapi sebelum beliau mengajak orang, diri beliau sendiri terlebih dahulu hendaklah melaksanakannya. Tanggungjawab beliau lebih berat. Contoh dari kehidupan beliau sendiri akan lebih meyakinkan bagi ummatnya daripada pembicaraan atau ajakan beliau.
Ayat 92
“Dan supaya aku membaca al-Qur'an." (pangkal ayat 92). Nampak pada pangkal ayat ini bahwa bagi beliau melaksanakan perintah Tuhan (ujung ayat 91) supaya menjadi seorang yang berserah diri terlebih dahulu dipentingkan daripada membacakan al-Qur'an kepada ummat. Suruhan atau larangan akan lebih besar pengaruhnya berganda-lipat, kalau yang menyuruh dan melarang itu telah melaksanakan terlebih dahulu untuk dirinya sendiri."Maka barangsiapa yang mencari petunjuk, dia adalah mencari petunjuk untuk dirinya sendiri." Hidup di dunia menempuh jalan yang baru sekali ini dilalui, mestilah ada petunjuk. Kalau tidak niscaya tersesatlah dalam perjalanan itu, Petunjuk-petunjuk yang diberikan Allah dengan perantaraan Rasul ialah untuk keselamatan manusia dunia dan akhirat. Keselamatan dalam dunia ini ialah ketenteraman hati lantaran Iman. Cahaya yang memancar dari dalam jiwa sendiri karena tujuan hidup yang bernilai. Hidup bukan yang semata-mata memikirkan makan dan minum atau bersetubuh laki-laki dengan perempuan. Bahkan hidup yang tinggi nilainya karena cita-cita yang dikandung. Itu sebabnya maka Tuhan menjelaskan di dalam Surat 16, an-Nahl (lebah) ayat 97, bahwa barangsiapa yang beramal dengan amalan yang shalih, dan kalangan laki-laki ataupun dari kalangan perempuan dan dia pun beriman pula, niscaya akan Kami hidupkan dia dengan hayatan thayyibatan; kehidupan yang baik, dan akan Kami beri ganjaran mereka dengan yang sebaik-baik apa yang mereka amalkan itu.
Itu sebabnya maka dalam ayat ini Tuhan menyuruh Nabi s.a. w. menegaskan bahwa berjalan dengan menempuh hidup dengan memakai petunjuk yang diberikan Tuhan, adalah untuk kepentingan orang yang memeyang petunjuk itu sendiri. Kalau kiranya dilanggarnya petunjuk itu, yang akan celaka adalah dia juga."Dan barangsiapa yang sesat, maka aku ini tidak lain, hanyalah salah seorang yang memberi peringatan." (ujung ayat 92). Artinya bahwa kewajibanku sebagai salah seorang daripada manusia yang diutus Tuhan jadi Nabi dan Rasul telah aku lakukan. Aku jangan disesali lagi jika kamu mendapat kekecewaan, baik di kala hidup ini, atau di akhirat kelak jika kamu dapat celaka karena tidak menuruti petunjuk Tuhan yang aku sampaikan itu.
Ayat 93
“Dan katakanlah: “Segala puji-pujian untuk Allah." (pangkal ayat 93) -sebagai ayat terakhir dari Surat ini. Artinya ingatkanlah kepada mereka supaya mereka itu memberikan pujian seluruhnya kepada Allah. Karena segala keberuntungan, kebahagiaan dan kejayaan yang dirasai oleh manusia di dalam hidup ini, tidak ada yang datang dari yang lain, hanyalah dari Allah saja. Walaupun seorang Rasul telah diutus membawa khabar yang bahagia, namun khabar yang ia sampaikan itu datangnya hanya dari Tuhan juga. Dan pujikanlah akan Allah, karena Kasih-sayangNya akan hambaNya, tidak dibiarkannya hamba itu tinggal tersesat. Ditentukannya kehidupannya, lalu diberinya petunjuk. Tidak dibiarkannya tersia-sia terlunta-lunta mengembara dalam kehidupan di dunia ini. Bahkan sejak nenek-moyang manusia Adam dan Hawa akan disuruhNya datang ke dunia ini, sejak dari mulai akan melangkahkan kaki telah ia janjikan: “Barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, maka tidaklah dia akan merasa ketakutan dan tidak pula dukacita." (Surat 2 al-Baqarah ayat 38). Dan janjiNya itu dipenuhinya Dikirimnya utusan, turut-berturut, silih-berganti, menyampaikan petunjuk, dikirimkannya kitab-kitab tuntutan hidup itu: ‘Dia akan memperlihatkan ayat-ayatNya kepada kamu, sehingga kamu pun akan mengenalnya." Inilah janji lagi dari Tuhan. Bahwasanya akan datang masanya kemenangan ayat-ayat Allah itu. Akan datang masanya ayat-ayat itu terbentang dan akan kamu lihat dengan nyata, yaitu kemenangan Islam. Walaupun di saat sekarang (ketika ayat turun) kamu masih seperti orang terpencil dan golongan kecil yang tersisih dalam negeri Makkah, kamu akan mengenal sendiri kelak perkembangan Islam itu, dan Kebenaran tidak akan dapat dihalangi oleh siapa-pun jua. Oleh sebab itu maka barangsiapa yang telah menganut kepercayaan Tauhid, peyang teguhlah kepercayaan ini, jangan dilepaskan dan jangan ragu-ragu: “Dan tidaklah Tuhan kamu akan lalai dari apa yang kamu kerjakan" (ujung ayat 93).
Ujung ayat ini peringatan mendalam bagi tiap orang yang beriman pada segala masa. Bagi golongan kecil yang mula menyatakan iman kepada Rasul, di zaman golongan terbesar masih menolak dan membenci beliau; teruslah beramal, namun Tuhan tidaklah akan lalai memperhatikan jasamu menegakkan keyakinanmu dengan Tuhan di tengah-tengah kekafiran musuhmu.
Ujung ayat ini pun menjadi pedoman bagi setiap Muslim yang insaf akan tinggi nilai akidahnya sampai hari kiamat. Bahwasanya agama ini tidaklah boleh berhenti berjihad bekerja keras, berda'wah melakukan seruan akan kebenarannya, meskipun di tengah-tengah kekufuran yang bermaharajalela. Zaman gelap yang dihadapi Islam dinamai Zaman Jahiliyah, namun zaman mutaakhir ini oleh salah seorang Da'i Islam di zaman kini, Muhammad Quthub. dinamai pula “Jahiliyah Moden". Kebencian orang yang bosan seruan kebenaran agama sama saja dengan kebencian orang jahiliyah itu. Namun kita tidak boleh berhenti. Kita jalan terus, dengan ingatan bahwa, “Tidaklah'lalai Tuhan kamu dari apa yang kamu kerjakan."
Selesai Tafsir Surat an-Nahl, Alhamdulillah pangkal ayat terakhir dan Alhamdulillah penutup tafsirnya.