Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
وَقَعَ
telah jatuh
ٱلۡقَوۡلُ
perkataan
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
أَخۡرَجۡنَا
Kami keluarkan
لَهُمۡ
bagi mereka
دَآبَّةٗ
binatang melata
مِّنَ
dari
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
تُكَلِّمُهُمۡ
ia berkata kepada mereka
أَنَّ
bahwasanya
ٱلنَّاسَ
manusia
كَانُواْ
adalah mereka
بِـَٔايَٰتِنَا
kepada ayat-ayat Kami
لَا
tidak
يُوقِنُونَ
mereka yakin
وَإِذَا
dan apabila
وَقَعَ
telah jatuh
ٱلۡقَوۡلُ
perkataan
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
أَخۡرَجۡنَا
Kami keluarkan
لَهُمۡ
bagi mereka
دَآبَّةٗ
binatang melata
مِّنَ
dari
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
تُكَلِّمُهُمۡ
ia berkata kepada mereka
أَنَّ
bahwasanya
ٱلنَّاسَ
manusia
كَانُواْ
adalah mereka
بِـَٔايَٰتِنَا
kepada ayat-ayat Kami
لَا
tidak
يُوقِنُونَ
mereka yakin
Terjemahan
Apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka, Kami mengeluarkan makhluk bergerak dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa manusia selama ini tidak yakin pada ayat-ayat Kami.
Tafsir
(Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka) yakni azab telah pasti menimpa mereka termasuk orang-orang kafir lainnya. (Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka) yaitu akan berbicara kepada orang-orang yang ada dari kalangan mereka; sewaktu binatang melata itu keluar ia langsung berbicara kepada mereka dengan memakai bahasa Arab. Dan garis besar dari apa yang dikatakannya itu ialah (bahwa sesungguhnya manusia) orang-orang kafir Mekah. Lafal Anna menurut qiraat yang lain dibaca Inna; qiraat ini dapat dipakai pula bilamana diperkirakan adanya huruf Ba sesudah lafal Tukallimuhum (dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.") mereka tidak beriman kepada Al-Qur'an yang di dalamnya disebutkan tentang adanya hari berbangkit, hari hisab amal perbuatan dan hari pembalasan. Dengan keluarnya binatang melata ini, maka terhentilah fungsi Amar Makruf dan Nahi Mungkar dan orang kafir yang beriman pada saat itu tidak dianggap lagi keimanannya, sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah ﷻ kepada Nabi Nuh melalui firman-Nya, "Bahwasanya sekali-kali, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang-orang yang telah beriman saja." (Q.S. 11 Hud, 36).
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. Binatang ini kelak akan muncul di akhir zaman di saat manusia telah rusak dan mereka meninggalkan perintah-perintah Allah serta mengubah agama yang hak. Allah mengeluarkan bagi mereka binatang melata dari bumi, yang menurut suatu pendapat menyebutkan dari Mekah, sedangkan pendapat yang lain menyatakan bukan dari Mekah, seperti yang akan dirincikan keterangannya, dan hewan itu berbicara mengenai hal itu kepada manusia.
Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah telah meriwayatkan dari Ali r.a., bahwa binatang itu dapat berbicara dan berucap kepada mereka dengan sebenar-benarnya. Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa binatang itu berbicara kepada manusia seraya mengatakan, "Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ali dan dipilih oleh Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini jelas perlu dipertimbangkan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abbas dalam riwayat lain menyebutkan bahwa binatang itu melukai mereka. Dalam riwayat yang lainnya lagi dari Ibnu Abbas disebutkan pula bahwa binatang itu mengatakan, "Janganlah kamu melakukan anu dan anu," Pendapat ini merupakan pendapat yang baik, tidak ada pertentangan di antaranya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Banyak hadis dan asar yang menyebutkan tentang munculnya binatang ini.
Berikut ini akan kami ketengahkan sebagian darinya yang mudah diketengahkan, dan hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan. -: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Furat, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ muncul dari kamarnya menemui kami ketika kami sedang memperbincangkan perihal hari kiamat, lalu beliau ﷺ bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh pertandanya, yaitu terbitnya matahari dari arah barat, munculnya asap (di langit), munculnya binatang (dari bumi), keluarnya Ya-juj dan Ma-juj, munculnya Isa ibnu Maryam as., munculnya Dajjal, dan tiga gerhana (yaitu gerhana di belahan barat, gerhana di belahan timur, dan gerhana di Jazirah Arabia) serta munculnya api dari pedalaman negeri 'Adn yang menggiring atau menghimpunkan semua manusia; api itu ikut menginap di mana mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari di mana mereka istirahat di siang hari.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan para pemilik kitab sunan melalui berbagai jalur dari Furat Al-Qazzaz, dari Abut Tufail alias Amir ibnu Wasilah, dari Huzaifah secara marfu. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abut Tufail, dari Huzaifah secara mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Jalur lain, Abu Daud At-Tayalisi telah meriwayatkan dari Talhah ibnu Amr dan Jarir Ibnu Hazim. Talhah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Ubaidillah ibnu Umair Al-Laisi, bahwa Abut Tufail pernah menceritakan hadis berikut dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari alias Abu Sarihah. Sedangkan Jarir mengatakan bahwa ia meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Ubaid, dari seorang lelaki dari kalangan keluarga Abdullah ibnu Mas'ud.
Hadis Talhah lebih sempurna dan lebih baik. Disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ menceritakan perihal binatang itu. Beliau bersabda, -: "Binatang itu muncul tiga kali. Pertama kali muncul ialah di daerah pedalaman, dan kisah kemunculannya tidak sampai kepada penduduk kota (yakni Mekah). Lalu ia bersembunyi dalam masa yang cukup lama. Kemudian ia muncul lagi di lain waktu di daerah yang tidak terlalu dalam sehingga beritanya tersiar di kalangan semua penduduk daerah pedalaman dan sampai pula kepada penduduk kota, yakni Mekah." Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Ketika manusia sedang berada di masjid yang paling besar kesuciannya dan paling dimuliakan oleh Allah yaitu Masjidil Haram dalam keadaan tenang, tiba-tiba muncullah binatang itu di antara rukun (Yamani) dan Maqam Ibrahim seraya mengeluarkan suara lenguhan dan mengibaskan kepalanya menepiskan debu yang ada di kepalanya.
Maka orang-orang pun bubar meninggalkannya menuju ke berbagai arah, sendiri-sendiri dan berbondong-bondong. Dan yang tinggal hanyalah segolongan kaum mukmin, mereka merasa yakin bahwa diri mereka tidak berdaya terhadap kekuasaan Allah. Maka binatang itu mulai mengecap mereka sehingga bersinarlah wajah mereka, dan menjadikan wajah mereka seakan-akan bintang yang bercahaya. Lalu hewan itu pergi mengembara ke seantero dunia, tiada seorang pun yang dapat mengejarnya dan tiada seorang pun yang melarikan diri selamat darinya.
Sehingga ada seseorang yang melindungi dirinya dari (kejaran) binatang itu dengan (berpura-pura) salat. Lalu binatang itu datang dari arah belakang dan berkata, "Hai Fulan, sekarang engkau baru mau salat. Maka lelaki itu menghadap ke arahnya, dan dia mengecapnya di wajahnya (dengan cap kafir), lalu ia pergi sedangkan lelaki itu kembali bergaul dengan orang-orang banyak bermuamalah dengan mereka dalam harta. Dan orang-orang di tempat-tempat yang ramai di kota-kota dapat dibedakan antara orang mukmin dan orang kafirnya (karena semuanya telah dicap pada wajahnya oleh binatang tersebut).
Sehingga seorang mukmin berkata, "Hai orang kafir, bayarlah hakku. Begitu pula orang kafir mengatakan, "Hai orang mukmin, bayarlah hakku. Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui dua jalur dari Huzaifah ibnu Usaid secara mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui Huzaifah ibnul Yaman secara marfu'. Disebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di masa Isa putra Maryam, yang saat itu sedang tawaf di Baitullah.
Akan tetapi, sanad hadis ini tidak sahih. Hadis lain. Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan: telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bisyr, dari Abu Hayyan, dari Abu Zar'ah, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia hafal sebuah hadis yang ia terima dari Rasulullah ﷺ yang tidak pernah ia lupakan sesudahnya. Ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya mula-mula munculnya pertanda kiamat ialah terbitnya matahari dari arah barat (tempat tenggelamnya), dan munculnya binatang melata di kalangan manusia di pagi hari; mana saja dari salah satunya yang muncul, maka yang lainnya akan mengikutinya dalam masa yang dekat.
Hadis lain. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan: melalui Al-Ala ibnu Abdur Rahman ibnu Ya'qub maula Al-Hirqah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Bersegeralah mengerjakan amal-amal (kebaikan-, sebelum munculnya) enam perkara, yaitu terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, munculnya asap, Dajjal, binatang melata, dan perkara khusus seseorang dari kalian serta perkara umum. Imam Muslim meriwayatkannya secara tunggal, dan hadis ini mempunyai syahid yang menguatkannya: melalui riwayat Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ziyad ibnu Abu Rabah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Bersegeralah melakukan amal-amal (kebaikan sebelum munculnya) enam perkara, yaitu munculnya Dajjal, asap, binatang melata bumi, terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, perkara umum, dan perkara khusus menyangkut pribadi kalian.
Hadis lain. Ibnu Majah mengatakan: telah menceritakan kepada kami Harmalah ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris dan Ibnu Lahi'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Sinan ibnu Sa'id, dari Anas ibnu Malik, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Bersegeralah mengerjakan amal-amal (kebaikan sebelum datang) enam perkara, yaitu terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, munculnya asap, binatang melata, Dajjal, dan perkara khusus seseorang dari kalian serta perkara umum. Ibnu Majah meriwayatkannya secara tunggal.
Hadis lain. Abu Daud At-Tayalisi mengatakan: ". telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Uwais ibnu Khalid, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kelak akan muncul hewan melata bumi yang membawa tongkat Musa dan cincin Sulaiman a.s. Lalu ia mencocok hidung orang kafir dengan tongkat, dan mencerahkan wajah orang mukmin dengan cincinnya sehingga manusia berkumpul di suatu perjamuan, sedangkan orang mukmin dan orang kafir dapat dibedakan. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Bahz, Affan, dan Yazid ibnu Harun.
Ketiga-tiganya menerima hadis ini dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Dan disebutkan: ". Maka hidung orang kafir dicocok dengan cincin dan wajah orang mukmin dibuat bersinar dengan tongkat, sehingga para peserta suatu jamuan berkumpul dan seseorang (dari mereka) berkata, "Hai orang mukmin, dan yang lainnya berkata, "Hai orang kafir. Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yunus ibnu Muhammad Al-Muaddib, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Hadis lain. Ibnu Majah mengatakan: ". telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Muhammad ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Tamilah, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah membawanya pergi ke suatu tempat di pedalaman yang dekat dengan Mekah. Ketika sampai di suatu tanah kering yang dikelilingi oleh pasir, maka Rasulullah ﷺ bersabda: Hewan itu akan muncul dari tempat ini. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Hewan melata itu berbulu, berkaki empat, muncul dari salah satu Lembah Tihamah." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Marzuq, dari Atiyah yang telah mengatakan bahwa Abdullah pernah mengatakan, "Binatang melata itu akan muncul dari tanah retak yang ada di Bukit Safa, selama tiga hari sepertiganya belum keluar; hewan itu larinya kencang seperti kuda balap." Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Aban ibnu Saleh yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Amr pernah ditanya tentang binatang melata tersebut.
Maka ia menjawab, "Binatang melata itu keluar dari bawah batu besar yang terdapat di Jiyad. Demi Allah, seandainya aku ada bersama mereka (di masanya) atau kalau aku mampu berbuat dengan tongkatku ini, tentulah aku akan membantu mengangkat batu besar yang muncul hewan tersebut dari bawahnya." Ketika ditanyakan, "Lalu apa yang dilakukan oleh hewan melata itu, hai Abdullah ibnu Amr? Ia menjawab, "Hewan melata itu menghadap ke arah timur, lalu mengeluarkan teriakannya yang dapat menembus semua kawasan timur, dan ia menghadap ke arah Syam, lalu mengeluarkan teriakan yang terdengar sampai ke negeri Syam, lalu menghadap ke arah barat dan mengeluarkan suara teriakannya hingga terdengar sampai ke barat, lalu menghadap ke arah negeri Yaman dan mengeluarkan suara teriakannya hingga terdengar sampai ke Yaman.
Kemudian di petang hari ia pergi dari Mekah, dan pada keesokan harinya telah berada di Asfan." Ketika ditanyakan lagi, "Lalu apa yang dilakukannya?" Abdullah ibnu Amr menjawab, "Saya tidak tahu." Abdullah ibnu Umar menurut riwayat yang bersumber darinya menyebutkan bahwa binatang melata itu muncul di malam Juma' (berkumpulnya orang haji di Mina). Ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, tetapi di dalam sanadnya terdapat Ibnul Bailamani.
Wahb ibnu Munabbih telah menceritakan sabda Nabi Uzair a.s. yang mengatakan bahwa kelak akan muncul dari kota Sodom binatang melata yang dapat berbicara dengan manusia; semua orang mendengar suaranya. Wanita-wanita yang sedang mengandung melahirkan kandungannya sebelum sempurna masa kandungannya, air yang tadinya tawar berubah menjadi asin, orang-orang yang tadinya bersahabat saat itu menjadi saling bermusuhan, kitab-kitab yang bermanfaat dibakar dan ilmu diangkat (dilenyapkan), dan di masa itu manusia mengharapkan apa yang tidak dapat mereka capai, bersusah payah untuk meraih apa yang tidak mereka jangkau, dan bekerja untuk mencari apa yang tidak mereka makan.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, dari Wahb ibnu Munabbih. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh juru tulis Al-Lais, talah menceritakan kepadaku Mu'awiyah Ibnu Saleh, dari Abu Maryam; ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya binatang melata itu mempunyai bulu yang beraneka ragam, semua warna ada pada bulunya, dan jarak antara satu ujung tanduk ke ujung tanduk lainnya sama dengan jarak satu farsakh (saking besarnya).
Ibnu Abbas mengatakan bahwa binatang melata tersebut bentuknya seperti tombak yang sangat besar. Amirul Mu-minin Ali ibnu Abu Talib r.a. telah mengatakan bahwa sesungguhnya hewan melata itu mempunyai bulu dan rambut serta mempunyai teracak, tetapi tidak berekor dan mempunyai jenggot. Sesungguhnya hewan ini saking besarnya selama tiga hari sepertiga dari tubuhnya masih belum muncul (dari bumi). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnuz Zubair yang menggambarkan tentang binatang melata tersebut. Ia mengatakan bahwa kepala binatang itu seperti banteng, matanya seperti babi, telinganya seperti gajah, tanduknya seperti kijang jantan, lehernya seperti burung unta (panjang), dadanya seperti dada singa, tetapi warnanya adalah warna macan tutul, pinggangnya mirip dengan pinggang kucing hutan, ekornya seperti ekor biri-biri, dan kaki-kakinya seperti kaki unta; di antara dua tulang ruasnya, panjangnya adalah dua belas hasta.
Ia membawa tongkat Nabi Musa dan cincin Nabi Sulaiman; maka tidak dibiarkannya seorang mukmin melainkan diberi tanda pada wajahnya dengan tongkat Nabi Musa, capnya putih, lalu cap itu menyebar ke seluruh wajahnya sehingga wajahnya menjadi putih bersinar. Dan tidak dibiarkannya seorang kafir pun melainkan ia cap dengan cap hitam dari cincin Nabi Sulaiman, lalu warna hitam itu menyebar ke seluruh wajahnya hingga wajahnya menjadi hitam.
Sehingga orang-orang melakukan transaksi jual beli di pasar-pasar, lalu mereka mengatakan, "Berapakah ini, hai orang mukmin; dan berapakah ini hai orang kafir?" Sehingga suatu keluarga duduk di perjamuan mereka, sedangkan mereka mengetahui siapa yang beriman di antara mereka dan siapa yang kafir (karena semua ada tanda capnya). Kemudian binatang melata itu berkata kepada mereka, "Hai Fulan, bergembiralah, engkau termasuk ahli surga; dan hai Fulan, engkau termasuk penghuni neraka." Yang demikian itu disebutkan oleh firman Allah Swt: Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (An-Naml: 82)"
Dan apabila perkataan, yaitu ketentuan masa kehancuran alam dan datangnya kiamat, telah berlaku atas mereka, Kami keluarkan di akhir zaman nanti makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi, berupa binatang melata atau manusia, yang akan mengatakan kepada mereka antara lain mengatakan bahwa manusia yang durhaka dan mengingkari hari kebangkitan selalu tidak yakin kepada ayat-ayat, yakni tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Kami yang terhampar di alam raya. 83. Setelah keluar d'bbah, terjadilah Kiamat dengan kejadian yang diurai di sini. Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, pada hari ketika Kami mengumpulkan dari setiap umat, suka atau tidak suka, segolongan orang yang selalu mendustakan ayat-ayat Kami, baik yang terhampar di alam raya maupun yang terbaca dalam kitab suci, lalu mereka dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok. Mereka itu adalah para pembesar yang menjadi panutan. Mereka akan digiring di depan pengikut mereka untuk dimintakan pertanggungjawaban dan mendapatkan pembalasan.
Pada ayat ini, Allah menjelaskan bila kemarahan dan kemurkaan-Nya telah dijatuhkan kepada manusia yang durhaka, karena meninggalkan perintah dan mengotori kemurnian agama-Nya, maka pada saat menjelang datangnya hari Kiamat, binatang-binatang melata keluar dari bumi dan berbicara kepada mereka dengan lidah yang fasih, bahwa kebanyakan manusia tidak yakin kepada ayat-ayat Allah, dan tidak percaya akan datangnya hari Kiamat. Ucapan dari binatang melata itu mengandung cercaan dan peringatan yang sangat keras kepada manusia yang berada di sekelilingnya. Keanehan yang akan terjadi sebelum kiamat, di mana seekor binatang melata dapat berbicara memberi peringatan kepada orang-orang yang durhaka, tidak mustahil bagi Allah. Ia dapat memberi kemampuan kepada binatang tersebut untuk berbicara pada saat itu, sesuai dengan firman-Nya:
Mereka berkata, "Allah yang telah menjadikan kami dapat bicara pasti juga dapat menjadikan segala sesuatu dapat berbicara." (Fussilat/41: 21)
Mengenai keluarnya binatang melata dianggap sebagai masalah gaib karena bentuk dan sifatnya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an. Keterangan mengenai hal ini hanya terdapat dalam hadis. Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari 'Abdullah bin amr:
'Abdullah bin 'Amr berkata, "Aku menghafal sebuah hadis dari Rasulullah ﷺ yang tidak akan aku lupakan. Aku mendengar beliau bersabda, 'Tanda-tanda akan (datangnya kiamat) yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari sebelah barat dan keluarnya binatang melata kepada manusia di pagi hari. Manakala salah satu dari dua peristiwa ini terjadi, maka yang satu lagi segera menyusul setelahnya." (Riwayat Muslim).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Binatang Ganjil Tanda Kiamat
Ayat 82
“Dan apabila sabda telah jatah atas mereka." (pangkal ayat 82). SABDA, yaitu kata keputusan dari Tuhan, yang tidak akan berubah buat selama-lamanya. Maka pada waktu itu: “Kami keluarkanlah sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia pernahlah tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." (ujung ayat 82).
Di dalam ayat ini diterangkan bahwa apabila telah datang masanya kelak, akan datanglah kata yang putus dari Tuhan, sebagai suatu sabda yang berlaku, di kala manusia sudah sangat lupa dan lalai dari agamanya, bahwa akan timbullah dari dalam bumi ini semacam binatang. Dalam ayat ini disebutkan dabbatan. yang kita artikan binatang. Tetapi kalimat dabbatan itu asal artinya ialah melata, atau merangkak, atau beringsut-ingsut.
Ar-Razi menulis dalam Tafsirnya berbagai penafsiran tentang dabbah atau binatang yang tersebut dalam ayat ini, tentang bermacam kata orang. Pertama memperkatakan tentang tubuh binatang itu berapa besarnya. Menurut satu riwayat yang dikata orang diterima dari Abu Hurairah, panjangnya 60 hasta dan tingginya sampai ke awan, dan di antara kedua tanduknya satu farsakh perjalanan. Kedua bentuknya, katanya kakinya empat, berbulu panjang, berbulu sebagai burung dan bersayap dua. Menurut riwayat dari lbnu Juraij tentang bentuknya; kepalanya kepala banteng, matanya mata babi, telinganya telinga gajah, tanduknya tanduk rusa, dadanya dada singa, warnanya warna harimau, kukunya kuku sapi betina, ekornya ekor domba dan telapaknya telapak unta. Ketiga tentang cara keluarnya dari dalam bumi; menurut riwayat dari Ali bin Abu Thaltb, binatang itu akan dilihat orang keluar dalam masa tiga hari dengan beransur-ansur Tetapi yang keluar selama tiga hari itu baru sepertiga. Menurut riwayat dari al-Hasan. setelah tiga hari pula sesudah itu baru dia keluar sepenuhnya. Keempat, ditanyakan orang kepada Nabi s.a.w. di mana binatang itu akan keluar. Nabi s.a.w. menjawab bahwa binatang itu akan keluar di mesjid yang pali g besar kesuciannya di sisi Allah Ta'ala, yaitu ATMasjidil Haram! Khabarnya pula, keluarnya itu di bukit Shafa dan dia akan bercakap-cakap dalam bahasa Arab! Kelima, tentang berapa kali binatang itu akan keluar. Dirawikan bahwa dia akan keluar tiga kali. Mulanya sekali dia-akan keluar di sudut yang jauh dari negeri Yaman, sesudah itu dia akan sembunyi. Kemudian itu dia keluar sekali lagi di kampung-kampung orang Badwi, lalu dia ber-sembunyi pula agak lama. Akhir sekali, sedang manusia berkumpul-kumpul di mesjid yang paling suci (Al-Masjidil Haram) tiba-tiba dia muncul kembali di antara Rukun Yamani berhadapan dengan gedung-gedung Bani Makhzum, sebelah kanan, sampai keluar mesjid Ada orang yang lari tumpang siru dan ada yang berdiri saja melihat.
Setelah menceriterakan segala ceritera ini, Fakhruddin ar-Razi berkata: “Ketahuilah bahwa segala ceritera ini tidak ada dahinya samasekali di dalam al-Kitab (al-Qur'an). Jika ada berita yang shahih tentang hal ini dari Rasulullah s.a.w. niscaya kita terima, dan kalau tidak tentu menoleh saja pun kita tidak kepadanya."
Dalam riwayat lain yang disalinkan tbnu Katsir dalam Tafsirnya: “Kepalanya kepala banteng, matanya mata babi, telinganya telinga gajah, lehernya leher burung unta, dadanya dada singa, warnanya warna harimau, kukunya kuku kucing, ekornya ekor domba, keempat kakinya kaki unta, di antara lututnya dengan pahanya duabelas hasta; ketika dia keluar membawa tongkat Nabi Musa dan cincin Nabi Sulaiman, tiap bertemu dengan seorang beriman diberinya cap putih di muka orang itu dengan tongkat Musa, lalu menjalarlah cap putih itu sehingga jadi putih seluruh muka orang itu. Kalau bertemu orang kafir dicapnya pula muka orang itu dengan cap hitam dengan cincin Sulaiman, sampai menjalar pula warna hitam itu di seluruh muka orang itu, sehingga timbullah tawar-menawar orang di tengah pasar, bertanya-tanya berapa dijual warna ini hai Mu'min, hai kafir! Sehingga ahlul-bait duduk dalam rumah mereka dapat diketahui perbedaan mana yang Mu'min dan mana yang kafir. Lalu binatang itu berkata: “Bergembiralah hai fulan, engkau akan masuk syurga! Sengsaralah hai fulan, engkau akan masuk neraka!"
Itulah beberapa “ceritera" kita salinkan berkenaan dengan binatang yang tersebut dalam ayat 82 Surat an-Naml itu. Ceritera-ceritera yang ganjil-ganjil itu tidak ada bertemu di dalam kitab-kitab Hadis yang shahih, yang dapat dipertanggungjawabkan menurut ilmu pengetahuan tentang Hadis. Itu gerangan sebabnya maka ar-Razi berani mengatakan bahwa mana yang tidak ada alasan kuat dari sabda Rasul s.a.w. tidaklah akan ditoleh orang.
Sebagaimana telah kita jelaskan di atas tadi, arti dabbatan pada asalnya ialah segala yang merangkak di atas bumi. Ini jelas dalam sabda Tuhan Surat 24 an-Nur (Cahaya) ayat 45:
“Dan Allah telah menciptakan tiap-tiap dabbah dari air. Maka setengah dari mereka ada yang berjalan atas perutnya, dan setengah dari mereka ada yang berjalan atas dua kaki, dan setengah dari mereka ada yang berjalan atas empat (kaki)."
Yang berjalan di atas perutnya ialah seumpama ular, labi-labi, penyu dan berbagai ulat. Yang berjalan di atas dua kaki ialah manusia. Yang berjalan atas empat kaki ialah berbagai binatang yang kita ketahui, sebagai kucing, anjing, singa, gajah, dan sebagainya.
Di dalam Surat 34, Saba' ayat 14 tersebut lagi tentang kematian Nabi Sulaiman:
“Maka setelah Kami putuskan atasnya kematian. tidaklah ada yang menunjukkan kepada mereka atas kematiannya itu melainkan binatang bumi telah memakan tongkatnya."
Maka oleh sebab dalam ayat ini dabbat itu ditulis dengan nakirah artinya sebarang binatang, tidak disebut binatang tertentu, maka segala yang patut disebut dabbatan (binatang) boleh jadi. Boleh jadi binatang berkaki empat, boleh jadi binatang berkaki dua, yaitu manusia, sehingga al-Qurthubi menulis dalam Tafsirnya bahwa kemungkinan itu ada saja, dan mungkin juga binatang yang berjalan di atas perutnya.
Maka penafsiran yang lebih masuk dalam akal kita, yang ditulis di zaman kita ini ialah apa yang dinyatakan oleh al-Qasimi dalam Tafsirnya “Mahasin ut-Ta'wil". Kata beliau tafsir ayat ini mengandung dua. Pertama ialah yang beliau sebut duniawi. Yaitu kemenangan Nabi s.a.w. menghadapi kaum yang kafir itu. Artinya ialah bahwa orang-orang yang tuli dari mendengarkan ayat-ayat Allah dan buta hatinya dari berfikir, yang selalu menolak, sebagai yang telah diuraikan pada ayat-ayat sebelumnya, pasti akan datanglah kepada mereka berita tentang Kebenaran seruan yang dibawa oleh Nabi s.a.w. itu, dan akan mereka saksikan kemenangan Rasul s.a.w. dan para pengikutnya, dan kian lama akan bertambah banyak pengikut itu, sehingga mereka pasti akan dapat mengalahkan setiap yang menantang dan menundukkan setiap yang me-musuhi. Akan menjalar kepada mereka, suatu jalaran yang tidak dapat ditahan-tahan lagi, barisan besar Islam memenuhi lembah dan gurun, membuat barang-siapa yang selama ini memusuhi itu akan bergoncang tiang-tiangnya dan runtuh hancur lebur bangunan-bangunannya, robek ditiup angin tenda mereka dan koyak bendera yang mereka kibarkan. Angkatan Besar dan Agung itu akan berkata kepada mereka, baik buktinya itu sendiri yang berkata, ataupun suaranya yang lantang menyatakan bahwa barangsiapa yang menantang selama ini, mulai sekarang kalau masih menantang sudah mesti merasakan azab dan siksaan. Karena mereka semuanya adalah sesat dan menyesatkan hamba Allah yang lain. Dan mereka merusak di muka bumi Hanya imanlah satu-satunya jalan untuk memperbaiki diri dan memperbaiki masyarakat, yang akan memimpin kepada kebahagiaan dan kemenangan. Dan Tuhan telah menentukan ke-, putusannya sejak semula, terhadap hamba-hambaNya yang Dia utus bahwa merekalah yang akan menang dan tentara Aliahlah yang akan menaklukkan. Sekarang janji Allah telah dipenuhinya dan kemuliaan telah Dia berikan , kepada tentaranya.
Kedua — kata al-Qasimi selanjutnya -ialah kedatangan semacam atau sejenis binatang yang kita sampai sekarang, bahkan sampai waktu timbulnya kelak tidak tahu apa jenisnya dan apa bentuknya. Sebab dia dikhaskan keluar pada hari akan kiamat saja. Sebab itu setengah ahli tafsir mengatakan bahwa apabila kiamat telah datang kelak, waktu itulah binatang itu timbul, yang lain J dari yang lain binatang di muka bumi ini, sebagaimana Tuhan pun dapat mem-'j bangkitkan jenis-jenis yang lain. Binatang itu akan bercakap-cakap, dia akan memurkai manusia, mengapa tidak mau menerima Kebenaran Allah selama ini. sebagaimana di waktu itu juga tiap-tiap ruas dan buku tubuh kita pun akan ‘ bicara, sebagai yang telah disebutkan Tuhan jua di dalam al-Qur'an. Oleh sebab itu maka yang dimaksud dengan dabbatan yang berarti binatang itu, bukanlah seekor binatang melainkan semacam binatang. Seumpama jika dikatakan j orang, “Kebun si anu habis licin tandas dimakan belalang", maksudnya bukanlah seekor belalang, melainkan banyak sekali belalang.
Al-Qasimi mengatakan juga bahwa banyak Hadis-hadis tentang binatang ini, (sebagai yang telah kita salinkan artinya di atas tadi, yang telah disimpulkan i oleh ar-Razi kepada lima ceriterAl, tidak sebuah juga yang dianggap sah oleh al-Bukhari, karena amat berkacau-balau matannya dan lemah orang-orang yang merawikannya.
Cuma satu saja Hadisnya yang agak dapat dipeyang, yaitu yang dirawikan oleh Muslim dari Abdullah bin ‘Amer demikianlah bunyinya:
“Tanda-tanda hari kiamat yang dahulu sekali akan keluar ialah terbitnya matahari dari sebelah Baratnya, dan keluarnya binatang itu atas manusia di tengah hari. Dan yang mana saja pun yang terkemudian dari yang satu, namun jaraknya di antara keduanya adalah berdekatan."
Inilah hanya Hadis shahih yang dapat dipertanggungjawabkan yang menyebut tentang binatang itu, yang tidak begitu jauh artinya dari yang tersebut di dalam al-Qur'an. Menyebutkan bahwa satu di antara tanda hari akan kiamat ialah datangnya binatang itu. Entah binatang apa tidak dijelaskan. Entah ular, entah labi-labi. entah penyu besar, entah binatang besar purbakala yang ditaksir orang ada hidup di muka bumi ini jutaan tahun yang laiu, entah manusia sendiri, entah apa, entah apa. Wallahu A'lam.
Al-Qur'an dan Hadis yang shahih tidak ada menerangkan apa macamnya binatang itu, Al-Qur'an dan Hadis yang shahih tidak ada menyatakan “panjangnya" 60 hasta, berbulu sebagai domba, bersayap sebagai burung, kepalanya kepala banteng, matanya mata babi, telinganya telinga gajah, tanduknya tanduk rusa, dadanya dada singa, dan sebagainya. dan sebagainya; apatah lagi tingginya menyinduk awan, di antara dua tanduknya seperjalanan satu farsakh.
Orang-orang produser (pembuat) film di Amerika pun berkali-kali telah membuat khayal dalam film tentang binatang-binatang ganjil itu. Dikisahkan dalam film itu bahwa dari sebab manusia telah terlalu banyak mempergunakan tenaga atom, sehingga terkejutlah binatang-binatang purbakala yang tersembunyi di balik bumi, lalu mereka pun bangkit dan persembunyiannya. Binatang itu semacam gurita raksasa. Ketika dipilinnya jembatan “The Golden Gate" dengan belalainya. jembatan itu runtuh. Seketika gedung-gedung pencakar langit dilandanya, beberapa buah di antaranya jadi patah dan runtuh. Ketika “Pentagon" atau Angkatan Perang Amerika mengerahkan tenaga Angkatan Perang untuk menghancurkan binatang itu dengan peluru kendali, sesampai pada badannya peluru kendali itu tidak membawa bekas apa-apa.
Produser film yang lain membuat pula suatu khayal tentang “binatang" semut yang bernama “Marabunta" yang sangat ganas, jika dia berjalan satu kelompok besar berjuta-juta banyaknya, mana yang dilaluinya habis dimakannya. Jika orang sedang tidur nyenyak dikerumuninya, orang itu akan tinggal tulangnya saja jika semut itu telah lepas dari melalui tempat itu.
Bagaimana pula kalau dilanjutkan lagi penafsiran ke jurusan lain? Misalnya tentang bahaya penyakit menular yang dibawa oleh “binatang" halus; oleh nyamuk, oleh lalat, oleh berbagai kuman yang hanya dapat dilihat dengan meneropongnya di mikroskop?
Segala binatang itu akan “berkata" dengan perkataan ilmu pengetahuan, bahwasanya manusia memang banyak yang tidak yakin akan tanda-tanda Kebesaran Allah. Padahal Tuhan pun pernah memberi ingat (lihat Surat 2, al-Bagarah ayat 26) bahwa Tuhan bisa saja mengambil perumpamaan dengan nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Dan di dalam Surat 22, al-Haj, ayat 73, Tuhan membuat pula perumpamaan tentang lalat. Bagaimanapun kecil lalat, namun manusia tidaklah sanggup menciptakan lalat. Walaupun seluruh dunia “sarjana" berkumpul musyawarat mengumpulkan pengalaman, bagaimana agar lalat dapat diciptakan. tidaklah akan berhasil.
Ayat-ayat im saja pun telah mefnbayangkan bahwa soal binatang yang akan datang sebagai tanda hari akan kiamat itu, yang akan bercakap dengan manusia memberi ingat itu, pastilah kejadian dengan berbagai kemungkinan.
Raghib al-lshbahani dalam “Mu/radot"nya memberi juga arti “dabbat" itu dengan orang-orang jahat yang bodoh dan tidak insaf akan kebodohannya, maka darjatnya sama.dengan binatang.
Al-Qasimi mengumpamakannya lagi dengan Ya'juj dan Ma'juj yang tersebut dalam Surat 21, al-Anbiya'. ayat 96 dan 97. Yang di sana diterangkan bahwa kalau Ya'juj dan Ma'juj itu datang kelak, mereka akan datang sebagai banjir, mengalir deras bagai air bah dari tempat-tempat yang tinggi. Ya'juj dan Ma'juj hanya disebut sebagai dua orang, padahal satu banjir besar, dari beribu-ribu manusia datang menyerbu.
Demikianlah telah kita kumpulkan pendapat-pendapat tentang “binatang" dalam ayat ini, ditafsirkan orang menurut perkembangan pengetahuan dari zaman dahulu sampai kepada zaman kita ini.
Ayat 83
“Dan (ingatlah) akan suatu hari." (pangkal ayat 83). Ini pun sekali lagi peringatan Allah tentang hari akan kiamat."Yang akan Kami kumpulkan dari tiap-tiap ummat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami." Ayat ini menunjukkan bahwa pada hari yang telah ditentukan kelak akan diadakan seleksi, penyisihan dan penyaringan-penyaringan. Orang akan dibuat berkelompok-kelompok; masing-masing dikumpulkan menurut daftar kesalahan yang mereka telah lakukan selama hidup di dunia. Yang diterangkan dalam ayat ini bahwa yang akan dikumpulkan itu ialah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, tidak mau menerima dan bersiteyang urat leher mempertahankan yang batil."Lalu mereka pun dipisah-pisahkan." (ujung ayat 83). Dibagi-bagi, dipisah-pisah, dikumpul mana yang bersamaan dosanya, sehingga kadang-kadang bertemulah dalam satu kelompok manusia yang hidup 5,000 tahun terlebih dahulu dengan yang datang 5,000 tahun kemudian.
Ayat 84
“Sehingga apabila mereka datang, berfirmanlah Dia: “Apakah telah kamu duslakan ayat-apatKu, padahal tidaklah meliputi ilmu kamu dengan dia?" (pangkal ayat 84). Yaitu bahwasanya mereka tidak mau percaya, tidak mau menerima ayat-ayat Allah, baik ayat dengan arti tanda Kebesaran dan Kekuasaan Ilahi, atau ayat dengan arti perintah-perintah yang disampaikan kepadamu dengan perantaraan Rasul Allah. Mereka dustakan dan mereka tolak itu semua, padahal tidaklah dengan alasan, tidak dengan dasar ilmu pengetahuan. Karena kalau mereka ada mempunyai ilmu pengetahuan pastilah Kebenaran itu tidak akan mereka tolak begitu saja. Memang umumlah orang yang menolak kebenaran itu beredar berputar-putar dalam kebodohan dan kebohongan. Ber-keras tidak hendak berubah pendirian, walaupun bagaimana benarnya deruan yang disampaikan itu, “Atau apakah yang telah kamu kerjakan?" (ujung ayat 84). Di ujung ayat ini dituntut kepada mereka, kalau mereka memang tidak mau percaya kepada ayat-ayat Allah, dengan alasan bahwa ayat-ayat Allah itu tulak benar, niscaya ada pekerjaan benar yang telah mereka kerjakan dan mereka pertahankan Sekarang kalau kamu tolak ayat-ayat Allah, kamu dustakan seruan yang dibawa Rasul dan kamu merasa benar, tunjukkanlah mana suatu bekas kerja, bekas amalan baik yang telah kamu kerjakan?
Pertanyaan seperti ini adalah satu pertanyaan yang patut dikemukakan kepada setiap orang yang menolak Kebenaran yang diserukan Rasul. Kalau kamu katakan bahwa seruan itu tidak benar, manakah satu bukti dari perbuatanmu yang benar? Pertanyaan ini adalah membuktikan sekali lagi bahwa mereka mendustakan kebenaran ayat Tuhan tidaklah dengan ilmu. Bahwa tempat tegak mereka adalah goyah atau tidak ada samasekali. Tukang-jukang cemuh yang suka membantah tiap Kebenaran yang dikemukakan itu suka sekali mencacat, mencela, melihat segala sesuatu dari segi kekurangan, karena keengganan. Itu salah, itu buruk, itu tidak benar. Sekarang timbul pertanyaan: “Kalau ini salah, mana yang benar menurut kamu? Baik dari segi ilmiah atau dari segi teladan yang dapat kamu kemukakan?"
Mereka tidak dapat mengemukakannya.
Ayat 85
“Maka jatuhlah SABDA atas mereka." (pangkal ayat 85). Maka jatuhlah Sabda Tuhan, atau jatuhlah keputusan Ilahi yang tidak dapat dielakkan lagi; kata putus atau Hukum yang telah ditentukan, karena memang sudah begitu mestinya; “Dari sebab kezaliman mereka." Kata putus itu ialah azab atau siksaan telah tiba; “Maka tidaklah dapat mereka berkata." (ujung ayat 85). Mereka tidak dapat berkata sepatah kata jua pun lagi, sebab mulut telah terkunci oleh kenyataan kemurkaan Tuhan. Karena memang demikianlah adanya; yaitu bahwa orang-orang yang bersalah itu apabila hukuman telah datang, tidaklah dapat membuka mulutnya lagi. Mulut telah tertutup karena memang bersalah.
Ayat 86
“Apakah tidak mereka perhatikan, sesungguhnya telah Kami jadikan malam hari supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi?" (pangkal ayat 86). Ayat 86 ini diturunkan ialah sebagai pengiring dari ayat sebelumnya yang berisi ancaman kepada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, padahal ilmu tidak ada, amalan pun tidak, sehingga satu waktu kata putus atau SABDA dari Tuhan pasti datang, yaitu azab, siksaan dan hukuman, hingga sepatah kata pun mereka tidak akan sanggup berkata lagi. Setelah termenung merenungkan sabda Tuhan ini, disuruhlah manusia berfikir kembali, bahwa tidaklah patut manusia mendurhakai Tuhan dan mendustakan ayat-ayat Tuhan, padahal hidup manusia di dalam dunia ini telah diberi rahmat yang banyak sekali oleh Tuhan. Di antara rahmat dan nikmat yang sangat banyak tidak terhitung itu ialah pergantian di antara siang dan malam, yang terjadi karena perputaran bumi mengedari matahari. Di bahagian yang terselindung dari matahari terjadilah malam, dan di bahagian yang berhadapan dengan matahari terjadilah siang. Dengan pergantian teratur di antara siang dan malam itu, teratur pulalah hidup manusia di muka bumi. Di waktu malam manusia dapat beristirahat, li yaskunu fi-hi; supaya mereka berhenti sejenak, supaya mereka mencapai sakinah (ketenteraman), melepaskan lelah dan mengumpul tenaga yang baru buat beresoknya. Dan bila matahari telah terbit pula, mulailah hari yang baru, mulailah siang yang baru, mulailah bumi jadi terang pula. Cerahlah alam keliling dan manusia dapat bekerja kembali, berusaha, mencari makan, mencari rezeki yang dibentangkan Allah di muka bumi; “Sesungguhnya pada yang demikiap itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang beriman “ (ujung ayat 86).
Pergantian malam dan siang itu. jika manugia sudi mempergunakan fikiran-nya dan suka merenungkan alam sekelilingnya, adalah tanda bukti bahwa alam ini ada yang mengatur. Zat Allah Ta'ala tidaklah akan dapat dilihat dengan mata ini. Tetapi daripada bekas perbuatan dan peraturannya yang sempurna selalu, siang dan malam yang selalu ganti berganti dengan teratur sudah berjuta-juta tahun, tidak sekali-kali juga meleset dan berkacau, sudah pastilah menimbulkan Iman, menimbulkan kepercayaan bahwa Tuhan itu ADA. Pada ayat 71 dan 72 dari Surat 28, Al-Qashash dijelaskan lagi oleh Tuhan sebagai tafsiran ayat ini. Yaitu kalau ditakdirkan malam saja hari terus-menerus sampai hari kiamat, siapa Tuhan selain Allah yang sanggup menyiangkannya. Dan kalau kiranya ditakdirkan siang saja terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah yang sanggup menjadikannya malam selain Allah?