Ayat

Terjemahan Per Kata
قُلِ
katakanlah
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
لِلَّهِ
bagi Allah
وَسَلَٰمٌ
dan kesejahteraan
عَلَىٰ
atas
عِبَادِهِ
hamba-hamba-Nya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱصۡطَفَىٰٓۗ
Dia memilih
ءَآللَّهُ
apakah Allah
خَيۡرٌ
lebih baik
أَمَّا
apa yang
يُشۡرِكُونَ
mereka persekutukan
قُلِ
katakanlah
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
لِلَّهِ
bagi Allah
وَسَلَٰمٌ
dan kesejahteraan
عَلَىٰ
atas
عِبَادِهِ
hamba-hamba-Nya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱصۡطَفَىٰٓۗ
Dia memilih
ءَآللَّهُ
apakah Allah
خَيۡرٌ
lebih baik
أَمَّا
apa yang
يُشۡرِكُونَ
mereka persekutukan
Terjemahan

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya)?” []
Tafsir

(Katakanlah) hai Muhammad!, ("Segala puji bagi Allah) atas binasanya orang-orang kafir dari umat-umat terdahulu (dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya) yakni mereka yang dipilih-Nya (Apakah Allah) Allah dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (yang lebih baik) bagi orang yang menyembah-Nya (ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia) dapat dibaca, Yusyrikuna dan Tusyrikuna. Maksudnya apa yang dipersekutukan oleh para kuffar Mekah yaitu berhala-berhala. Apakah berhala-berhala itu lebih baik bagi para penyembahnya?.
Katakanlah, "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengucapkan: Segala puji bagi Allah. (An-Naml: 59) atas segala nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya; nikmat-nikmat-Nya tak terhingga banyaknya dan tidak dapat dihitung. Segala puji bagi Allah atas sifat-sifat-Nya Yang Mahatinggi dan asma-asma-Nya yang terbaik, juga atas salam-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, yaitu para rasul dan para nabi-Nya yang mulia-mulia.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam dan lain-lainnya, bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya adalah para nabi. Makna ayat ini sama dengan firman-Nya: Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (As-Saffat: 180-182) As'-Sauri dan As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ, semoga Allah meridai mereka semuanya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Sebenarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat di atas, karena sesungguhnya apabila mereka dikatakan sebagai hamba-hamba Allah yang terpilih, maka terlebih lagi jika mereka itu adalah para nabi. Makna yang dimaksud ialah bahwa setelah Allah menceritakan tentang apa yang telah dilakukan-Nya terhadap kekasih-kekasih-Nya yaitu menyelamatkan mereka, menolong dan mendukung mereka, lalu menimpakan kehinaan azab dan kekalahan terhadap musuh-musuhNya, maka Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang yang mengikutinya untuk memuji Allah atas semua yang telah dilakukan-Nya.
Dan hendaknya mereka memohonkan kesejahteraan buat hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Imarah ibnu Sabih, telah menceritakan kepada kami Talq ibnu Ganam, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnuZahir, dari As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. (An-Naml: 59) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang telah dipilih oleh Allah untuk Nabi-Nya, semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.
Firman Allah ﷻ: Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia? (An-Naml: 59) Istifham atau kata tanya dalam ayat ini mengandung makna protes terhadap orang-orang musyrik karena mereka menyembah selain Allah sembahan-sembahan lain-Nya. Akhir juz 19 Rev. 04.06.2013"
Demikianlah uraian kisah-kisah para nabi dan umatnya yang memberi tuntunan dan pelajaran yang harus disyukuri, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, "Segala puji hanya bagi Allah dalam segala situasi dan kondisi dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya sebagai pengemban misi kerasulan. " Katakan pula kepada orang-orang musyrik, 'Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan-Nya yang tidak dapat mendatangkan manfaat atau mudarat''
60. Setelah ayat-ayat yang lalu membicarakan tindakan Allah terhadap para pembangkang serta penyelamatan terhadapnya hamba-Nya yang taat, kini Allah mengajak untuk membandingkan antara ciptaan-Nya dan yang dilakukan oleh selain-Nya. Wahai Nabi Muhammad, katakan kepada mereka, 'Bukankah Dia yang telah menciptakan langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya dan yang menurunkan air hujan dari langit yang sangat bermanfaat untukmu, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah' Kamu sekali-kali tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya yang beraneka ragam dengan jenis, warna dan buah yang berlainan seandainya Allah tidak menurun-kan hujan dari langit. Jika demikian, apakah di samping Allah ada tuhan yang lain' Keserasian dalam ciptaan Allah menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan lain yang menyertai Allah. Bahkan, sebenarnya mereka yang menyekutukan Allah adalah orang-orang yang menyimpang dari kebenar-an, sebab telah mempersamakan Allah dengan lainnya dalam ibadah dan keagungan.
Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya, agar mengucapkan puji-pujian yang tertera dalam ayat ini. Puji-pujian itu ialah al-hamdulillah, segala puji diperuntukkan hanya untuk Allah yang telah mengutus para rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang dimenangkan-Nya atas semua agama yang ada, walaupun orang-orang kafir dan orang-orang musyrik tidak menyenangi kemenangan itu. Agama yang dibawa para Nabi itu adalah agama yang benar. Keselamatan dan kesejahteraan agar dilimpahkan Allah kepada para rasul yang diutus-Nya dan atas hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman. Ayat ini senada dengan ayat yang lain:
Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Yang Mahaperkasa dari sifat yang mereka katakan. Dan selamat sejahtera bagi para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam. (as-saffat/37: 180-182).
Ayat ini merupakan pengajaran yang baik, dan budi pekerti yang tinggi. Oleh karena itu, para ulama menganjurkan agar orang-orang yang beriman mengakhiri segala perbuatannya, seperti bicara, menulis kitab, dan sebagainya dengan memuji Allah dan bersalawat kepada rasul.
Kemudian ayat ini menyuruh manusia berpikir dan membandingkan mana yang terbaik antara Allah dengan sesuatu yang mereka persekutukan dengan-Nya. Sekalipun menurut lahirnya ayat ini menyuruh manusia agar memperbandingkan Allah dengan berhala-berhala, tetapi maksudnya ialah bahwa dengan keterangan dan bukti yang telah dikemukakan, seandainya orang-orang kafir mau menggunakan pikirannya, tentulah mereka sampai kepada kesimpulan bahwa Allah-lah yang berhak disembah, bukan berhala-berhala yang tidak mampu berbuat sesuatu itu.
Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah membaca ayat ini, maka beliau mengucapkan:
Bahkan Allah lebih baik, lebih kekal, lebih agung, dan lebih mulia daripada apa yang mereka sekutukan. Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (Riwayat al-Baihaqi dari 'Ali bin al-husain).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Luth dan Kaumnya
Ayat 54
“Dan Luth!" (pangkal ayat 54). Artinya: Sekarang kita peringatkan pula tentang seorang Nabi lagi, yaitu Luth yang diutus Allah ke negeri Sadum: “Seketika dia berkata kepada kaumnya: Apakah kamu mendatangi perbuatan keji?" Perbuatan yang hina dan sangat memalukan bagi manusia yang beradab: “Padahal kamu melihat." (ujung ayat 54). Di ujung ayat ini diterangkan bahwasanya mereka perlihatkan saja perbuatan itu yang membetinakan sesamanya laki-laki dan laki-laki yang diperlakukan sebagai perempuan itu, tidak malu lagi dilihat orang. Oleh karena pengaruh syaitan sudah sangat mendalam, dan oleh karena kebiasaan buruk telah sangat mempengaruhi diri mereka, mereka pun tidak tahu malu lagi.
Ayat 55
“Apakah kamu mendatangi laki-laki dengan syahwat, bukan mendatangi perempuan?" (pangkal ayat 55). Inilah dia penyakit yang sangat jahat, itu. Sudah menjadi semacam penyakit. Mereka tidak lagi bersyahwat melihat tubuh perempuan, tetapi telah bangkit syahwat mereka melihat tubuh sesamanya laki-laki. Terutama anak laki-laki yang masih muda, yang dinamai Amrad; yaitu pemuda-pemuda yang masih belum tumbuh apa-apa di mukanya. Belum ada kumis, belum ada janggut. Sebagai dinyatakan pada ujung ayat sebelumnya, mereka telah tahu bahwa perbuatan mereka itu sangat keji. Karena dengan demikian mereka tidaklah mendatangi laki-laki itu dari pintunya yang disediakan. Karena sesama laki-laki tidak mempunyai “pintu" buat dimasuki. Tentu mereka “masuk" dari pintu belakang, yaitu dari “dubur" tempat keluar berak. Akh! Alangkah keji! Mereka pun tahu bahwa itu adalah keji. Tetapi mereka tidak dapat menahan nafsu yang telah “abnormal" atau sudah tidak beres lagi. Perempuan mereka tidak suka lagi. Malahan ada orang yang menceriterakan bahwa orang yang ditimpa penyakit semacam itu rela menyuruh isterinya sendiri tidur dengan seorang anak laki-laki yang disukainya, asal sesudah menye-tubuhi isterinya itu, pemuda tadi mau pula digaulinya."Bahkan kamu ini adalah kaum yang bodoh sekali." (ujung ayat 55).
Di ujung ayat ini dikatakan bahwa Nabi Luth mengatakan kepada mereka bahwa dengan berbuat demikian, mereka adalah bodoh. Sedang di ujung ayat 54 sebelumnya disebutkan pula bahwa Nabi Luth mengatakan bahwa mereka telah tidak tahu malu lagi.
. Perbuatan itu telah mereka perlihatkan saja di muka orang banyak. Dengan demikian nyatalah bahwa pendapat umum mereka sudah rusak karena penyakit ini telah merata. Mereka tidak tahu malu lagi. Demikian bodoh mereka, sehingga tidak ada yang berfikir lagi bahwa dengan perbuatan demikian keturunan mereka akan terhenti. Sebab orang-orang perempuan tidak lagi melahirkan anak dengan sewajarnya.
Ayat 56
“Maka tidaklah ada jawaban kaumnya melainkan bahwa mereka berkata: Keluarkanlah keluarga Luth itu dari negeri kamu." (pangkal ayat 56). Seruan Nabi Luth tidaklah mereka sambut dengan baik, melainkan mereka salah terima. Samalah nasib Nabi Luth mereka perbuat dengan seorang Muballigh Islam pergi ke tempat orang sedang berkumpul-kumpul bermain judi, lalu di sana si Muballigh berpidato mengharamkan judi. Atau seorang ahli da'wah masuk ke dalam sebuah club malam di Jakarta, lalu mengeluarkan fatwa me-ngatakan bahwa duduk berkhalwat seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya adalah dosa besar dan berzina adalah termasuk salah satu dari tujuh dosa besar (sab'il mubiqaat) yang sangat dikutuk oleh Allah. Bukan fatwa Nabi Luth yang mereka pertimbangkan buruk dan baiknya, melainkan ada usul yang dikemukakan supaya Nabi Luth itu diusir saja keluar dari dalam negeri, atau dibuang, tidak boleh lagi tinggal dalam negerinya sendiri. Mereka sangat marah karena kebiasaan mereka yang buruk itu ditegur. Karena mereka memandang Nabi Luth telah melanggar adat kebiasaan yang telah lazim! Dan bukan dia saja yang mesti disingkirkan, bahkan dengan seluruh kaum keluarganya, anak-anak gadisnya dan anak-anak laki-lakinya dan menantu-menantunya sekalian. Dengan demikian kelak, tidak akan ada lagi orang yang berani membuka mulut mencela perbuatan mereka."Sesungguhnya mereka adalah manusia-manusia yang ingin bersih(ujung ayat 56).
Inilah satu cemuh yang paling hebat. Seakan-akan Nabi Luth dan keluarga yang mengikuti ajarannya dipandang orang “sinting", karena tidak tahan melihat kebiasaan mereka. Lebih baik segera mereka diusir atau dihantarkan ke luar kota.
Tetapi maksud mereka hendak mengusir atau menyingkirkan Nabi Luth dan keluarga beliau itu tidaklah kesampaian:
Ayat 57
“Maka Kami selamatkanlah dia dan keluarganya, kecuali isterinya." (pangkal ayat 57). Tersebut pula di dalam Surat-surat yang lain bahwa sebelum tiba waktu Subuh Nabi Luth dan keluarganya sudah disuruh Tuhan berangkat lebih dahulu meninggalkan negeri itu, karena azab siksaan Allah akan dihujankan kelak di waktu Subuh. Maka berangkatlah beliau sekeluarga meninggalkan negeri itu dengan selamat. Isterinya tertinggal di belakang, tidak termasuk yang diselamatkan. Karena perempuan tua itu bersikap masa bodoh saja dalam hal ini, tidak bertindak membela suaminya. Melainkan seakan-akan membela perbuatan kaumnya yang salah dan nista itu. Bahkan tersebut bahwa dia pun turut memberitahu kepada kaum itu bahwa suaminya kedatangan tetamu pemuda-pemuda yang cakap rupanya. Padahal yang merupakan diri sebagai pemuda-pemuda itu ialah Malaikat yang diutus Tuhan hendak menurunkan azab siksaan kepada mereka. Karena isterinya itu seakan-akan berpihak kepada mereka: “Telah Kami tentukan dianya dari orang yang tertinggal." (ujung ayat 57).
Maka dijelaskan pula oleh Tuhan di dalam ayat yang lain, yaitu di Surat 66, at-Tahrim ayat 10, bahwa meskipun perempuan itu isteri dari seorang Nabi, demikian juga isteri Nabi Nuh, tidaklah kedudukan suami mereka yang begitu mulia akan dapat menolong melepaskan mereka daripada azab dan siksaan Allah, karena mereka berkhianat kepada Allah dan suaminya yang menjadi Rasul Allah. Turutlah dia menerima azab dan masuk neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.
Ayat 58
“Dari Kami turunkan hujan atas mereka, semacam hujan." (pangkal ayat 58). Hujan di sini ialah azab siksaan. Sudah menjadi ketentuan pemakaian bahasa al-Qur'an, bahwa kalau hujan semata-mata turun disebut Mathar. Tetapi kalau Allah menurunkan azab siksaan, dipakailah kalimat Amthama, berarti Kami turunkan azab. Hujan yang turun bukanlah hujan air, melainkan hujan batu yang telah dipanaskan dengan api neraka, batu kerikil yang membawa kutuk. Kemudian diangkatkan negeri itu ke udara, lalu dibalikkan. Untuk mendekatkan ke dalam faham kita, guna disesuaikan dengan keadaan alam keliling, ialah bahwa mungkin gunung berapi meletus dahsyat, lalu menghujankan lahar di waktu Subuh, sebelum matahari terbit. Maka jelaslah kelihatan api itu jatuh, karena batu lahar itu memang berapi."Maka amat buruklah hujan yang ditimpakan kepada orang-orang yang diberi peringatan." (ujung ayat 58).
Yaitu orang-orang yang telah diberi peringatan terlebih dahulu dengan berbagai cara yang akan masuk ke dalam akal mereka, dengan penuh rasa kasih-sayang. Namun peringatan itu mereka tolak dengan sombongnya, bah kan Nabi pula yang hendak mereka usir bersama keluarganya dari dalam negeri. Akhirnya mereka sendirilah yang hancur binasa. Sedang bekas negeri Sadum yang hancur itu masih dapat dicari dan diselidiki orang sampai kepada zaman kita ini. Sebab dia terletak di dekat Laut Mati.
Di zaman moden ini, orang laki-laki yang telah rusak jiwanya lalu mencintai sesama laki-laki itu dinamai kaum “Homo Sex" atau “Homosexuar, dan kalau perempuan menyukai sesama perempuan dinamai kaum “Lesbian". Penyakit ini sudah sangat menular dan merebak di Benua Eropa dan Amerika di zaman akhir-akhir ini. Di negeri lnggens pernah seorang “Menteri" dihadapkan ke muka pengadilan dan dihukum dan didenda, karena dia telah berani berterang-terang saja ber"homo" dengan seorang pemuda. Khabarnya pemuda itu adalah anggota pasukan penjaga Istana Buckingham.
Di negeri Belanda pernah kaum serupa ini minta diakui sebagai manusia biasa. Minta diakui, dan minta jangan dihina dan diejek jika seorang laki-laki memperkenalkan “isteri'Yiya seorang pemuda yang berjalan-jalan bersama dia di jalan raya. Mereka telah bersikap menentang masyarakat, mempertunjukkan bahwa mereka berkasih-kasihan. Ketika Penulis Tafsir ini berjalan-jalan di sebuah taman bunga di Malaga (Spanyol) pada bulan November 1968, kelihatan dua orang laki-laki, yang seorang agak lebih tua, yang seorang lebih muda di bawah umur 25 tahun berjalan sebagai orang “mabuk kepayang" di dalam taman bunga itu. Pemuda yang lebih muda itu telah bersikap sebagai seorang “perempuan" padahal dia laki-laki.
Satu kali lagi di Roma ketika penulis bertamasya dengan teman-teman dari Kedutaan Indonesia di dekat-dekat Coloseum, bangunan kuno terkenal itu kira-kira pukul 8 malam. Kami lihat dua orang laki-laki berpeluk-pelukan dan bercium-cium di tempat yang tidak begitu gelap. Kita melihat yang salah, mengapa dilihat?
Tetapi mengapa kita mesti mengembara sejauh itu? Di muka Mesjid lstiqlal dan di muka Kathedraal (Gereja Besar Katholik) di Jakarta dan di muka Mesjid Al-Azhar sendiri, tidak jauh dari rumah Penulis Tafsir ini, bila hari sudah lebih dari pukul 10 malam, berkeliaranlah banci-banci, laki-laki berpakaian perempuan menjajakan dirinya kepada laki-laki yang menyukai itu, di hadapan mata orang yang lalu-lintas.
Betul-betul sebagai yang diisyaratkan Tuhan pada ayat 54 di atas tadi: “PADAHAL KAMU MELIHAT!"
Ayat 59
“Katakanlah: Segala puji-pujian bagi Allah, dan keselamatanlah atas hamba-hambaNya yang telah Dia pilih." (pangkal ayat 59). Setelah Allah mewahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang perjuangan yang telah dilalui oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah yang tersebut di dalam Surat an-Naml ini, sejak dari Musa sampai kepada Daud dan Sulaiman, lalu kepada Shalih dan Luth, kelihatanlah betapa hebat perjuangan mereka itu sebagai orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk menghadapi kaum mereka masing-masing. Mereka menempuh aneka warna suka dan duka. Namun pada akhirnya segala perjuangan itu berhasil dengan baik. Maka terasa benarlah oleh kita sebagai ummat yang menerima al-Qur'an bahwa Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu pun berjuang keras, berjihad dengan tidak mengenal bosan. Mereka yakin akan kebenaran seruan dan da'wah yang mereka bawa. Tetapi tidaklah mudah jalan yang mereka tempuh, meskipun mereka adalah orang-orang pilihan belaka."Ibadihil lazinash-thafaa".
Kemudian datanglah pertanyaan: “Apa Aliahkah yang baik, ataukah apa yang mereka persekutukan itu?" (ujung ayat 59).
Ujung ayat bersifat pertanyaan, tetapi pertanyaan yang berisi pengingkaran. Artinya bahwa sudah tegaslah bahwa Allah ialah yang baik. Adapun apa yang mereka persekutukan dengan Allah itu tidak sebuah jua yang baik. Sebab semuanya itu hanya bikinan khayal manusia, dibuat-buat dan dipuja-puja oleh manusia saja. Sedang Allah, Ialah yang menjadikan dan menciptakan manusia dan menciptakan alam sekalian. Dan menciptakan patung-patung dan berhala-berhala yang mereka sembah itu.
Inilah yang menjadi peyangan teguh kita sebagai Muslim. Bahwa yang paling Mulia hanya Allah, paling Baik hanya Allah, paling Kuasa hanya Allah, paling menentukan hanya Allah; hanya Allah! Ke sanalah muka dan hati kita hadapkan, dari Dia kita datang; dengan jaminanNya kita hidup dan kepadaNya kita akan kembali.
SELESAI TAFSIR JUZU' 19
Dimulai: JunTat 19 Ramadhan 1384 22 Januari 1965
Selesai: Ahad 34 Syawal 1384 16 Februari 1965
DI RUMAH SAKIT “PERSAHABATAN"
DISELESAIKAN KEMBALI 1975