Ayat
Terjemahan Per Kata
فَأَنجَيۡنَٰهُ
maka Kami selamatkan dia
وَأَهۡلَهُۥٓ
dan keluarganya
إِلَّا
kecuali
ٱمۡرَأَتَهُۥ
isterinya
قَدَّرۡنَٰهَا
Kami menentukannya
مِنَ
dari/termasuk
ٱلۡغَٰبِرِينَ
orang-orang yang tertinggal
فَأَنجَيۡنَٰهُ
maka Kami selamatkan dia
وَأَهۡلَهُۥٓ
dan keluarganya
إِلَّا
kecuali
ٱمۡرَأَتَهُۥ
isterinya
قَدَّرۡنَٰهَا
Kami menentukannya
مِنَ
dari/termasuk
ٱلۡغَٰبِرِينَ
orang-orang yang tertinggal
Terjemahan
Kami menyelamatkan dia dan keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan (istri)-nya termasuk (orang-orang kafir) yang tertinggal.
Tafsir
(Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya kecuali istrinya, Kami telah menakdirkan dia) telah memastikannya (termasuk orang-orang yang tertinggal) tetap terkena azab.
Tafsir Surat An-Naml: 54-58
Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, sedangkan kalian melihatnya? Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (kalian), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat-akibat perbuatan kalian). Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, "Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih. Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu.
Allah ﷻ menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, yaitu Lut a.s.; bahwa dia memberikan peringatan kepada kaumnya akan azab Allah yang akan menimpa mereka disebabkan mereka mengerjakan perbuatan yang keji. Perbuatan itu belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun sebelumnya, yaitu menyetubuhi sesama jenisnya bukan kaum wanita. Demikian itu merupakan perbuatan keji yang sangat berat; lelaki dengan lelaki, dan wanita dengan wanita. Untuk itu Lut berkata kepada mereka: Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, sedangkan kalian melihatnya? (An-Naml: 54) Yakni sebagian dari kalian menyaksikan sebagian yang lain sedang melakukan perbuatan keji itu di tempat-tempat kalian berkumpul.
Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (kalian), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui. (An-Naml: 55) Yaitu kalian tidak mengetahui akibat perbuatan kalian itu baik dinilai oleh tabiat maupun hukum syara', seperti yang dijelaskan oleh ayat lain melalui firman-Nya: "Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian, bahkan kalian adalah orang-orang yang melampaui batas " (As-Syu'ara': 165-166) Adapun firman Allah ﷻ: Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih " (An-Naml: 56) Maksudnya, mereka enggan mengerjakan apa yang biasa kalian kerjakan dan tidak menyetujui perbuatan kalian ini.
Karena itu usirlah Lut dan para pengikutnya dari negeri kalian; sesungguhnya mereka tidak layak untuk bertetangga dengan kalian. Mereka bertekad melakukan hal itu, tetapi Allah keburu membinasakan mereka, juga orang-orang kafir lainnya akan mendapat azab yang serupa. Firman Allah ﷻ: Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (An-Naml: 57) Yakni termasuk orang-orang yang dibinasakan bersama kaumnya, karena istri Nabi Lut mendukung perbuatan mereka dan menyetujui perbuatan mereka yang buruk itu.
Istri Nabi Lutlah yang memberitahukan kepada mereka tentang kedatangan tamu-tamu Lut itu dengan tujuan agar mereka mengerjainya. Makna yang dimaksud bukan berarti bahwa istri Nabi Lut mengerjakan perbuatan keji itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi Lut a.s., bukan terhadap istrinya. Firman Allah ﷻ: Dan Kami turunkan hujan atas mereka. (An-Naml: 58) Yaitu hujan batu dari tanah yang dibakar dengan bertubi-tubi yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.
Karena itulah maka disebutkan oleh firman selanjutnya: maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (An-Naml: 58) Yakni orang-orang yang telah ditegakkan hujah terhadap mereka dan telah sampai kepada mereka peringatan dari Allah, lalu mereka menentang utusan Allah dan mendustakannya, bahkan bertekad akan mengusirnya dari negeri mereka. [Demikianlah juz 19]"
Maka Kami selamatkan dia dan keluarganya serta para pengikutnya dari siksa yang akan menimpa, kecuali istrinya. Kami telah menentukan dan mentakdirkan akibat kedurhakaannya bahwa dia termasuk orang-orang yang tertinggal yakni berada dalam azab dan binasa bersama orang-orang kafir. 58. Dan Kami hujani mereka dengan hujan batu yang membinasakan sebagai bentuk azab dari Kami, maka sangat buruklah hujan yang ditimpakan pada orang-orang yang diberi peringatan akan datangnya azab itu tetapi tidak mengindahkan.
Karena kaum Lut tetap ingkar dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, maka Allah membinasakan mereka dan menyelamatkan Lut dan orang-orang yang besertanya, kecuali istrinya. Istrinya termasuk orang-orang yang ingkar, sehingga ia tinggal bersama-sama kaumnya yang ingkar. Dia pun ikut tertimpa malapetaka yang dahsyat.
Azab Allah yang ditimpakan kepada kaum Lut itu berupa hujan batu yang berasal dari tanah liat yang keras. Keadaan mereka yang sedang terkena azab itu sangat mengerikan. Demikianlah balasan yang diterima oleh orang-orang yang durhaka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Luth dan Kaumnya
Ayat 54
“Dan Luth!" (pangkal ayat 54). Artinya: Sekarang kita peringatkan pula tentang seorang Nabi lagi, yaitu Luth yang diutus Allah ke negeri Sadum: “Seketika dia berkata kepada kaumnya: Apakah kamu mendatangi perbuatan keji?" Perbuatan yang hina dan sangat memalukan bagi manusia yang beradab: “Padahal kamu melihat." (ujung ayat 54). Di ujung ayat ini diterangkan bahwasanya mereka perlihatkan saja perbuatan itu yang membetinakan sesamanya laki-laki dan laki-laki yang diperlakukan sebagai perempuan itu, tidak malu lagi dilihat orang. Oleh karena pengaruh syaitan sudah sangat mendalam, dan oleh karena kebiasaan buruk telah sangat mempengaruhi diri mereka, mereka pun tidak tahu malu lagi.
Ayat 55
“Apakah kamu mendatangi laki-laki dengan syahwat, bukan mendatangi perempuan?" (pangkal ayat 55). Inilah dia penyakit yang sangat jahat, itu. Sudah menjadi semacam penyakit. Mereka tidak lagi bersyahwat melihat tubuh perempuan, tetapi telah bangkit syahwat mereka melihat tubuh sesamanya laki-laki. Terutama anak laki-laki yang masih muda, yang dinamai Amrad; yaitu pemuda-pemuda yang masih belum tumbuh apa-apa di mukanya. Belum ada kumis, belum ada janggut. Sebagai dinyatakan pada ujung ayat sebelumnya, mereka telah tahu bahwa perbuatan mereka itu sangat keji. Karena dengan demikian mereka tidaklah mendatangi laki-laki itu dari pintunya yang disediakan. Karena sesama laki-laki tidak mempunyai “pintu" buat dimasuki. Tentu mereka “masuk" dari pintu belakang, yaitu dari “dubur" tempat keluar berak. Akh! Alangkah keji! Mereka pun tahu bahwa itu adalah keji. Tetapi mereka tidak dapat menahan nafsu yang telah “abnormal" atau sudah tidak beres lagi. Perempuan mereka tidak suka lagi. Malahan ada orang yang menceriterakan bahwa orang yang ditimpa penyakit semacam itu rela menyuruh isterinya sendiri tidur dengan seorang anak laki-laki yang disukainya, asal sesudah menye-tubuhi isterinya itu, pemuda tadi mau pula digaulinya."Bahkan kamu ini adalah kaum yang bodoh sekali." (ujung ayat 55).
Di ujung ayat ini dikatakan bahwa Nabi Luth mengatakan kepada mereka bahwa dengan berbuat demikian, mereka adalah bodoh. Sedang di ujung ayat 54 sebelumnya disebutkan pula bahwa Nabi Luth mengatakan bahwa mereka telah tidak tahu malu lagi.
. Perbuatan itu telah mereka perlihatkan saja di muka orang banyak. Dengan demikian nyatalah bahwa pendapat umum mereka sudah rusak karena penyakit ini telah merata. Mereka tidak tahu malu lagi. Demikian bodoh mereka, sehingga tidak ada yang berfikir lagi bahwa dengan perbuatan demikian keturunan mereka akan terhenti. Sebab orang-orang perempuan tidak lagi melahirkan anak dengan sewajarnya.
Ayat 56
“Maka tidaklah ada jawaban kaumnya melainkan bahwa mereka berkata: Keluarkanlah keluarga Luth itu dari negeri kamu." (pangkal ayat 56). Seruan Nabi Luth tidaklah mereka sambut dengan baik, melainkan mereka salah terima. Samalah nasib Nabi Luth mereka perbuat dengan seorang Muballigh Islam pergi ke tempat orang sedang berkumpul-kumpul bermain judi, lalu di sana si Muballigh berpidato mengharamkan judi. Atau seorang ahli da'wah masuk ke dalam sebuah club malam di Jakarta, lalu mengeluarkan fatwa me-ngatakan bahwa duduk berkhalwat seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya adalah dosa besar dan berzina adalah termasuk salah satu dari tujuh dosa besar (sab'il mubiqaat) yang sangat dikutuk oleh Allah. Bukan fatwa Nabi Luth yang mereka pertimbangkan buruk dan baiknya, melainkan ada usul yang dikemukakan supaya Nabi Luth itu diusir saja keluar dari dalam negeri, atau dibuang, tidak boleh lagi tinggal dalam negerinya sendiri. Mereka sangat marah karena kebiasaan mereka yang buruk itu ditegur. Karena mereka memandang Nabi Luth telah melanggar adat kebiasaan yang telah lazim! Dan bukan dia saja yang mesti disingkirkan, bahkan dengan seluruh kaum keluarganya, anak-anak gadisnya dan anak-anak laki-lakinya dan menantu-menantunya sekalian. Dengan demikian kelak, tidak akan ada lagi orang yang berani membuka mulut mencela perbuatan mereka."Sesungguhnya mereka adalah manusia-manusia yang ingin bersih(ujung ayat 56).
Inilah satu cemuh yang paling hebat. Seakan-akan Nabi Luth dan keluarga yang mengikuti ajarannya dipandang orang “sinting", karena tidak tahan melihat kebiasaan mereka. Lebih baik segera mereka diusir atau dihantarkan ke luar kota.
Tetapi maksud mereka hendak mengusir atau menyingkirkan Nabi Luth dan keluarga beliau itu tidaklah kesampaian:
Ayat 57
“Maka Kami selamatkanlah dia dan keluarganya, kecuali isterinya." (pangkal ayat 57). Tersebut pula di dalam Surat-surat yang lain bahwa sebelum tiba waktu Subuh Nabi Luth dan keluarganya sudah disuruh Tuhan berangkat lebih dahulu meninggalkan negeri itu, karena azab siksaan Allah akan dihujankan kelak di waktu Subuh. Maka berangkatlah beliau sekeluarga meninggalkan negeri itu dengan selamat. Isterinya tertinggal di belakang, tidak termasuk yang diselamatkan. Karena perempuan tua itu bersikap masa bodoh saja dalam hal ini, tidak bertindak membela suaminya. Melainkan seakan-akan membela perbuatan kaumnya yang salah dan nista itu. Bahkan tersebut bahwa dia pun turut memberitahu kepada kaum itu bahwa suaminya kedatangan tetamu pemuda-pemuda yang cakap rupanya. Padahal yang merupakan diri sebagai pemuda-pemuda itu ialah Malaikat yang diutus Tuhan hendak menurunkan azab siksaan kepada mereka. Karena isterinya itu seakan-akan berpihak kepada mereka: “Telah Kami tentukan dianya dari orang yang tertinggal." (ujung ayat 57).
Maka dijelaskan pula oleh Tuhan di dalam ayat yang lain, yaitu di Surat 66, at-Tahrim ayat 10, bahwa meskipun perempuan itu isteri dari seorang Nabi, demikian juga isteri Nabi Nuh, tidaklah kedudukan suami mereka yang begitu mulia akan dapat menolong melepaskan mereka daripada azab dan siksaan Allah, karena mereka berkhianat kepada Allah dan suaminya yang menjadi Rasul Allah. Turutlah dia menerima azab dan masuk neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.
Ayat 58
“Dari Kami turunkan hujan atas mereka, semacam hujan." (pangkal ayat 58). Hujan di sini ialah azab siksaan. Sudah menjadi ketentuan pemakaian bahasa al-Qur'an, bahwa kalau hujan semata-mata turun disebut Mathar. Tetapi kalau Allah menurunkan azab siksaan, dipakailah kalimat Amthama, berarti Kami turunkan azab. Hujan yang turun bukanlah hujan air, melainkan hujan batu yang telah dipanaskan dengan api neraka, batu kerikil yang membawa kutuk. Kemudian diangkatkan negeri itu ke udara, lalu dibalikkan. Untuk mendekatkan ke dalam faham kita, guna disesuaikan dengan keadaan alam keliling, ialah bahwa mungkin gunung berapi meletus dahsyat, lalu menghujankan lahar di waktu Subuh, sebelum matahari terbit. Maka jelaslah kelihatan api itu jatuh, karena batu lahar itu memang berapi."Maka amat buruklah hujan yang ditimpakan kepada orang-orang yang diberi peringatan." (ujung ayat 58).
Yaitu orang-orang yang telah diberi peringatan terlebih dahulu dengan berbagai cara yang akan masuk ke dalam akal mereka, dengan penuh rasa kasih-sayang. Namun peringatan itu mereka tolak dengan sombongnya, bah kan Nabi pula yang hendak mereka usir bersama keluarganya dari dalam negeri. Akhirnya mereka sendirilah yang hancur binasa. Sedang bekas negeri Sadum yang hancur itu masih dapat dicari dan diselidiki orang sampai kepada zaman kita ini. Sebab dia terletak di dekat Laut Mati.
Di zaman moden ini, orang laki-laki yang telah rusak jiwanya lalu mencintai sesama laki-laki itu dinamai kaum “Homo Sex" atau “Homosexuar, dan kalau perempuan menyukai sesama perempuan dinamai kaum “Lesbian". Penyakit ini sudah sangat menular dan merebak di Benua Eropa dan Amerika di zaman akhir-akhir ini. Di negeri lnggens pernah seorang “Menteri" dihadapkan ke muka pengadilan dan dihukum dan didenda, karena dia telah berani berterang-terang saja ber"homo" dengan seorang pemuda. Khabarnya pemuda itu adalah anggota pasukan penjaga Istana Buckingham.
Di negeri Belanda pernah kaum serupa ini minta diakui sebagai manusia biasa. Minta diakui, dan minta jangan dihina dan diejek jika seorang laki-laki memperkenalkan “isteri'Yiya seorang pemuda yang berjalan-jalan bersama dia di jalan raya. Mereka telah bersikap menentang masyarakat, mempertunjukkan bahwa mereka berkasih-kasihan. Ketika Penulis Tafsir ini berjalan-jalan di sebuah taman bunga di Malaga (Spanyol) pada bulan November 1968, kelihatan dua orang laki-laki, yang seorang agak lebih tua, yang seorang lebih muda di bawah umur 25 tahun berjalan sebagai orang “mabuk kepayang" di dalam taman bunga itu. Pemuda yang lebih muda itu telah bersikap sebagai seorang “perempuan" padahal dia laki-laki.
Satu kali lagi di Roma ketika penulis bertamasya dengan teman-teman dari Kedutaan Indonesia di dekat-dekat Coloseum, bangunan kuno terkenal itu kira-kira pukul 8 malam. Kami lihat dua orang laki-laki berpeluk-pelukan dan bercium-cium di tempat yang tidak begitu gelap. Kita melihat yang salah, mengapa dilihat?
Tetapi mengapa kita mesti mengembara sejauh itu? Di muka Mesjid lstiqlal dan di muka Kathedraal (Gereja Besar Katholik) di Jakarta dan di muka Mesjid Al-Azhar sendiri, tidak jauh dari rumah Penulis Tafsir ini, bila hari sudah lebih dari pukul 10 malam, berkeliaranlah banci-banci, laki-laki berpakaian perempuan menjajakan dirinya kepada laki-laki yang menyukai itu, di hadapan mata orang yang lalu-lintas.
Betul-betul sebagai yang diisyaratkan Tuhan pada ayat 54 di atas tadi: “PADAHAL KAMU MELIHAT!"
Ayat 59
“Katakanlah: Segala puji-pujian bagi Allah, dan keselamatanlah atas hamba-hambaNya yang telah Dia pilih." (pangkal ayat 59). Setelah Allah mewahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang perjuangan yang telah dilalui oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah yang tersebut di dalam Surat an-Naml ini, sejak dari Musa sampai kepada Daud dan Sulaiman, lalu kepada Shalih dan Luth, kelihatanlah betapa hebat perjuangan mereka itu sebagai orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk menghadapi kaum mereka masing-masing. Mereka menempuh aneka warna suka dan duka. Namun pada akhirnya segala perjuangan itu berhasil dengan baik. Maka terasa benarlah oleh kita sebagai ummat yang menerima al-Qur'an bahwa Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu pun berjuang keras, berjihad dengan tidak mengenal bosan. Mereka yakin akan kebenaran seruan dan da'wah yang mereka bawa. Tetapi tidaklah mudah jalan yang mereka tempuh, meskipun mereka adalah orang-orang pilihan belaka."Ibadihil lazinash-thafaa".
Kemudian datanglah pertanyaan: “Apa Aliahkah yang baik, ataukah apa yang mereka persekutukan itu?" (ujung ayat 59).
Ujung ayat bersifat pertanyaan, tetapi pertanyaan yang berisi pengingkaran. Artinya bahwa sudah tegaslah bahwa Allah ialah yang baik. Adapun apa yang mereka persekutukan dengan Allah itu tidak sebuah jua yang baik. Sebab semuanya itu hanya bikinan khayal manusia, dibuat-buat dan dipuja-puja oleh manusia saja. Sedang Allah, Ialah yang menjadikan dan menciptakan manusia dan menciptakan alam sekalian. Dan menciptakan patung-patung dan berhala-berhala yang mereka sembah itu.
Inilah yang menjadi peyangan teguh kita sebagai Muslim. Bahwa yang paling Mulia hanya Allah, paling Baik hanya Allah, paling Kuasa hanya Allah, paling menentukan hanya Allah; hanya Allah! Ke sanalah muka dan hati kita hadapkan, dari Dia kita datang; dengan jaminanNya kita hidup dan kepadaNya kita akan kembali.
SELESAI TAFSIR JUZU' 19
Dimulai: JunTat 19 Ramadhan 1384 22 Januari 1965
Selesai: Ahad 34 Syawal 1384 16 Februari 1965
DI RUMAH SAKIT “PERSAHABATAN"
DISELESAIKAN KEMBALI 1975