Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَكَرُواْ
dan mereka membuat tipu daya
مَكۡرٗا
tipu daya
وَمَكَرۡنَا
dan Kami membuat tipu daya
مَكۡرٗا
tipu daya
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
لَا
tidak
يَشۡعُرُونَ
mereka menyadari
وَمَكَرُواْ
dan mereka membuat tipu daya
مَكۡرٗا
tipu daya
وَمَكَرۡنَا
dan Kami membuat tipu daya
مَكۡرٗا
tipu daya
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
لَا
tidak
يَشۡعُرُونَ
mereka menyadari
Terjemahan
Mereka membuat tipu daya dan Kami pun menyusun tipu daya, sedangkan mereka tidak sadar.
Tafsir
(Dan mereka pun merencanakan makar) untuk membunuh Nabi Saleh dan para pengikutnya (dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar pula) membalasnya dengan menyegerakan hukuman kepada mereka (sedangkan mereka tidak menyadari).
Tafsir Surat An-Naml: 48-53
Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar. Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui. Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa. Allah ﷻ menceritakan kejahatan kaum Samud yang diwakili oleh para pemimpin mereka yang merupakan penggerak kaumnya ke jalan kesesatan dan kekufuran serta mendustakan Saleh. Akhirnya mendorong mereka untuk berani menyembelih unta Nabi Saleh, dan hampir saja mereka akan membunuh Nabi Saleh juga.
Mereka merencanakan akan menyerang dia di rumah keluarganya di malam hari, lalu mereka membunuhnya dengan diam-diam, kemudian mereka mengatakan kepada ahli warisnya bahwa mereka tidak mengetahui kejadian tersebut dan tidak terlibat. Maka sesungguhnya keluarga Nabi Saleh akan membenarkan berita yang mereka sampaikan itu. jaahwa mereka tidak mengetahui apa-apa tentang peristiwa pembunuhan itu. Hal ini dikisahkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Dan adalah di kota itu terdapat sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (An-Naml: 48) Yaitu di kota kaum Samud terdapat sembilan orang laki-laki.
Sesungguhnya disebutkan hanya sembilan orang yang mewakili kaum Samud semuanya, karena mereka adalah para pemimpin dan para pembesar kaum Samud. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa merekalah yang menyembelih unta tersebut, yakni merekalah yang menyarankan agar unta itu disembelih semoga Allah melaknat mereka dan ternyata usulan mereka itu dilaksanakan. As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, bahwa nama kesembilan orang tersebut ialah Da'ma, Da'im, Harma, Harim, Da-ab, Sawab, Riyab, Mista', dan Qaddar ibnu Salif, penyembelih unta.
Dialah yang melakukan penyembelihan terhadap unta Nabi Saleh dengan tangannya sendiri. Disebutkan oleh firman-Nya: Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan menyembelihnya. (Al-Qamar: 29) Dan firman Allah ﷻ: ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. (Asy-Syams: 12) Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Rabi'ah As-San'ani, bahwa ia pernah mendengar Ata ibnu Abu Rabah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan adalah di kota itu terdapat sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (An-Naml: 48) Bahwa kebiasaan mereka ialah mengurangi kadar mata uang dirham.
Hal ini menunjukkan bahwa seakan-akan mereka biasa bermuamalah dengan mata uang dirham dan dinar seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arab di masa silam. Imam Malik telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang telah mengatakan bahwa mengurangi kadar mata uang emas dan perak termasuk perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan lain-lainnya disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ melarang memotong mata uang kaum muslim, yakni mata uang yang berlaku di kalangan mereka terkecuali karena alasan yang diperbolehkan.
Pada garis besarnya orang-orang kafir lagi pendurhaka itu mempunyai ciri khas yaitu gemar menimbulkan kerusakan di muka bumi dengan berbagai macam cara yang mereka kuasai. Antara lain ialah melakukan perbuatan, seperti yang telah disebutkan oleh para imam di atas dan perbuatan-perbuatan lainnya yang merusak. Firman Allah ﷻ: Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari. (An-Naml: 49) Yakni mereka bersumpah dan berjanji setia di antara mereka untuk membunuh Nabi Saleh a.s.
dan orang-orang yang mereka jumpai bersamanya di malam hari dengan sembunyi-sembunyi. Maka Allah membalas tipu daya mereka dan menjadikan mereka sendiri yang terjerumus ke dalam perangkapnya sendiri. Mujahid mengatakan, mereka bersumpah dan berjanji di antara sesamanya untuk membinasakan Saleh. Tetapi sebelum mereka sampai kepada Nabi Saleh, mereka keburu binasa, demikian pula seluruh kaum mereka. Qatadah mengatakan bahwa mereka berjanji dengan sesamanya akan menculik Saleh a.s.
di malam hari, lalu membunuhnya. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa ketika mereka sedang mengendap-endap menuju ke rumah Nabi Saleh untuk membinasakannya, tiba-tiba Allah mengirimkan batu besar kepada mereka, dan batu besar itu menimpa mereka hingga mati semuanya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa merekalah orang-orang yang menyembelih unta tersebut. Setelah menyembelih unta itu mereka berkata di antara sesamanya, "Sungguh kita akan menyerang Saleh beserta keluarganya di malam hari ini, lalu kita bunuh mereka.
Sesudah itu kita katakan kepada ahli waris mereka bahwa kita tidak mengetahui apa-apa tentang kejadian tersebut, dan kita sama sekali tidak terlibat di dalamnya." Akhirnya Allah membinasakan mereka semuanya sebelum niat mereka tercapai. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa kesembilan orang itu setelah menyembelih unta Nabi Saleh berkata, "Marilah kita pergi untuk membunuh Saleh. Jika dia benar (seorang nabi), berarti kita mendahuluinya sebelum kita tertimpa azab.
Dan jika dia dusta, berarti kita susulkan dia bersama untanya." Lalu mereka mendatanginya di malam hari di rumah keluarganya. Tetapi sebelum niat mereka tercapai, para malaikat menghujani mereka dengan batu. Setelah teman-teman mereka merasakan bahwa teman mereka yang sembilan orang itu datang terlambat kepada mereka maka mereka mendatangi rumah Nabi Saleh, ternyata mereka menjumpai kesembilan orang itu telah mati dalam keadaan kepalanya pecah semuanya karena tertimpa batu-batuan.
Lalu mereka berkata kepada Saleh, "Kamu telah membunuh mereka." Ketika mereka hendak menyerang Saleh, maka keluarga Saleh a.s. bangkit menghalang-halangi mereka dengan menyandang senjata lengkap untuk membelanya. Lalu mereka berkata kepada kaumnya, "Demi Allah, kalian jangan membunuhnya, dia telah menjanjikan kepada kalian bahwa azab akan datang menimpa kalian dalam tiga hari ini. Jika dia benar, berarti Tuhan sangat murka terhadap kalian.
Dan jika dia dusta, maka terserah kalian apa yang hendak kalian lakukan terhadapnya." Maka pada malam itu juga mereka pulang ke rumah masing-masing. Abdur Rahman ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa setelah mereka menyembelih unta itu, Nabi Saleh berkata kepada mereka: Bersukurlalah kalian di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. (Hud: 65) Mereka mengatakan, "Saleh menduga bahwa dia akan selesai dari kita tiga hari kemudian, padahal kita akan menyelesaikannya beserta keluarganya sebelum tiga hari." Tersebutlah bahwa Nabi Saleh mempunyai masjid di Al-Hajar yang terletak di salah satu lereng bukit yang ada di sana, dia biasa mengerjakan salatnya di masjid itu.
Maka kaumnya keluar menuju ke sebuah gua yang ada di tempat itu di suatu malam, lalu mereka berkata, "Jika dia datang untuk salat, kita bunuh dia, lalu kita pulang seusai membunuhnya dan kita jumpai ahli warisnya, sesudah itu berarti kita telah membereskan mereka semuanya." Tetapi Allah mengirimkan kepada mereka batu besar dari atas bukit tepat di atas mereka.
Karena takut akan tertimpa batu besar itu, maka mereka masuk ke dalam gua itu dan batu besar itu menutup pintu gua mereka berada, sehingga kaum mereka sendiri tidak mengetahui di mana mereka berada, juga tidak mengetahui apa yang telah menimpa mereka. Allah mengazab mereka yang sembilan orang itu di dalam gua tersebut, sedangkan kaum yang lainnya di tempat mereka berada, dan Allah menyelamatkan Nabi Saleh beserta para pengikutnya.
Kemudian Abdur Rahman ibnu Abu Hatim membacakan firman-Nya: Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan kosong. (An-Naml: 50-52) Yakni tidak ada seorang pun di dalamnya karena mati semuanya. disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa. (An-Naml: 52-53)"
Allah menceritakan tentang perilaku jahat mereka. Dan mereka membuat tipu daya terhadap Nabi Saleh dan keluarganya dan Kami pun menyusun tipu daya dengan menghancurkan mereka, sebagai balasan atas tipu daya mereka sedang mereka tidak menyadari atas balasan atas tipu daya mereka itu. 51. Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami, sesuai dengan kehendak Kami dan cara Kami, telah memutuskan untuk membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya, karena dosa-dosa mereka.
Allah menerangkan bahwa rencana perbuatan makar dan tipu daya yang dibuat oleh kaum Samud adalah untuk membunuh Nabi Saleh dan orang-orang yang beriman besertanya. Akan tetapi, mereka lupa bahwa Allah mempunyai rencana dan kehendak yang tidak dapat mereka halangi sedikit pun, sesuai dengan sunah-Nya, yaitu Dia akan menimpakan azab dan siksa kepada orang-orang yang mengingkari seruan para rasul yang diutus-Nya. Di dunia mereka akan ditimpa malapetaka yang datang tanpa mereka sadari, sedang di akhirat nanti mereka akan menemui azab yang pedih.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Shalih dan Kaum Tsamud
Kalau sekarang Nabi Muhammad s.a.w. berhadapan dengan kaumnya sendiri, kaum Quraisy, maka Nabi Shalih pun dahulu telah berhadapan pula dengan kaumnya sendin, kaum Tsamud.
Ayat 45
“Dan telah Kami utus kepada Tsamud saudara mereka Shalih." (pangkal ayat 45). Jelaslah di sini bahwa Shalih itu bukan orang lain bagi Tsamud. Dia adalah saudara mereka sendiri. Allah selalu mengutus seorang Rasul di dalam kalangan kaumnya sendiri. Tuhan tidak mendatangkan orang lain buat membawa petunjuk bagi suatu kaum. Bahkan Nabi Muhammad s.a.w. sendiri, yang diutus membawa Rahmat bagi seluruh alam, (Surat 21 al-Anbiya' ayat 107) namun yang didatangi mula-mula ialah kaumnya jua, kaum Quraisy khususnya dan Arab umumnya.
Kaum inilah kelaknya yang akan jadi penyambung tenaga Nabi s.a.w. menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Dan inti seruan yang dibawa oleh Shalih itu ialah: “Bahwa sembahlah Allah!" Jangan dipersekutukan yang lain dengan Dia. Esalah Dia dalam KetuhananNya dan KebesaranNya; dan itulah yang jadi inti seruan dari seluruh Rasul Allah: “Akan tetapi mereka telah jadi dua golongan yang bermusuh-musuhan." (ujung ayat 45).
Sayang sekali mereka telah jadi terpecah dua sejak da'wah Nabi Allah disampaikan kepada mereka. Yaitu golongan yang sudi menerima seruan itu dan golongan yang ingkar dan menolak. Di dalam Surat 7, al-A'raf ayat 75 dijelaskan lagi corak masing-masing dari kedua golongan itu. Yang menolak seruan Nabi Shalih disebut Allazinas-takbaru (…), yaitu golongan yang angkuh membesarkan diri, sombong dan memandang enteng saja kepada Rasul Allah. Yang kedua ialah golongan yang Allazinas-tudh'ifu (…) yakni golongan yang dianggap lemah oleh sisombong dan angkuh tadi. Demikian jugalah halnya dengan kaum Nabi Muhammad s.a.w. sendiri, kaum Quraisy setelah Nabi Muhammad menyampaikan da'wahnya. Ada satu golongan'yang menyombong, angkuh membesarkan diri, yang dipimpin oleh AbU Jahal dan pemuka-pemuka Quraisy yang lain dan yang kedua yang dipandang oleh mereka sebagai golongan yang lemah ialah yang dipimpin oleh Abu Bakar as-Shiddiq. Apatah lagi dalam golongan yang mengikut Nabi Muhammad ini terdapat orang-orang yang benar-benar lemah karena lemah ekonominya dan kedudukannya dalam masyarakat Jahiliyah itu. Sebagai Bilal, Abdullah bin Mas'ud, ‘Ammar bin Yasir dan ibunya, Abu Zar dan lain-lain.
Ayat 46
Ketika Nabi Shalih menyampaikan da'wahnya, dengan sombong dan angkuh kaumnya yang angkuh dan membesarkan diri itu pernah berkata bahwa kalau memang ada azab dan siksaan Tuhan itu, bawalah ke mari sekarang juga! Mendengar sambutan yang sombong itu: “Berkata dia: Hai kaumku mengapalah kamu meminta kesegeraan keburukan sebelum kebaikan?" (pangkal ayat 46).
Karena angkuh dan sombong membesarkan diri, mereka tantang Nabi Allah. Mereka minta bawa ke mari azab itu sekarang juga! Nabi Allah memberi mereka seruan dengan lemah-lembutnya, janganlah berbudi serendah itu; mengapa azab yang kalian minta, mengapa bukan kebaikan yang kalian harapkan! Padahal manusia yang sihat akal budinya tidaklah mereka mau menentang Tuhan dengan kasar demikian: “Alangkah baiknya kamu memohonkan ampun kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat?" (ujung ayat 46).
Seruan Nabi Shalih yang seperti ini adalah menunjukkan keluhuran budi dan kebesaran jiwa seorang Rasul Allah. Dituntunnya kaumnya agar jangan menentang Tuhan minta agar azab itu didatangkan sekarang juga, tetapi mohonkanlah ampun dari dosa dan kesalahan dan perbaikilah perangai, ubahlah haluan hidup kepada yang baik. Nabi Shalih memberikan janji yang nyata, bahwa jika mereka bertaubat dan kembali ke jalan yang benar dalam memohonkan ampun kepada Tuhan itu, niscaya dosa akan diampuni dan kehidupan akan diberi Rahmat.
Ayat 47
Seruan'yang begitu halus telah disambut lagi dengan kasar oleh kaumnya itu: “Mereka itu berkata: Kami menyanggap kesialan tersebab engkau dan orang-orang yang beserta engkau." (pangkal ayat 47). Itulah sambutan yang kasar sekali dan budi yang terlalu rendah. Yaitu mereka menjawab bahwa jika hidup mereka susah, atau mereka mendapat bahaya, yang membawa sial itu ialah Shalih dan orang-orang yang beriman kepadanya itu. Yaitu orang-orang yang mereka anggap lemah dan hina. Sama juga dengan tuduhan Fir'aun kepada Musa bilamana peringatan Tuhan telah datang kepada mereka. (Lihat Surat 7, al-A'raf ayat 131)."Berkata dia: “Kesialan kamu itu ada di sisi Allah." Artinya bukanlah kami yang membawa sial buat kamu, tetapi Allah sendiri yang sedang mendatangkan peringatannya kepada kamu."Tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji," (ujung ayat 47).
Menurut penafsiran dari Ibnu Katsir bahwa kamu adalah kaum yang sedang diuji, ialah bahwa Allah sedang melakukan istidrajNya kepada kamu. Yaitu bahwa dalam kesombongan, keangkuhan dan merasa diri selalu benar itu, kamu sedang diuji. Kalau kamu tidak juga sadar, kamu akan dibawa hanyut oleh kesombonganmu itu. Sebagaimana banyaknya orang yang diuji dengan kekayaan, pangkat, kemegahan dan kekuasaan yang ada dalam tangannya.
Ketika menafsirkan ini, di tempat yang sepi, dalam tahanan terpencil, teringatlah penafsir yang dhaif ini akan nasibnya dan nasib kawan-kawannya seketika manusia-manusia sedang di puncak kekuasaan dan kemegahan. Dibuatlah berbagai macam fitnah dan kebohongan, dijadikan alasan buat menyisihkan kami dari masyarakat ramai. Dikatakan bahwa segala krisis yang terjadi dalam negara kami, bahwa kebobrokan, kekacauan, rakyat yang menderita karena nasibnya tiada diurus, kepada kamilah ditimpakan segala ke-salahan. Sampai menjadi buah Pameo orang pada waktu itu tentang sirene berbunyi:
Pada suatu hari kedengaran sirene mobil datang dari Selatan, dairi jurusan Istana Bogor. Isinya ialah Presiden sendiri! Mobil Presiden didahului oleh pengawal yang membunyikan sirene, pemberitahuan kepada kendaraan yang lalu-lintas wajib berhenti dan mobil Presiden tidak boleh dihalangi.
Dari sebelah Timur kedengaran lagi bunyi sirene lain. Iring-iringan berjalan kencang lebih dahulu dengan sirene menjerit-jerit. Kendaraan lain wajib berhenti dan kendaraan yang didahului dengan sirene itu mesti jalan terus. Mobil Perdana Menteri!
Tiba-tiba dari jurusan Barat, kedengaran pula bunyi sirene melengking-lengking, memekik-mekik. Kendaraan yang lain pun berhenti pula. Mobil bersirene ini mesti jalan terus, tidak boleh terhalang-halang. Sebab dia mobil Ambulance membawa orang luka parah karena tabrakan. Dia mesti sampai segera ke Rumah Sakit.
Dari sebelah Utara kedengaran pula bunyi sirene. Lebih hebat bunyinya dan dahsyat, dan lebih cepat dan kencang jalannya dari yang tiga bermula. Dia pun tidak boleh terhalang. Kendaraan atau mobil-mobil lain pun mesti berhenti. Sebab dia adalah mobil Branzweer bercat merah, penolong kebakaran.
Karena keempat-empatnya tidak boleh distop, dan semua tidak ada yang mau mengalah; saya Presiden, saya Perdana Menteri, saya mem.bawa orang luka parah ke rumah sakit, saya mobil pemadam kebakaran; di suatu simpang empat, keempatnya beradu! Moncong keempat kendaraan itu sama-sama penyek: Dan orang pun datang bekerumun. Polisi lalu-lintas segera datang memeriksa. Siapa yang bersalah? Keempatnya tidak ada yang bersalah! Tetapi mesti dicari “kambing hitam" untuk menimpakan kesalahan.
Seorang Polisi menyeluduk ke bawah mobil-mobil yang ringsek itu sebentar, orang-orang pun menunggu keputusan dari hasil penyelidikannya: Siapa yang bersalah?
Polisi itu dengan lantang menjawab: “Masyumi yang salah!"
Begitulah yang tergambar ketika membaca omelan yang sombong dari kaum Tsamud, kaumnya Nabi Shalih itu. Mereka tidak mau mengakui bahwa mereka pernah bersalah. Mereka selalu benar!
Ayat 48
“Dan ada dalam kota itu sembilan orang keluarga yang membuat onar di muka bumi." (pangkal ayat 48). Dalam ayat ini disebut bahwa yang menjadi “biang keladi" dari golongan yang menyombong itu adalah sembilan orang banyaknya. Itulah tukang-tukang hasut yang kerjanya hanya mengacau, memfitnah, membuat-buat berita bohong. Mereka yang sembilan itulah yang mempunyai fikiran membunuh Unta Perjanjian Allah bahkan bermaksud pula hendak membunuh Nabi Allah Shalih sendiri: “Dan tidak mereka hendak berbuat perbaikan." (ujung ayat 48). Kalau ada kawannya yang terdengar akan tertarik oleh seruan Nabi Shalih, merekalah yang menghujah dan menghalanginya. Jika ada maksud yang baik, merekalah yang menghambatnya.
Besar kemungkinan makanya disebut sembilan orang, yaitu karena pemuka-pemuka Quraisy yang dengan keras menentang Nabi Muhammad s.a.w. adalah sekitar sembilan orang pula, atau lebih sedikit. Yaitu Utbah dan Syaibah anak Rabi'ah, Abui Bakhtari bin Hisyam, Hakim bin Hazzaam, Naufal bin Khuwailid, al-Harits bin ‘Amir, Thu'aimah bin ‘Adyi, Nadhar bin ai-Harits, Zam'ah bin al-Aswad, Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf. Semua orang-orang ini mati tersungkur dalam Perang Badar.
Ayat 49
“Berkata mereka." (Yaitu pengacau-pengacau yang sembilan orang itu)."Bersumpahlah kamu sekalian dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya akan kita serang dia tiba-tiba dan keluarganya." (pangkal ayat 49). Dengan ajakan orang yang sembilan itu mereka berjanji hendak berbuat suatu kejahatan, yaitu membunuh Nabi Shalih, sesudah mereka bunuh Unta Peijanjian Allah itu.
Maksud mereka ialah hendak mencederai Nabi Shalih. pada malam hari sedang beliau terlengah daripada menjaga dirinya sendiri. Misalnya apabila dia kembali dari menemui pengikut-pengikutnya. Maksud mereka bukan Nabi Shalih saja yang hendak dibunuh, bahkan turut juga beberapa orang keluarga beliau, atau anak isteri beliau: “Kemudian mari kita katakan saja kepada walinya yang lain: Kita tidaklah pernah menyaksikan kematian keluarganya." Artinya, kalau pihak keluarganya yang masih tinggal hidup bertanya kepada kita tentang sebab-sebab kematian Nabi Shalih itu, katakan saja bahwa kita tidak tahu-menahu: “Dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar." (ujung ayat 49). Bahwa kita akan katakan kepada keluarganya itu bahwa kita berkata benar, bahwa kita tidak tahu-menahu, kita tidak berdusta, kita adalah jujur.
Ayat 50
“Dan mereka telah merencanakan suatu makar, dan Kami pun merencanakan suatu makar pula." (pangkal ayat 50). Artinya, bahwa mereka telah mengatur suatu siasat yang buruk sekali, untuk menganiaya Nabi Shalih, tetapi Tuhan pun mengatur pula siasat sendiri untuk memelihara dan membela Rasul-Nya. Tentu saja lebih cerdiklah Tuhan mengatur siasatNya. Sebab Tuhan melihat apa yang tidak mereka lihat: “Tetapi mereka itu tidaklah sadar." (ujung ayat 50).
Tuhan mengetahui siasat buruk mereka, namun mereka sedikit pun tidak mengetahui siasat yang diatur Tuhan.
Tersebutlah dalam suatu riwayat dari Abdurrahman Ibnu Abi Hatim, bahwa tatkala Unta Perjanjian Allah itu telah mereka bunuh dan mereka makan dagingnya dengan gembira bersama-sama, Nabi Shalih memberi ingat bahwa masa mereka buat hidup hanya tinggal tiga hari lagi. Setelah sampai bilangan tiga hari, azab siksaan Tuhan akan datang menimpa mereka. Setelah bercakap demikian Nabi Shalih pergi beribadat ke sebuah mesjid di Hijr. Di dekat mesjid terpencil itu ada sebuah gua. Maka pergilah orang-orang jahat itu bersembunyi ke dalam gua tersebut hendak mengintip Nabi Shalih. Kata mereka: “Kalau dia mengatakan bahwa setelah tiga hati azab siksaan Tuhan akan menimpa kita, maka sebelum hari yang ketiga hendaklah kita dahului membunuh Shalih. Malam-malam kita serang dia sedang sembahyang di mesjidnya itu." Tetapi setelah mereka hendak memulai tindakan membunuh Nabi Shalih itu, tiba-tiba runtuhlah batu-batu besar dari puncak gua, mereka habis mati dittmpanya. Dan tiga hari di belakang memang datanglah azab Allah itu tiga hari berturut-turut, dan mereka-mereka yang kafir itu habis dimusnahkan azab. Nabi Shalih dan orang-orang yang beriman dipeliharakan oleh Tuhan.
Ayat 51
“Maka perhatikanlah betapa jadinya akibat dari makar mereka itu." (pangkal ayat 51). Semuanya musnah, semuanya hancur. Negerinya menjadi tumpukan puing. Orang-orangnya bergelimpangan di tengah jalan, setelah menderita azab siksaan kuning muka di hari pertama, merah di hari kedua dan hitam di hari ketiga, dan sorenya mati ranap mendengar bunyi pekik (jerit).
“Sesungguhnya Kami telah menghancur-leburkan mereka dan kaum mereka seluruhnya" (ujung ayat 51). Tidak ada sisanya lagi.
Ayat 52
“Maka itulah dia rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh dari sebab apa yang telah mereka zalimkan." (pangkal ayat 52). Bekas-bekas dari runtuhan rumah-rumah Kaum Tsamud itu masih didapat oleh orang Quraisy di tepi jalan yang mereka lalui jika mereka hendak berniaga ke negeri Syam. Bahkan daerah itu masih bertemu bekasnya dan masih memakai nama Madain Shalih (Kota-kota Shalih), gunung-gunung batu yang dipahat dijadikan rumah tempat tinggal: “Sesungguhnya pada hal yang demikian itu adalah untuk jadi ayat bagi kaum yang mengetahui." (ujung ayat 52). Artinya, bahwa bagi orang yang mengerti sejarah kaum Tsamud dan kaum al-Hijr itu dapatlah difahamkan bagaimana apa arti tempat itu jika dia melalui tempat itu. Adapun bagi orang yang tidak ada pengetahuan, tempat-tempat itu tidak akan ada artinya baginya.
Ayat 53
“Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (pangkal ayat 53). Orang-orang yang beriman diselamatkan oleh Allah dari marabahaya, hati mereka tidak tergoncang, sebab mereka ada pendirian, yaitu kepercayaan kepada Tuhan: “Dan adalah mereka itu orang-orang yang bertakwa." (ujung ayat 53). Oleh karena mereka mempunyai dua pokok pendirian hidup, pertama Iman kedua Takwa, mereka selamat dari bahaya. Mereka tidak kena bahaya pemusnahan yang didatangkan Tuhan. Oleh sebab itu sampai kepada zaman dan masa mana saja, orang yang beriman dan bertakwa tidaklah merasa bahwa diri mereka terlibat bahaya. Mereka tidak takut menghadapi ancaman bahaya dan mereka pun berdukacita jika bahaya itu datang. Sebab hidup bagi mereka adalah pengabdian kepada Allah dan mati bagi mereka adalah bertemu dengan Allah.
Jadi bertemulah akibat dari dua golongan yang bermusuhan sebagai tersebut dalam ayat 45 tadi. Yang benman selamat melanjutkan agama tuntunan Nabinya, dan yang sombong, tinggi hati dan angkuh, mendapat bagiannya yang sepadan, yaitu a2ab Allah. Kehinaan di dunia dan azab siksaan yang tidak terbada-bada pedihnya di Akhirat.