Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Sulaeman) berkata
يَٰٓأَيُّهَا
hai
ٱلۡمَلَؤُاْ
pembesar-pembesar
أَيُّكُمۡ
siapa diantara kamu
يَأۡتِينِي
mendatangkan kepadaku
بِعَرۡشِهَا
dengan singgasananya
قَبۡلَ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتُونِي
mereka datang kepadaku
مُسۡلِمِينَ
orang-orang yang menyerahkan diri
قَالَ
(Sulaeman) berkata
يَٰٓأَيُّهَا
hai
ٱلۡمَلَؤُاْ
pembesar-pembesar
أَيُّكُمۡ
siapa diantara kamu
يَأۡتِينِي
mendatangkan kepadaku
بِعَرۡشِهَا
dengan singgasananya
قَبۡلَ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتُونِي
mereka datang kepadaku
مُسۡلِمِينَ
orang-orang yang menyerahkan diri
Terjemahan
Dia (Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawakanku singgasananya sebelum mereka datang menyerahkan diri?”
Tafsir
(Berkata Sulaiman, "Hai pembesar-pembesar! Siapakah di antara kamu sekalian) lafal ayat ini dapat dibaca secara Tahqiq dan dapat pula ia dibaca secara Tas-hil sebagaimana keterangan sebelumnya (yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?") yakni taat dan tunduk kepadaku. Maka aku harus mengambil singgasananya itu sebelum mereka datang, bukan sesudahnya.
Tafsir Surat An-Naml: 38-40
Sulaiman berkata, "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratunya dengan membawa pesan Nabi Sulaiman, maka ratu mereka berkata, "Sesungguhnya, demi Allah, aku mengetahui bahwa dia bukanlah seorang raja, dan kita tidak akan mampu melawannya, tiada pula artinya kebesaran kita di hadapannya." Kemudian Ratu Balqis mengirimkan kurirnya untuk memberitahukan kepada Nabi Sulaiman bahwa ia akan datang bersama semua pembesar kaumnya untuk menyaksikan sendiri keadaan Nabi Sulaiman dan agama yang diserukannya.
Kemudian Ratu Balqis memerintahkan agar singgasana yang biasa dipakai duduk olehnya diamankan. Singgasananya terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, dan mutiara, lalu disimpan di bagian yang terdalam dari tujuh ruangan yang berlapis-lapis; masing-masing ruangan dikunci pintunya. Dan Balqis berkata kepada petugas yang diserahi tugas untuk menggantikan kedudukannya selama ia pergi, "Jagalah singgasana kerajaanku ini dengan segenap kekuatan dan fasilitas yang ada pada kamu, jangan biarkan seorang manusia pun masuk ke dalamnya dan jangan sekali-kali kamu memperlihatkannya kepada seorang pun sebelum aku datang." Kemudian berangkatlah Balqis menuju negara Nabi Sulaiman bersama dua belas ribu iring-iringan yang terdiri dari semua raja negeri Yaman; masing-masing iringan terdiri dari ribuan prajurit.
Nabi Sulaiman Menugaskan jin-jin untuk memantau perjalanan Ratu Balqis dan melaporkan kepadanya setiap hari dan malamnya. Manakala Ratu Balqis beserta iringannya telah dekat, maka Nabi Sulaiman mengumpulkan semua jin dan manusia yang berada di bawah kekuasaannya, lalu ia berkata kepada mereka: Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38) Qatadah mengatakan bahwa ketika sampai kepada Nabi Sulaiman bahwa Balqis akan tiba dan telah diceritakan kepadanya perihal singgasana Balqis, maka ia merasa kagum dengan kisahnya.
Disebutkan bahwa singgasana Balqis terbuat dari emas, kaki-kakinya terbuat dari mutiara dan batu permata, sedangkan penutupnya terbuat dari kain sutra tebal dan kain sutra tipis; dan singgasana itu diletakkan di balik pintu sembilan lapis. Maka Nabi Sulaiman tertarik ingin merampas singgasana itu, tetapi ia tidak suka bila merampasnya, sedangkan pemiliknya telah masuk Islam. Nabi Sulaiman a.s.
telah mengetahui bahwa bilamana mereka telah masuk Islam, maka haramlah harta benda dan darah mereka baginya. Untuk itu ia berkata: Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani, As-Saddi, dan Zuhair ibnu Muhammad. sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38) Bila telah demikian, berarti haram bagiku harta benda mereka karena mereka telah masuk Islam.
'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata. (An-Naml: 39) Menurut Mujahid, 'Ifrit artinya jin yang jahat. Syu'aib Al-Jiba-i mengatakan bahwa nama 'Ifrit itu adalah Kauzan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman; dan hal yang sama dikatakan pula oleh Wahb ibnu Munabbih dan Abu Saleh, disebutkan bahwa besarnya 'Ifrit tersebut sama dengan sebuah bukit. Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An-Naml: 39) Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebelum Nabi Sulaiman bangkit meninggalkan majelisnya.
Mujahid mengatakan, dari tempat duduknya. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa Sulaiman a.s. biasa duduk di majelisnya untuk melakukan peradilan dan keputusan hukum di antara orang-orang, juga untuk memberi makan mulai dari permulaan siang hari hingga matahari tergelincir. sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. (An-Naml: 39) Ibnu Abbas mengatakan, bahwa 'Ifrit itu kuat membawanya lagi dapat dipercaya untuk menjaga semua permata yang ada di dalam singgasana itu.
Maka Nabi Sulaiman berkata, "Aku menginginkan lebih cepat dari itu." Dapat disimpulkan bahwa Nabi Sulaiman bermaksud mendatangkan singgasana itu untuk menampakkan kebesaran dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya, yaitu kerajaan dan bala tentara yang ditundukkan untuknya; belum pernah ada seorang pun yang dianugerahi pemberian seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Agar hal tersebut dijadikan sebagai bukti kenabiannya di hadapan Ratu Balqis dan kaumnya.
Karena suatu hal yang luar biasa bila singgasananya didatangkan seperti apa adanya (utuh) sebelum mereka datang ke hadapan Sulaiman a.s. Padahal singgasana itu ditaruh di tempat yang terkunci berlapis-lapis dan di bawah pengawalan dan penjagaan yang sangat ketat. Ketika Sulaiman a.s. mengatakan bahwa ia menginginkan yang lebih cepat dari itu, Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab. (An-Naml: 40) Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama orang itu adalah Asif, sekretaris Nabi Sulaiman.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif ibnu Barkhia, dia adalah seorang yang jujur lagi mengetahui Ismul A'zam. Qatadah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif, seorang yang beriman dari kalangan manusia. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Saleh, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa dia adalah seorang manusia.
Qatadah menyebutkan keterangan yang lebih lengkap, bahwa orang itu berasal dari Bani Israil. Mujahid mengatakan bahwa nama orang itu adalah Astum. Menurut Qatadah dalam riwayat lain yang bersumber darinya, menyebutkan bahwa nama orang itu adalah Balikha. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan, dia adalah seorang lelaki yang dikenal dengan nama Zun Nur. Abdullah ibnu Lahi'ah menduga bahwa lelaki tersebut adalah Khidir, tetapi pendapatnya ini aneh sekali.
Firman Allah ﷻ: Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. (An-Naml: 40) Orang itu berkata kepada Sulaiman a.s., "Angkatlah pandangan matamu ke atas dan lihatlah sejauh matamu memandang, maka sesungguhnya bila matamu merasa lelah dan berkedip, singgasana itu telah berada di hadapanmu." Wahb ibnu Munabbih mengatakan, "Layangkanlah pandangan matamu sejauh mataku memandang, maka sebelum pandangan matamu mencapai pemandangan yang terjauh, aku telah dapat mendatangkan singgasana itu." Para ulama menyebutkan bahwa Asif meminta kepada Sulaiman a.s.
agar memandang ke arah negeri Yaman tempat singgasana itu terdapat, lalu Asif berwudu dan berdoa kepada Allah. Mujahid mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, "Ya Zal Jalali Wal Ikram," yang artinya "Ya Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan". Az-Zuhri mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, "Ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau, datangkanlah 'Arasynya kepadaku." Maka seketika itu juga singgasana ('Arasy)nya berada di hadapannya.
Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ishaq, Zuhair ibnu Muhammad, dan lain-lainnya mengatakan bahwa setelah berdoa memohon kepada Allah ﷻ agar singgasana Balqis didatangkan di hadapannya, saat itu singgasana berada di negeri Yaman, sedangkan Nabi Sulaiman berada di Baitul Maqdis, maka singgasana Balqis hilang dan masuk ke dalam tanah kemudian muncul di hadapan Sulaiman a.s. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, Sulaiman tidak menyadari bahwa singgasana Balqis dalam sekejap mata telah berada di hadapannya.
Dan yang membawa ke hadapannya adalah salah seorang dari hamba Allah yang ada di laut. Setelah singgasana Balqis berada di hadapannya dan para pembesar kerajaannya menyaksikan hal itu, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku. (An-Naml: 40) Yaitu ini adalah nikmat Allah yang diberikan kepadaku. untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. (An-Naml: 40) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah ﷻ yang mengatakan: Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fussilat: 46) dan barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). (Ar-Rum: 44) Adapun firman Allah ﷻ: Dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia. (An-Naml: 40) Artinya Allah Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya dan juga penyembahan mereka, lagi Mahamulia. (An-Naml: 40) Zat Allah Mahamulia, sekalipun tidak ada seseorang yang menyembah-Nya, kebesaran Allah tidak memerlukan kepada seseorang pun dari makhluk-Nya.
Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Musa: Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8) Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Allah ﷻ telah berfirman dalam hadis Qudsi-Nya: Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terkemudian dari kalian; baik manusia maupun jin semuanya bertakwa seperti seseorang yang paling bertakwa di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak menambah apa pun di dalam kerajaan-Ku.
Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terkemudian baik manusia maupun jin semuanya durhaka seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi sedikit pun dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya hal itu hanyalah amal perbuatan kalian, Akulah yang menghitung hitungnya bagi kalian, kemudian Aku tunaikan bagi kalian pembalasannya.
Barang siapa yang menjumpai kebaikan (dalam balasannya), hendaklah ia memuji kepada Allah; dan barang siapa yang menjumpai selain dari itu, maka jangan sekali-kali ia mencela kecuali dirinya sendiri."
Melihat kesungguhan Nabi Sulaiman yang akan menyerang kerajaannya, akhirnya Ratu Balqis menuruti apa yang diperintahkan oleh Sulaiman. Berangkatlah sang ratu dan pengikutnya dari Yaman menuju Palestina. Namun sebelum Ratu Balqis sampai di Palestina, Nabi Sulaiman, mengadakan sayembara terlebih dahulu. Dia Sulaiman berkata, 'Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri'' Nabi Sulaiman mendengar akan kemewahan singgasana Ratu Balqis. Dan Balqis sangat bangga dengan singgasananya itu. Dia ingin melakukan kejutan terhadap Ratu Balqis, sebagai bagian dari taktik pamer kekuatan sebagai bukti akan kekuasaannya yang jauh lebih besar dari kekuasaan Ratu Balqis. 39. Mendengar seruan Nabi Sulaiman, 'Ifrit dari golongan jin menawarkan diri dan berkata, "Wahai Sulaiman, akulah yang akan membawanya yaitu singgasana Ratu Balqis itu, kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; yaitu antara pagi hari sampai siang, untuk mengurusi rakyat dan seluk beluk kerajaan. Dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya, tidak akan melakukan tindakan yang tidak terpuji. ".
Setelah para utusan itu kembali ke negerinya, mereka menyampaikan kepada Ratu Balqis apa yang dimaksud oleh Nabi Sulaiman dengan suratnya. Sulaiman meminta mereka agar menyambut seruannya untuk beriman kepada Allah. Mereka juga menyampaikan keadaan masyarakat yang dipimpin oleh Sulaiman, serta keadaan bala tentara dan kekayaannya. Oleh karena itu, Ratu Balqis mengambil keputusan untuk pergi sendiri ke Yerusalem menemui Sulaiman dengan membawa hadiah yang lebih bernilai.
Setelah Sulaiman mengetahui bahwa Ratu Balqis akan berkunjung ke negerinya, maka ia membuat sebuah istana yang besar dan megah yang lantainya terbuat dari kaca. Dengan membuat istana yang demikian, ia ingin memperlihatkan kepada Ratu Balqis sesuatu yang belum pernah dilihatnya.
Untuk menyambut kedatangan Ratu Balqis, Sulaiman ingin memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, dan kekuasaan yang telah dilimpahkan-Nya, agar Ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah. Beliau bermaksud membawa singgasana Ratu Balqis yang ada di negerinya ke Yerusalem dalam waktu yang singkat dan akan dijadikan tempat duduk Ratu Balqis di istananya yang baru dibuatnya pada waktu kedatangan Ratu Saba' itu.
Sulaiman mengatakan maksudnya itu kepada para pembesarnya, "Wahai para pembesarku, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasana Ratu Balqis yang ada di negerinya ke tempat ini, sebelum rombongan mereka sampai ke sini?".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ratu Balqis Tunduk
Menurut keterangan Muhammad bin lshaq, yang diterimanya dari Yazid bin Rauman, kononnya setelah utusan itu kembali ke Saba' langsung menghadap Ratu, disampaikannyalah ancaman Sulaiman itu dan bahwa dia tidak sedikit jua pun mengharapkan hadiah. Malahan hadiah itu dipandangnya sebagai penghinaan.
Mendengar itu berkatalah Ratu: “Kalau demikian halnya, bukanlah orang ini Raja. Orang semacam ini tidaklah akan kuat kita melawannya, dan tidaklah akan ada hasilnya jika kita hadapi dia dengan sikap yang membesarkan diri."
Setelah itu segeralah diutusnya utusan pergi kembali menghadap Sulaiman membawa surat yang isinya di antara lain; “Saya akan segera datang bersama dengan raja-raja dalam negeriku untuk mendapat keterangan lebih jauh tentang agama yang engkau da'wahkan."
Ayat 38
Setelah itu diperintahkannyalah pengawal-pengawal istana mengemasi singgasananya yang terbuat daripada emas berpadu bertatahkan batu-batu yaqut, zabarjad dan mutiara itu supaya disimpan ke dalam sebuah peti besar tujuh lapis. Lalu disuruhnya kuncikan dan dipelihara baik-baik, supaya jangan ada orang yang mendekatinya atau duduk ke atasnya bahkan melihatnya pun tidak boleh, sampai dia sendiri kembali dari perjalanan itu. Kemudian berangkatlah dia menuju Syam diiringkan oleh raja-raja yang berada di bawah naungannya lengkap dengan pengiringnya masing-masing pula. Tersebutlah pula perkataan bahwa sejak dari permulaan dia melangkahkan kakinya dari Saba' sampai di tiap-tiap perhentian perjalanan, Nabi Sulaiman menyuruh jin-jin yang jadi mata-mata beliau memberikan laporan sudah sampai di mana perjalanan itu. Maka setelah tinggal beberapa hari saja akan sampai ke istana Nabi-Raja Sulaiman: “Dia berkata: “Wahai orang besar-besar! Siapakah di antara kamu yang akan membawakan singgasananya kepadaku?" (pangkal ayat 38). Yaitu singgasana yang telah disimpan di dalam peti besar tujuh lapis dan dikunci erat-erat menurut riwayat Muhammad bin Ishaq itu? “Sebelum dia datang kepadaku dalam berserah diri?" (ujung ayat 38).
Datang berserah diri, artinya ialah datang dengan kesediaan menyerah kepada Sulaiman dengan mengakui agama yang dia da'wahkan. Yaitu Agama Islam. Islam itu artinya ialah menyerahkan diri dengan segala keikhlasan. Oleh sebab pengakuan sedia masuk Islam itu telah disampaikan oleh Ratu dengan perantaraan utusannya menghadap Sulaiman, maka kedatangannya bukanlah lagi dipandang sebagai seorang Raja yang mengakui dirinya jadi Vazal, mengakui mohon perlindungan kepada Raja yang lebih besar, melainkan disambut sebagai saudara seagama. Dia akan disambut dengan serba kemuliaan, sambutan persaudaraan. Sebab itu dia harus duduk di atas singgasananya sendiri.
Ayat 39
“Berkata satu ‘Ifrit daripada jin: Aku akan datangkan kepada engkau singgasana itu sebelum bahwa engkau berdiri dari tempat duduk engkau." (pangkal ayat 39). Jin ‘Ifrit itu menjamin singgasana itu dapat sampai ke hadapan Baginda sebelum Baginda berdiri dari tempat duduk. Kalau Baginda duduk agak sejam, maka sebelum satu jam, singgasana itu telah sampai. Kalau sebentar lagi Baginda berdiri, sebentar lagi singgasana itu telah hadir. Begitu cepatnya dia akan bertindak, tidak akan menunggu berhari-hari atau berbulan. Sebab alat penyangkutan di zaman itu tidak lebih dari unta, sedang jarak di antara Palestina dengan Saba' beratus-ratus kilometer jauhnya. Selanjutnya ‘ifrit itu berkata pula untuk meyakinkan Baginda: “Dan sesungguhnya saya buat membawanya itu adalah kuat dan dapat dipercaya." (ujung ayat 39).
Meskipun singgasana itu berat sangat sehingga hanya dapat dipikul oleh beberapa orang, ‘Ifrit itu kuat memikulnya sendiri dan tidak akan rusak, bahkan akan selamat tiba, tidak cacat sesuatu apa, di hadapan Baginda kelaknya.
Tetapi kesanggupan ‘ifrit yang luarbiasa itu, ada pula orang yang dapat mengatasinya:
Ayat 40
“Berkata seorang yang ada padanya ilmu dari al-Kitab: Aku akan membawakan singgasana itu kepada engkau sebelum matamu berkedip. “ (pangkal ayat 40).
Ini lebih cepat lagi. Kalau ‘Ifrit tadi menunggu dahulu Baginda Nabi Sulaiman tegak dari majlisnya, entah cepat majlis itu bubar entah lambat, maka orang yang mendapat ilmu dari al-Kitab ini lebih cepat lagi. Yaitu singgasana itu akan datang sekejap mata Baginda, sekejap mata saja! Atau picingkan mata sebentar, lalu buka kembali; singgasana itu sudah ada! Dan memang ada sekali di hadapan Nabi Sulaiman, sebentar itu juga.
Siapa orang yang mendapat ilmu dari al-Kitab ini? Ada riwayat dari Ibnu Abbas bahwa nama orang itu Ashaf bin Barkhaya. Begitu pula riwayat Muhammad bin lshaq yang diterimanya dari Yazid bin Rauman. Kata riwayat itu Ashaf ini adalah Sekretaris Peribadi dari Nabi Sulaiman. Tetapi menurut riwayat Mujahid namanya ialah Asthum, yaitu seorang shalih dari Bani lsrail, Qatadah dalam satu riwayatnya mengatakan nama orang itu Balikha, dari Bani lsrail juga, bukan jin tetapi manusia juga. Zuhair bin Muhammad meriwayatkan pula namanya ialah Zin Nur (yang bercahayAl. Abdullah bin Luhai'ah mengatakan bahwa orang itu ialah Nabi Khidhir. Tetapi ada lagi riwayat lain mengatakan bahwa orang itu ialah Nabi Sulaiman itu sendiri.
Mana yang benar? Yang benar adalah yang ditulis di dalam al-Qur'an itu sendiri, bahwa ada orang yang mendapat ilmu dari al-Kitab, mungkin dari Luh Mahfuz, sanggup memindahkan singgasana itu dalam sekejap mata. Adapun nama orangnya siapa, tidaklah penting. Sebab itu al-Qur'an tidak mementingkan nama itu. Sebab itu adalah semata-mata kelebihan yang diberikan Allah kepada hambaNya. Tentang yang menyebut Nabi Khidhir tidaklah kita salah kalau riwayat ini tidak kita peyang betul, sebab riwayat tentang hidupnya Nabi Khidhir itu sendiri pun tidaklah ada kekuatannya.
Tentang Ashaf bin Barkhaya dapat juga ditolak. Masakah Ashaf lebih hebat ilmu pengetahuannya daripada Nabi Sulaiman sendiri?
Ar-Razi dalam Tafsirnya lebih condong kepada pendapat bahwa orang itu ialah Nabi Sulaiman sendiri.
Tentang perkataan bahwa singgasana itu akan hadir dalam sekejap mata, menurut ar-Razi itu adalah semata-mata pemakaian bahasa belaka. Ar-Razi dalam hal ini memeyang pendapat dari Tafsiran Mujahid. Dalam pemakaian bahasa kalau orang bercakap misalnya: “Tunggulah sekejap" Artinya ialah tidak lama!
Ayat 40
“Maka tatkala dilihatnya singgasona itu telah terletak di hadapannya, berkatalah dia: “Ini adalah dari kumia Tuhanku, untuk menguji aku, bersyukur-kah aku atau aku mengingkari, dan barangsiapa yang bersyukur, maka ke-syukurannya itu adalah untuk dirinya sendiri." (pangkal ayat 40). Beginilah ucapan Nabi Sulaiman a.s. setelah singgasana itu berdiri di hadapannya, yang telah hadir tidak berapa lama sesudah hal itu diperbincangkan. Menilik isi doa cenderunglah ar-Razi menguatkan bahwa manusia yang diberi ilmu dari al-Kitab itu memang Sulaiman sendiri. Dia hendak menunjukkan kelak kepada Ratu Balqis itu bahwa dia bukan semata-mata seorang Raja, bahkan lebih dari itu dia adalah seorang Nabi Allah dan RasulNya, yang sewaktu-waktu diberi perbantuan oleh Tuhan dengan Mu'jizat. Setelah dimohonkannya kepada Allah, dalam sekejap mata hadirlah singgasana itu. Sebab itu dengan sangat terharu dia mengakui bahwa itu adalah semata-mata kumia Tuhan ke atas dirinya. Kalau dia sendiri, tidaklah akan sanggup mengerjakannya. Dan patutlah dia bersyukur, dan patutlah dia berterimakasih kepada Ilahi. Sebab itu Mu'jizat yang amat luarbiasa ini, bahkan dia sendiri pun tercenyang, tidak menyangka permohonannya akan terkabul begitu cepat, merasakan bahwa ini adalah suatu ujian bagi dirinya sendiri, bersyukurlah dia atau kufur, melupakan jasa Tuhan atas dirinya; “Dan barangsiapa yang mengingkari, maka sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Kaya, Maha Mulia." (ujung ayat 40).
Apabila diresapkan bunyi doa dan munajat Nabi Sulaiman ini, bertambah condonglah kita kepada pendapat ar-Razi, bahwa yang mendapat ilmu dari al-Kitab itu ialah Nabi Sulaiman sendiri, bukan Khidhir, bukan Ashaf bin Barkhaya dan bukafi siapa-siapa. Kalau Baginda bertanya kepada orang besar-besar beliau, baik jin atau manusia siapakah yang sanggup memindahkan singgasana itu, lain tidak maksud beliau hanyalah semata-mata hendak menguji kesanggupan dan ilmu mereka. Dan sebagai Rasul yang ditolong Allah dengan Mu'jizat, dia hendak menunjukkan kepada mereka itu, bahwa ilmu yang didapatnya dari al-Kitab jauh lebih tinggi dari mereka.
Kecenderungan kita kepada pendapat ar-Razi ini dapat kita kuatkan dengan memperhatikan kembali ayat 15 sebagai permulaan menceriterakan Daud dan Sulaiman yang diberi Allah ilmu, dan keduanya pun memuji Allah sebab yang diberikan kepada mereka dua beranak banyak yang lebih mulia dan tinggi daripada yang diberikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman yang lain
Sungguhpun demikian Allah jualah yang lebih tahu!
Ayat 41
“Dia berkata: Robahlah baginya singgasana itu." (pangkal ayat 41). Yaitu setelah singgasana itu hadir di hadapan Nabi Sulaiman, beliau perintahkan tukang-tukang mengadakan perubahan pada singgasana itu di sana-sini serba sedikit, tetapi aslinya tetap tidak berubah! Maksud beliau ialah: “Akan kita lihat, apakah dia dapat mengenalnya, atau adakah dia dari orang yang tidak mengenal." (ujung ayat 41).
Yang jelas sekali maksud merubah singgasana itu, untuk menguji apakah Ratu itu dapat mengenal singgasananya sendiri atau tidak, ialah supaya kesan yang tinggal dalam diri Ratu tersebut ialah bahwa Sulaiman bukanlah semata-mata seorang Raja besar yang ingin menaklukkannya dan mengakui kekuasaannya sebagai seorang Raja yang kecil, dan dengan demikian Sulaiman memperluas daerah. Hendaklah setiba Ratu di Palestina dia insaf bahwa dia bukan terutama berhadapan dengan seorang Raja, melainkan berhadapan dengan seorang Rasul Allah yang mengajaknya masuk ke dalam Agama yang benar dan meninggalkan menyembah matahari.
Lama-kelamaan sampailah Ratu Balqis di Palestina.
Ayat 42
“Setelah dia datang dikatakanlah kepadanya: Apakah seperti ini singgasana engkau?" (pangkal ayat 42). Tentu saja diperhatikannya dengan seksama. Berubah warnanya, tetapi bentuknya serupa juga dengan yang dia punya. Di sana-sini ada yang serupa, tetapi akan dipastikan dia punya, dia tidak berani. Karena dia ingat betul bahwa singgasananya itu telah dibuatkannya keranda besar tujuh lapis, dikunci pula dari luar. Tetapi mengapa maka bentuk-bentuk asli sebagai tiruan dari dia punya? Akhirnya dia menjawab dengan jawaban yang cerdik; “Dia menjawab; Seakan-akan seperti dia!" Sebagai seorang Ratu yang bijaksana, hatinya sudah dapat firasat bahwa ini memang singgasananya, yang telah dipindahkan dengan Mu'jizat Sulaiman, sebagai seorang Nabi Allah ke tempat ini. Sebab itu jawabnya demikian halus: “Seakan-akan seperti dia!" Sama saja dengan seorang yang kehilangan mobil di zaman moden; telah di-rubah orang catnya, tetapi ada sesuatu firasat yang mengatakan mobil ini aku punya, jika dia bertemu kembali. Oleh sebab itu ditumpahkannyalah terus apa yang terasa di hatinya sejak dia melangkah meninggalkan kerajaannya: “Dan kami telah diberi pengetahuan dari sebelumnya." Bahwa beliau ini memang bukan seorang Raja Besar yang ingin memperluas daerah. Jika kami sejak semula disuruh datang menyerah, bukanlah menyerah kepada beliau, melainkan menyerahkan diri kepada Allah, yaitu Muslimin; “Dan adalah kami orang-orang yang telah berserah diri." (ujung ayat 42). Yaitu berserah diri kepada Allah, menjadi orang Islam! Tidak lagi memeyang kepercayaan yang lama.
Ayat 43
“Dan telah mencegahnya (selama ini) apa yang dia sembah selain Allah." (pangkal ayat 43). Artinya bahwasanya yang menghambat Ratu itu selama ini akan menyembah Allah, ialah karena yang disangkanya Tuhan yang memberinya manfaat ataupun mudharat ialah alam, yaitu matahari. Karena tidak mendapat keterangan yang benar dan hanya mengikut agama yang dipusakai dari nenek-moyang, tidaklah dia dapat menyatakan diri sebagai Islam, atau tertutuplah baginya pintu Kebenaran: “Sesungguhnya dia adalah (selama ini) termasuk kaum yang kafir." (ujung ayat 43). Sekaranglah baru terbuka matanya kepada Kebenaran yang sejati.
Ayat 44
Lalu disambutlah kedatangannya dengan serba kebesaran: “Dikatakan kepadanya: Masuklah ke dalam mahligai." (pangkal ayat 44). Artinya bahwa buat menyambut kedatangannya, Raja Sulaiman telah membuat sebuah mahligai yang sangat indah, yang dalam mahligai itu akan diletakkan singgasananya dan dia akan duduk bersanding dengan Nabi Sulaiman. Dia dipersilakan masuk ke dalam mahligai itu; “Maka tatkala dia melihat lantai mahligai itu disangkanya bahwa itu kolam air" Karena mahligai itu telah diperbuat daripada cermin, atau crystal, laksana istana Versailes yang terkenal di Paris; semua dibina daripada cermin dan kaca."Maka disimbahkannyalah kedua belah pahanya." Tentu saja terbukalah paha mulus Sang Ratu yang cantik jelita itu! Tetapi ternyata kedua kakinya tidak basah. Dia malu sekali! Dengan demikian dia kalah terus dalam bermain budi dengan Nabi Sulaiman."Lalu dia berkata: “Sesungguhnya itu adalah mahligai berlantai licin dari cermin." Karena indah-indah pembuatannya dan sangat teratur susunannya, sepintas lalu keadaannya laksana berombak. Pada waktu itu “kalahlah" Ratu Balqis, dan “jatuhlah" dia ke dalam “tawanan" Raja dan Nabi Sulaiman. Dan dia pun mulailah menyerah: “Dia berkata: Tuhanku!" Mulailah dia memanggil Allah sebagai Tuhannya."Sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri." Karena aku menyembah kepada yang selain Allah: “Dan aku telah menyerahkan diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan Sarwa Sekalian Alam." (ujung ayat 44).
Dalam ucapannya bahwa dia telah menyerah diri kepada Allah, artinya dia telah mengakui Agama Islam, Agama menyerahkan diri kepada Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya dengan yang lain. Dikatakannya pula bahwa dia menyerahkan diri itu adalah bersama Sulaiman, artinya ialah bahwa dia memeluk Islam itu bukanlah semata-mata mengikut Nabi Sulaiman atau tunduk ke bawah perlindungan Raja Sulaiman, malahan lebih tinggi dari itu, “bersama Sulaiman". Artinya ialah bahwa dia telah menyerahkan diri pula jiwa dan raga, hidup bersama-sama dengan Sulaiman, jadi isterinya.
Sesungguhnya banyaklah hikmat pelajaran yang dapat dikutip daripada kisah Nabi Sulaiman dengan Ratu perempuan dari Saba' yang tersebut dalam al-Qur'an Surat an-Naml ini. Terutama pelajaran cara bernegara. Baik dari perbuatan Nabi Sulaiman sendiri, ataupun dari sikap Ratu Ba!qis tersebut.
Sayid Jamaluddin al-Afghani sendiri telah mentafsirkan ayat-ayat tentang Sulaiman dan Balqis ini, sebagai yang beliau diktekan kepada muridnya Muhammad Pasya al-Makhzumi di Istanbu) sekitar tahun 1892M.*
Beliau meneropong ayat-ayat ini dari segi kenegaraan, dan dengan dasar penafsiran beliau itu kita uraikan sedikit panjang.
Ketika membicarakan tentang burung Hud-hud (burung takur) yang melaporkan kepergiannya ke negeri Saba' dan melihat dengan matanya sendiri raja perempuan memerintah. Sayid Jamaluddin menjelaskan bahwa dalam ayat ini kita diberi keterangan bagaimana pentingnya “badan penyelidik" bagi suatu kerajaan, (atau yang kita namai di zaman kita sekarang ini Badan Inte-legen).
Burung Hud-hud adalah anggota intelegen Baginda Sulaiman. Kemudian Baginda tidak langsung saja menerima berita itu melainkan Baginda uji dahulu kebenarannya dengan menyuruh si burung sendiri menghantar surat ke sana. Kalau surat itu sampai dengan baik, tandanya berita yang dibawa si burung adalah benar. Kalau tidak, niscaya dia akan dihukum karena membawa laporan palsu.
Tentang bala tentara yang dibagi-bagi (Yu2a'uun), ada angkatan manusia, ada angkatan burung-burung dan ada angkatan syaitan-syaitan dan jin-jin, itu pun menunjukkan pula bahwa seorang raja besar mesti sanggup mengatur tentaranya demikian rupa. Karena tentara yang teraturlah yang akan membawa kemenangan dalam peperangan.
Yang lebih mengasyikkan lagi ialah kehandalan Ratu Balqis memerintah negerinya. Terang bahwa Ratu bukanlah hanya semata-mata Ratu Perlambang atau Pemersatu, sedang kekuasaan hanya di tangan orang besar-besar. Di ayat-ayat yang menceriterakan tentang dirinya itu jelas kelihatan bahwa kekuasaan dipeyangnya erat, digenggamnya teguh. Dia mengajak orang besar-besarnya meminta fikiran mereka dan memeriksai mereka tentang kekuatan negara yang ada. Dan orang besar-besar pun, dari sebab wibawa ratu yang sangat kuat memberikan keterangan dengan jelas bahwa persediaan untuk perang cukup, namun keputusan adalah di tangan ratu sendiri.
Demikian juga tentang taktik ratu dalam memberikan hadiah untuk Nabi Sulaiman. Dengan memberikan hadiah, Ratu hendak mengetahui apakah yang mengirimkan surat itu semata-mata seorang Raja saja, atau seorang Nabi. Kalau dia seorang Raja hadiah itu tentu akan diterimanya. Kalau hadiah diterimanya mudahlah merayunya nanti. Apatah lagi Ratu percaya pula akan kekuasaan lain dalam dirinya di sampingnya sebagai seorang Ratu, yaitu bahwa dia perempuan yang cantik! Dengan kecantikannya kelak dia dapat menaklukkan Sulaiman. Setelah nyata bahwa Sulaiman menolak hadiah dan mengancam dengan sikap murka, tahulah Batqis bahwa ini memang bukan semata-mata Raja; ini adalah memang seorang Nabi. Berperang dengan orang semacam ini percuma. Sebab dia akan bersedia: “Esa mati, dua menang!"
Apatah lagi setelah dia datang sendiri ke Palestina. Berkali-kali dia kena catur politik halus Sulaiman, sehingga tiap dicoba, tiap dia yang kalah! Pertama, singgasananya sendiri telah terlebih dahulu ada di Palestina sebelum dia datang. Kedua, mahligai tempat dia akan bersemayam disangkanya ada kolam atau tasik di mukanya, rupanya hanya kaca atau crystal. Sedang dia tidak sanggup berbuat seperti itu. Kekalahan ketiga ialah ketika karena cemas akan basah roknya ketika menyeberangi “air", padahal hanya cermin atau kaca, dengan tidak sadar disimbahannya pahanya. Terbuka paha putih itu di hadapan
Sulaiman. Setelah dia sadar kesalahannya pada “etiket" itu langsunglah dia mengaku “Islam bersama Sulaiman". Jadilah Saba' di bawah perlindungan (protektorat) Kerajaan Nabi Sulaiman dan Ratunya menjadi salah seorang daripada isteri Baginda yang beratus banyaknya itu.