Ayat
Terjemahan Per Kata
فَمَكَثَ
maka ia berdiam/datang
غَيۡرَ
tidak jauh/tidak lama
بَعِيدٖ
kemudian
فَقَالَ
lalu ia berkata
أَحَطتُ
aku telah meliputi/mengetahui
بِمَا
dengan apa
لَمۡ
tidak
تُحِطۡ
kamu ketahui
بِهِۦ
dengannya
وَجِئۡتُكَ
dan aku datang/bawa kepadamu
مِن
dari
سَبَإِ
negeri Saba
بِنَبَإٖ
dengan berita
يَقِينٍ
yakin/benar
فَمَكَثَ
maka ia berdiam/datang
غَيۡرَ
tidak jauh/tidak lama
بَعِيدٖ
kemudian
فَقَالَ
lalu ia berkata
أَحَطتُ
aku telah meliputi/mengetahui
بِمَا
dengan apa
لَمۡ
tidak
تُحِطۡ
kamu ketahui
بِهِۦ
dengannya
وَجِئۡتُكَ
dan aku datang/bawa kepadamu
مِن
dari
سَبَإِ
negeri Saba
بِنَبَإٖ
dengan berita
يَقِينٍ
yakin/benar
Terjemahan
Tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita penting yang meyakinkan (kebenarannya.)
Tafsir
(Maka diamlah Nabi Sulaiman) dapat dibaca Famakutsa dan Famakatsa (dalam waktu yang tidak lama) tidak lama setelah itu datanglah burung Hud-hud ke hadapan Nabi Sulaiman seraya merendahkan diri, yakni dengan mengangkat kepalanya dan merendahkan kedua sayap dan ekornya. Akhirnya Nabi Sulaiman memaafkannya, lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepadanya tentang apa yang ia jumpai selama ketidakhadirannya itu (Hud-hud berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya) yakni aku telah menyaksikan apa yang belum pernah kamu saksikan (dan kubawakan kepadamu dari negeri Saba) dapat dibaca Saba-in dan Saba-a nama suatu kabilah yang diam di negeri Yaman. Mereka dinamakan dengan nama kakek moyangnya. Berdasarkan ketentuan ini lafal Saba menerima Tanwin (suatu berita) yakni kabar (yang diyakini).
Tafsir Surat An-Naml: 22-26
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum-mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan.
Allah tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang besar. Firman Allah ﷻ: Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22) Yakni setelah menghilang dalam waktu yang tidak lama, lalu datanglah hud-hud seraya berkata kepada Sulaiman: Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya. (An-Naml: 22) Artinya, aku telah menyaksikan apa yang tidak disaksikan olehmu dan juga oleh semua tentaramu. dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (An-Naml: 22) Yakni berita yang benar dan yakin.
Saba adalah negeri orang-orang Himyar, mereka adalah raja-raja negeri Yaman di masa silam. Kemudian hud-hud berkata: Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa wanita itu bernama Ratu Balqis binti Syarahil yang menguasai negeri Saba. Qatadah mengatakan bahwa ibu Ratu Balqis adalah jin perempuan yang ada di negeri Saba, karena itu tumit kaki Ratu Balqis seperti teracak kuda.
Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa Balqis binti Syarahil ibnu Malik ibnur Rayyan, ibunya bernama Fari'ah jin perempuan. Ibnu Juraij mengatakan, ibu Balqis binti Zu Syarkh bernama Balta'ah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa teman wanita Sulaiman (yakni Ratu Balqis) mempunyai seratus ribu personel pasukan.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ratu Saba' mempunyai dua belas ribu orang pasukan, dan menurut pendapat lainnya lagi seratus ribu orang pasukan. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku mempunyai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Ia berasal dari keluarga kerajaan, dan ia mempunyai dewan senat yang terdiri dari tiga ratus dua belas orang lelaki, masing-masing dari mereka mempunyai sepuluh ribu orang pasukan.
Kerajaan mereka berada di suatu tempat yang dikenal dengan nama Ma-rib, jauhnya tiga mil dari kota San'a. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran, sebab kebanyakan kerajaan negeri Yaman terletak di situ. Hanya Allah Yang lebih Mengetahui. Firman Allah ﷻ: dan dia dianugerahi segala sesuatu. (An-Naml: 23) Yakni semua perbendaharaan dunia yang diperlukan oleh seorang raja yang berkuasa lagi kuat. serta mempunyai singgasana yang besar. (An-Naml: 23) Maksudnya, singgasana tempat duduknya sangat besar dihiasi dengan emas dan berbagai macam batu permata dan mutiara.
Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa singgasana Balqis terbuat dari emas, sedangkan bagian permukaannya dihiasi dengan batu yaqut dan zabarjad, panjangnya delapan puluh hasta dan lebarnya empat puluh hasta. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, singgasana Balqis terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, serta mutiara; dan sesungguhnya yang melayaninya hanyalah wanita, semuanya berjumlah enam ratus orang yang khusus melayaninya.
Ahli sejarah mengatakan bahwa singgasana Ratu Balqis itu berada di dalam sebuah istana yang sangat besar, kokoh bangunannya lagi tinggi dan megah. Di dalam istana itu terdapat tiga ratus enam puluh jendela di sebelah timurnya, dan di sebelah baratnya terdapat pula jumlah jendela yang sama. Bangunan istananya dibangun sedemikian rupa agar sinar matahari setiap harinya masuk dari jendelanya, begitu pula disaat hendak terbenam, lalu mereka bersujud kepada matahari di setiap pagi dan petangnya.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah). (An-Naml: 24) Yaitu dari jalan yang benar. sehingga mereka tidak dapat petunjuk. (An-Naml: 24) Firman Allah ﷻ: dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah. (An-Naml: 24 25) Yakni agar tidak mengetahui jalan yang benar, yaitu mengikhlaskan bersujud hanya kepada Allah semata, bukan kepada sesuatu pun dari makhluk-Nya, baik yang berupa bintang maupun yang lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh firman Allah: Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah. (Fussilat: 37) Sebagian ahli qiraat membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Ingatlah, hai kaum, bersujudlah kalian kepada Allah. (An-Naml: 25) Dengan memakai ala istiftahiyyah dan ya nida, sedangkan munada-nya. dibuang yang bentuk lengkapnya ialah: Ya qaum (hai kaum), bersujudlah kalian kepada Allah.
Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi. (An-Naml: 25) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Allah mengetahui semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah serta lain-lainnya. Sa'id ibnul Musayyab mengatakan bahwa al-khab-u artinya air. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, bahwa makna yang dimaksud ialah apa yang tersembunyi di langit dan di bumi yang ada kaitannya dengan rezeki makhluk; hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi.
Kalimat ayat ini sesuai dengan perkataan hud-hud yang telah di bekali oleh Allah ﷻ naluri yang tajam. Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya, bahwa hud-hud dapat melihat air mengalir di perut bumi. Firman Allah ﷻ: dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. (An-Naml: 25) Yakni mengetahui semua ucapan dan perbuatan yang disembunyikan dan yang dinyatakan oleh semua hamba-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui friman-Nya: Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus, terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10) Adapun firman Allah ﷻ: Allah, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang besar. (An-Naml: 26) Yakni Dialah Allah yang berhak diseru, Yang tiada Tuhan selain Dia yang memiliki 'Arasy yang besar, yang tiada sesuatu pun dari makhluk-Nya lebih besar daripada 'Arasy-Nya.
Mengingat burung hud-hud menyeru kepada kebaikan dan menyembah Allah semata serta bersujud kepada-Nya, maka burung hud-hud dilarang dibunuh, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Ibnu Majah melalui Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan: Nabi ﷺ melarang membunuh empat macam hewan, yaitu semut, lebah, burung hud-hud, dan burung Surad. Sanad hadis berpredikat sahih."
Maka tidak lama kemudian datanglah burung Hudhud yang dicari cari, dan langsung menghadap Nabi Sulaiman. Lalu setelah ia di tanya oleh Nabi Sulaiman tentang keberadannya, dengan spontan ia berkata, dengan nada bangga 'Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui wahai baginda Nabi Sulaiman. Aku datang kepadamu dari negeri yang jauh yaitu negeri Saba' di Yaman dengan membawa suatu berita yang yang penting dan meyakinkan dan perlu engkau ketahui. "23. Burung Hudhud mulai bercerita. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan berkedudukan sebagai ratu yang memerintah mereka yaitu penduduk negeri Saba' di Yaman, dan dia dianugerahi segala sesuatu apa yang dibutuhkannya berupa kekayaan, peralatan, persenjataan, dan lainnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin satu negeri, serta memiliki singgasana yang besar yang tidak ada tandingannya pada saat itu.
Tidak berapa lama setelah ancaman hukuman untuk burung hud-hud itu dikeluarkan, burung itu pun datang. Sulaiman lalu menanyakan sebab-sebab kepergian burung hud-hud yang tanpa pamit itu.
Burung hud-hud itu menerangkan alasan kepergiannya dengan mengatakan bahwa ia telah pergi dan terbang mengarungi daerah yang jauh dan telah sampai kepada suatu negeri yang bernama Saba'. Ia mengetahui hal ihwal negeri itu yang Sulaiman sendiri belum mengetahuinya. Berita yang dibawanya itu adalah berita penting serta dapat diyakini kebenarannya.
Burung hud-hud telah menyampaikan berita penting itu kepada Nabi Sulaiman sedemikian rupa, dengan kata-kata yang manis lagi hormat, enak didengar telinga, disertai dengan alasan-alasan yang kuat pula. Dengan demikian, kemarahan Sulaiman kepada burung hud-hud itu berangsur-angsur mereda, akhirnya hilang sama sekali. Bahkan dengan keterangan itu, Nabi Sulaiman telah mendapat sesuatu yang berharga, sehingga hukuman yang pernah diancamkannya itu tidak jadi dilaksanakan.
Kesanggupan burung hud-hud bepergian sejauh itu dan menyampaikan berita penting kepada Nabi Sulaiman adalah suatu perwujudan kekuasaan Allah dan ilham yang ditanamkan-Nya ke dalam naluri burung hud-hud itu. Ia sanggup pergi dan terbang mengarungi daerah yang terletak antara negeri Palestina dan Yaman sekarang, suatu jarak yang cukup jauh, mengarungi daerah padang pasir yang sangat panas. Ia mengetahui dan mengerti keadaan negeri Saba' yang juga harus diketahui oleh Nabi Sulaiman yang bertugas sebagai seorang kepala negara dan sekaligus rasul Allah. Ia sanggup pula menyampaikan berita itu dan memberikan pengertian yang baik, sehingga Nabi Sulaiman langsung menanggapi berita yang dibawa burung hud-hud itu.
Nabi Sulaiman adalah seorang nabi dan rasul. Ia juga seorang raja yang bijaksana, yang mempunyai kekuasaan yang besar dan kekayaan yang melimpah. Ia mempunyai pengetahuan yang banyak di samping pengetahuan-pengetahuan lain yang mungkin hanya diberikan Allah kepadanya. Sedang burung hud-hud hanyalah seekor burung yang tidak mempunyai arti sama sekali, bila dibanding dengan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman. Sekalipun demikian, burung hud-hud memiliki pengetahuan yang belum diketahui oleh Nabi Sulaiman. Pengetahuan itu sangat dibutuhkan Nabi Sulaiman dalam melaksanakan tugasnya sebagai raja, terutama dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang nabi dan rasul Allah. Dalam menghadapi burung hud-hud sebagai sumber dan pembawa berita penting, Nabi Sulaiman mampu bersikap wajar, sebagai seorang hamba Allah.
Kisah Nabi Sulaiman dan burung hud-hud ini hendaknya menjadi tamsil dan ibarat bagi manusia, terutama bagi orang-orang yang telah mengaku dirinya beriman kepada Allah. Seseorang hendaknya jangan merasa sombong dan takabur karena pengetahuan, kekuasaan, dan kekayaan yang telah diberikan Allah kepadanya. Semua yang diberikan itu walau berapa pun banyaknya menurut dugaannya, namun yang diperoleh itu hanyalah sedikit sekali bila dibanding dengan pengetahuan, kekuasaan, dan kekayaan Allah. Oleh karena itu, jangan sekali-kali menganggap rendah, enteng, dan hina sesuatu atau seseorang. Mungkin Allah telah memberikan kepada seseorang yang dianggap hina dan rendah itu, apa yang tidak dipunyai oleh orang lain, yang mungkin diperlukan untuk suatu kepentingan, sebagaimana yang telah dianugerahkan-Nya kepada burung hud-hud. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan memuliakan manusia. Oleh karena itu, hendaklah manusia hidup berkasih-kasihan, tolong-menolong, dan hormat-menghormati antara sesama manusia. Tirulah sikap Nabi Sulaiman kepada burung hud-hud, yang selalu mengasihi dan menghormatinya, meskipun hanya seekor burung.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Sulaiman Dan Burung Hud-hud
Burung Hud-hud dalam bahasa Melayu (IndonesiAl bernama burung Takur. Paruhnya tajam sekali, sehingga dia dapat menembus batang kelapa dengan paruhnya tersebut, untuk dijadikannya sarang tempat berlindung. Kepalanya bergombak. Kalau dia sedang bekerja menembus pohon dengan paruhnya yang tajam itu, gombaknya itu tegak sebagaimana tegaknya bulu leher ayam jantan ketika berlaga. Dan dia pun mempunyai bunyi satu, satu, bukan panjang-panjang sebagai bunyi murai atau mentilau. Yang memberi-tahukan bahwa burung itulah yang bernama Hud-hud dalam al-Qur'an kepada saya, penulis Tafsir ini, ialah ayah dan guru penulis sendiri, ketika saya masih kecil, kami berjalan dari Muara Pauh ke Kampung Tengah kami melihat burung takur itu sedang mematuk pohon kelapa. Sambil menunjuk beliau berkata: “Burung takur inilah yang namanya tersebut dalam al-Qur'an: “Hud-hud!"
Ada ceritera orang mengatakan bahwa mata burung takur ini terang dan tajam sekali. Dia dapat mengetahui ada air tersimpan dalam bumi, walaupun kelihatan di luar itu kering. Sebab itu beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa Sulaiman sangat memerlukan burung takur itu dalam perjalanan untuk memberi petunjuk di mana ada air. Kalau ada air, mudahlah Nabi Sulaiman menyuruh Jin untuk menggalinya.
Ayat 20
“Dan dia periksai burung-burung." (pangkal ayat 20). Artinya bahwa Nabi-Raja Sulaiman melakukan pemeriksaan kepada bala tentara Baginda dari Angkatan burung-burung. Secara modennya ialah mengadakan inspeksi, pemeriksaan jika ada suatu kekurangan atau ada yang teratur menurut semestinya. Rupanya di antara perajurit burung itu ada tentara penting yang tidak kelihatan, yaitu burung hud-hud, takur."Lalu dia berkata: “Mengapa aku tidak melihat burung takur?" Ke mana dia? Aku tidak melihat dia di antara kamu burung-burung yang lain? “Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (ujung ayat 20). Apa sebab dia tidak hadir? Sakitkah dia? Atau dia telah memencilkan diri dari barisan, lalu ditangkap dan dimakan binatang buas? Atau diburu oleh orang yang tidak mengetahui bahwa dia adalah perajuritku?
Ayat 21
“Sungguh akan aku siksa dia dengan siksaan yang sangat berat." (pangkal ayat 21). Kalau dia meninggalkan barisan dengan tidak seizin atasannya."Atau sungguh akan aku sembelih dia." Yaitu dihukum mati kalau dia melakukan kelalaian yang merugikan."Atau dia segera datang kepadaku dengan keterangan yang jelas." (ujung ayat 21).
Artinya kalau sekiranya dia datang kepadaku segera membawa keterangan yang jelas dari sebab kepergiannya meninggalkan barisan, sehingga alasan yang jelas itu dapat aku terima, niscaya dia akan aku maafkan.
Ayat 22
“Maka berhentilah dia sejenak di tempat yang tidak begitu jauh." (pangkal ayat 22). Artinya bahwa seketika Baginda mengadakan inspeksi, si burung takur berdiri di tempat yang agak jauh. Sedang Baginda marah-marah karena dia tidak kelihatan, dia belum mau mendekat. Setelah murka Baginda sudah reda, barulah dia tampil ke muka. Apatah lagi dalam kemurkaan Baginda terkandung juga kata pengharapan, yaitu kalau dia segera datang dengan keterangan yang jelas. Dengan memberanikan diri: “Lalu dia berkata: “Aku telah mengerti sesuatu ha/ yang engkau tidak mengerti." Artinya ialah bahwa dia hilang tidak kelihatan oleh Baginda ialah karena dia selesai menyelidiki suatu hal yang amat penting, sehingga dia telah mengerti soal itu, sedang Baginda belum tahu dan dengan demikian dia tidak kelihatan bukanlah karena berlalai-lalai atau bermain-main."Dan aku datang kepada engkau dari negeri Saba' dengan berita yang yakin." (ujung ayat 22).
Dalam jawaban ini si burung takur atau burung pelatuk telah memberikan dua jawaban yang tegas. Dalam jawaban itu telah terbayang bahwa dia merasa tidak bersalah, bukan meninggalkan kewajiban atau mundur dari suatu tugas dengan tidak meminta izin, melainkan melakukan tugas berat yang dapat diper-tanggungjawabkan. Jawab yang pertama berisi keyakinan bahwa hal rahasia yang diketahuinya ini belum diketahui oleh Baginda Nabi-Raja Sulaiman. Sebab itu berani dia mengatakan bahwa dia lebih tahu dari beliau dalam hal itu. Kedua dia katakan bahwa dia kembali dari perjalanan jauh, yaitu ke negeri Saba' yang terletak di Selatan Jazirah Arab. Sedang Kerajaan Nabi Sulaiman terletak di sebelah Utara. Berita yang dibawanya ini bukan berita dari orang ke orang, melainkan hasil penyelidikannya sendiri. Sebab itu dikatakannya berita “yakin".
Ayat 23
“Aku dapati seorang perempuan menjadi raja mereka." (pangkal ayat 23). Ini pun lanjutan dari berita yakin itu, yang Raja tidak tahu. Seorang perempuan jadi raja dari negeri Saba' tersebut, padahal di negeri-negeri lain hanya laki-laki yang jadi raja. Lalu diteruskannya pula menerangkan keistimewaan dan kebesaran atau kekayaan negeri itu: “Dan dia dikurniai dari tiap-tiap sesuatu." Artinya bahwa negeri Saba' yang diperintah oleh raja perempuan itu adalah sebuah negeri yang kaya-raya. Apa saja yang diingini oleh raja perempuan itu dapat saja disediakan.
Di dalam Surat 34, yang memakai nama negeri itu (Surat Saba') ayat 15, diterangkan kekayaan negeri itu, yang terutama ialah kesuburan tanahnya, mengeluarkan hasil bumi yang berganda lipat. Sampai kepada masa kita sekarang ini, bumi Arab sebelah Yaman itu jualah yang terhitung Tanah Arab yang subur dapat ditanami banyak. Dan ceritera-ceritera lama menerangkan bahwa orang di sana sanggup mengadakan bendungan untuk membendung air hujan akan jadi persediaan minuman dan penyubur bumi. Ahli penyelidik riwayat dan sejarah kuno mengatakan bahwa Kerajaan Saba' dan Tubba' memeyang peranan penting pula dalam pelayaran di Laut Merah, penyambung perniagaan ke dunia sebetah Timur, sampai ke India dan China, menuju pulau-pulau kita ini melalui Selat Melaka. Lain dari kekayaan itu: “Dan dia mempunyai suatu singgasana yang besar." (ujung ayat 23).
Macam-macamlah ceritera di dalam kitab-kitab tafsir tentang bagaimana besarnya singgasana Ratu Saba' itu, yang disebut Balqis namanya, dan dikatakan bahwa singgasana itu terbuat daripada emas bertatahkan ratna mutu manikam, batu permata yang mahal-mahal, dan dikatakan pula bahwa besar singgasana itu tigapuluh hasta.
Dikatakan pula bahwa Ratu Saba' itu Balqis namanya dan Syarahiil nama ayahnya, tetapi ibunya bukan bangsa manusia, melainkan jin perempuan. Dikatakan pula bahwa di bawah perintahnya terdapat seratus ribu Qiil, yang berarti Kepala Perang, dan satu Kepala Perang itu membawahi seratus ribu perajurit. Sebab itu maka tentaranya berjumlah 100,000 x 100,000.
Sedang di zaman kita sekarang ini satu devisi tentara hanya paling banyak 20.000 orang! Sebab itu kalau kita saring ceritera begini untuk mengetahui bagaimana cara orang menjalin ceritera di zaman dahulu, bukanlah berarti bahwa kita langsung percaya saja. Apatah lagi akan menerima saja berita bahwa ibu Ratu Balqis itu bukan manusia, melainkan seorang jin perempuan.
Yang akan dekat dapat diterima ialah riwayat dari Qatadah, bahwa ahli musyawarat ratu itu adalah 312 orang banyaknya. Setiap seorang membawahi orang. Letak negerinya ialah di Ma'rib tiga mil jauhnya dari Shanaa.
Ayat 24
Lalu burung takur itu melanjutkan beritanya: “Aku dapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari." (pangkal ayat 24). Inilah yang jadi inti benta. Yaitu bahwa ratu itu bersama kaumnya bukanlah memeluk Tauhid, melainkan menyembah matahari. “Lain dari kepada Allah." Untuk melebih-jelaskannya lagi dan untuk lebih banyak perhatian Baginda, diterangkannya bahwa meskipun ada juga kepercayaan mereka kepada Allah namun yang mereka utamakan ialah menyembah matahari. Atau mungkin juga matahari itulah yang mereka anggap Allah."Dan syaitan telah menghiaskan bagi mereka amal mereka." Artinya, oleh karena telah dibujuk-bujuk, dirayu, yang buruk dikatakan bagus oleh syaitan, mereka pun memandang bahwa amalan mereka menyembah matahari itu adalah amalan yang baik dan benar.
Bujukan atau rayuan halus dari syaitan itu ialah suatu rayuan untuk menyanggap benar perbuatan yang salah, yang kadang-kadang dimasukkan syaitan kepada orang yang pergi memohonkan sesuatu dengan perantaraan kubur-kubur yang dianggapnya keramat. Orang itu dipropagandai oleh syaitan dengan katanya: “Perbuatan kita pergi meminta dan memohon kepada kubur itu tidaklah salah dan tidaklah merusak kepada akidah. Karena kita tetap mengakui bahwa Allah itu Maha Esa, tiada bersyarikat dengan yang lain. Dan kubur itu tidaklah bersyarikat dengan Allah. Cuma oleh karena “beliau" yang berkubur di sana adalah seorang Wali Allah, sedang kita ini manusia yang kotor, tentu kita tidak boleh langsung begitu saja memohon kepada Allah. Allah tidak mengenai kita! Siapalah kita yang banyak dosa ini! Tetapi karena beliau yang berkubur itu dekat dengan Allah, Wali dari Allah, niscaya akan lekaslah permohonan kita terkabul dengan perantaraan dia. Apa ubahnya dengan menghadap Presiden atau Raja! Niscaya akan lekas berhasil kalau ada “beking", yaitu orang yang membantu kita untuk lekas diurus.
Seorang yang dapat diperbodoh syaitan itu terangguk-angguk menerima rayuan syaitan yang demikian, sampai dengan tidak sadar derajat Allah telah disamakannya saja dengan birokrasi kantor-kantor, pakai pesuruh dan orang perantaraan segala.
Begitu pulalah yang dihiaskan syaitan sampai orang menyembah matahari.
Di Pulau Sumatera ada sungai besar bernama Batanghari Di Kuburajo (Minangkabau) masih didapati batu bersurat yang dikatakan orang berasal dari tempat raja bersemayam di zaman dahulukala. Di tengah-tengah batu sandaran yang diukir dan disurat itu terdapat gambaran matahari. Kalimat HARI itu sendiri nampaknya suatu waktu berarti sendiri. Syaitan menghiaskan bahwa kalau tidak ada matahari tidaklah mungkin ada kehidupan dalam alam ini. Sebab itu patutlah dia dipuja dan disembah. Karena jasanya amat banyak kepada manusia. Bujukan dan rayuan dan apa yang dihiaskan oleh syaitan itu menutup jalan bagi manusia untuk sampai kepada hakikat yang sebenarnya. Adapun hakikat yang sebenarnya ialah ALLAH! Di dalam laporan burung takur kepada Nabi Sulaiman itu disebutkannya juga akibat dari apa yang dihiaskan oleh syaitan itu, yaitu: “Sehingga tertutuplah bagi mereka jalan (yang benar)." Tertutup jalan buat sampai kepada hakikat yang sebenarnya, yaitu langsung menuju kepada Tuhan, yang disebut SABILILLAH atau SH1RATHAL MUSTAQIM (jalan yang lurus) atau AD-DINUL QAWIIM (Agama yang teguh). Maka terkatung-katunglah mereka di tengah jalan, tidak sampai kepada yang dituju dan mati dalam kesesatan."Maka mereka itu tidaklah mendapat petunjuk “ (ujung ayat 24),
Oleh karena sejak semuia sudah syaitan yang menghias kepada fikiran mereka bahwa yang buruk itu adalah baik, dan yang membawa mudharat itulah yang membawa manfaat, meraba-rabaiah mereka di dalam hidup, tidak ada tuntunan yang benar. Pemerintahan yang mereka dirikan tidak berdiri di atas dasar yang teguh.
Ayat 25
“(Yaitu) bahwa tidak bersujud kepada Allah." (pangkal ayat 25). Itulah yang menjadi pokok asal dari kesesatan. Padahal yang menjadikan matahari yang mereka sembah dan sujudi itu ialah Allah sendiri. Mengapa tidak langsung saja bersujud kepada Aliah? “Yang memunculkan simpanan di langit dan bumi." Di langit ada banyak sekali rahasia.Ilahi yang tersimpan. Di antaranya ialah petunjuk-petunjuk yang langsung akan diberikan kepada barangsiapa yang selalu mendekatkan dirinya kepada Allah, lalu diberi petunjuk, diberi Ilham dan kepada Rasul-rasul diberikan Wahyu. Di langit di dalam Perbendaharaan Tuhan ada yang bernama “Luh Mahfuzh"; di sana tersimpan rahasia yang akan diberikan kepada barangsiapa yang Allah kehendaki. Di bumi ini pun banyak sekali tersimpan kekayaan, terpendam di dalam perut bumi.
Kadang-kadang berjuta tahun baru dapat dikeluarkan. Selain dari emas dan perak, suasa, besi dan timah, terdapat juga kekayaan berbagai macam minyak yang dalam abad ke20 sesudah Isa Almasih ini baru diketahui orang."Dan Dia tahu apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan." (ujung ayat 25). Apa yang tersimpan di hati Dia tahu, apa yang diucapkan dan keluar Dia pun tahu. Adakah sesuai yang di mulut dengan yang di hati. Dia lebih tahu. Tidak usah main sembunyi-sembunyian dengan Allah.
Ayat 26
“Allah! Tiada Tuhan melainkan Dia." (pangkal ayat 26). Tidak yang lain jadi Tuhan. Tidak matahari, tidak bulan dan tidak seluruh alam ini. Karena seluruh alam ini hanya makhluk belaka diciptakan oleh Tuhan, dari tidak ada kemudian itu ada, setelah itu nanti akan lenyap."Tuhan dari ‘Arasy Yang Agung." (ujung ayat 26). ‘Arasy Allah, meliputi seluruh alam, tidaklah dapat dibandingkan singgasana Ratu Saba' atau raja dan raja mana saja pun dengan ‘Arasy Allah itu."Meliputi kursiNya atas seluruh langit dan bumi."
Ayat 27
Setelah selesai berita yang dibawa oleh burung takur itu: “Dia berkata: “Akan kami tengok." (pangkal ayat 27). Artinya, akan kami selidiki atau akan kami perhatikan dengan seksama: ‘Apakah benar engkau atau adakah engkau dari golongan orang-orang pendusta." (ujung ayat 27).
Cara sambutan seorang raja nampak benar dalam kata-kata ini. Perkataan itu meskipun sangat penting, meskipun dikatakan berita yang meyakinkan, Raja-Nabi Sulaiman tidak langsung menyambut saja. Beliau akan memeriksa terlebih dahulu kebenaran berita itu, benarkah berita si burung atau dia termasuk orang-orang pendusta.
Dengan secara halus pun dapat kita merasakan bahwa kata-kata si burung pada permulaan laporan, bahwa dia lebih mengetahui apa yang Seri Baginda tidak tahu belum mendapat sambutan yang menggembirakan dari beliau. Beliau akan “mencek" kebenarannya terlebih dahulu. Dia belum boleh ber-gembira.
Ayat 28
Lalu Baginda perintahkan: “Pergilah bawa suratku ini dan jatuhkan dia kepada mereka." (pangkal ayat 28). Inilah ujian pertama tentang benar atau dustanya perkataan si burung. Dia mesti terbang kembali ke negeri itu membawa surat Baginda. Burung sebagai pengantar surat ini telah berlaku beberapa abad kemudian, sampai kepada zaman kita sekarang ini. Burung dara (merpati) banyak yang diasuh dan dididik untuk itu."Kemudian berpalinglah dari mereka." Yaitu segera terbang ke tempat yang aman di dalam istana itu juga supaya engkau jangan sampai tertangkap oleh mereka: “Lalu lihat apa yang mereka perbuat!" (ujung ayat 28). Artinya, hendaklah engkau perhatikan bagaimana sambutan mereka, bagaimana sikap yang akan mereka ambil berkenaan dengan surat itu.