Ayat
Terjemahan Per Kata
هُدٗى
petunjuk
وَبُشۡرَىٰ
dan kabar gembira
لِلۡمُؤۡمِنِينَ
bagi orang-orang yang beriman
هُدٗى
petunjuk
وَبُشۡرَىٰ
dan kabar gembira
لِلۡمُؤۡمِنِينَ
bagi orang-orang yang beriman
Terjemahan
(sebagai) petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang mukmin,
Tafsir
Ia adalah (petunjuk) yang memberi petunjuk agar tidak sesat (dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman) yang percaya kepadanya, yaitu akan diberi surga.
Tafsir Surat An-Naml: 1-6
Tha Sin. (Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). Mereka itulah orang-orang yang mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur'an dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dalam surat Al-Baqarah telah diterangkan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali banyak surat Al-Qur'an. Firman Allah ﷻ: (Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan. (An-Naml: l) Yakni ayat-ayat Al-Qur'an alias Kitab yang jelas lagi gamblang ini. untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman. (An-Naml: 2) Yaitu sesungguhnya hidayah dan berita gembira Al-Qur'an ini hanyalah diterima bagi orang yang beriman kepadanya, mengikuti petunjuknya, membenarkannya, serta mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Yaitu mengerjakan salat fardu, menunaikan zakat dan meyakini adanya hari akhirat, dan hari berbangkit sesudah mati serta hari pembalasan amal perbuatan, amal baik dan amal buruk, juga meyakini adanya surga dan neraka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan.(Fussilat: 44), hingga akhir ayat. Dan firman Allah ﷻ: agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat. (An-Naml: 4) Maksudnya, mereka mendustakannya dan menganggap mustahil akan terjadi.
Kami jadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (An-Naml: 4) Yakni mereka memandang indah dan baik apa yang mereka kerjakan, dan Kami biarkan mereka dalam kesesatannya sehingga mereka bergelimang di dalamnya. Hal itu merupakan balasan dari kedustaan mereka terhadap adanya negeri akhirat, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya. (Al-An'am: 110), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang buruk (di dunia) dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. (An-Naml: 5) Artinya, tiada seorang pun dari makhluk yang berada di padang mahsyar lebih merugi terhadap dirinya sendiri selain dari mereka.
Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur'an dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (An-Naml: 6) Yaitu engkau Muhammad, benar-benar menerima Al-Qur'an ini dari sisi Allah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Yakni Mahabijaksana dalam perintah dan larangan-Nya, lagi Maha Mengetahui semua perkara, baik yang besar maupun yang kecilnya. Berita yang disampaikan oleh Al-Qur'an adalah benar belaka, dan hukum yang ditetapkannya adalah keadilan yang sempurna, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)"
Al-Qur'an adalah menjadi petunjuk, pembimbing manusia ke jalan yang lurus dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Merekalah yang bisa memanfaatkan Al-Qur'an dalam kehidupan mereka. Mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti akan masuk surga. 3. Orang yang beriman adalah orang-orang melaksanakan salat sesuai dengan syarat dan rukunnya, dan melakukannya terus menerus sepanjang hayat, dan menunaikan zakat, sebagai bentuk kewajiban dan rasa syukur kepada Allah atas limpahan rezeki-Nya, dan mereka meyakini adanya kebangkitan manusia dan kehidupan abadi pada hari akhirat.
Al-Qur'an itu sebagai petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Petunjuk yang merupakan hidayah Allah, sehingga manusia menjadi yakin dan mau beriman. Akan tetapi, tidak semua manusia dapat memperoleh dan menikmati hidayah dari Allah, meskipun Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk dan pembeda antara yang benar dan batil bagi manusia seluruhnya, sebagaimana dalam firman Allah:
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)... (al-Baqarah/2: 185).
Hanya orang-orang yang beriman dan yang mempunyai kesediaan dalam dirinya untuk beriman saja yang dapat menikmati petunjuk Al-Qur'an. Bagi orang-orang yang beriman, Al-Qur'an menambah petunjuk dan hidayah yang sudah ada, sehingga bertambah pula iman dan amal perbuatannya dalam melaksanakan ajaran Islam yang juga bersumber pada Al-Qur'an. Dengan demikian, iman seseorang dapat bertambah dan berkurang sesuai dengan amalnya. Hal ini disebutkan Allah dalam firman-Nya:.. Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. (at-Taubah/9: 124).
Mereka merasa gembira karena mendapat berita tentang limpahan rahmat dan keridaan Allah. Surga juga tersedia bagi mereka sebagai tempat tinggal, yang penuh dengan berbagai macam kenikmatan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Surat
AN-NAML
(SEMUT)
Surat 27: 93 ayat Diturunkan di MAKKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Murah lagi Pengasih.
Al-Qur'an Membawa Berita Gembira
Ayat 1
“THA-SIIN." (pangkal ayat 1).
Sebagai biasa, yaitu huruf-huruf pembuka dari beberapa Surat di dalam al-Qur'an. Banyak Ulama Tafsir mengambil kesimpulan: “Hanya Allah sajalah yang lebih tahu akan maknanya, karena tidak mungkin ada kata-kata di dalam al-Qur'an, walaupun terdiri dari susunan huruf-huruf yang tidak ada maksudnya. Tetapi ada juga yang memberinya arti, bahwa hurut Tha adalah isyarat dari Thayuib atau Thaher. Thayyib berarti bagus dan Thaher berarti bersih. Dan huruf SIIN (…) adalah isyarat dari kalimat Salim yang berarti selamat, tidak kurang suatu apa. TJengan kedua huruf itu dipanggillah Nabi kita Muhammad s.a.w.: “Hai orang yang bagus dan baik, yang bersih lagi selamat."Ini adalah ayat-ayat dari al-Qur'an dan kitab yang nyata." (ujung ayat 1). Yang diturunkan dari Allah Tuhan Yang Maha Mulia Maha Tinggi, dibawakan oleh Jibril dan disampaikan oleh Rasulullah s.a.w. untuk disebarkan dan diberitahukan kepada ummat manusia. Ayat-ayat berarti juga perintah, dan berarti itu tanda Kebesaran Allah, berarti juga tiap-tiap ayat dari al-Qur'an itu sendiri yang 6,236 ayat banyaknya terkumpul di dalam 114 Surat. Dia juga dinamai Kitab. Al-Qur'an itu sendiri sebagai Mush-shaf adalah kitab yang disusun berjuzu'-juzu', berkeping-keping, dimulai dari Surat yang pertama al-Fatihah yang disebut Ummul-Qur'an, atau ibu al-Qur'an dan disudahi dengan Surat an-Nas. yaitu Surat 144 Sebagai kitab dia adalah kitab yang nyata, kitab yang tidak berbelit-belit, bersuiit-sulit, melainkan nyata dan dapat difahamkan, tidak menimbulkan ragu. Sebagai perintah, dia pun perintah yang tegas, halalnya nyata dan haramnya nyata. Sebab itu maka kaum musyrikin kalau hendak menolaknya, sudah terang hanya karena hendak memperturutkan hawa nafsu beliaka.
Ayat 2
Dia adalah: “Petunjuk dan berita gembira." (pangkal ayat 2). Petunjuk sama juga dengan penunjuk jalan, pedoman hidup yang akan menentukan ke arah mana jalan yang akan ditempuh, yang diridhai oleh Allah dalam dunia ini. Dia pun mengandung khabar berita gembira, janji yang benar untuk orang yang mematuhi petunjuk itu, yaitu kebahagiaan yang akan dicapai dunia dan akhirat: “Bagi orang-orang yyang beriman." (ujung ayat 2). Maka kepercayaan kepada Tuhan itulah pokok dasar terlebih dahulu, baru petunjuk al-Qur'an berfaedah. Sebagaimana diketahui, kalimat al-Qur'an itu sendiri artinya ialah bacaan. Sebab itu maka orang-orang yang beriman hendaklah banyak membaca dan memperhatikan al-Qur'an. Dengan pembacaan-pembacaan itu kian sehari kian masuklah pemahamannya ke dalam hati. Kadang-kadang bila dibaca suatu ayat dengan seksama, datanglah satu petunjuk. Kemudian dibaca lagi, dan lain hari dibaca lagi dengan seksama, petunjuk yang kedua datang pula. Sehingga rahasia-rahasia itu kian lama kian terbuka. Hal yang dahulu belum diketahui, kemudian diketahui dan diketahui lagi.
Di dalam Surat 2 Al-Baqarah ayat 121:
“Orang-orang yang Kami berikan kepada mereka al-Kitab, yang membacanya dengan sebenar-benar bacaan, mereka itulah yang akan beriman kepada-nga."
Oleh sebab kalau hanya membaca semata membaca, bukan membaca sebenar membaca, bukan membaca dengan penuh perhatian, bukan membaca dengan persesuaian kesadaran ma'ani (makna yang ada dalam jiwAl dengan ucapan yang keluar dari mulut, tidaklah akan merasai kelezatan Iman dari al-Qur'an.
Berpuluh kali pun dibaca, beratus kali pun dapat menamatkan membaca al-Qur'an, dia hanya akan berlengyang-lengyang saja di luar, tidak masuk ke dalam hati, laksana air di atas daun keladi, kalau tidak dengan penuh minat dan perhatian. Di sinilah jelas perlunya setiap Muslim mengerti akan al-Qur'annya. Lantaran itu sejak semula hendaklah kita memupuk Iman yang sedang tumbuh, jangan Iman dibiarkan tumbuh dengan tidak ada pemeliharaan dan pemupukan. Pemeliharaan dan pemupukan itu dijelaskan lagi pada ayat yang selanjutnya:
Ayat 3
“(Yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan memberikan zakat." (pangkal ayat 3). Hubungan akal kita dengan Allah, karena Iman telah ada, hendak diperdalam lagi dengan mendirikan sembahyang. Kita diwajibkan mendirikan sembahyang lima waktu sehari semalam, sehingga Tuhan itu tidak pernah sampai lupa oleh kita. Rasa akan lupa karena sibuknya pekerjaan kita setiap hari, waktu sembahyang pun masuk pula, dengan itu kita mengingat Allah kembali. Ingat bukan hanya dalam hati, melainkan dengan ucapan lidah dan ingatan hati. Itulah yang dinamai Zikir:
Sabda Tuhan:
“Dirikanlah olehmu sembahyang, karena untuk mengingat Daku."
Kita pun dianjurkan kalau masih ada kelapangan dan kesanggupan menambah sembahyang itu dengan yang Nawafil, yang sunnat-sunnat. Sebagai Qabliyah dan Ba'diyah dan Dhuha dan Tahajjud dan sembahyang-sembahyang yang iain. Semua tambahan itu kalau tidak sempat mengerjakan, boleh ditinggalkan, tetapi yang lima waktu jangan sampai ketinggalan. Dengan demikian maka Allah itu tidaklah akan sampai terlupa. Karena kalau sampai terlupa, kita bisa saja tersesat dalam perjalanan hidup. Di samping sembah yang, kalau kita telah mempunyai kemampuan, sampai Nishab harta dan tiba ; waktunya (Haul), hendaklah keluarkan Zakat.
Dengan sembahyang kita teguhkan hubungan dengan Tuhan. Dengan zakat kita kokohkan hubungan dengan sesama manusia, terutama kita bela orang-orang yang lemah yang fakir dan miskin, sehingga di samping kokoh hubungan dengan Tuhan, kokoh pula hubungan kita dengan sesama manusia. Kita tidak mungkin dapat hidup sendiri dalam dunia ini. “Dan mereka dengan hari akhirat adalah yakin." (ujung ayat 3).
Mereka menjadi yakin bahwa akhirat itu pasti datang, bahwa sesudah kita mati kita akan dihidupkan kembali dalam alam yang lain, yang bernama hari akhirat itu, sebab Iman mereka kepada Allah telah terpupuk sejak semula. Iman kepada Allah bertali dengan Iman kepada Rasul. Mereka sudah yakin bahwa tidak ada seorang Rasul Allah yang akan membawa khabar bohong. Segala Rasul menerangkan tentang hari akhirat. Dan akhir sekali. Nabi Muhammad s.a.w. pun memperjelas pula soal Hari Akhirat itu. Seorang Mu'min sudah yakin bahwa berita hari kiamat ini adalah berita benar. Kalau seorang Nabi hanya akan membawa khabar bohong, tidaklah mereka akan bersedia menempuh demikian banyak kesukaran hidup karena untuk menjelaskan berita Kiamat itu. Dan mereka pun yakin pula bahwa kitab suci yang dibawa oleh Rasul-rasul itu bukanlah kitab-kitab dusta. Al-Qur'an bukan kitab dusta atau dongeng karangan Muhammad. Kitab yang benar disampaikan oleh orang yang benar. Menolak pernyataan tentang akan adanya Hari Akhirat, berarti menolak seluruhnya. Menolak seluruhnya, artinya ialah kafir.
Pada ayat yang selanjutnya dinyatakan ciri-ciri dari orang yang tidak percaya akan hari akhirat itu.
Ayat 4
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, Kami masukkan dalam hati mereka rasa bagus perbuatan mereka itu." (pangkal ayat 4). Artinya, bahwasanya orang yang tidak ada dasar kepercayaan bahwa sesudah hidup yang sekarang ini akan ada lagi hidup akhirat menjadi kaburlah bagi mereka jalan yang akan ditempuh, mana yang benar Bahkan sebaliknya, barang yang tidak benar, mereka rasakan ilulah yang benar. Perbuatan yang salah, mereka banggakan bahwa itulah yang baik. Selalu mereka menyangka bahwa mereka di pihak yang benar orang lain di pihak salah. Mereka tidak mau disalahkan. Mereka tidak ingat lagi akan akibat-akibat buruk yang akan mereka terima di belakang hari karena kesalahan langkah. Padahal Iman kepada hari akhirat itulah yang dapat mengekang hawanafsu manusia daripada berbuat yang jahat dan yang salah. Iman kepada hari akhiratlah yang dapat membendung hawanafsu dan syahwat. Sedang mereka yang tidak beriman kepada hari akhirat itu menyangka bahwa hidup hanya sehingga inilah. Kalau sudah mati, kesempatan sudah tidak ada lagi. Oleh sebab itu timbullah nafsu loba dan tamak akan keuntungan walaupun dengan merugikan orang lain: “Dan mereka pun kehilangan arah hidup." (ujung ayat 4).
Ya'mahuun, kita artinya kehilangan arah hidup Berputar ke sana ke sini saja, bagai mehasta kain sarung. Hati terikat kepada dunia, namun setelah dunia tercapai, bukanlah ketenteraman yang datang, melainkan kecemasan. Nafsu tidak ada batas, padahal tenaga dan umur terbatas. Kadang-kadang dalam perjalanan hidup yang penuh kebingungan itu, remuklah mental dan phisik, jiwa dan raga. Mati pun datang, pengharapan kosong, hari depan gelap. Dalam tafsir lama, dikatakan bahwa YA'MAHUUN itu artinya “hundak-hundak", artinya ke hilir ke mudik tidak menentu, bagai air di ulak pulau, keras ke sana, tungyang ke mari.
Ayat 5
“Itulah orang-orang yang bagi mereka seburuk-buruk siksaan." (pangkal ayat 5). Kalau hidup di dunia itu sudah menempuh jalan yang tidak tentu arah, atau jalan buntu, atau laksana belayar, tidak tentu barang ke mana arah tujuan, itulah yang seburuk-buruk siksaan di dalam hidup ini.
Disangka tadinya hidup itu suatu mkmat, padahal sudah menjadi suatu laknat. Berapa banyaklah orang yang pada lahimya kelihatan kaya, padahal jiwanya miskin dan sengara; kekacauan fikiran, cemburu, remuk-redam, tersiksa siang dan malam. Berapa banyaknya orang yang bosan dan bahkan takut menghadapi hidup itu sendiri, sehingga ada yang membunuh dirinya sendiri, padahal hartabendanya berjuta-juta, tanahnya berhektar-hektar. Berapa banyaknya orang yang di dalam puncak kekayaan dalam jiwa yang remuk me-rindukan, biarlah dia hidup miskin terpencil di desa sunyi, tetapi jiwa tenteram, padahal hidup demikian tidak dapat dicapainya lagi. Itulah orang-orang yang menderita seburuk-buruk siksaan."Dan di akhirat adalah mereka orang-orang yang sangat rugi." (ujung ayat 5). Di akhirat mereka termasuk orang-orang yang sangat rugi, sebab sejak dari masa hidup di dunia ini mereka tidak pernah teringat buat menyediakan bekal untuk didapati di sana. Rezeki yang diberikan Tuhan hanya habis untuk pemenuhi syahwatnya. Dan setelah dia mati, tidak secuil jua pun yang dapat dibawanya. Coba kalau dia beriman kepada hari akhirat, niscaya semasa hidupnya dia telah mengirimkan bekal lebih dahulu dengan berbuat baik beramal shalih, yang akan didapatinya berlipat-ganda di akhirat.
Ayat 6
“Dan sesungguhnya engkau." (pangkal ayat 6) -di hadapan Tuhan kepada UtusanNya Nabi Muhammad s.a.w. “Adalah menerima al-Qur'an langsung dari sisi Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui." (ujung ayat 6).
Al-Qur'an diterima langsung, min ladun, dari Allah. Maksudnya ialah bahwa wahyu ini adalah wahyu Ilahi. Jibril hanya Malaikat pengantar, laksana pesuruh posi, yang tidak berhak menambah mengurangi.
Di dalam ayat ini disebutkan atau ditonjolkan DUA sifat Tuhan yang utama dalam menurunkan wahyu ini, yaitu sifat Maha Bijaksana, dan Maha Mengetahui. Artinya ialah bahwa segala wahyu yang diturunkan oleh Tuhan langsung daripadanya itu bukanlah diturunkan dengan seram pangan saja. Semuanya dengan Hikmat, dengan Bijaksana, dengan pertimbangan yang matang dari Tuhan, sesuai dengan kekuataan manusia yang akan menerima, dan sesuai pula dengan sifat Rahman dan Rahim yang ada pada Tuhan, sifat Kasih dan sifat Sayang. Dan datang dari ilmu Allah Ta'ala yang meliputi seluruh alam yang Dia ciptakan. Dia tahu lemah dan kuatnya manusia. Dia tahu kesungguhan dan kelalaian hambaNya. Dia tahu akan cita-cita manusia yang mulia dan tahu pula akan tarikan hawanafsunya sendiri, sehingga kadang-kadang manusia itu terjerumus berbuat salah, tetapi akhirnya dia menyesal. Dia tahu semuanya itu, sebab itu maka segala wahyu yang Dia turunkan penuhlah dengan Kebijaksanaan.