Ayat
Terjemahan Per Kata
فَتَبَسَّمَ
maka dia tersenyum
ضَاحِكٗا
tertawa
مِّن
dari
قَوۡلِهَا
perkataannya (semut itu)
وَقَالَ
dan dia berkata
رَبِّ
ya Tuhanku
أَوۡزِعۡنِيٓ
tahanlah/perkenankan aku
أَنۡ
untuk
أَشۡكُرَ
aku mensyukuri
نِعۡمَتَكَ
nikmat-Mu
ٱلَّتِيٓ
yang
أَنۡعَمۡتَ
Engkau anugerahkan
عَلَيَّ
atasku
وَعَلَىٰ
dan atas
وَٰلِدَيَّ
kedua orang tuaku
وَأَنۡ
dan untuk
أَعۡمَلَ
aku mengerjakan/beramal
صَٰلِحٗا
saleh
تَرۡضَىٰهُ
Engkau meridainya
وَأَدۡخِلۡنِي
dan masukanlah aku
بِرَحۡمَتِكَ
dengan rahmat-Mu
فِي
dalam
عِبَادِكَ
hamba-hamba-Mu
ٱلصَّـٰلِحِينَ
orang-orang yang saleh
فَتَبَسَّمَ
maka dia tersenyum
ضَاحِكٗا
tertawa
مِّن
dari
قَوۡلِهَا
perkataannya (semut itu)
وَقَالَ
dan dia berkata
رَبِّ
ya Tuhanku
أَوۡزِعۡنِيٓ
tahanlah/perkenankan aku
أَنۡ
untuk
أَشۡكُرَ
aku mensyukuri
نِعۡمَتَكَ
nikmat-Mu
ٱلَّتِيٓ
yang
أَنۡعَمۡتَ
Engkau anugerahkan
عَلَيَّ
atasku
وَعَلَىٰ
dan atas
وَٰلِدَيَّ
kedua orang tuaku
وَأَنۡ
dan untuk
أَعۡمَلَ
aku mengerjakan/beramal
صَٰلِحٗا
saleh
تَرۡضَىٰهُ
Engkau meridainya
وَأَدۡخِلۡنِي
dan masukanlah aku
بِرَحۡمَتِكَ
dengan rahmat-Mu
فِي
dalam
عِبَادِكَ
hamba-hamba-Mu
ٱلصَّـٰلِحِينَ
orang-orang yang saleh
Terjemahan
Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Tafsir
(Maka tersenyum) Nabi Sulaiman pada permulaannya (tertawa) pada akhirnya (karena mendengar perkataan semut itu) dia telah mendengarnya walaupun jaraknya masih jauh yakni tiga mil, kemudian suara itu dibawa oleh angin. Nabi Sulaiman menahan bala tentaranya sewaktu mereka hampir sampai ke lembah semut, sambil menunggu supaya semut-semut itu memasuki sarang-sarangnya terlebih dahulu. Bala tentara Nabi Sulaiman dalam perjalanan ini ada yang menaiki kendaraan dan ada pula yang berjalan kaki (dan dia berdoa, "Ya Rabbku! Berilah aku) berilah aku ilham (untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan) nikmat-nikmat itu (kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang Saleh") yakni para Nabi dan para Wali.
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata, "Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) itu benar-benar suatu karunia yang nyata. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung; lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.
Allah ﷻ menceritakan tentang nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kedua orang hamba-Nya yang telah diangkat-Nya menjadi nabi, yaitu Nabi Daud dan putranya (Nabi Sulaiman a.s.) Yakni nikmat-nikmat yang berlimpah, bakat-bakat yang luar biasa, sifat-sifat yang indah, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, kerajaan, pengaruh yang kuat di dunia, dan kenabian serta risalah agama. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman." (An-Naml: 15) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari Ibrahim ibnu Yahya ibnu Hisyam, bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku yang telah menceritakan bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat yang isinya sebagai berikut: Sesungguhnya Allah tidak memberikan suatu nikmat kepada seseorang hamba, lalu hamba yang bersangkutan memuji kepada Allah atas nikmat itu, melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya.
Seandainya engkau tidak mengetahui hal ini kecuali melalui apa yang disebutkan di dalam Kitabullah. Allah telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman. (An-Naml: 15) Maka nikmat manakah yang lebih utama daripada apa yang telah diberikan kepada Daud dan Sulaiman a.s.? Firman Allah ﷻ: Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (An-Naml: 16) Yakni mewarisi kerajaan dan kenabiannya, bukan mewarisi hartanya.
Karena seandainya Sulaiman mewarisi hartanya, tentulah tidak hanya khusus Sulaiman saja yang mewarisinya, melainkan anak-anak Nabi Daud yang lainnya pun ikut mewarisinya, karena sesungguhnya Nabi Daud mempunyai seratus orang istri. Hal ini menguatkan bahwa yang diwarisinya hanyalah kerajaan dan kenabiannya saja, karena sesungguhnya para nabi itu tidak diwarisi hartanya, seperti yang diberitakan oleh Rasulullah ﷺ melalui salah satu sabdanya yang mengatakan: Kami para nabi, tidak diwarisi; semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.
Firman Allah ﷻ: Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. (An-Naml: 16) Yakni Sulaiman memberitahukan kepada orang-orang bahwa Allah telah melimpahkan kepadanya nikmat-nikmat berupa kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang besar, sehingga ditundukkan baginya manusia, jin, dan burung-burung. Selain dari itu Sulaiman telah dianugerahi ilmu bahasa burung, ini merupakan suatu pemberian yang belum pernah diberikan kepada seorang manusia pun, menurut pengetahuan kami, berdasarkan apa yang telah diberitakan oleh Allah ﷻ kepada Rasul-Nya.
Adapun mengenai pendapat orang-orang bodoh dan para penggembala yang menduga bahwa semua hewan dapat berbicara seperti manusia sebelum masa Sulaiman dan Daud, seperti yang telah dikatakan oleh sejumlah orang yang mengemukakan pendapatnya tanpa pengetahuan. Karena seandainya memang seperti apa yang dikatakan oleh mereka, tentulah anugerah ini secara khusus kepada Sulaiman tidak mengandung makna apa pun.
Sebab semua manusia mengerti bahasa burung dan hewan serta memahami apa yang dikatakan mereka, padahal kenyataannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan itu. Bahkan sejak diciptakan, hewan-hewan dan burung-burung serta makhluk lainnya (selain manusia) sampai masa kita sekarang ini tidak ada yang dapat berbicara. Akan tetapi, memang Allah telah memberikan pengertian kepada Sulaiman bahasa burung yang sedang terbang di udara, juga bahasa hewan-hewan dengan berbagai jenis dan macamnya.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami beri segala sesuatu, (Ah-Naml: 16) yang diperlukan bagi seorang raja. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata. (An-Naml: 16) Yakni karunia yang jelas dari Allah kepada kami. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdur Rahman, dari Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Daud a.s. adalah seorang lelaki yang besar cemburunya. Apabila dia bepergian, maka semua pintu rumahnya ditutup dan tidak boleh ada seorang lelaki pun masuk ke dalam rumahnya menemui istri-istrinya sebelum ia pulang." Pada suatu hari ia pergi, sebelumnya ia menutup semua pintu istananya, lalu ada seorang wanita mengintip rumah Nabi Daud, dan ternyata ia melihat ada seorang lelaki sedang berdiri di tengah-tengah istananya.
Lalu wanita itu berkata kepada wanita-wanita yang ada di dalamnya, "Dari manakah lelaki ini masuk ke dalam istana Daud, padahal semua pintunya telah dikunci? Demi Allah, kalian benar-benar akan dilaporkan kepada Daud." Ketika Daud datang, ia menjumpai ada seorang lelaki sedang berdiri di tengah-tengah rumahnya. Daud bertanya, "Siapakah kamu?" Lelaki itu menjawab, "Orang yang tidak takut kepada para raja dan tidak terhalang oleh penghalang apa pun." Daud berkata, "Kalau begitu, demi Allah, engkau adalah malaikat maut, selamat datang dengan perintah Allah." Lalu Daud menyelimuti dirinya di tempat peraduannya, dan malaikat itu mencabut rohnya, dan setelah malaikat itu menjalankan tugasnya, bertepatan dengan terbitnya matahari, maka Sulaiman a.s.
berkata kepada burung-burung, "Naungilah jasad Daud!" Maka semua burung menaunginya hingga bumi ini ternaungi oleh burung-burung itu. Kemudian Sulaiman berkata kepada semua burung, "Katupkanlah sebelah sayapmu (yakni pakailah sebelah sayap saja)." Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah burung dapat melakukan hal itu?" Beliau ﷺ mengatupkan tangannya, dan bahwa yang menaunginya hanyalah elang merah saja, karena dapat mendesak burung lainnya. Firman Allah ﷻ: Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung-burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (An-Naml: 17) Yakni Sulaiman mengumpulkan semua bala tentaranya yang terdiri dari makhluk jin, manusia dan burung-burung.
Nabi Sulaiman diiringi oleh mereka dengan segala kebesaran dan kemegahannya di tengah-tengah bala tentara manusia, karena merekalah yang mengiringinya. Setelah mereka terdapat bala tentara dari makhluk jin, sedangkan bala tentara burung kedudukan mereka berada di atas (di udara); apabila matahari panas, maka burung-burung itu menaunginya dengan sayap-sayapnya. Firman Allah ﷻ: lalu mereka diatur dengan tertib. (An-Naml: 17) Yaitu dia menyusun secara rapi barisan masing-masing mulai dari pertama sampai yang terakhir, agar tiada seorang pun yang melangkahi posisi yang telah ditetapkan baginya.
Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman menjadikan pada tiap barisan komandannya sendiri yang mengatur barisan tersebut agar rapi dan berjalan dengan tertib, tidak semrawut, sebagaimana yang dilakukan oleh raja-raja di masa sekarang. Firman Allah ﷻ: Hingga apabila mereka sampai di lembah semut. (An-Naml: 18) Yakni manakala Nabi Sulaiman beserta bala tentaranya yang mengiringinya sampai di lembah semut. berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. (An-Naml: 18) Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui jalur Ishaq Ibnu Bisyr, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Al-Hasan, bahwa nama semut yang berbicara itu adalah Haras.
Ia berasal dari kelompok semut yang dikenal dengan nama Bani Syisan. Disebutkan bahwa besar semut itu sama dengan seekor serigala, sedangkan semut yang berbicara itu pincang kakinya. Ia merasa khawatir makhluk jenisnya akan binasa karena terinjak-injak oleh teracak kuda-kuda pasukan Nabi Sulaiman, maka ia menyerukan kepada makhluk jenisnya agar memasuki sarang-sarang mereka. Sulaiman a.s. mengerti pembicaraan itu.
Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai. (An-Naml: 19) Yakni berilah aku kekuatan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku sehingga aku dapat memahami bahasa burung dan bahasa semua hewan berkat pengajaran-Mu kepadaku, juga kepada kedua orang tuaku, agar diriku menjadi orang yang tunduk patuh dan beriman kepada-Mu.
dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai. (An-Naml: 19) Yaitu amal yang Engkau sukai dan Engkau ridai. dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (An-Naml: 19) Artinya, apabila Engkau mewafatkan diriku, maka himpunkanlah daku bersama dengan hamba-hamba-Mu yang saleh, dan rafiqul a'la dari kekasih-kekasih-Mu. Sementara ada sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa lembah tersebut terletak di negeri Syam atau negeri lainnya, dan bahwa semut tersebut mempunyai dua buah sayap seperti lalat atau hal lainnya hanyalah merupakan dongengan-dongengan yang tidak ada kenyataannya.
Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa semut Nabi Sulaiman besarnya seperti serigala. Penukil mengatakan bahwa memang demikianlah saya jumpai dalam kitab salinannya memakai huruf ya, padahal sebenarnya memakai ba. Hal ini merupakan kekeliruan dari penyalinnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. (Kalau memakai ya artinya serigala, sedangkan kalau memakai ba artinya lalat). Yang tersimpulkan dari kisah ini ialah bahwa Sulaiman memahami ucapan semut itu, karenanya ia tertawa; hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menakjubkan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Zaid Al-Ama, dari Abus Siddiq An-Naji yang telah menceritakan bahwa Sulaiman ibnu Daud a.s. keluar untuk meminta hujan. Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut sedang terlentang seraya menghadapkan semua kakinya ke arah langit dan berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu.
Kami memerlukan sekali siraman hujan-Mu. Jika tidak Engkau sirami kami, berarti Engkau akan membinasakan kami." Maka Sulaiman berkata, "Marilah kita pulang, sesungguhnya telah ada makhluk selain kalian yang membacakan doa istisqa." Di dalam kitab Sahih Muslim telah disebutkan sebuah hadis melalui jalur Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hamman, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Seekor semut pernah menggigit salah seorang nabi dari kalangan nabi-nabi (terdahulu), maka nabi itu memerintahkan agar kampung semut itu dibakar.
Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (seraya menegurnya).Apakah karena seekor semut yang menggigitmu, lalu kamu binasakan segolongan makhluk yang bertasbih Mengapa kamu tidak membunuh seekor semut saja?"
Begitu mendengar perkataan semut tersebut, maka dia, Sulaiman, tersenyum lalu tertawa karena mendengar perkataan semut itu, Dia senang dengan anugerah Allah yang diperlihatkan kepadanya. Dan sebagai ungkapan rasa syukur, dia, Sulaiman, berdoa, 'Ya Tuhanku Yang memeliharaku! Anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang demikian banyak yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan berikanlah juga aku ilham agar aku bisa mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku, dengan rahmat-Mu, ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. ' 20. Jika pada ayat yang lalu Nabi Sulaiman memahami bahasa semut, pada ayat ini Nabi Sulaiman memahami bahasa burung, antara lain burung Hudhud. Nabi Sulaiman menggunakan burung Hudhud untuk berbagai keperluan seperti membawakan surat, mencari air dan memantau keadaan bangsa lain. Dan pada satu kesempatan, dia, Sulaiman, memeriksa burung-burung yang ada di sekitarnya, lalu berkata kepada prajurit yang ada, 'Mengapa aku tidak melihat burung Hudhud' Kemanakah dia' Apakah ia termasuk yang tidak hadir'.
Mendengar perkataan raja semut bahwa Sulaiman dan tentaranya tidak bermaksud membinasakan mereka dan berbuat jahat, membuat Sulaiman tersenyum. Raja semut itu juga mengatakan bahwa seandainya ada di antara semut-semut itu yang terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, maka hal itu bukanlah sengaja dilakukannya, tetapi karena Sulaiman dan tentaranya tidak melihat mereka, karena tubuh mereka amat kecil.
Atas rahmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada Sulaiman berupa kemampuan memahami percakapan raja semut itu, dan adanya semacam anggapan baik dari raja semut terhadap Sulaiman dan bala tentaranya, maka Sulaiman berdoa kepada Allah, "Wahai Tuhanku Yang Pemberi Rahmat, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang terus-menerus mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada ibu-bapakku. Jadikanlah aku sebagai seorang hamba-Mu yang selalu mengerjakan amal-amal saleh yang Engkau ridai, dan jadikanlah aku orang yang berkeinginan mengerjakan amal saleh itu. Bila aku meninggal dunia, masukkanlah aku ke dalam surga bersama-sama orang-orang yang saleh yang Engkau masukkan ke dalamnya dengan rahmat-Mu."
Dari doa Nabi Sulaiman itu dipahami bahwa yang diminta oleh Sulaiman kepada Allah ialah kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti. Sekalipun Allah telah melimpahkan beraneka ragam kesenangan dan kekuasaan duniawi kepadanya, namun ia tidak lupa diri karenanya. Ia yakin bahwa kesenangan duniawi itu adalah kesenangan yang sementara sifatnya dan tidak kekal.
Sikap Nabi Sulaiman pada waktu menerima nikmat Allah itu adalah sikap yang harus dicontoh dan dijadikan suri teladan oleh setiap kaum Muslimin. Berdoa dan bersyukurlah kepada Allah setiap mendapatkan nikmat-Nya, dan tidak bersikap mengingkari nikmat-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nikmat Tuhan Atas Daud dan Sulaiman
Pada ayat-ayat ini Allah akan menceriterakan dari ha! kedua orang Nabi-Nya, ayah dan anak, yaitu Daud dan Sulaiman. Allah memberikan anugerah kepada mereka keduanya kelebihan dunia dan kelebihan akhirat. Dalam kelebihan dunia beliau keduanya mencapai menjadi Raja Bani israil, menguasai sebuah kerajaan besar. Dan nikmat akhiratnya atau kerohaniannya ialah karena kedua beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah. Artinya dengan kekuasaan yang ada pada beliau-beliau Syariat yang diturunkan Tuhan dapat mereka jalankan dengan memakai kekuasaan. Beliau-beliau bukan lagi semata-mata menyeru manusia supaya tunduk kepada Allah Yang Maha Esa. bahkan dapat mengerahkan ummat supaya mentaati Tuhan dan beliau-beliau sendin menunjukkan contohnya dalam ketekunan hidup beragama. Untuk mengisi kekuasaan sebagai Raja, beliau keduanya pun diberi Allah pula Ilmu.
Ayat 15
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman." (pangkal ayat 15). Di dalam ayat ini Ilmu Pengetahuan disebutkan ‘llman dengan shighat Nakirah, artinya secara umum, bukan satu ilmu yang khusus. Sebab itu sebagai Kepala Negara, beliau telah diberi Allah ilmu-ilmu yang perlu di dalam memimpin rakyatnya. Sebab kalau Kepala Negara itu bodoh, jahil, kurang ilmu, tidaklah akan tegak wibawa mereka di dalam memimpin rakyat. Dalam ayat-ayat yang lain ditegaskan bahwa sebagai Raja Besar yang memerlukan perajurit-perajurit yang tangkas di medan perang. Nabi dan Raja Daud ahli dalam membuat baju besi untuk dipakai berperang. Dan sebagai sebuah negara besar. Raja pun harus pandai bermain musik. Maka beliau pun ahli menabuh kecapi dan dapat bernyanyi dengan suara yang merdu. Tetapi oleh karena beliau Raja-Nabi, nyanyian beliau penuh dengan puji-pujian kepada Ilahi. Jika beliau bernyanyi, menurut riwayat, burung yang sedang terbang pun akan tertegun lalu hinggap ke dekat beliau untuk turut mendengarkan.
Demikian juga putera beliau Sulaiman. Nabi dan Raja Sulaiman ini pun terkenal dalam berbagai ilmu, bahkan dalam banyak hal melebihi ayahnya. Misalnya sampai diajarkan Tuhan kepadanya ilmu untuk mengetahui bunyi burung apa artinya. Di zaman kita sekarang ini ahli-ahli penyelidik binatang-binatang mempergunakan alat-alat pita perekam suara (tape recorder) untuk menangkap bunyi binatang atau burung-burung guna mempelajarinya. Kepada Sulaiman telah diberikan Allah ilmu untuk mengetahui itu. Dan ke-lebihan dia dari ayahnya ialah karena beliau pun mempunyai ilmu untuk menundukkan jin-jin halus, sehingga dapat diperintahnya: “Dan keduanya telah mengatakan: Segala puji-pujian bagi Allah yang telah melebih-utama-kan kami dari hamba-hambaNya yang beriman!" (ujung ayat 15).
Ujung ayat ini menyatakan bahwa Raja-Nabi dua beranak itu bersyukur kepada Tuhan atas nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, di antara hamba-hamba Allah yang beriman. Di sini pula ayat Allah memberikan tuntunan kepada manusia, bahwa apabila mereka telah dapat nikmat Kerajaan dan Kekuasaan, hendaklah mereka bersyukur dan janganlah menyombong. Itulah kelebihan Nabi-nabi. Berbeda dengan Fir'aun yang mentang-mentang mendapat kekuasaan, lalu menyombong sampai mengakui dirinya jadi Tuhan.
Menurut suatu riwayat daripada lbnu Abi Hatim, Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal sebgai seorang Khalifah yang shalih, menyerupai Khulafah-ur Rasyidin, pernah menulis sepucuk surat kepada seorang kepercayaannya: “Bilamana Allah mencurah nikmatNya kepada seseorang hambaNya, lalu si hamba itu memuji syukur kepada Allah, maka pujiannya itu akan lebih tinggi di sisi Allah daripada nikmat itu sendiri."
Nabi kita Muhammad s.a.w. meskipun telah memakai gelar Raja atau Sultan, tetapi jelaslah di dalam mengadakan da'wah Agama Islam, Allah telah memberikan pula kepada beliau kekuasaan yang sangat besar, sehingga setelah Hijrah ke Madinah itu samalah kedudukannya dengan seorang Raja. Tetapi nikmat yang diberikan Allah itu tidaklah merubah kesederhanaan hidup beliau sedikit jua pun. Malah di saat beliau mencapai puncak kemenangan, yaitu seketika beliau menaklukkan Makkah, beliau masuk ke dalam kota yang sangat dirinduinya itu mengendarai “Al-Qashwaa" dengan menekur, sampai tercecah kepalanya ke leher kendaraannya, tidak menyombong karena kemenangan itu, melainkan menekur bersyukur kepada Allah karena kemenangan itu tidak akan tercapai kalau bukan kumia dari Allah.
Ayat 16
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud." (pangkal ayat 16). Dikatakan di sini mewarisi, atau mempusakai. Yang dimaksud bukanlah mewarisi kekayaan emas dan perak. Karena kalau cuma itu, tidaklah ada pentingnya diwahyukan oleh Tuhan. Karena sudah sewajarnya anak mewarisi harta ayahnya. Apatah lagi anak Daud bukanlah Sulaiman saja; ada lagi anak yang lain. Mereka pun menerima waris pula. Maka yang dimaksud di sini ialah menerima waris Nubuiuwat dan Kerajaan.
Ayahnya Nabi, Sulaiman pun Nabi. Ayahnya Raja, Sulaiman pun Raja. Ayahnya seorang yang cerdik pandai memerintah, Sulaiman pun cerdik pandai memerintah, bahkan dalam beberapa hal melebihi ayahnya.
Apatah lagi terlukis dalam riwayat bahwa Nabi Daud itu beristeri banyak sekali, sampai lebih daripada 100 orang perempuan. Dan hampir semuanya beranak. Kalau beliau'tnewariskan harta, tentu terbagilah harta yang banyak itu kepada putera yang banyak. Tetapi Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda:
“Kami Nabi-nabi tidaklah diwarisi, harta yang kami tinggalkan adalah shadaqah."
(Riwayat Bukhari dan Muslim, dan Imam Ahmad, dan Abu Daud dan Termidzi, an-Nasa'i dan Thabrani)
Keterangan Nabi kita Muhammad s.a.w. itu pun memperkuat lagi bahwa yang diwariskan oleh Daud kepada Sulaiman ialah Nubuwwat dan Kerajaan dan Ilmu Pengetahuan. Sebanyak itu saudara-saudara Sulaiman, tidak seorang jua pun yang jadi Nabi seperti dia. Dan tidak seorang pun yang menjadi Raja."Dan dia pernah berkata; “Wahai manusiai Telah diajarkan kepada kami percakapan burung dan telah dianugerahkan kepada kami dari segala sesuatu." Oleh karena ini adalah ilmu yang khusus dianugerahkan Allah kepada Sulaiman, maka tanda bersyukur Sulaiman kepada Allah tidaklah dia sembunyikan hal itu. Bahkan diberitahukannya kepada manusia. Yang biasa disembunyikan atau dirahasiakan orang kepada sesamanya manusia ialah ilmu sihir, karena ilmu sihir tidaklah tahan uji. Sihir dapat dikalahkan oleh sihir pula, dan seluruh sihir dapat dikalahkan oleh Mu'jizat. Mu'jizat tidaklah ada yang dapat mengatasinya.
Mu'jizat beliau yang terbesar itu ialah kesanggupannya mengetahui percakapan burung-burung.
Janganlah kita salah faham tentang burung yang pandai bercakap. Burung tiung, burung kakatua, burung nuri dan burung bayan atau burung beo, pandai bercakap kalau diajar. Tetapi tidaklah dia faham apa yang dikatakannya. Dia hanya mengulang-ulangi apa yang diajarkan. Demikian juga diberikan kepada beliau segala sesuatu yang diperlukan sebagai seorang Raja, alat-alat tanda kebenaran. Apa saja yang beliau perlukan diperlengkapi oleh Allah."Sesungguhnya ini adalah benar-benar sesuatu kumia yang nyata." (ujung ayat 16).
Kalau segala yang diperlukan di dalam suatu Kerajaan yang besar, dapat saja dicapai dengan mudah, tentu teranglah bahwa itu kumia yang paling nyata dari Tuhan. Sebagai alamat bahwa Tuhan memberikan restu dan berkat kepada Kerajaan yang didirikan oleh Sulaiman itu.
Ayat 17
“Dan telah dikumpulkan untuk Sulaiman bala tentaranya dari Jin dan manusia dan burung-burung." (pangkal ayat 17).
Pangkal ayat 17 ini adalah berkait dengan ayat 16 sebelumnya. Yaitu bahwa segala sesuatu perlengkapan Kerajaan yang diperlukan disediakan oleh Tuhan buat Sulaiman. Yang terpenting sekali ialah perajurit bala tentara.
Maka tentara Sulaiman itu terdiri dari tentara ghaib, tentara udara dan tentara biasa! Tentara ghaib ialah Jin, tentara udara ialah burung dan tentara biasa ialah manusia. Masing-masing ditempatkan dalam lapangan dan bidangnya. Sebab itu maka di ujung ayat dikatakan: “Dan semua mereka diatur." (ujung ayat 17). Disusun sebaik-baiknya. Atau diberi berbarisan.
Ahli Tafsir Mujahid berkata: “Tiap-tiap kelompok itu mempunyai pengatur sendiri, sehingga tidak terkacau di antara satu kelompok dengan kelompok yang lain!
Dengan ini dapatlah kita fahamkan bahwa bala tentara Nabi Sulaiman itu teiah diatur sedemikian rupa, dengan memakai komandan sendiri-sendiri. Dengan mengingat bahwa dari zaman ke zaman telah banyak kemajuan susunan ketenteraman di seluruh dunia ini, namun al-Qur'an telah memberikan isyarat sejak semula bahwa tentara yang tersusun rapi adalah salah satu syarat mutlak di dalam mencapai kemenangan peperangan dan menjaga keamanan dalam negeri.
Di sini disebutkan secara berturut jenis bala tentara Baginda Nabi-Raja Sulaiman itu. Pertama disebutkan Jin. Yaitu makhluk halus. Al-Qur'an (Surat 55 ar-Rahman ayat 15). Menyebutkan bahwa Jin itu terjadi dari gejala api. Yaitu ujung api yang sangat panas yang tidak merah lagi warnanya, malahan telah jadi kebiruan, seperti yang dipancarkan orang untuk menyambung besi (las). Dari itu kata al-Qur'an -itulah asal Jin — itu. Sedang syaitan atau Iblis adalah berasal dari Jin itu (Surat 18 al-Kahfi ayat 50). Dan Tuhan memberi anugerah kepada Sulaiman, diberi kebesaran Roh sehingga Jin itu pun bisa diperintahnya.
Di dalam Surat 34, Saba' ayat 12 diterangkan bahwa di antara Jin itu ada yang Baginda perintah memperbuat barang-barang yang Baginda kehendaki, yaitu membuat gedung-gedung bertingkat, patung-patung perhiasan dan piring-piring besar seperti kolam untuk tempat makan perajurit-perajurit yang banyak, juga periuk-periuk yang selalu terjerang. Di ayat 14 dari Surat itu juga, dinyatakan pula bahwa Jin-jin itu juga dikerahkan membuat bangunan-bangunan besar. Ahli-ahli Tafsir mengatakan bahwa bangunan-bangunan besar itu ialah salah satu di antaranya Baitul Maqdis. Dalam membangun itulah Baginda wafat, sedang berdiri memerintahkan dan menjaga orang bekerja. Namun Baginda masih tetap berdiri juga, tidak ada yang tahu bahwa Baginda telah mangkat, walaupun jin-jin itu sendiri. Melainkan setelah tongkat tempat beliau bertelekan patah dimakan anai-anai dan beliau pun jatuh, barulah orang tahu bahwa beliau telah mangkat.
Menurut tafsir dari ibnu Katsir dalam peraturan barisan pergi berperang, bala tentara terdiri dari manusia berjalan di muka sekali dan jin di belakang dan burung-burung terbang di atas Maka jika kita perkaitkan di antara ayat-ayat di Surat Saba' itu dengan ayat 17 yang tengah kita tafsirkan ini, diperhatikan pula tafsiran Ibnu Katsir tersebut, mungkin kita akan sampai kepada pendapat bahwa Jin adalah berjalan di garis belakang. Pekerjaan mereka amat penting menyediakan perlengkapan-perlengkapan kerajaan dan perlengkapan perang. Mereka tidak tertonjol ke muka. Dalam kaedah tentara moden dapat dikatakan bahwa Jin adalah memeyang urusan Intendant.
Tentang burung-burung dapat juga kita fahamkan bahwa mereka diberi tugas oleh Nabi Sulaiman untuk memeyang perhubungan, pengiriman surat-menyurat. Sampai ke zaman sekarang burung-burung merpati dapat dididik menjadi “Merpati Pos". Burung-burung tertentu sebagai burung elang dan rajawali dapat dipergunakan buat mengejar musuh. Sampat ke zaman kita sekarang ini bangsa Arab masih memelihara burung elang buat berburu kijang atau rusa di padang pasir. Bahkan berburu singa pun mereka tidak takut dengan memakai burung elang. Elang yang terlatih dapat menampar buruan yang telah terdesak dengan sayapnya, sambil mematuk mata buruan dengan paruhnya, sampai tidak dapat melihat lagi. Di waktu itu mudahlah membunuhnya.
Apabila kita tidak menambah-nambah apa yang diterangkan di dalam al-Qur'an dengan ceritera-ceritera lsrailiyat yang berisi banyak tambahan dan dongeng, dapatlah kita kira-kirakan bagaimana Nabi-Raja Sulaiman memanfaatkan burung-burung yang beliau jadikan tentaranya dan perajuritnya itu. Bahkan burung HUD-HUD, atau burung Takur, beliau jadikan Spion atau mata-mata.
Allah memberikan kelebihan dan kekuatan jiwa bagi Sulaiman, hingga sanggup menangkap dan memahamkan kata-kata atau nyanyian dari burung-burung yang beliau jadikan tentara itu.
Sayid Quthub memberikan pula tafsiran beliau dalam tafsir beliau yang terkenal,.bahwa dengan demikian bukanlah berarti bahwa Nabi Sulaiman menguasai sekalian yang bernama burung dalam dunia ini, bukan! Yang jelas ialah bahwa beliau mempunyai tentara yang terdiri dari burung-burung. Sebagaimana beliau mempunyai tentara yang terdiri dari manusia biasa, bukanlah berarti bahwa sekalian manusia jadi tentara beliau. Sedang daerah kekuasaan beliau hanya meliputi dari tanah-tanah Syam dan Irak sekarang ini, kemudian menaklukkan Tanah Arab bagian Selatan, dengan takluknya Ratu Saba' sebagai yang akan tersebut selanjutnya.
Maka pada suatu waktu berangkatlah Nabi-Raja Sulaiman bersama tentaranya yang besar itu; tentara manusia, jin dan burung-burung.
Ayat 18
“Hingga apabila mereka telah sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut." (pangkal ayat 18).
Rupanya dalam Angkatan Perang Nabi-Raja Sulaiman yang besar itu, lengkap diiringkan pula oleb orang-orang besar Kerajaan, sampailah Baginda ke satu lembah, yang di sana ada sarang semut. Rupanya adalah seekor semut di antara semut-semut yang banyak itu memberitahu kepada teman-temannya “masyarakat" semut, bahwa tentara Nabi Sulaiman akan lewat di tempat mereka itu.
Di dalam memikirkan ayat ini, dapatlah kita menggambarkan bahwa semut di musim panas atau mendekati musim dingin sangat aktif mengumpulkan makanan yang mereka bawa ke dalam sarang yang telah tersedia. Kadang-kadang berbentuk “lobang kelam" saja. Ada yang berjalan sendiri-sendiri, seekor-seekor mencari-cari. Kalau bertemu makanan yang penting, segera yang seekor itu menemui kawannya, “membisikkan" atau tegasnya memberitahu dengan m endapkan rasa “makanan" atau “objek" penting itu. Dan teman baru itu pergi pula mencari kawan. Dalam beberapa menit saja, tempat itu telah ramai dikerumuni. Kalau perlu diangkat bersama-sama, misalnya bangkai lipas (kacoAl atau yang lain. Kalau sukar membawa, mereka datang bersama ke sana. Maka semut yang memberitahu atau yang berkata itu rupanya seekor semut “pengintai" atau pencari keterangan. Perkataan semut yang seekor itu kepada teman-temannya ialah begini: “Hai sekalian semut-semut! Masuklah kamu sekalian ke dalam sarang-sarangmu, supaya kamu jangan dihancurleburkan oleh Sulaiman dan bala tentaranya; sedang mereka tidak merasakan." (ujung ayat 18).
Begitu besamya jumlah tentara itu yang akan melintas di sini, sedang kamu adalah makhluk yang sangat kecil. Kamu pasti akan hancur kena injak kakinya, dan kaki kendaraannya. Beribu-ribu kamu akan binasa, sedang Sulaiman dan tentaranya tidaklah akan sadar atau meskipun mereka tahu, meskipun mereka lihat bangkai semut telah bergelimpangan tidaklah akan jadi perhatian mereka, karena kita bangsa semut adalah makhluk kecil saja dibanding dengan mereka.
Ayat 19
“Maka tertawalah dia tergelak-gelak dari sebab mendengarkan perkataan semut itu." (pangkal ayat 19). Tersenyum dan tertawalah Baginda Nabi Sulaiman mendengar perkataan semut itu kepada kawan sejenisnya. Mungkin beliau tertawa memikirkan bahwa binatang atau serangga kecil itu bersiap-siap hendak menangkis bahaya yang akan menimpa, padahal tidaklah mereka akan dapat mengelak kalau manusia berniat hendak menghancurkan.
Kita teringat semut-semut selimbada atau semut kerangga yang sengatnya sangat pedih dan sakit. Kalau kita mendekati dia, misalnya kita bermaksud hendak menangkap, lalu kita acukan jari kita, dia pun bersiap dengan menyangakan mulut hendak menggigit. Semua selimbada memang sangat pedih bila dia menggigit. Maka jika kita lihat semut kecil itu menyangakan mulut bersedia menggigit dan meludahkan “serum" bisanya, padahal dia begitu halus, namun tidak ada perasaan takut samasekali, walaupun berhadapan dengan manusia yang beribu kali lebih besar dari mereka, niscaya kita akan tersenyum. Walaupun seekor semut selimbada telah menggigit dan memang pedih terasa gigitan itu, dengan sekali tekan saja dengan jari kaki beberapa ekor bisa mati, apalagi dengan sepatu. Itu agaknya yang menyebabkan Nabi-Raja Sulaiman tertawa sampai tergelak-gelak."Dan berkatalah dia: “Ya Tuhanku! Berilah aku peluang untuk bersyukur atas nikmat Engkau dan yang telah Engkau nikmatkan kepadaku."
Yang beliau sangat syukuri di waktu itu ialah karena ilmu yang dianugerahkan Tuhan kepadanya dapat dia mengetahui perkataan semut. Atau dapat dia mengetahui perikehidupan semut. Mempunyai Spion yang mengintip dan menyelidiki kalau-kalau ada bahaya yang akan menimpa, lalu memberi peringatan cepat-cepat kepada kaumnya sesama semut supaya lekas menyingkir, di samping nikmat-nikmat yang lain; nikmat kekuasaan, nikmat kerajaan, nikmat nubuwwat terutama dan nikmat dapat menguasai pula makhluk-makhluk halus buat dimanfaatkan tenaganya bagi kepentingan kerajaannya: “Dan kedua orang ayah-bundaku." Sebab nikmat yang dia terima sekarang ini, sebagaimana telah diterangkan pada ayat 16 di atas, sebahagian ialah sebagai warisan dari ayahnya, yang digelerkan Tuhan kepada dirinya. Dan ayahnya Nabi Daud pun adalah Nabi dan Raja pula, dibantu oleh ibunya yang telah melahirkan dia ke dunia. Sebab itu meskipun yang terkemuka hanya ayahnya, maka Sulaiman sebagai putera yang berbakti tidaklah mau melupakan bahwa ibunya pun sangat patut turut disebutnya di hadapan Tuhan. Karena ibu itu yang melahirkannya ke dunia: “Dan supaya aku beramal dengan amalan yang shalih." Pekerjaan yang baik, usaha yang berfaedah, perbuatan yang berguna; “Yang Engkau ridhai," yaitu bahwa sesuai hendaknya baik yang aku pilih itu dengan kehendak dan keridhaan Engkau, ya Tuhanku! “Dan masukkanlah kiranya akan daku, dengan Rahmat Engkau ke dalam golongan hamba-hamba Engkau yang shalih." (ujung ayat 19). Tercatat kiranya diriku ini dalam golongan atau dalam daftar Tuhan sebagai hamba-hambaNya yang shalih, yang berfaedah, yang berjasa, yang hidupnya di dunia ini tidak percuma terbuang-buang saja.
Dengan itulah Nabi Sulaiman menyatakan syukur kepada Allah atas nikmat berlipat-ganda yang dia terima. Sedang Tuhan akan sangatlah gembira bilamana hambaNya mensyukuri nikmat yang telah Dia berikan, dan bila nikmat $rang telah diberikan itu disyukuri, Tuhan pun berjanji akan melipatgandakannya lagi.
Dalam satu riwayat dari Ibnu Abi Hatim tersebutlah suatu ceritera yang diterimanya dengan sanadnya dan Abish Shiddiq an-Najiy, bahwa pada suatu hari Nabi Sulaiman bin Daud pergi ke suatu tanah lapang berdoa kepada Tuhan memohonkan hujan. Tiba-tiba bertemulah beliau dengan seekor semut sedang tidur menelentang di atas pasir dan kakinya menadah ke langit. Beliau mendengar semut itu berdoa: “Ya Allah! Aku ini adalah salah satu daripada makhluk engkau. Kami semuanya sudah sangat kehausan. Kalau tidaklah segera Engkau turunkan air minum untuk kami, binasalah kami semua!"
Hanya Nabi Sulaiman yang mendengar doa itu. Lalu beliau berpaling kepada rakyat dan bala tentara yang mengiringkan beliau dan beliau berkata: “Marilah kita kembali! Salah satu makhluk Allah telah berdoa dengan khusyuknya di hadapan Tuhan, dan doanya dikabulkan Tuhan!"
Kisah semut dalam al-Qur'an dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang keadaan binatang, terutama tentang serangga, tidaklah boleh kita pandang enteng saja.
Semut marabunta di Afrika, bisa memusnahkan segala yang dilaluinya apabila dia sedang melalui sesuatu tempat dengan beribu-ribu dan berlaksa-laksa banyaknya. Kambing yang dipanjatnya, kambing mati. Setelah mati dimakannya bersama-sama, sampai tinggal tulang yang sudah kering. Bahkan manusia pun bisa mati dikeputungi semut.
Syaikh Thanthawi Jauhari di dalam Tafsir beliau yang terkenal “Al-Jawahir" menceriterakan kehidupan semut dalam berbagai jenisnya dengan memakai gambar-gambar. Ada semut yang sanggup membuat sarangnya dari tanah liat yang menonjol di permukaan bumi. Sarang semut itu lebih keras daripada tembok beton semen sekalipun.