Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Fir'aun) berkata
ءَامَنتُمۡ
apakah kamu beriman
لَهُۥ
kepadanya/Musa
قَبۡلَ
sebelum
أَنۡ
bahwa
ءَاذَنَ
aku memberi izin
لَكُمۡۖ
bagi kalian
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
لَكَبِيرُكُمُ
benar-benar pembesar/pemimpinmu
ٱلَّذِي
yang
عَلَّمَكُمُ
mengajar kamu
ٱلسِّحۡرَ
sihir
فَلَسَوۡفَ
maka pasti nanti
تَعۡلَمُونَۚ
(kalian) mengetahui
لَأُقَطِّعَنَّ
sungguh aku memotong
أَيۡدِيَكُمۡ
tanganmu
وَأَرۡجُلَكُم
dan kaki-kakimu
مِّنۡ
dari/dengan
خِلَٰفٖ
yang berlainan/bersilang
وَلَأُصَلِّبَنَّكُمۡ
dan sungguh-sungguh aku akan menyalibmu
أَجۡمَعِينَ
semuanya
قَالَ
(Fir'aun) berkata
ءَامَنتُمۡ
apakah kamu beriman
لَهُۥ
kepadanya/Musa
قَبۡلَ
sebelum
أَنۡ
bahwa
ءَاذَنَ
aku memberi izin
لَكُمۡۖ
bagi kalian
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
لَكَبِيرُكُمُ
benar-benar pembesar/pemimpinmu
ٱلَّذِي
yang
عَلَّمَكُمُ
mengajar kamu
ٱلسِّحۡرَ
sihir
فَلَسَوۡفَ
maka pasti nanti
تَعۡلَمُونَۚ
(kalian) mengetahui
لَأُقَطِّعَنَّ
sungguh aku memotong
أَيۡدِيَكُمۡ
tanganmu
وَأَرۡجُلَكُم
dan kaki-kakimu
مِّنۡ
dari/dengan
خِلَٰفٖ
yang berlainan/bersilang
وَلَأُصَلِّبَنَّكُمۡ
dan sungguh-sungguh aku akan menyalibmu
أَجۡمَعِينَ
semuanya
Terjemahan
Dia (Fir‘aun) berkata, “Apakah kamu sekalian beriman kepadanya (Musa) sebelum aku mengizinkanmu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka, kamu tentu akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti kupotong tangan dan kakimu secara bersilang dan benar-benar akan kusalib kamu semua.”
Tafsir
(Berkata) Firaun, ("Apakah kamu sekalian beriman) lafal A-amantum dapat pula dibaca Tas-hil sehingga bacaannya menjadi Amantum (kepadanya) yakni kepada Nabi Musa (sebelum aku memberi izin) secara langsung dariku (kepada kalian? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian) berarti ilmu kalian itu adalah sebagian daripada ilmunya, dan ini berarti pertarungan dan kemenangan di antara sesama perguruan (maka kalian nanti pasti benar-benar mengetahui) akibat perbuatan kalian itu dariku. (Sesungguhnya aku akan memotong tangan kalian dan kaki kalian dengan bersilang) yaitu tangan kanan mereka akan dipotong berikut kaki kirinya (dan aku akan menyalib kalian semuanya").
Tafsir Surat Ash-Shu'ara': 49-51
Firaun berkata, "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian, maka kalian nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatan kalian); sesungguhnya aku akan memotong tangan kalian dan kaki kalian dengan bersilangan dan aku akan menyalib kalian semuanya. Mereka berkata, "Tidak ada kemudaratan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman.
Fir'aun mengancam para ahli sihir, tetapi ancamannya tidak berpengaruh sedikit pun pada mereka, bahkan tiada menambahkan pada diri mereka ancaman itu selain iman dan berserah diri kepada Allah, Tuhan semesta alam. Demikian itu karena Allah telah menyingkapkan dari kalbu para ahli sihir itu hijab kekafiran dan menampakkan kepada mereka perkara yang hak melalui pengetahuan mereka yang tidak diketahui oleh kaumnya, bahwa apa yang didatangkan oleh Musa itu bukanlah bersumber dari manusia, melainkan dari Allah yang telah mendukungnya dan menjadikannya sebagai hujah dan dalil yang menunjukkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Musa.
Karena itulah maka Fir'aun berkata kepada para ahli sihirnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian? (Asy-Syu'ara': 49) Maksudnya, sudah seharusnya bagi kalian meminta izin terlebih dahulu kepadaku sebelum memutuskan, dan janganlah kalian melalaikan aku dalam hal tersebut. Jika aku mengizinkan kalian, maka kalian boleh melakukannya; dan jika aku cegah kalian, maka kalian harus mencegah pula, karena sesungguhnya akulah penguasa yang ditaati.
Sesungguhnya dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. (Asy-Syu'ara': 49) Ini merupakan kilah Fir'aun yang semua orang mengetahui kebatilannya, karena sesungguhnya para ahli sihir itu belum pernah bertemu dengan Musa sebelum hari pertandingan itu. Maka mana mungkin Musa dikatakan sebagai pemimpin mereka yang mengajarkan kepada mereka ilmu sihir? Hal seperti ini jelas tidak akan dikatakan oleh seorang pun yang berakal sehat.
Kemudian Fir'aun mengancam akan memotong tangan dan kaki mereka, lalu menyalib mereka. Maka mereka menjawab, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Tidak ada kemudaratan (bagi kami). (Asy-Syu'ara': 50) Yakni tiada halangan dan tiada mudarat bagi kami, serta kami tidak peduli dengan ancaman itu. sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Asy-Syu'ara': 50) Yaitu kembali kami hanya kepada Allah ﷻ, dan Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik dalam amalnya.
Tiada sesuatu pun dari apa yang engkau lakukan terhadap kami samar bagi-Nya, dan Dia kelak akan membalas kami dengan pembalasan yang sempurna atas hal tersebut. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya: sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kami. (Asy-Syu'ara': 51) Yakni atas dosa-dosa yang telah kami lakukan, dan perbuatan sihir yang engkau paksakan kepada kami untuk melakukannya. karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman. (Asy-Syu'ara':51) disebabkan kami adalah orang Qibti pertama yang mula-mula beriman. Maka Fir'aun membunuh mereka semuanya."
Dengan dikalahkannya para pesihir itu, posisi Fir'aun semakin terdesak. Padahal kejadian ini disaksikan banyak sekali penduduk yang berkerumun. Fir'aun lalu berkata kapada para pesihir dengan suara lantang dan menggertak, Dia, Fir'aun, berkata dengan nada geram, 'Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu' Padahal aku adalah pemimpin yang ditaati dan ditakuti. Sesungguhnya dia, Musa, pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. " Lalu Fir'aun mengancam mereka, "Nanti kamu pasti akan tahu akibat perbuatanmu. Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya di tiang sampai kamu mati di tiang saliban itu. 50. Namun ancaman Fir'aun tidak menyurutkan tekad mereka untuk terus beriman kepada Allah. Demikianlah hati jika sudah tenteram dengan keimanan tidak akan mudah goyah dengan ancaman apa pun. Para pesihir itu bahkan berani berterus terang dengan keimanan mereka. Mereka berkata, 'Tidak ada sama sekali yang kami takutkan dengan semua yang engkau ancamkan kepada kami, karena pada akhirnya kami semua akan mati, kami akan kembali kepada Tuhan kami dan kami harus mempertanggungjawabkan perbuatan kami di hadapan Tuhan kami.
Setelah para ahli sihir itu berikrar bahwa mereka menjadi beriman kepada Tuhan semesta alam, yang berarti tidak lagi mengakui Fir'aun sebagai tuhan mereka, Fir'aun menjadi sangat marah. Dengan sombong, ia mengancam akan menindak mereka, tetapi ancaman itu tidak diindahkan oleh mereka. Bahkan dengan ancaman itu, iman mereka makin bertambah mantap karena tabir kekafiran telah terbuka dan telah kelihatan jelas oleh mereka cahaya kebenaran.
Ikrar yang diucapkan oleh ahli-ahli sihir itu membuat Fir'aun merasa dilecehkan haknya sebagai seorang yang berkuasa dan mengakui dirinya sebagai tuhan, karena mereka telah beriman kepada Musa tanpa minta izin lebih dahulu kepadanya. Menurut Fir'aun, sebelum mereka memeluk agama Musa, mereka itu harus lebih dahulu minta izin padanya, karena ia adalah seorang penguasa yang harus dipatuhi. Untuk mengelabui dan menyesatkan orang banyak, Fir'aun menuduh antara Musa dan para ahli sihir itu ada persekongkolan, karena Musa yang mengajarkan kepada mereka ilmu sihir. Tuduhan itu tentu tidak berdasar, karena sebelum adu kekuatan, mereka tidak bertemu dengan Musa. Puncak dari kemarahan Fir'aun, ia mengancam mereka akan merasakan siksaan, sebagai akibat dari perbuatan mereka itu. Ia mengancam akan memotong tangan dan kaki mereka secara bersilang bahkan akan membunuh mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Di Antara Sihir Dan Mujizat
Meskipun tongkat langsung menjadi ular yang hidup, dan bila diambil oleh Musa dia pun kembali menjadi tongkat seperti biasa, dan meskipun tangan Musa yang diangkat ke atas langsung menimbulkan cahaya gemilang, kalau difikirkan oleh Fir'aun dengan seksama, sudah nyata bukanlah sihir, namun Fir'aun belum juga mau tunduk. Memang berat bagi suatu penguasa akan menerima kenyataan dari kebenaran, karena yang difikirkannya bukanlah semata kebenaran itu, melainkan kedudukan. Menyerah dan menerima kenyataan ini, berarti mengaku takluk.
Pada ayat 35 di atas sudah keluar rahasia hatinya yang sebenarnya, kalau keganjilan yang dibawa Musa itu diterima, artinya ialah tungyang baliknya kekuasaan mereka: “Dengan sihir itu dia akan mengeluarkan kamu daripada bumimu," akan hilang kekuasaanmu. Fir'aun tidak menyebut dirinya yang akan jatuh, tetapi orang-orang besar yang menyokong regimnya itulah yang akan jatuh. Fir'aun rupanya sudah mengerti bahwa peraduan kekuatan dalam perkara ini akan membawa akibat yang jauh sekali, yaitu jatuhnya pamor kerajaannya. Oleh sebab itu orang besar-besar tadi haruslah menunjukkan jalan keluar buat mengatasi kekuatan baru yang dibawa Musa ini. Mungkin Fir'aun sudah kehilangan akal, sehingga tanggungjawab mencari jalan keluar diserahkannya kepada orang besar-besarnya, dan dia hendak melepaskan tanggungjawab kepada orang besar-besar itu, yang kelak, kalau masih gagal juga, merekalah yang disalahkan.
Mengingat janji yang telah mereka berikan, bahwa mereka hidup mati mesti setia kepada Fir'aunnya, mereka pun memberikan nasihat supaya tukang-tukang sihir di seluruh negeri Mesir dikumpulkan. Sementara mengumpulkan ahli-ahli sihir itu Musa dan Harun jangan diyanggu dahulu."Arjih wa akhaa-hu",-'Beri tangguhlah dia dan saudaranya itu,"
Ayat 38
Maka diutuslah para utusan ke seluruh kota-kota Mesir dari Hulu sampai ke Hilir, pada suatu han yang telah ditentukan, (ayat 38). Dan diadakanlah propaganda di mana-mana mengajak manusia supaya berkumpul ke tempat yang telah ditentukan itu."Apa saudara akan hadir berkumpul bersama-sama, beramai-ramai?" (ayat 38). Satu pertandingan dan peraduan kekuatan akan terjadi di antara ahli-ahli sihir kita dengan Musa dan tongkatnya akan beradu kekuatan dengan sihir kita yang piawai. Tentu saja Musa akan kalah, mana boleh sebuah tongkat mengalahkan beribu hasil sihir dari ahli-ahli sihir yang telah berpengalaman? Sudahlah menjadi adat bagi ahli-ahli Diktator Adikara, sejak di dunia ini ada peneguhan kekuasaan manusia atas manusia, bahwa mereka suka sekali mengadakan keramaian-keramaian besar, tontonan, pameran, dengan maksud mempertunjukkan kekuatan. Maka tontonan pertandingan Musa dan ahli-ahli sihir itu telah dipropagandakan terlebih dahulu di mana-mana, dihebat-hebatkan sehingga orang tertarik hadir, dan kelak bila Musa kalah, dia akan jatuh di hadapan orang banyak, dan kekuasaan Fir'aun akan bertambah kokoh dan teguh, tidak ada lagi “oposisi" yang berani menyangkat muka.
Sebagaimana tersebut di dalam ayat 40, tukang-tukang memberi penerangan dan propaganda telah mulai menyebarkan propaganda bahwa mungkin yang akan menang ialah ahli-ahli sihir, dan kalau mereka menang, tidaklah ada ragu-ragu lagi, kita pun mesti jadi mengikut ahli sihir, artinya ialah taat setia kepada Fir'aun, Raja kita!
Menjelang hari yang ditentukan, tukang-tukang sihir itu pun datanglah berkumpul dari kota-kota yang jauh itu ke hadapan Fir'aun. Setelah mereka berkumpul menghadap, teruslah mereka berdatang sembah kepada Fir'aun.
Ayat 41
“Niscaya kami akan mendapat upah yang setimpal jika kami yang menang kelak." (ayat 41).
Begitulah sikap jiwa dari setiap manusia yang bekerja tidak didorong oleh keyakinan, hanya didorong oleh nafsu menarik untung. Mereka tahu sudah, bahwa raja mereka terdesak. Merekalah sekarang yang menguasai keadaan. Kalau mereka tidak mau, pertunjukan besar itu tidak jadi. Dan kalau mereka mau, berapa mereka akan mendapat upah? Ini adalah kesempatan yang sebaik-baiknya bagi mereka. Jika tidak saat seperti ini, mana pula Raja akan mengingat mereka. Itulah macam jiwa dari kepuyuk-kepuyuk yang datang berkerumun mencari keuntungan, laksana semut mengejar gula. Orang-orang semacam inilah yang dapat dikumpulkan Fir'aun.
Ayat 42
Hari telah dekat juga, nasib kebesaran Fir'aun akan diuji pada hari yang telah dekat itu, maka Fir'aun tidak dapat memberikan jawab lain lagi. Kontan dia berkata: “Tentu saja! Bahkan bukan saja upah kemenangan sihir hari ini yang akan kalian dapati, bahkan nasib kalian akan diperbaiki, kalian akan dijadikan “orang yang dekat ke istana." (ayat 42).
Setelah mendapat jawaban yang pasti itu, gembiralah hati tukang-tukang sihir itu. Dan setelah datang hari pertunjukan besar itu, berkumpullah mereka di lapangan yang telah ditentukan itu, berhadap-hadapan dengan Musa. Fir'aun dan orang besar-besarnya menonton dengan serba keangkuhan dan rakyat banyak pun datanglah berduyun-duyun karena propaganda telah berjalan berhari-hari sebelumnya. Bukan main riuh rendahnya. Telah banyak orang yang memastikan dalam hati bahwa Musalah yang akan kalah, sebab mereka belum mengerti apa perbedaan di antara Mu'jizat Kuasa Tuhan dengan sihir khayalan orang yang kena sugesti.
Pertandingan dimulai,"kedua belah pihak telah sama tampil ke medan pertandingan, berpuluh ahli-ahli sihir menghadapi Musa dan Harun.
Hadirin menunggu dengan dada berdebar-debar. Menunggu mana yang akan kalah dan mana yang akan menang.
Ayat 43
Setelah berkumpul ke tengah dan penonton menunggu dengan dada berdebar, Musa Utusan Tuhan yang gagah perkasa itulah yang lebih dahulu berkata: “Jatuhkanlah apa yang akan kalian jatuhkan(ayat 43). Artinya kalian mulailah terlebih dahulu, saya mau melihat apa macamnya sihir yang akan kalian keluarkan.
Ahli-ahli sihir itu pun segeralah memperlihatkan kepandaiannya. Mereka membawa bergulung-gulung tali, mereka pun membawa berpuluh-puluh tongkat. Melihat gulungan tali dan tongkat-tongkat itulah Musa dapat mengerti bahwa semuanya ini akan dilemparkan atau dijatuhkan. Mungkin juga bicara dari mulut ke mulut sudah tersiar, sehingga Musa tahu bahwa sihir yang akan dikeluarkan itu ialah cuma menjatuhkan tali dan tongkat.
Ayat 44
Tali dan tongkat itu pun mereka jatuhkanlah ke tanah, sambil menyebut tuahnya: “Demi Kebesaran dan Kemuliaan Fir'aun, kami pasti menang." (ayat 44).
Dalam ayat di Surat yang lain diterangkan bahwa tali-tali yang bergulung-gulung dan tongkat yang lurus itu mereka lemparkan ke bumi, lalu kelihatan seakan-akan tali-tali dan tongkat-tongkat itu bergerak-gerak menyerupai ular. Semuanya menuju kepada Musa. Orang banyak tentu terpengaruh oleh sugesti, sehingga mereka merasa bahwa semuanya itu telah jadi ular hendak mengejar Musa.
Ayat 46
Wajah Musa tidak berubah melihat ancaman itu, Fir'aun niscaya merasa gembira dan menunggu apa sikap tangkisan dari Musa. Dengan tenang: “Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu dimakannya habis segala sunglap mereka itu." (ayat 46).
Tongkat Musa benar-benar menjelma menjadi seekor ular besar, dia menjalar di tanah dengan kepala terangkat ke atas, lalu ditelannya tali-tali dan tongkat-tongkat yang disulapkan menjadi ular itu. Ditelannya satu demi satu, sehingga habis masuk ke dalam perutnya, sehingga bersihlah tanah lapang itu. Dan setelah habis semua dimakannya, dia pun membelok kembali ke hadapan Musa, dia pun kembali kepada keadaan semula, yaitu jadi tongkat, sebanyak itu tali-temali, tongkat-menongkat yang masuk ke dalam perutnya, namun besar tongkat itu tidak bertambah.
Seluruh orang yang menonton, termasuk Fir'aun sendiri heran terpesona. Yang lebih heran terpesona ialah ahli-ahli sihir itu. Nyatalah bahwa yang mereka hadapi bukanlah sihir, tetapi kekuasaan Yang Maha Tinggi, yang tidak dapat dicapai dengan ilmu. Sihir hanya berlaku kalau orang yang menonton sihir terlebih dahulu merasa bahwa jiwanya terpengaruh. Tetapi sebelum jiwa orang lain terpengaruh oleh keajaiban besar ini, tukang-tukang sihir itulah yang terlebih dahulu terpengaruh. Mantra-mantra dukun tidak berlaku lagi, hembus-hembusan datu habis kuasanya, tali dan tongkat yang dikhayalkan jadi ular benar-benar ditelan habis, entah ke mana perginya, masuk perut dari ular jelmaan tongkat Musa.
Berpandang-pandanganlah di antara satu dengan yang lain. Sebab mereka telah menyebut tuah sihirnya."Demi kebesaran kemuliaan Fir'aun," namun bekas sihir mereka habis ditelan.
Bila membaca ayat-ayat ini, seakan-akan tergambarlah dalam pandangan batin kita betapa besarnya Musa pada waktu menanyakan apa yang akan kalian jatuhkan, cobakanlah sekarang.
Nampak betapa tenangnya dan tidak berkocak hatinya seketika tali-temali dan tongkat-menongkat itu telah berjalan menjalar di bumi, karena dia telah mempunyai keyakinan, yaitu keyakinannya seorang Rasul Allah bahwa semuanya itu tidak ada artinya samasekali di hadapan kebesaran Tuhan.
Tukang-tukang sihir yang tadinya terpesona termenung, akhirnya berfikir, apalah artinya pekerjaan mereka selama ini. Sudah terang kekuasaan dan kebesaran Fir'aun kalah di hadapan kebesaran yang disebut Musa, Tuhan Rabbul ‘Alamin.
Ayat 47
Jatuh satu, jatuh dua. Hidayat Ilahi masuk ke dalam hati ahli-ahli sihir itu. Jatuh satu, jatuh dua, mereka bersujud ke bumi, sebagai tersebut dalam ayat 46. Mereka berkata terus-terang: “Kami percaya kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin itu." (ayat 47). Mereka tidak perduli lagi bahwa mereka sedang berada di hadapan Fir'aun dan segenap orang besar-besarnya Mereka memang tidak ingat itu lagi. Ke dalam hati mereka telah masuk cahaya Iman.
Orang banyak terdiam!
Ayat 49
Niscaya murka besarlah Fir'aun atas perubahan sikap yang tiba-tiba itu. Ahli-ahli sihir yang tadinya meminta upah dan telah dijanjikan upah, bahkan dijanjikan lagi bahwa mereka akan dimasukkan daftar orang yang dekat pada Fir'aun. sekarang berubah demikian saja. Ini adalah satu pengkhianatan. Maka dengan murkanya yang amat sangat Fir'aun berkata: “Apa? Kalian beriman kepadanya sebelum aku beri izin? Memang dia (MusAl itu pemimpin besar kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. Kalian akan tahu sendiri! Akan aku potong tanganmu dan kakimu semua, dari sebelah-menyebelah yang berlainan, dan sungguh akan aku salibkan kamu sekalian." (ayat 49).
Dimuntahkannyalah kemurkaannya oleh Fir'aun karena kekalahannya yang dua ganda itu. Kalau sekiranya tali-tali dan tongkat-tongkat ahli sihir itu hanya semata dimakan habis oleh tongkat Musa, dipandang sebagai suatu kekalahan, maka kekalahan yang lebih menyolok ialah karena ahli-ahli sihir itu berubah haluan, dalam sebentar waktu saja. Fir'aun tidaklah mau tahu kepada kenyataan yang dihadapi, sebab bagi dia soal ini adalah soal naik atau hancur bagi kekuasaannya. Sebab itu dia mengancam! Tukang sihir itu akan dipotong tangannya. Kalau tangan kanan yang dipotong, akan dipotong pula kakinya yang sebelah kiri, kalau tangan kiri dipotong timbalannya ialah kaki kanan, tangan hilang, kaki pincang. Bahkan sesudah itu dilakukan, mereka akan disalib, akan ditegakkan pancang kayu di tengah padang, dan mereka akan digantung sambil dipakukan di atas kayu palang itu.
Ayat 50
Ahli-ahli sihir itu menyambut ancaman itu dengan tenang: “Tidak mengapa! Karena sesungguhnya kami semuanya akan kembali menghadap Tuhan kami." (ayat 50).
“Kami ingin sekali agar Tuhan kami itu memberi ampun kami atas kesalahan-kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang mula-mula menyatakan Iman."
Dalam beberapa saat saja, ahli-ahli sihir yang beruntung dan berbahagia itu telah merasai lezat dan manisnya Iman. Tidak mereka ingat lagi upah yang telah dijanjikan dan pangkat istimewa yang akan dianugerahkan. Yang memenuhi hati sekarang ini adalah kepercayaan. Berapa banyaknya tukang-tukang sihir, dukun-dukun dan datu mencari berbagai macam ilmu kebal, ilmu tidak hangus berjalan di atas api dan lain-lain namun jiwa tidak juga puas, karena belum bertemu dengan inti ilmu, yaitu mengenal Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, Ilmu Tauhid.
Sekarang mereka telah melihat dengan mata kepala mereka sendiri kebesaran Tuhan itu, bagaimana mereka akan melepaskannya lagi. Walaupun mereka telah diancam akan dikerat tangan dan kaki, bahkan akan digantungkan di atas kayu palang sampai mati, namun bagi seorang yang telah merasai lezat citanya Iman, karena keyakinan yang telah padu, ancaman itu tidaklah ada laedahnya. Mati adalah tujuan bagi setiap orang yang hidup. Kini kau mati, esok pun kau mati. Kalau hukuman itu dilakukan, alangkah bahagianya mereka. Orang-orang yang menghadapi mati karena keyakinannya yang pekat padu, memandang bahwa mati itu adalah satu kepuasan batin yang tiada taranya, suatu pengurbanan karena Iman. Sebab itu tidak takut-takut mereka lagi kepada Fir'aun. Fir'aun tidak ada artinya lagi bagi mereka, mereka telah mendapat peyangan teguh, yaitu Tuhan Rabbul ‘Alamin. Mereka menjawab: “Tidak mengapa! Silakan hukum kami. Lebih lekas lebih baik. Sebab nyatalah sudah dengan ke matian itu kami akan lekas berjumpa dengan Tuhan kami, setelah bertahun-tahun hidup di dunia dengan menipu mata manusia, Dengan kemati-an karena engkau hukum hai Fir'aun, engkau hanya berkuasa membunuh badan kami, adapun Roh kami tidak dapat engkau kuasai lagi, hai Fir'aun. 5ebab Roh ini akan kembali kepada Tuhan. Di hadapanNya kami akan memohon ampun atas segala kesalahan kami selama ini, baik kesalahan bekerja menjadi tukang sihir, menipu orang, atau kesalahan karena dia selama ini kami jadikan mata pencarian mencari upah, dan kesalahan terbesar ialah karena kami telah mau diperalat untuk menentang Tuhan Rabbul ‘Alamin. Kami akan memohon ampun atas segala kesalahan itu langsung kepada Tuhan kami itu, dan kami yakin bahwa semuanya akan diampuni, karena kami adalah orang-orang yang mula-mula sekali berani menyatakan beriman kepadanya.
Saatnya hanya sedikit untuk menyatakan Iman, tetapi saat yang sedikit itu telah meliputi kepada seluruh hidup yang dilalui. Seakan-akan sesuailah sikap ahli-ahli sihir itu dengan ucaptam penyair.
“Sekali berarti.
Sesudah itu mati
Hukuman telah dijalankan kepada mereka sebagai “titah baginda", dipotong tangan kaki lalu dipalangkan pula, tetapi mereka mati dengan kepuasan. Fir'aun boleh tertawa atas kebesaran kuasanya, boleh memotong tangan dan kaki, dan boleh membunuh. Disangkanya bermula bahwa dengan demikian urusan telah selesai. Memang orang yang zalim aniaya selalu memungkiri kenyataan. Dengan terbunuh matinya tukang-tukang sihir, orang banyak mungkin jadi tenang dan kewibawaan Fir'aun dapat dipelihara dari luar. Tetapi tidaklah dia mempunyai kekuasaan yang demikian luas, sehingga dapat menguasai perasaan yang menjalar kepada seluruh rakyat, bahwa dengan dibunuhnya tukang-tukang sihir itu bukanlah berarti bahwa Fir'aun menang, melainkan adalah penyempurnaan dari kekalahannya.