Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِنۡ
maka jika
عَصَوۡكَ
mereka mendurhakaimu
فَقُلۡ
maka katakanlah
إِنِّي
sesungguhnya aku
بَرِيٓءٞ
berlepas diri
مِّمَّا
dari apa
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
فَإِنۡ
maka jika
عَصَوۡكَ
mereka mendurhakaimu
فَقُلۡ
maka katakanlah
إِنِّي
sesungguhnya aku
بَرِيٓءٞ
berlepas diri
مِّمَّا
dari apa
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
Terjemahan
Jika mereka mendurhakaimu, katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Tafsir
(Jika mereka mendurhakaimu) yakni kerabat-kerabat terdekatmu itu (maka katakanlah) kepada mereka; ("Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan") tentang penyembahan kalian kepada selain Allah itu.
Tafsir Surat Ash-Shu'ara': 213-220
Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan. Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah ﷻ berfirman seraya memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya; juga memberitahu kan bahwa barang siapa yang menyekutukan-Nya, Dia pasti akan mengazabnya. Kemudian Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya agar memberi peringatan kepada keluarganya yang terdekat, dan bahwa tiada yang menyelamatkan seseorang pun dari kaum kerabatnya kecuali imannya kepada Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung. Lalu Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar bersikap lemah lembut kepada orang-orang yang mengikutinya dari kalangan hamba-hamba Allah yang mukmin. Dan barang siapa di antara makhluk Allah durhaka kepada-Nya, hendaklah ia berlepas diri dari apa yang dilakukannya.
Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan." (Asy-Syu'ara': 216) Peringatan yang khusus ini tidak bertentangan dengan peringatan yang umum, bahkan ia merupakan bagian darinya, seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya: agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang leluhurnya belum pernah mendapat peringatan, karena itu mereka lalai. (Yasin: 6) Dan firman Allah ﷻ: agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92 dan Asy Syura: 7) Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51) agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Dan firman Allah ﷻ: supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dan dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya: Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan Rasulullah ﷺ bersabda: ".
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali ada seseorang dari kalangan umat ini yang beragama Yahudi dan tidak pula yang beragama Nasrani mendengar tentang diriku, lalu ia tidak beriman kepadaku, melainkan pasti masuk neraka. Banyak hadis yang menceritakan tentang turunnya ayat ini. Berikut ini kami sebutkan hadis-hadis tersebut. Hadis pertama. ".
". ". Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, dari Al-A'masy ibnu Amr ibnu Murrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Nabi ﷺ datang ke Bukit Safa, lalu menaikinya dan berseru, "Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini!" Maka orang-orang berkumpul di hadapannya, ada yang datang langsung dan ada yang hanya mengirimkan orang suruhannya. Lalu Rasulullah ﷺ berseru: "Hai Bani Abdul Muttalib, hai Bani Fihr, hai Bani Lu-ay, bagaimanakah menurut kalian seandainya kuberitakan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda musuh di lereng bukit ini hendak menyerang kalian, apakah kalian akan percaya kepadaku?" Mereka menjawab, "Ya, kami percaya." Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya aku memperingatkan kalian sebelum datangnya azab yang keras.
Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu sepanjang hari ini, apakah engkau memanggil kami untuk tujuan ini? Lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa" (Al-Lahab: 1), hingga akhir surat. Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Hadis kedua.
". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ayahnya dari Aisyah, bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah ﷻ: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Hai Fatimah binti Muhammad, hai Safiyyah binti Abdul Muttalib, hai Bani Abdul Muttalib, aku tidak mempunyai kekuasaan apapun bagi kalian terhadap Allah, mintalah kepadaku dari harta milikku sesuka kalian. Imam Muslim mengetengahkan hadis ini secara tunggal.
Hadis ketiga. [] ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah Abdul Malik ibnu Umair, dari Musa Ibnu Talhah, dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah ﷺ menyeru orang-orang Quraisy secara umum dan khusus, lalu beliau bersabda: Hai golongan orang-orang Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Ka'b, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka.
Hai golongan orang-orang Bani Abdul Muttalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka, Hai Fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari neraka. Karena sesungguhnya aku demi Allah, tidak mempunyai kekuasaan apa pun bagi kalian terhadap Allah melainkan hanya kalian mempunyai tali persaudaraan denganku yang mengikatku dengan kalian. Imam Muslim dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa bila ditinjau dari jalurnya hadis ini berpredikat garib, Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Musa ibnuTalhah secara mursal tanpa menyebutkan nama Abu Hurairah di dalamnya. Predikat mausul hadis ini adalah pendapat yang benar. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah.
". Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Hai Bani Abdul Muttalib, tebuslah diri kalian dari (azab) Allah. Hai Safiyyah bibi Rasulullah, hai Fatimah binti Rasulullah, tebuslah diri kamu berdua dari (azab) Allah, karena sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun terhadap Allah, mintalah olehmu berdua dari hartaku sesukamu. Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini. Ia pun meriwayatkannya secara tunggal dari Mu'awiyah, dari Zaidah, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ dengan lafaz yang semisal. Ia telah meriwayatkannya pula dari Hasan yang telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah secara marfu'.
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Damam ibni Israil, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Hai Bani Qusay, hai Bani Hasyim, hai Bani Abdu Manaf, akulah pemberi peringatan, maut pasti datang menyerang, dan kiamat adalah hari yang telah dijanjikan. Hadis keempat. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami At-Taimi, dari Abu Us'man, dari Qubaisah ibnu Mukhariq dan Zuhair ibnu Amr, keduanya mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah ﷺ menaiki sebuah tumpukan batu besar yang ada di puncak sebuah bukit, lalu berseru: Hai Bani Abdu Manaf, sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, dan sesungguhnya perumpamaan diriku dan diri kalian adalah bagaikan seorang lelaki yang melihat kedatangan musuh, lalu ia memberikan peringatan dini kepada kaumnya agar jangan kedahuluan oleh musuh.
Untuk itu ia berseru dengan sekuat suaranya, "Awas serangan musuh!" Imam Muslim meriwayatkannyademikian pula Imam Nasaimelalui hadis Sulaiman ibnuTarkhan At-Taimi, dari Abu Us'man alias Abdur Rahman ibnu Sahi An-Nahdi, dari Qubaisas dan Zuhair ibnu Amr Al-Hilali dengan sanad yang sama. Hadis kelima. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal, dari Abbad ibnu Abdullah Al-Asadi, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Nabi ﷺ mengumpulkan semua ahli baitnya, sehingga terkumpullah sebanyak tiga puluh orang, lalu mereka diberi jamuan makan dan minum.
Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi ﷺ bersabda kepada mereka, ''Siapakah (di antara kalian) yang sanggup untuk menjamin keselamatan agama dan janji-janjiku? Maka kelak ia akan bersamaku di dalam surga dan menjadi penggantiku di kalangan keluargaku." Maka ada seorang lelaki yang tidak disebutkan namanya oleh Syarik berkata, "Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang lebih mengerti siapa yang dapat mengemban tugas ini." Lalu ada lelaki lain yang menjawab hal yang sama sebanyak tiga kali. Akhirnya Rasulullah ﷺ menawarkan hal tersebut kepada ahli baitnya, lalu Ali berkata, "Saya." Jalur lain yang meriwayatkannya lebih rinci disebutkan oleh Imam Ahmad, -: -: .
-: ". -: "". "". telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwanah, telah menceritakan kepada kami Us'man ibnul Mugirah, dari Abu Sadiq, dari Rabi'ah ibnu Majid, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah mengumpulkan atau mengundang Bani Abdul Muttalib yang terdiri dari sejumlah banyak orang, yang untuk menjamu mereka diperlukan seekor unta jaza'ah dan satu farq air minum. Tetapi Rasulullah ﷺ hanya membuat satu mud makanan untuk mereka, dan ternyata mereka semua kenyang, sedangkan makanan yang dijamukan masih tetap utuh seperti sediakala seakan-akan masih belum disantap.
Kemudian Rasulullah ﷺ memerintahkan agar didatangkan satu kendi air minum, dan mereka minum darinya hingga kenyang, sedangkan air minum itu masih utuh seperti sediakala sebelum diminum. Lalu beliau ﷺ bersabda: "Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku diutus kepada kalian secara khusus dan juga kepada seluruh manusia secara umum. Kalian telah menyaksikan sendiri mukjizat ini sebagaimana yang telah kalian lihat, maka siapakah di antara kalian yang mau berbaiat (berjanji setia) kepadaku untuk menjadi saudara dan temanku? Ali mengatakan bahwa tiada seorang pun yang berdiri menyambut seruannya, "Maka aku bangkit menuju ke arahnya, 'saat itu aku adalah orang yang termuda' di antara yang hadir.
Nabi ﷺ bersabda, 'Duduklah kamu!' sebanyak tiga kali, yang pada masing-masingnya aku berusaha bangkit menuju ke arahnya, dan beliau selalu bersabda, 'Duduklah kamu!' Setelah ketiga kalinya, barulah beliau menjabatkan tangannya ke tanganku (pertanda setuju). Jalur lain lebih garib, tetapi lebih rinci daripada teks yang sebelumnya dengan ada beberapa tambahan. ": ". [] ". ". ". ". ". ". ". Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya Dalailun Nubuwwah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Bukair, dari Muhammad ibnu Ishaq yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya seseorang yang mendengar hadis berikut dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal tanpa menyebutkan namanya, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan kepada Rasulullah ﷺ, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara': 214-215) Maka Rasulullah ﷺ berkata, "Aku mengetahui bahwa jika aku sampaikan hal ini dengan segera kepada mereka (kaumku), pastilah aku akan melihat jawaban mereka yang tidak kusukai.
Karena itu, terpaksa aku hanya diam." Maka datanglah Jibril kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya jika kamu tidak segera melakukan apa yang telah diperintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu." Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi ﷺ memanggilku dan berkata, "Hai Ali sesungguhnya Allah ﷻ telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kaum kerabat terdekatku, dan aku mengetahui bahwa jika aku segera menyampaikan hal itu kepada mereka, pastilah aku akan mendapat jawaban yang tidak aku sukai. Karena itu, aku diam. Kemudian Jibril datang kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad, jika kamu tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu.' Hai Ali buatkanlah makanan untuk kami dengan menyembelih seekor kambing dan satu sa' makanan serta siapkanlah susu satu qirbah, kemudian kumpulkanlah semua orang Bani Abdul Muttalib." Maka saya lakukan perintahnya dan berkumpullah di rumah Nabi ﷺ semua Banil Muttalib yang saat itu berjumlah kurang lebih empat puluh orang; di antaranya terdapat paman-paman beliau seperti Al-Abbas, Hamzah, Abu Talib, dan Abu Lahab yang kafir lagi kotor itu.
Lalu saya suguhkan hidangan itu kepada mereka. Rasulullah ﷺ mengambil sepotong daging, lalu membelahnya dengan giginya, dan menaburkannya ke seluruh hidangan tersebut seraya bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah." Maka semua yang hadir makan hingga kenyang, dan tiada yang tersisa kecuali bekas tangan-tangan mereka. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan hidangan tersebut. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Berilah mereka minum, hai Ali." Maka saya datang dengan membawa qirbah tersebut, dan mereka minum darinya hingga kenyang semuanya. Padahal, demi Allah, sesungguhnya seseorang dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian.
Ketika Rasulullah ﷺ hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dan mengatakan, "Sungguh kalian telah disihir oleh teman kalian ini (maksudnya Nabi ﷺ yang menyuguhkan makanan dan minuman sedikit, tetapi cukup untuk mereka semua)." Mereka bubar dan Rasulullah ﷺ tidak sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya Rasulullah ﷺ bersabda, "Hai Ali, buatkanlah jamuan bagi kita seperti yang kamu lakukan kemarin, yaitu jamuan makan dan minum, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahuluiku berbicara seperti yang telah kamu dengar sebelum aku berbicara dengan kaum." Maka saya lakukan perintahnya, kemudian saya undang mereka untuk datang kepada Nabi ﷺ Dan Rasulullah ﷺ melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya kemarin, lalu mereka semuanya makan hingga kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat menghabiskan jamuan itu sendirian. Seusai mereka makan, Rasulullah ﷺ bersabda, "Hai Ali, berilah mereka minum!" Maka saya datangkan qirbah (wadah minum) itu dan mereka minum darinya hingga semuanya kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian. Ketika Rasulullah ﷺ hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dengan ucapan, "Sungguh teman kalian ini telah menyihir kalian." Akhirnya mereka bubar, sedangkan Rasulullah ﷺ belum sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah ﷺ bersabda, "Hai Ali buatlah jamuan makan dan minum buat kita seperti kemarin, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahului bicaraku seperti yang telah engkau dengar sendiri sebelum aku berbicara dengan kaum." Maka saya lakukan perintahnya.
Saya kumpulkan mereka di rumah beliau ﷺ, dan beliau ﷺ melakukan seperti apa yang telah dilakukannya kemarin (mengambil sepotong daging, lalu menyobek-nyobeknya dan menyebarkannya ke seluruh hidangan). Mereka semua makan hingga kenyang, dan saya beri mereka minum dari wadah minuman tersebut hingga semuanya merasa kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan jamuan makan dan minum itu sendirian. Kali ini Rasulullah ﷺ langsung berbicara: Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku, demi Allah, belum pernah mengetahui ada seorang pemuda Arab yang menyampaikan kepada kaumnya perkara yang lebih baik daripada apa yang akan kusampaikan kepada kalian ini.
Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Ahmad ibnu Abdul Jabbar mengatakan bahwa Ibnu Ishaq hanya mendengarnya dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris. ". ". Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Ibnu Ishaq, dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib, lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
Hanya ditambahkan dalam riwayat ini hal berikut: Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku untuk mengajak kalian agar menyembah-Nya. Maka siapakah di antara kalian yang menjadi wakilku dalam menyampaikan perkara ini, dia kelak akan menjadi saudaraku dan beroleh anu dan anu. Ali melanjutkan kisahnya, bahwa semua kaum yang hadir diam, dan ia saat itu adalah orang yang paling muda di antara hadirin, paling kurang awas matanya, paling besar perutnya dan paling kecil betisnya, lalu ia berkata, "Saya sanggup, wahai Nabi Allah, untuk menjadi pendukungmu dalam menyampaikannya." Maka Rasulullah ﷺ memegang pundakku dan bersabda, "Sesungguhnya orang ini adalah saudaraku dan anu dan anu, maka tunduk patuhlah kalian kepadanya." Kemudian kaum yang hadir tertawa dan berkata kepada Abu Talib, "Dia telah memerintahkan kepadamu agar tunduk patuh kepada anakmu itu." Teks ini diriwayatkan secara tunggal oleh Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dia orangnya berpredikat matruk (tidak terpakai hadisnya) lagi pendusta, dan seorang syi'ah militan.
Ali ibnul Madini dan lain-lainnya menuduhnya sebagai orang yang suka membuat-buat hadis, sedangkan para imam menilainya Daif (lemah). Jalur lain, ". ". -: -: "" [] ". [] ". [: ""] Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Isa ibnu Maisarah Al-Harisi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Quddus, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris yang telah menceritakan bahwa Ali r.a. pernah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Rasulullah ﷺ bersabda kepada saya, "Buatlah makanan untukku berupa kaki kambing satu sa makanan dan semangkuk susu." Maka saya kerjakan perintahnya, dan setelah itu beliau bersabda, "Undanglah Bani Hasyim!" Maka saya mengundang mereka yang saat itu jumlah mereka kurang lebih empat puluh orang.
Di antara mereka terdapat sepuluh orang (jago makan) yaitu dapat menghabiskan seekor unta jaza'ah berikut kulit-kulitnya. Ketika mangkuk yang berisikan makanan itu dihidangkan, Rasulullah ﷺ mengambil (memotong) bagian puncaknya, lalu bersabda, "Silakan makan." Maka mereka semua makan hingga kenyang, padahal makanan itu masih tetap utuh tidak menyusut kecuali hanya sedikit saja. Kemudian saya sajikan minuman itu kepada mereka, dan mereka semua minum hingga kenyang, sedangkan minuman itu masih tersisa banyak. Setelah mereka selesai dari jamuan itu Rasulullah ﷺ hendak berbicara, tetapi tiba-tiba didahului oleh mereka, "Kami belum pernah melihat sihir seperti hari ini." Rasulullah ﷺ diam. Pada hari berikutnya Rasulullah ﷺ bersabda, "Buatkanlah untukku masakan kaki kambing dengan satu sa" makanan." Maka saya membuatnya, dan Nabi ﷺ mengundang mereka lagi. Setelah mereka makan dan minum, mereka mendahului perkataan Nabi ﷺ dengan mengucapkan kalimat yang sama seperti kemarin. Akhirnya Rasulullah ﷺ hanya diam. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah ﷺ bersabda, "Hai Ali buatkanlah makanan kaki kambing dengan satu sa 'makanan untukku." Maka kulakukan perintahnya, lalu aku mengundang mereka. Setelah mereka makan dan minum, Rasulullah ﷺ mendahului mereka berbicara. Siapakah dari kalian yang sanggup melunasi utangku dan akan menjadi penggantiku untuk mengurus keluargaku?" Mereka semua diam, dan Al-Abbas paman beliau pun diam karena khawatir utang Nabi ﷺ dapat meludeskan semua hartanya. Rasulullah ﷺ kembali mengucapkan sabdanya itu dan Al-Abbas tetap diam. Setelah kulihat semuanya diam, maka aku berkata, "Sayalah, wahai Rasulullah." Pada saat itu saya adalah orang yang paling sederhana penampilannya, dan kedua mata saya mengalami kerabunan, perut saya besar, dan kedua betis saya kecil.
Semua riwayat yang bermacam-macam ini bersumber dari Ali r.a. Makna permintaan Nabi ﷺ kepada paman-pamannya dan semua saudara sepupunya agar melunasi utangnya dan menjadi penggantinya untuk mengurus keluarganya ialah jika beliau tewas dalam jihad fi sabilillah. Seakan-akan beliau merasa khawatir bila mulai mengerjakan tugas memberi peringatan, kelak ia akan tewas. Tetapi setelah Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu. tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Maka barulah beliau merasa tenang, pada mulanya beliau selalu dikawal hingga turun firman Allah ﷻ yang mengatakan: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Pada saat itu tiada seorang pun dari kalangan Bani Hasyim yang lebih kuat imannya, lebih teguh keyakinannya, serta lebih membenarkan Rasulullah ﷺ selain dari Ali r.a. Karena itulah maka Ali segera menyambut permintaan Rasulullah ﷺ mendahului mereka semua saat beliau mengajukannya kepada mereka. Seusai peristiwa tersebut hanya Allah yang lebih mengetahui beliau ﷺ menyeru manusia dengan terang-terangan di atas Bukit Safa. Dan beliau memberikan peringatan kepada semua puak kabilah Qurai'sy secara umum dan khusus, sehingga beliau menyebut nama tiap-tiap orang dari kalangan paman-paman dan bibi-bibinya serta tidak ketinggalan pula putri-putri beliau sendiri, agar dipandang tidak pandang bulu.
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, sedangkan Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. ". Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam biografi Abdul Wahid Ad-Dimasyqi telah meriwayatkan melalui jalur Amr ibnu Samurah, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Abdul Wahid Ad-Dimasyqi yang telah menceritakan bahwa pada suatu hari ia melihat Abu Darda r.a. sedang memberi ceramah dan fatwanya kepada orang banyak, sedangkan anaknya berada di sebelahnya dan ahli baitnya sedang duduk-duduk mengobrol di serambi masjid.
Maka dikatakan kepadanya, "Mengapa orang-orang begitu suka menimba ilmu darimu, padahal ahli bait (keluarga)mu sedang enak-enak duduk mengobrol?" Maka Abu Darda menjawab, bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Orang yang paling berzuhud di dunia ini adalah para nabi, dan yang paling memusuhi mereka adalah kaum kerabat(nya). Demikian itu terbukti melalui firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) sampai dengan firman-Nya: maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan. (Asy-Syu'ara': 216) Adapun firman Allah ﷻ: Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 217) Maksudnya, bertawakallah kepada Allah dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia pasti akan mendukungmu, memeliharamu, menolongmu, memenangkanmu, dan meninggikan kalimatmu.
Firman Allah ﷻ: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (salat). (Asy-Syu'ara': 21 8) Yakni Dia selalu memperhatikanmu, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami. (At-Tur: 48) Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat). (Asy-Syu'ara': 218) Artinya, melihatmu berdiri untuk salatmu. Ikrimah mengatakan bahwa Allah melihat berdiri, rukuk, dan sujudnya. Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri. (Asy-Syu'ara': 218) Yakni manakala kamu salat sendirian.
Menurut Ad-Dahhak, Allah melihatmu ketika kamu bangun dari tempat tidurmu atau dari majelismu. Qatadah mengatakan bahwa Allah melihatmu berdiri, duduk dan semua keadaanmu. Firman Allah ﷻ: dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu'ara': 219) Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri, dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu'ara': 218-219) Maksudnya, dalam salatmu yang sendirian Allah melihatmu, begitu pula dalam salatmu bersama jamaah (salat berjamaah). Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, dan Al-Hasan Al-Basri.
Mujahid mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ dapat melihat belakangnya sama dengan beliau melihat depannya. Hal ini telah disebutkan oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan: Luruskanlah saf kalian, karena sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari arah belakangku. Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui dua jalur dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah mengemukakan takwilnya sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah perpindahan sulbi Nabi ﷺ dari sulbi nabi ke sulbi nabi lainnya hingga Allah mewujudkannya ke dunia ini sebagai seorang nabi. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Asy-Syu'ara': 220) Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an dan kalian tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. (Yunus: 61), hingga akhir ayat."
216. Teruskanlah kamu berdakwah, wahai rasul. Kemudian jika setelah engkau berdakwah kepada mereka, mereka baik itu keluargamu, orang-orang kafir, atau para pengikutmu, mendurhakaimu dan tidak mengikuti perintahmu, maka katakanlah wahai Rasul, kepada mereka 'Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan. ' Semua itu menjadi tanggung jawabmu di hadapan Allah. 217. Dan setelah engkau lakukan tugasmu berdakwah kepada mereka, bertawakallah, pasrahkanlah semua urusanmu hanya kepada Allah Yang Mahaperkasa, Mahakuat yang mampu menyiksa siapa pun yang berani menantang-Nya, Maha Penyayang kepada siapa pun yang senantiasa taat kepada-Nya.
Allah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad dalam melakukan dakwahnya, yaitu jika keluarga dekat, karib kerabat tidak mengindahkan seruannya, hendaklah ia mengatakan kepada mereka bahwa ia berlepas diri dari kedurhakaan dan keingkaran mereka. Allah mengancam sikap dan tindakan mereka itu dengan azab yang sangat pedih sebagai balasan dari perbuatan mereka. Tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari azab Allah pada hari akhirat. Harta, anak, dan keluarga tidak lagi berguna sedikit pun untuk melepaskan diri dari azab Allah. Hanya orang yang menghadap Allah dengan iman dan amal salehlah yang dapat terhindar dari azab Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 210
“Dan tidaklah dia itu." (pangkal ayat 210). Yaitu al-Qur'anul Karim. “Diturunkan oleh syaitan-syaitan" (ujung ayat 210). Karena ada juga di kalangan orang yang kafir dan menolak Kebenaran al-Qur'an itu yang tidak percaya bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah menerima wahyu dari Tuhan dengan perantaraan Malaikat Ar-Ruh Al-Amin Jibril itu. Kata mereka mungkin ayat-ayat ini turun dari syaitan-syaitan.
Ayat 211
“Dan tidaklah patut itu bagi mereka." (pangkal ayat 211). Atau tidaklah pantas al-Qur'an yang suci itu diturunkan Tuhan dengan perantaraan syaitan.
Sebab Al-Qur'an adalah wahyu yang suci dari Tuhan, tidaklah layak syaitan yang menjadi utusan Tuhan, mengantarkan wahyu yang mulia itu kepada Rasul yang mulia. Untuk menemui Rasul “Al-Amin" hendaklah diutus Ruh yang “Al-Amin" pula, sebagaimana tersebut di ayat 193 tadi."Dan tidaklah mereka sanggup." (ujung ayat 211). Cobalah fikirkan! Sedangkan Nabi yang mulia sendiri, yang ma'shum dari segala dosa dan bahaya, bila ayat al-Qur'an itu datang, lagi keluar keringatnya sebagai orang akan pingsan dan berat badannya, sehingga terbungkuk kuda kendaraannya memikul diri beliau. Betapa lagi syaitan-syaitan yang kerjanya sejak mulai nenek-moyangnya Iblis turun ke dunia bersamaan dengan keluarnya Adam dari syurga. Di dalam al-Qur'an itu ada isi Hudan, atau petunjuk, ada Nur, yaitu cahaya dari petunjuk. Sedang maksud syaitan ialah menyesatkan, orang dari petunjuk itu dan membawa orang dari tempat terang petunjuk ke dalam gelap-gulita jahiliyah. Sebab itu tidaklah syaitan akan sanggup membawanya.
Ayat 212
“Sesungguhnya mereka itu dijauhkan benar-benar dari mendengarkannya." (ayat 212). Sebab di langit tertinggi atau di “Al-Malakut Al-Ala" itu tersimpanlah “Al-Luh al-Mahfuzh", catatan yang asli dari Sabda Ilahi, yang tidak siapa pun dapat mendekatinya. Sedangkan Malaikat-malaikat yang disuruh menjaganya tidaklah dapat menyentuh saja pun akan Luh Mahfuzh itu kalau dia tidak suci. Apatah lagi Syaitan. Tempat itu dijaga jangan sampai syaitan mendekat ke sana. Malaikat-malaikat menjaga dan “Bintang Syihab" pun turut menjaga. Asal mendekat saja sedikit, si syaitan akan dipanah hingga jatuh tersungkur sebelum sampai. Di dalam Surat 72, al-Jin ayat 8 dan 9 dijelaskan hal itu. Di ayat 8 diterangkan pengakuan Jin bahwa mereka mencoba menyentuh langit, rupanya didapatinya langit itu penuh dengan penjaga yang gagah perkasa dan bisa memanah dengan api bintang. Di ayat 9 dikatakannya bahwa mereka mencoba duduk hendak mendengar-dengar berita langit, tetapi baru saja mencoba hendak mendengar, telah datang saja panah yang keras dari bintang-bintang yang telah mengintip.
Sebab itu tidaklah mungkin ada hubungan di antara ayat-ayat yang suci ini dengan syaitan.
Meneguhkan Keyakinan Tauhid
Dalam perjuangan yang begitu hebat, mengajak urnmat manusia yang telah tersesat turun-temurun mempersekutukan yang lain dengan Allah, maka
Nabi sendiri sebagai pembawa Risalah, pembawa seruan, diberi'peringatan terlebih dahulu supaya dia sendiri jangan menyeru Tuhan selain Allah.
Ayat 213
“Maka janganlah engkau seru beserta Allah Tuhan yang lain, supaya jangan engkau termasuk orang-orang yang kena azab." (ayat 213).
Kita percaya melihat kepada sejarah Nabi Muhammad s.a. w. sebelum dia menjadi Rasul, apatah lagi sesudahnya, tidak pernah Nabi s.a.w. menunjukkan tanda-tanda bahwa pernah ragu hatinya tentang Keesaan Allah.
Tetapi kepada beliau masih diperingatkan bahwa beliau sendiri terlebih dahulu wajib bersih samasekali hatinya daripada rasa-rasa mempersekutukan Tuhan dengan yang lain itu. Kita lihat ayat Allah yang menyampaikan larangan khusus kepada Rasulullah s.a.w. ini di dalam al-Qur'an sampai tiga kali. Ketiganya pada Surat-surat yang diturunkan di Makkah. (1) Dalam Surat 10. Yunus ayat 106 diperingatkan kepada beliau agar jangan menyeru kepada yang selain Allah, barang yang tidak memberi manfaat kepada engkau dan tidak pula memberi mudharat. (2) Dalam Surat 26 ini, asy-Syu'ara', ayat 213, melarang menyeru beserta Allah akan Tuhan yang lain yang kalau dia melakukan demikian, dia akan dimasukkan dalam golongan orang yang kena azab, disamakan dengan orang kafir. (3) Dalam Surat 28. al-Qasha$h. jangan engkau seru beserta Allah akan Tuhan yang lain: sebab “Tidak ada Tuhan, melainkan Dia".
Dapat agaknya kita fahamkan maksudnya peringatan didahulukan kepada beliau tentang hal Tauhid ini. Ialah agar kuat dan teguh jiwanya menghadapi ummat, berani dia melarang orang mempersekutukan Tuhan dengan yang lain, sebab dia sendiri sekali-kali tidak pernah mengerjakannya. Karena orang yang tidak pernah mengerjakan sesuatulah yang akan didengar dan ditaati atau dihargai orang apa yang dilarangkannya. Kalau dia sendiri pernah memperbuat apa yang dilarangnya, niscaya larangannya itu tidak akan didengar orang.
Ayat 214
“Maka beri peringatanlah kaum kerabat engkau yang terdekat." (ayat 214).
Sesudah Rasulullah s.a.w. diberi peringatan supaya beliau jangan menyeru Tuhan yang lain beserta Allah, disuruhlah beliau supaya menyampaikan peringatan terutama kepada kaum keluarganya yang terdekat.
Ayat 215
"Dan rendahkanlah sayap engkau." (pangkal ayat 215). Rendahkan sayap artinya gauli mereka, campuri mereka, jangan menjauhi mereka, jangan meninggi dari mereka."Kepada orang-orang yang mengikuti engkau dari orang-orang yang beriman." (ujung ayat 215). Perintah Tuhan ini pun dijalankan sepenuhnya oleh Rasulullah s.a.w. Beliau gauli mereka, beliau cari mereka jika belum bertemu. Beliau masuk ke pasar dan bergaul dengan mereka. Sehingga orang yang beriman kepada beliau itu bukanlah disebut “murid" atau “pengikut", melainkan disebut “sahabat" untuk seorang dan “ash-hab" atau “shahab" untuk banyak. Dan panggilan mereka kepada beliau pun sederhana saja: “Ya Rasul Allah."
Tentang perintah Tuhan agar beliau mengutamakan terlebih dahulu menyampaikan peringatan kepada keluarganya terdekat, maka ada beberapa Hadis menjelaskan sikap beliau setelah ayat ini turun.
Dirawikan oleh al-Imam Ahmad, berkata beliau: “Menceriterakan kepada kami Abdullah bin Numair dan al-A'masy dari ‘Amer bin Murrah. dari Said bin Jubair dari Abdullah bin Abbas r.a., dia berkata: “Seketika ayat memerintahkan supaya beliau menyamaikan peringatan kepada keluarganya terdekat itu, pergilah Nabi s.a.w. ke Bukit ash-Shafa, lalu naik ke atasnya Dari sana beliau berseru: “Ya Shabaa-haah! Datanglah! Maka orang pun berkumpul ramai, ada yang datang sendiri dan ada yang mengutus utusan. Lalu Nabi s.a.w. berkata: “Wahai seluruh keturunan Abdul Muthalib, wahai seluruh keturunan Fihr, wahai seluruh keturunan Lu-aiy, bagaimana pendapat kamu jika aku katakan kepadamu bahwa di balik bukit ini ada seperangkat tentara berkuda sedang hendak menyerbu ke mari menyerang kamu, apakah kamu percaya kata-kataku itu?" Semua menjawab: “Na'am! Kami percaya!" Lalu disambungnya lagi: “Sekarang aku katakan kepadamu semua, bahwasanya saya ini berdiri di sini guna memberi ingat kepada kamu sekalian bahwa azab siksaan Allah yang besar mengancam kamu sekalian!"
Mendengar itu berkatalah Abu Lahab: “Celakalah engkau untuk seluruh hari ini! Untuk mendengar itukah kami engkau suruh berkumpul ke mari?" Inilah asal mula turun ayat “Tabbat gadaa abi lahabin" (Celaka kedua belah tangan Abu Lahab dan terkulailah).
Hadis ini dirawikan oleh Bukhari, Muslim, at-Termidzi, an-Nasa'i dari jalan al-A'masy. (Hadis Pertama).
Hadis Kedua:
Dari al-Imam Ahmad juga, beliau mengatakan dia menerima berita dari Waki'. Dia mengatakan menerima dari Hisyam, Hisyam menerima dari ayahnya dan ayahnya ini menerima dari Aisyah (isteri Nabi s a. w.), dia berkata: “Tatkala ayat menyuruh Nabi memberi peringatan kepada keluarganya yang terdekat ini turun, berdirilah Rasulullah s.a.w. lalu beliau bersabda: “Hai Fatimah anak Muhammad! Hai Shafiah anak perempuan Abdul Muthalib, hai keturunan Abdul Muthalib semua. Saya tidak mempunyai kekuasaan untuk menolong kamu sekalian. Mintalah hartaku apa yang kamu sukai!" Dirawikan oleh Muslim.
Maksud Hadis, ialah kalau kiranya mereka meminta tolong kepada Rasulullah s.a.w. walaupun Fatimah anak kandungnya sendiri, hendak melepaskan mereka dari azab Tuhan kalau berdosa, tidaklah beliau dapat menolong. Sebab itu tidak dalam kekuasaannya. Tetapi kalau hartanya yang diminta, hanya itulah yang dapat beliau berikan.
Hadis Ketiga;
Dari al-Imam Ahmad juga, dengan Sanadnya dari Abu Hurairah bahwa seketika ayat menyuruh memberi peringatan kepada keluarga terdekat ini turun, Rasulullah s.a.w memanggil orang Quraisy, lepaskanlah dirimu dari api neraka! “Hai sekalian Bani Hasyim, bangkitkanlah dirimu dari api neraka! Hai keturunan Abdi Manaf. lepaskanlah dirimu dari api neraka! Karena aku ini, demi Allah, tidaklah mempunyai kekuasaan apa-apa buat membela kamu, kecuali karena di antara kita ada hubungan rahim, yang aku akan turut basah kena airnya." Dirawikan juga oleh Muslim dan at-Termidzi.
Hadis Keempat:
Dirawikan oleh Abu Ya'la dari Abu Hurairah, berkata Nabi s.a.w.: “Hai Bani Qushaiy, hai Bani Hasyim, hai Bani Abdi Manaf, aku ini adalah pemberi ingat, mati akan merubah keadaan, dan hari Kiamat sudah dipastkan!"
Hadis Kelima:
Dirawikan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah: “Hai keturunan Abdul Muthalib, bebaskanlah dirimu dari api neraka! Hai Shafiah ‘Ammah (saudara perempuan ayah) Rasulullah, hai Fatimah anak perempuan Rasulullah! Tebuslah diri kalian keduanya dari Allah. Karena sesungguhnya aku ini tidaklah dapat berbuat apa-apa buat menghadapi kehendak Allah Mintalah kepadaku hartabendaku. Hanya itu yang dapat aku berikan."
Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain, yang isinya menjelaskan bahwa perhubungan keluarga dengan Nabi tidaklah akan menolong, kalau bukan amal sendiri.
Ayat 216
“Dan jika mereka mendurhakai engkau." (pangkal ayat 216). Mendurhakai ialah karena mereka tidak menjalankan apa yang engkau perintahkan, tidak memenuhi apa yang engkau kehendaki."Katakanlah “Aku sesungguhnya berlepas diri dari apa yang kamu kerjakan (ujung ayat 216) Berlepas diri artinya tidak bertanggungjawab. Atau tidak tahu-menahu sebab Rasulullah sudah sejak semula telah memberi peringatan bahwa barangsiapa yang berbuat jahat, berbuat maksiat pasti akan dihukum oleh Tuhan.
Ibnu Katsir menulis dalam Tafsirnya: “Ancaman yang khusus ini tidaklah berarti bahwa tidak kena-mengena kepada yang umum, bahwa dia adalah mengenai tiap satu dari yang umum."
Tegasnya, bahwa ancaman ini mulanya memang khusus. Peringatan kepada keluarga terdekat Nabi dan orang-orang beriman yang Nabi disuruh merendahkan sayap kepada mereka Maka kalau keluarga terdekat Nabi itu berbuat maksiat, disuruhlah Nabi memperingatkan bahwa beliau berlepas diri dari kesalahan itu. Mentang-mentang dia keturunan Rasulullah, misalnya apa yang kita sebut “Dzurriyat Rasul", yang diturunkan oleh perkawinan Saiyidina Ali bin Abu Thalib dengan Fatimah binti Rasulullah, janganlah mereka salah sangka dan janganlah orang awam terperosok menyangka bahwa keturunan Rasulullah itu kalau bersalah tidak berdosa. Sedangkan Nabi s.a.w. sendiri kalau dia tidak mentauhidkan Allah, beliau diancam akan dimasukkan dalam golongan orang yang kena azab, yang disebut di ayat 213 di atas tadi, dan beliau pun dilarang keras jadi orang Musyrikin (Surat 28, al-Qashash ayat 88), dan kalau dia misalnya berbuat demikian, dia pun terhitung orang yang zalim (Surat 10, Yunus ayat 106). Sedangkan Nabi s.a.w. memeyang disiplin demikian ketat, bagaimana orang-orang yang mengakui diri anak-cucu beliau, akan leluasa saja melanggar perintah Allah, berbuat maksiat kepada nenek-moyang-nya, lalu meminta disediakan syurga dengan gratis? Hanya orang yang dadanya kosong dari ilmu tentang Islam yang akan percaya kepada persangkaan begitu.
Dan sebagai perkataan Ibnu Katsir tadi, meskipun ayat ini khusus ditekankan untuk peringatan keras bagi orang-orang yang merasa dirinya sekeluarga dengan Nabi, niscaya begitulah mestinya untuk seluruh ummat Muhammad.
Setelah ahli Talsir mengatakan bahwa yang mengenai buat umum, artinya kalau seorang penduduk Quraisy itu masih maksiat kepada engkau, masih mendurhaka dan menentang kepada ajaran engkau dan belum juga mau percaya, maka berlepas dirilah engkau daripada mereka. Engkau tidak bersalah lagi, sebab da'wah telah engkau sampaikan. Kata ahli Tafsir itu. wahyu ini diturunkan di Makkah ketika Islam belum kuat. Setelah pindah ke Madinah, dan Islam telah kuat, kalau Musyrikin itu menentang engkau dengan kekerasan, pertahankan diri dengan kekerasan. Perangilah mereka, sampai Kalam Allah berdiri, sampai agama Allah tidak ada halangan lagi.
Ayat 217
“Dan bertawakkallah kepada Yang Maha Perkasa, Maha Kasih-sapang." (ayat 217).
Ayat 218
"Yang melihat engkau tatkala engkau berdiri sembahyang." (ayat 218).
Artinya, bahwa dalam engkau menghadapi tugas berat itu, memberi peringatan kepada ummat manusia yang dimulai dari keluarga terdekat sendiri, kemudian merendahkan sayap kepada orang-orang yang telah mengatakan beriman, yang kadang-kadang masih saja ditentang dan didurhakai. sampai juga dari kalangan keluarga terdekat sendiri, sebagai yang dilakukan oleh Abu Lahab, hendaklah dalam menghadapi itu semuanya engkau senantiasa bertawakkal kepada Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan itu Maha Perkasa. Bagaimanapun keras hati kaummu itu dalam menentang engkau, namun kehendak Tuhan tidaklah akan dapat mereka tentang. Sekeras-keras mereka, tidaklah akan dapat merubah ketentuan Tuhan. Tuhan itu Maha Perkasa, hanya kehendak-Nya jua yang berlaku. Dan Tuhan itu adalah bersifat Rahim, berarti Penyayang, Kasih-sayang. Karena Kasih-sayangNya, engkau akan tetap dilindungiNya, dan orang-orang yang telah menyatakan Iman pun akan tetap diberiNya perlindungan. Jerih payahmu menyampaikan Da'wah itu tidaklah akan dibiarkan Tuhan hilang dengan percuma saja.