Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَوۡ
dan kalau
نَزَّلۡنَٰهُ
Kami menurunkannya
عَلَىٰ
atas
بَعۡضِ
sebagian
ٱلۡأَعۡجَمِينَ
bukan bangsa Arab
وَلَوۡ
dan kalau
نَزَّلۡنَٰهُ
Kami menurunkannya
عَلَىٰ
atas
بَعۡضِ
sebagian
ٱلۡأَعۡجَمِينَ
bukan bangsa Arab
Terjemahan
Seandainya Kami menurunkannya kepada sebagian dari golongan non-Arab.
Tafsir
(Dan kalau Al-Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab) lafal A'jamiina adalah bentuk jamak dari lafal A'jam.
Tafsir Surat Ash-Shu'ara': 196-199
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? Dan kalau Al-Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir), niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya. Allah ﷻ menyebutkan bahwa sesungguhnya sebutan tentang Al-Qur'an ini dan isyarat mengenai keberadaannya benar-benar ada di dalam kitab kitab terdahulu yang dinukil dari para nabi mereka yang menyampaikan berita gembira akan kedatangannya sejak zaman dahulu dan masa yang berdekatan dengannya.
Sebagaimana Allah mengambil janji dari mereka tentang hal tersebut, sehingga nabi yang paling akhir dari kalangan mereka berdiri seraya berkhotbah kepada golongannya untuk menyampaikan berita gembira akan kedatangan Ahmad (Muhammad ﷺ): Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat; dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). (As-Saff: 6) Lafaz az-zubur yang ada dalam surat Asy-Syu'ara ini artinya kitab-kitab, merupakan bentuk jamak dari zabur.
Nama yang sama diberikan kepada kitab Nabi Daud, yaitu kitab Zabur. Allah ﷻ telah berfirman: Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. (Al-Qamar: 52) Yakni tercatat di dalam kitab-kitab catatan amal perbuatan mereka yang dipegang oleh para malaikat pencatat amal perbuatan. Dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi. mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara': 197) Artinya, tidakkah cukup bagi mereka adanya saksi yang benar akan hal tersebut melalui ulama Bani Israil yang menjumpai penyebutan Al- Qur'an di dalam kitab-kitab mereka yang biasa mereka pelajari.
Makna yang dimaksud ialah ulama Bani Israil yang adil, yaitu mereka yang mengakui kebenaran adanya sifat Nabi Muhammad, kerasulannya, dan umatnya di dalam kitab-kitab mereka. Sebagaimana yang telah diberitakan oleh sebagian orang dari mereka yang beriman seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman Al-Farisiyang menerimanya dari orang-orang yang ia jumpai dari kalangan ulama Bani Israil dan orang-orang yang semisal dengan mereka.
Allah ﷻ-telah berfirman: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat. Kemudian Allah ﷻ menyebutkan tentang kerasnya kekafiran orang-orang Quraisy dan keingkaran mereka terhadap Al-Qur'an, bahwa seandainya Al-Qur'an ini diturunkan kepada seseorang yang bukan dari bangsa Arab dari kalangan mereka yang tidak mengetahui bahasa Arab barang sepatah kata pun, lalu Al-Qur'an diturunkan kepadanya dengan bahasa yang jelas lagi fasih, tentulah mereka tidak akan beriman kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan kalau Al-Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya. (Asy-Syu'ara': 198-199) Sebagaimana yang diceritakan oleh Allah tentang sikap mereka dalam ayat yang lain melalui firman-Nya: .
Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan. (Al-Hijr: 14-15), hingga akhir ayat. Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat. Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)"
198-199. Ayat berikut menjelaskan keangkuhan orang musyrik untuk menerima Al-Qur'an. Dan seandainya Al-Qur'an itu Kami turunkan kepada sebagian dari golongan bukan Arab yang tidak bisa bercakap arab, lalu ia membacakannya kepada mereka, yakni orang-orang kafir itu, niscaya mereka tidak juga akan beriman kepadanya. ini menunjukkan keengganan mereka untuk menerima Al-Qur'an. Dari arah mana pun Al-Qur'an itu datang, mereka pasti tak akan beriman dengan berbagai alasan. 198-199. Ayat berikut menjelaskan keangkuhan orang musyrik untuk menerima Al-Qur'an. Dan seandainya Al-Qur'an itu Kami turunkan kepada sebagian dari golongan bukan Arab yang tidak bisa bercakap arab, lalu ia membacakannya kepada mereka, yakni orang-orang kafir itu, niscaya mereka tidak juga akan beriman kepadanya. ini menunjukkan keengganan mereka untuk menerima Al-Qur'an. Dari arah mana pun Al-Qur'an itu datang, mereka pasti tak akan beriman dengan berbagai alasan.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa walaupun bukti-bukti kenabian Muhammad sudah diterangkan dalam kitab-kitab terdahulu, dan hal ini diakui oleh ulama-ulama Yahudi, serta diketahui oleh orang-orang musyrik Mekah dari para pemimpin Yahudi, namun orang-orang musyrik itu tidak akan beriman, walau buku atau kitab suci apa pun yang dikemukakan kepada mereka. Seakan-akan Allah mencela sikap mereka itu dengan mengatakan, "Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab yang jelas dan gaya bahasa yang indah kepada seseorang dari bangsa Arab, tepatnya dari suku Quraisy yang berpengaruh di Mekah, dan mereka telah mengetahui pula dari orang-orang Yahudi di Madinah tentang kenabian Muhammad itu, namun mereka tetap tidak beriman. Maka andaikata Al-Qur'an itu diturunkan kepada seseorang dari golongan bukan Arab yang tidak pandai berbahasa Arab, tetapi dengan kehendak Allah orang itu dapat membacakannya dengan fasih kepada orang-orang musyrik Mekah itu, mereka itu tidak juga akan beriman kepadanya. Di sisi lain, kalau pun kejadian yang semacam itu terjadi, hal itu merupakan kejadian yang luar biasa."
Ayat ini merupakan hiburan yang dapat menenteramkan dan menyejukkan hati Muhammad yang telah digundahkan oleh sikap orang-orang musyrik yang selalu menantang dan mendustakan seruannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Cara Turunnya Al-Qur'an
Ayat 192
“Dan sesungguhnya dia adalah benar-benar diturunkan dari Tuhan Sarwa Sekalian Alam." (ayat 192). Yang dimaksudkan ialah al-Qur'an. Sebagaimana telah dijelaskan juga dalam ayat-ayat yang .lain sebelum ini dan sesudahnya, al-Qur'an adalah Wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w., datang dari Tuhan Allah sendiri.
Ayat 193
“Menurunkan dengan dia Ar-Ruh Al-Amin." (ayat 193). Di antara malaikat-malaikat itu adalah yang khusus mengantarkan Wahyu Ilahi kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Itulah Malaikat Jibril. Dalam ayat ini disebut namanya Ar-Ruh Al-Amin. Arti yang asal biasa dari Roh ialah nyawa. Tetapi kalimat Roh itu ada pula yang dipergunakan khusus untuk Malaikat Jibril saja. Di dalam Surat 97, al-Qadr ayat 4 disebutkan bahwa Roh, yaitu Malaikat Jibril turun ke dunia ini bersama malaikat yang lain dengan izin Tuhan. Dalam Surat 16, an-Nahl (lebah) ayat 2 disebutkan bahwa Roh itu disuruh Tuhan turun kepada barang-siapa yang dikehendaki Tuhan dari kalangan hambaNya. Di dalam Surat 70, al-Ma'arij ayat 4 diterangkan bahwa malaikat bersama Roh itu turun naik di antara langit dan bumi dalarh masa satu hari yang menurut perhitungan manusia mencapai 50,000 tahun.
Dia disebut juga Ruhul-Qudus (Roh Suci). Surat 2 al-Baqarah 87 dan 253. Surat 5, al-Maidah ayat 110; semuanya ini disebut sebagai bantuan dan sokongan kepada Nabi Isa Anak Maryam. Di dalam Surat 78, an-Naba' (BeritAl ayat 38, dikatakan bahwa dia bersama malaikat yang lain akan berdiri bersaf ketika kedatangan kelak di hari Kiamat.
Di dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini disebut dia Ar-Ruh Al-Amin, artinya Roh yang dipercayai. Nabi kita Muhammad s.a.w. pun diberi gelar oleh kaumnya sejak beliau belum menjadi Rasul dengan “Al-Amin", yaitu orang yang dipercayai. Sebagaimana Nabi Muhammad s.a.w. dipercayai tidak akan mengurangi Wahyu yang diterimanya dan tidak pulamengarang-ngarang kata lain di luar izin Tuhan, begitu pula Jibril sebagai Ar-Ruh Al-Amin, Roh yang dipercaya.
Ar-Razi menyatakan dua sebab maka Jibril itu disebut Roh, Pertama karena memang dia sebagai malaikat tidaklah mempunyai jasmani yang khas. Dia semata-mata Roh. Kedua, karena Wahyu yang dibawanya itu membawa Roh yang hidup dalam jiwa manusia.
Ayat 194
“Ke dalam hati engkau." -Hai Rasul — (pangkal ayat 194). Artinya, bahwasanya Roh yang dipercaya itu menyampaikan Wahyu tersebut ke dalam hati Nabi Muhammad s.a.w.
Sebagaimana kita maklumi adalah hati itu bermakna jiwa juga, bermakna akal juga. Ke dalam jiwa Nabi itulah turunnya Wahyu atau menjelmanya Jibril ketika dia datang membawa Wahyu. Zaid bin Haritsah mengatakan bahwa pernah wahyu datang sedang kaki Nabi s.a.w. terletak di atas kaki Zaid. Lalu terasa oleh Zaid sangat berat kaki Nabi s.a.w. di waktu itu. Pemah wahyu datang sedang beliau di atas kendaraan, maka kendaraan itu tidak kuat menyangkat kakinya dari sangat beratnya Nabi s.a.w. di waktu itu."Supaya jadilah engkau seorang di antara orang yang memberikan peringatan." (ujung ayat 194).
Ayat 195
Yaitu memberi peringatan kepada manusia tentang bahaya yang akan menimpa mereka, baik di dunia apatah lagi di akhirat jika mereka tidak mau melaksanakan perintah yang disampaikan Nabi s.a.w. yang diterimanya dari Aliah dengan perantaraan Jibril itu."Dengan bahasa Arab yang jelas." (ayat 195).
Yaitu bahwa bahasa yang dipakai untuk menurunkan wahyu itu ialah bahasa yang jelas dapat dimengerti.
Dalam Surat 6, al-An'am ayat 92, demikian juga Surat 42, asy-Syura ayat 7, ada disebut bahwa Nabi s.a.w. itu disuruh menyampaikan peringatan terutama kepada “Ummul-Qura", atau Ibu Negeri. Tepatan yang pertama ialah Ibu Negeri, dan Ibu Negeri orang Arab itu sejak dahulu ialah Makkah. Sebab sejak zaman Nabi Ibrahim, Makkah telah dijadikan Ibu Kota atau Ibu Negeri tempat beribadat. Orang Quraisy sebagai penduduk tetap turun-temurun di negeri Makkah itu telah dianggap jadi “Jiran Allah". Tiap tahun orang Arab dari segala penjuru telah ziarah juga ke sana sejak lama. Oleh sebab itu, meskipun semua bangsa Arab itu memakai hanya satu bahasa, namun pelatnya atau langgamnya lain-lain, sampai disebut tidak kurang dari tujuh pelat, langgam atau aksen. Tetapi langgam yang dianggap dapat dimengerti untuk menghubungkan semua, ialah langgam Quraisy. Ucapannya jelas, kata-katanya kemas. Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah. Wahyu diturunkan permulaan di Makkah. Sebab itu bahasa wahyu ialah bahasa Quraisy sebagai bahasa pengantar seluruh Tanah Arab. Dengan turunnya wahyu dalam bahasa Arab yang jelas itu, dalam langgam Quraisy, maka martabat bahasa Arab itu bertambah tinggi.
Ayat 196
“Dan sesungguhnya dia benar-benar telah ada dalam kitab-kitab yang terdahulu." (ayat 196). Artinya, bahwasanya kepada Nabi-nabi yang terdahulu telah diberitakan Tuhan juga bahwa di akhir zaman akan datang Nabi yang besar, penutup segala Rasul, menerima wahyu pula daripada Tuhan, sebagai mereka. Pokok isi daripada kitab-kitab yang disampaikan kepada Nabi-nabi yang dahulu itu kemudiannya telah tersimpul dalam al-Qur'an. Demikian juga Al-Qur'an sendiri pun ada pula menyebutkan bahwa suatu ajaran penting bagi kehidupan seorang Muslim, seumpama kepentingan 2akat untuk pembersihan budi, mengingat Tuhan dan bersembahyang, bukan saja ajaran sekarang, tetapi terdapat juga dalam ajaran yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa. (Surat 87, al-Ala, dari ayat 14 sampai ayat 19).
Dikatakan pula dalam Surat 21 al-Anbiya', ayat 105, bahwa di dalam kitab Zabur ada tersebut bahwasanya bumi ini akan diwariskan kepada hamba Allah yang shalih. Setelah diselidiki dengan seksama di dalam kitab-kitab yang sekarang, memang bertemu dalam Zaburnya Nabi Vasy'iya. Di ayat 29 dari Surat 48, al-Fath (Kemenangan), yaitu ayat terakhir disebutkan tanda-tanda Nabi Muhammad yang tersebut di dalam Taurat dan di dalam Injil.
Ayat 197
“Apakah tidak cukup sebagai bukti bagi mereka." -tentang kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. itu. (pangkal ayat 197)."Bahwa telah mengetahuinya juga Ulama-ulama Bani Israil?" (ujung ayat 197). Lama sebelum Nabi Muhammad s.a.w. diutus oleh Tuhan, penduduk Makkah yang masih musyrik itu telah banyak juga menerima berita dari Ulama-ulama Bani Israil, baik yang bertemu oleh mereka di Madinah, karena orang Yahudi banyak tinggal di sana, atau dari orang-orang Yahudi yang bertemu dalam perjalanan mereka berniaga ke negeri Syam, bahwa seorang Nabi akan lahir, telah tersebut sifat-sifatnya di dalam kitab-kitab yang terdahulu. Cuma kemudian saja, setelah Nabi itu datang, timbul hasad dalam jiwa mereka, lalu mereka mungkiri, atau mereka alihkan kepada Nabi lain yang akan datang, sehingga mereka katakan bahwa Nabi yang ditunggu itu bukan Nabi yang ini. Tetapi Ulama-ulama Bani Israil yang jujur tetap pada pengakuannya. Di antaranya ialah Abdullah bin Salam, yang setelah Rasulullah s.a.w. berhijrah ke Madinah, iangsung sekali mengakui akan kerasulannya dan menjadi salah seorang sahabat Rasulullah yang terkemuka dalam kalangan orang Yahudi yang masuk Islam.
Ayat 198
“Dan kalau dia Kami turunkan kepada sebahagian dari orang-orang Ajam." (ayat 198).
Ajam artinya ialah segala bangsa yang bukan Arab. Begitulah istilah sejak lama yang terpakai dalam perbahasan orang Arab. Tetapi oleh karena bangsa lain yang lebih dekat negerinya kepada bangsa Arab ialah bangsa Iran atau Persia, kadang-kadang yang mereka sebut Ajam itu ialah orang Persia. Kadang-kadang lidah yang keseleo mengucapkan Arab, sehingga kurang kena membacakan hurufnya disebut juga lidah Ajam. Maka orang-orang kafir musyrik yang hatinya lelah membatu dalam kekafiran itu, tetaplah tidak mau menerima perkhabaran al-Qur'an itu.
Ayat 199
Walaupun orang Ajam itu misalnya yang menerima wahyu: “Lalu dia membacakannya kepada mereka, niscaya tidak juga mereka akan beriman kepadanya." (ayat 199).
Sedangkan dengan bahasa Arab yang jelas dan fasih mereka tidak mau terima, apatah lagi dalam bahasa Ajam yang tidak mereka mengerti.
Ayat 200
“Demikianlah Kami masukkan dianya ke dalam hati orang-orang yang durhaka." (ayat 200).
Bukan iman yang masuk, melainkan kufur, keras kepala, pembohong dan menolak.
Ayat 201
“Tidaklah mereka akan beriman kepadanya, sebelum mereka melihat azab yang pedih." (ayat 201).
Ayat 202
“Maka datanglah azab itu kepada mereka dalam keadaan mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya." (ayat 202).
Pada saat azab telah datang, untuk menyatakan beriman sudah terlambat. Laksana Fir'aun yang menyatakan Iman kepada Tuhannya Musa di saat air laut sudah hendak melulurnya dan dia akan tenggelam. Taubat di waktu itu tidak ada gunanya lagi.