Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتَنۡحِتُونَ
dan kamu memahat
مِنَ
dari
ٱلۡجِبَالِ
gunung-gunung
بُيُوتٗا
rumah-rumah
فَٰرِهِينَ
dengan rajin
وَتَنۡحِتُونَ
dan kamu memahat
مِنَ
dari
ٱلۡجِبَالِ
gunung-gunung
بُيُوتٗا
rumah-rumah
فَٰرِهِينَ
dengan rajin
Terjemahan
Kamu pahat dengan terampil sebagian gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah yang mewah.
Tafsir
(Dan kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin) dengan penuh semangat; menurut suatu qiraat dibaca Farihina, artinya, dengan penuh keangkuhan.
Tafsir Surat Ash-Shu'ara': 146-152
Adakah kalian akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kalian ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. Dan kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan janganlah kalian menaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.
Nabi Saleh berkata kepada mereka seraya menasehati dan memperingatkan mereka akan siksaan Allah yang akan menimpa mereka, sekaligus mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka melalui rezeki yang berlimpah, dan Allah menjadikan mereka aman dari bahaya, ditumbuhkan-Nyalah bagi mereka kebun-kebun, dan dialirkan-Nya bagi mereka mata air-mata air, serta dikeluar-kan-Nyalah bagi mereka tanam-tanaman dan buah-buahan.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan Hadim ialah mekar dan masak. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni yang subur. Ismail ibnu Abu Khalid telah meriwayatkan dari Amr ibnu Abu Amr yang menjumpai masa sahabat dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yaitu bila telah masak dan bergayutan; diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Kemudian Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abu Saleh. Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ala sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Maksudnya, mayang kurma yang berekor (karena isinya yang banyak). Mujahid mengatakan bahwa hadim ialah bila kering banyak buahnya sehingga berserakan. Ibnu Juraij mengatakan, ia pernah mendengar Abdul Karim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Umayyah yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni saat mayang tersebut muncul mengatup dan menutupi buahnya, maka buahnya yang masih basah itu dinamakan hadim.
Sedangkan kurma yang kering bila terkatup oleh mayangnya, maka buahnya yang kering itu dinamakan hasyim. Ikrimah mengatakan demikian pula Qatadah bahwa hadim artinya buah kurma yang lembut. Ad-Dahhak mengatakan bahwa apabila tandan kurma banyak buahnya sehingga buahnya sebagian di antaranya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain, maka dinamakan hadim. Murrah mengatakan bahwa hadim ialah mayang kurma saat mekar dan kelihatan hijau (yakni subur buahnya).
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, hadim ialah buah kurma yang tidak ada bijinya. Abu Sakhr mengatakan, "Manakala engkau melihat mayang kurma mekar, lalu engkau lihat buahnya bersusun-susun, maka itulah yang dinamakan hadim. Firman Allah ﷻ: Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. (Asy-Syu'ara': 149) Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa farihin artinya dengan cerdik.
Tetapi menurut riwayat lain yang juga bersumber dari Ibnu Abbas, artinya tamak lagi jahat. Pendapat yang terakhir inilah yang dipilih oleh Mujahid dan sejumlah ulama. Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut, karena sesungguhnya mereka membuat rumah-rumah pahatan di gunung-gunung itu dengan tujuan kesombongan, ketamakan, dan main-main, bukan karena keperluan untuk tempat tinggal. Dan mereka adalah Orang-orang yang ahli dalam hal pahat-memahat seperti yang dapat disaksikan dari bekas peninggalan mereka.
Karena itulah nabi mereka berkata kepada mereka: maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara': 150) Yaitu terimalah apa yang manfaatnya kembali kepada kalian di dunia dan di akhirat ini, yaitu menyembah Tuhan kalian yang telah menciptakan dan memberi rezeki kalian. Maksudnya, sembahlah Allah dan esakanlah Dia serta bertasbihlah kepada-Nya setiap pagi dan petang. dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan. (Asy-Syu'ara': 151-152) Yakni para pemimpin dan para pembesar mereka yang menyeru mereka untuk berbuat kemusyrikan, kekufuran, dan menentang kebenaran."
149. dan kamu pahat dengan terampil sebagian gunung-gunung batu yang demikian besar untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin dan kepiawaian; tapi semua itu kamu lakukan dengan penuh kesombongan dan kepongahan, bukan untuk kemanfaatan semata. 150. Maka bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya dan taatlah kepadaku terhadap apa yang aku sampaikan kepadamu, karena aku adalah utusan Allah;.
Nabi Saleh mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, yaitu:
1. Mereka hidup dengan aman di negeri mereka, bebas dari gangguan musuh, dan memperoleh kebahagiaan serta ketenteraman hidup.
2. Mereka mempunyai tanah pertanian yang subur, binatang ternak yang banyak, dan memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk membuat kanal-kanal irigasi yang teratur. Mereka hidup sebagai petani, penggembala, saudagar, dan penggali logam dari dalam tanah. Oleh karena itu, negeri mereka menjadi indah, dipenuhi tanaman yang menyenangkan mata orang yang memandangnya. Bahkan di antara mereka ada yang mengatakan bahwa negeri merekalah sebenarnya surga yang dijanjikan Allah.
3. Mereka diberi kemampuan memahat gunung batu untuk dijadikan tempat tinggal.
Itulah berbagai nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kaum Samud. Mereka seharusnya mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah itu, tetapi semakin hari mereka semakin sombong. Mereka merasa bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu hanya karena usaha mereka sendiri, bukan karena nikmat Allah. Oleh karena itu, mereka tidak percaya akan adanya hari Kiamat. Hidup yang sebenarnya menurut mereka adalah hidup di dunia ini dan mereka menginginkan agar kekal di dunia.
Kaum Samud tidak lagi memikirkan bagaimana nasib mereka nanti, seandainya pada suatu waktu, Allah secara tiba-tiba mencabut semua kebahagiaan dan kemakmuran mereka dan menukarnya dengan malapetaka yang dahsyat. Semua itu bisa dilakukan Allah karena keingkaran dan kesombongan mereka sendiri.
Ayat ini mengandung makna bagaimana dengan bekal akal yang kuat maka manusia dapat memahat batu gunung untuk dijadikan tempat tinggal sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Samud. Pada saat ini, teknologi alat-alat pemahat sudah berkembang dan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka, antara lain untuk memotong dan membelah batu gunung yang keras. Peralatan-peralatan tersebut sepenuhnya digerakkan oleh tenaga mesin atau robot. Bahkan manusia telah mampu menciptakan teknologi pemahatan super-canggih di mana objek dipotong atau dibelah dengan sinar laser. Hasilnya sangat halus dan tepat. Dengan alat mutakhir ini, batuan granit yang sangat keras pun menjadi mudah dibelah atau dipotong. Itulah hasil pikiran manusia.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Shalih a.s. dan Kaum Tsamud dan Unta Allah
Ayat 141
“Telah mendustakan Tsamud akan Rasul-rasul “(ayat 141). Sebagai ummat yang telah terdahulu tadi juga, seorang Rasul Allah, sebab isi pengajaran Rasul itu adalah satu semua."
Ayat 142
Tatkala berkata kepada mereka saudara mereka Shalih: “Tidakkah kamu akan bertakwa?" (ayat 142). Sebagai juga Rasul Allah kepada kaum yang lain, demikian pula Nabi Shalih. Beliau adalah dibangkitkan Tuhan menjadi Rasul dari keluarga kaum Tsamud itu sendiri, bukan orang lain, bahkan saudara mereka. Beliau tanyakan, belum jugakah kamu hendak insaf, lalu bertakwa kepada Allah, Tuhanmu Yang Esa? Aku sampaikan kepadamu pertanyaan dari hati ke hati ini ialah karena:
Ayat 143
“Sesungguhnya aku adalah Rasul yang dipercaya untuk kamu." (ayat 143). Hal ini semua wajib aku sampaikan kepada kamu, sebab Tuhan telah memilihku menjadi Rasul, diutus kepada kamu, dengan penuh kepercayaan;
Ayat 144
“Maka takwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (ayat 144) Takutlah kepada Allah, perbaikilah hubungan dengan Tuhan; dan teladan yang aku berikan ini. tidak lain, adalah dengan tuntunan Wahyu daripada Allah.
Ayat 145
“Dan tidaklah aku meminta upah kepadamu: tidak lain upahku, melainkan atas tanggungan Tuhan Pemelihara sekalian alam." (ayat 145).
Soal perbaikan budi dan memberikan tuntunan yang dikehendaki Tuhan, janganlah kamu sangka dapat dihargai dengan hartabenda. Aku tampil ke muka kamu menyampaikan seruan ini, tidaklah meminta ganti kerugian jerih payah.
Betul badan merasa payah, tetapi hatiku puas, sebab yang kulancarkan ialah perintah Allah. Upah jerihku daripada Allah yang mengutus aku dan mempercayaiku, tidaklah dapat dinilai dengan hartabenda duniawi. Kamu ikuti seruanku dan kamu taat kepadaku, di waktu itulah kelak akan kamu rasai betapa bahagianya mengharapkan upah dari Allah itu.
Ayat 146
“Apakah kamu akan dibiarkan pada apa yang ada di sini, dalam keadaan aman?" (ayat 146).
Ayat 147
"Di dalam kebun-kebun dan mata-mata-air?" (ayat 147).
Ayat 148
"Dan tanam-tanaman dari korma-korma yang mayangnya lemah-lembut." (ayat 148).
Ayat 149
“Dan kamu pahat di gunung-gunung, rumah-rumah dengan pintar?" (ayat 149).
Ayat-ayat ini menunjukkan betapa aman dan makmur keadaan kaum Tsamud itu dalam negeri mereka. Mereka mempunyai kebun-kebun yang subur, sebab mata-air cukup mengalir, sehingga tumbuhlah pohon korma menghasilkan buah yang lezat cita, mayang tempat bergantungan buah-buah korma itu mudah saja mengait atau mengambilnya, sebab lunak lembut. Lantaran kesuburan tanah, luasnya kebun, banyaknya mata-air, berlipat gandanya hasil bumi, mereka sempat membangun. Maka majulah ilmu pengetahuan membangun rumah-rumah, sampai timbul dan maju ilmu pengetahuan memahat batu di gunung-gunung buat dijadikan rumah tempat tinggal Telah tersebut pada kisah mereka di dalam Surat al-A'raf bahwa mereka memahat rumah di gunung dan ada pula rumah-rumah di dalam lembah. Disebutkan dalam riwayat bahwa di musim dingin mereka pindah dari kota ke gunung-gunung yang mereka pahat itu, untuk menghindarkan angin badai padang pasir, sebab batu guming adalah dinding yang teguh penahan angin. Di dalam Surat al-Fajr disebutkan bahwa mereka telah sanggup menyambungkan kehidupan di batu-batu gunung itu dengan kehidupan di lembah rendah. Mereka telah merasa aman dan makmur dengan kehidupan yang demikian, sehingga kian lama mereka pun kian lalai dan lengah daripada perintah Allah. Inilah yang diperingatkan oleh Nabi Shalih, yang tersebut pada ayat 146 itu; Apakah kamu merasa bahwa kamu akan dibiarkan saja di sini dalam keadaan aman? Apakah kamu tidak berfikir bahwa sewaktu-waktu bahaya mudah saja menimpa kamu dan kamu tidak dapat mengelakkannya? Bagaimana kalau misalnya musim panas dan kemarau berlebih dari jangka biasa sehingga mata-air-mata-airmu itu kering? Kering mata-air-mata-air, menyebabkan kebun-kebun tidak subur lagi. Dan pohon-pohon korma akan kering pula tidak menghasilkan buah, sehingga mayangnya yang lemah-gemulai dan mudah dikutip buahnya itu menjadi kering meranting, tidak berbuah, dan kalau berbuah menjadi kurus dan kering? Kalau sudah demikian yang terjadi niscaya hidupmu akan melarat sehingga kamu tidak akan sanggup lagi memahat gunung mendirikan rumah-rumah di sana tempat kamu istirahat di musim dingin.
Maka janganlah kamu tertipu oleh keamanan yang ada sekarang. Sebab Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas seluruh alam ini bisa saja dalam sebentar waktu merubah keadaan. Kalau kamu lupa akan hal ini, kamu kelaknya akan rugi.
Ayat 150
“Maka takwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (ayat 150).
Aku lihat nikmat sudah datang kepada kamu melimpah-limpah, tetapi kamu telah lupa kepada yang memberikan nikmat itu. Lebih baik, supaya nikmat itu berkekalan, kamu ingat kembali atas Yang Memberikan nikmat. Kamu takwa kepada Allah, dan jangan kamu persekutukan Dia dengan yang lain, syukurilah nikmatNya ini sebaik-baiknya dan taatilah segala nasihat yang aku berikan, sebab segala nasihat ini adalah datang dari Tuhan Allah sendiri, diwahyukan kepadaku dan aku sampaikan kepadamu:
Ayat 151
“Dan janganlah kamu taati perintah orang-orang yang melewati batas." (ayat 151). Sebab di kalangan kamu sendiri ada orang-orang yang mengajak kamu kepada perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentuan Tuhan Allah, sehingga harta kekayaan nikmat Allah itu kamu pergunakan kepada yang tidak berfaedah, berfoya-foya tidak berketentuan; boros, durhaka, maksiat, menyembah berhala dan sebagai-nya. Kalau nasihat atau pimpinan orang-orang yang semacam itu yang kamu turuti, niscaya celakalah kamu.
Ayat 152
“(Yaitu) orang-orang yang membuat kerusakan di bumi dan tidak memperbaiki." (ayat 152).
Niscaya yang dimaksud oleh Nabi Shalih ini ialah pemimpin-pemimpin atau pemuka-pemuka mereka, yang oleh karena penduduknya telah kaya-raya dan makmur, diajaknyalah kepada kehidupan mewah yang tidak berper-hitungan, atau membangun berhala untuk mengingat jasa orang yang berjasa, sehingga kehidupan yang tadinya telah selesai, menjadi kusutlah kembali. Ketika sepintas lalu mereka bermaksud baik, padahal kalau dituruti, ke-kacauanlah yang akan timbul. Sebab kaum itu kian lama kian jauh dari garis kebenaran. Kalau jiwa tidak terpimpin baik, sedang kekayaan melimpah-limpah, akan dipergunakanlah kekayaan itu buat yang tidak berfaedah, sebab hawanafsu tidak terkendali. Inilah yang di dalam ungkapan bahasa kita disebut “lupa daratan". Dan bahaya hal seperti ini sangat besar. Di antaranya ialah kelengahan daripada menjaga sumber-sumber kemakmuran itu, sehingga orang kian lama kian pandai menghabiskan tetapi tidak sanggup lagi membangun atau memelihara yang ada. Dengan takwa kepada Allah, kita pun ingat kepada Allah dan memelihara pula baik-baik sumber nikmat yang diberikan Allah itu. Hal -yang seperti ini amat berkehendak kepada pemimpin yang jujur, yang akan membawa kepada kebahagiaan. Dan pemimpin yang terbaik ialah pimpinan Rasul, bukan pimpinan dart tukang perusak itu.
Inilah seruan Nabi Shalih.
Ayat 153
“Mereka menjawab: “Engkau ini hangalah semata-mata dari orang-orang yang diberi sihir." (ayat 153).
Begitulah sambutan mereka atas nasihat-nasihat Rasul yang jujur itu.
Ini juga pesan kepada kaum Quraisy yang menentang Rasulullah s.a.w. tempat ayat ini diturunkan. Perkataan Nabi Shalih itu benar dan menarik hati.
Lidahnya fasih berkata-kata. Suatu perkataan yang timbul daripada hati yang jujur payah untuk ditolak kebenarannya. Tetapi kalau mereka ikuti nasihat itu, mereka tentu akan merubah kehidupan dan merubah kebiasaan. Sebab itu mereka tuduh saja bahwa “pintar ngomong" Nabi Shalih itu adalah sihir saja. Sebab sihir ialah menipu orang. Mereka mencoba menolak kebenaran isi kata, dengan menuduh yang mengatakannya itu seorang ahli sihir. Dengan demikian mereka sudah menampakkan rasa ketakutan, bahwa sihir kata jujur Shalih itu akan dapat menarik orang.
Ayat 154
Dan kata mereka pula: ‘Tidaklah ada engkau ini, melainkan seorang manusia seperti kami." (pangkal ayat 154). Dengan cara begini didapati di tiap zaman orang menolak kata yang benar dari seorang penasihat yang jujur. Engkau hendak bernasihat kepada kami? Apa kelebihan engkau daripada kami? Siapa benar engkau? Engkau tidak lebih kaya dari kami, hidup engkau sehari-hari pun sama dengan kehidupan kami. Engkau mendakwakan dirimu menjadi Rasul Allah? Menjadi orang kepercayaan dari Allah? “Maka datang-kanlah suatu tanda, jika memang engkau dari orang-orang yang benar." (ujung ayat 154).
Mula-mula dia dituduh seorang yang diajari sihir; artinya mereka mengaku perkataannya benar, sehingga hati kecil mereka banyak yang tertarik. Tetapi kalau diikuti nasihatnya itu, mereka merasa rugi dan amat keberatan merubah kebiasaan lama. Lalu datang sanggahan yang kedua, meskipun perkataannya benar, tetapi tidak ada suatu kelebihan pun padanya, yang patut dijadikan sebab buat dia diikuti Dia mengatakan dirinya Nabi dan diberi kepercayaan oleh Allah, padahal-buktinya belum ada.
Maka tersebutlah di dalam setengah Tafsir, bahwa mereka meminta diadakan suatu tanda, atau mu'jizat. Mereka minta suatu hal yang dia tidak akan bisa menghasilkannya, keyakinan mereka tentu Nabi Shalih tidak akan sanggup mengabulkan, yaitu supaya dihadirkan seekor unta dari dalam batu. Negeri mereka banyak unta, sebab tanah Arab memang tempat hidupnya binatang unta. Oleh karena itu mereka meminta, kalau benar Shalih seorang Rasul yang dipercayai Allah, coba adakan seekor unta dari dalam batu. Tentu sebagai manusia Nabi Shalih tidak sanggup mengadakan itu. Dan kalau tidak sanggup, tentu mereka bertambah tidak akan percaya. Dia berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan mengabulkan, bahwa bagi Allah mudah saja menghadirkan unta itu. Maka dibuatlah janji, bahwa unta itu akan ada. tetapi diberi giliran minum. Kalau misalnya pada hari Ahad, hari giliran minum unta, hari Isnin baru giliran penduduk Tsamud itu pula. Dan hari Selasa giliran unta, hari Arba'a giliran mereka itu pula; demikian terus tiap-tiap harinya. Mereka terima bunyi janji itu. Maka dengan Kudrat lradat Tuhan Allah, Allah yang membelah lautan dengan tongkat Musa; Allah yang melahirkan Almasih dari Maryam yang suci, tidak dengan perantaraan bapa; Allah yang menyebabkan Ibrahim tidak hangus di dalam api Dia yang mengeluarkan seekor unta betina dari dalam batu.
Ayat 155
“Dia berkata: “Inilah satu unta betina. Untuknya satu (giliran) minuman, dan untukmu satu (giliran) minuman, di hari yang ditentukan." (ayat 155).
Ayat 156
"Dan janganlah kamu sentuh dia dengan kejahatan. Karena ketak akan menimpa kepada kamu suatu siksaan yang besar." (ayat 156).
Mereka sanggupkan kedua perjanjian itu, yaitu perjanjian bergiliran hari untuk minum dan perjanjian bahwa unta itu tidak akan diyanggu.
Dengan adanya unta yang mereka minta itu, yang beriman bertambah iman, yang masih ragu ada yang beriman, lalu jadi pengikut Nabi Shalih Tetapi bagaimana dengan yang tadinya meminta bukti dan sekarang bukti telah ada? Mereka minta bukti bukan karena hendak iman, hanya karena menentang dan menguji, benarkah Shalih itu Rasul? Sekarang nyata dia Rasul. Maukah mereka iman? Orang yang sejak semula bukan bermaksud beriman, hanyalah akan berdiam diri pada kekalahannya yang pertama. Niscaya mereka akan mencari lagi kalau ada kesempatan. Sebab itu terbuktilah bahwa suatu mu'jizat bukanlah jaminan untuk menjadikan semua orang beriman.
Tersebut dalam setengah Tafsir lagi bahwa adanya unta dan pembagian giliran air minum kian lama kian tidak memuaskan golongan pemuka-pemuka yang benci kepada Shalih. Di dalam Surat an-Naml (Surat 27) ayat 48-49, diterangkan bahwa mereka sampai mendirikan sebuah perkumpulan gelap terdiri dari 9 orang. Maksud mereka pertama ialah hendak mencederai Shalih a.s. dengan membunuhnya malam hari, yang kalau keluarga Shalih bertanya, mereka akan mengatakan tidak tahu-menahu. Tetapi maksud jahat itu tidak berhasil sebab Shalih pada malam itu ada di tempat lain. Lalu mereka lepaskan sakit hati dengan mencari unta itu dan membunuhnya.
Ayat 157
“Maka mereka sembelih dia." (pangkal ayat 157). Kemudian pemuka-pemuka yang telah rusak akhlak itu memburu unta itu, menikamnya, menyembelihnya dan membantainya, dan dagingnya mereka bagi-bagikan kepada kawan-kawan sefaham penentang Nabi Shalih. Mereka makan besar. Setelah hari siang, Nabi Shalih kembali ke dalam kota Tsamud, dan segera beliau t£lah diberitahu orang bahwa unta Allah sudah dibantai orang.
Mendengar berita sedih itu berkatalah beliau dengan terus-terang, bahwa negeri Tsamud akan ditimpa siksaan Allah. Di dalam Surat Hud diterangkan bahwa beliau memberi ingat, tiga hari lagi bahaya besar akan meliputi negeri itu. Ancaman Shalih ini sampai kepada orang-orang durjana itu."Maka jadilah mereka orang-orang yang menyesal." (ujung ayat 157). Tetapi apa lagi yang hendak dibuat, tangan sudah terlanjur.
Pada hari itu juga Nabi Shalih mengajak orang-orang yang beriman supaya bersama beliau segera meninggalkan ndgen itu.
Ayat 158
Setelah hari ketiga: “Maka turunlah azab atas mereka." (pangkal ayat 158). Mereka yang telah memimpin berbuat kerusuhan setelah bumi Allah selesai itu. Sebagaimana tersebut di dalam Surat-surat yang lain, kedengaranlah pekik yang sangat keras, sehingga pecah anak telinga yang mendengarkan, pecah empedu, pecah perut. Dan di ayat lain diterangkan bahwa datanglah halilintar yang sangat keras suaranya membelah bumi, maka habis matilah penduduk negeri Tsamud yang kufur itu. “Sesungguhnya pada yang demikian adalah suatu peringatan, tetapi kebanyakan mereka tidaklah percaya “ (ujung ayat 158). Artinya, kisah ini adalah suatu ayat peringatan, yang diulangkan kepada kaum Quraisy penentang Nabi Muhammad s.a. w. yang perbuatan mereka terhadap beliau serupa juga dengan perbuatan kaum Tsamud terhadap Nabi Shalih itu. Lebih banyak yang tidak mau percaya, dan hanya sedikit yang insaf. Dan peringatan juga bagi ummat manusia seterusnya.
Ayat 159
“Dan sesungguhnya Tuhan engkau, adalah Maha Gagah, lagi Penyayang." (ayat 159).
Terhadap banyak yang tidak mau percaya itu, Tuhan Allah adalah Maha Gagah. Mereka pun pasti menerima hukuman Tetapi terhadap yang taubat dari kesalahan, lalu bertakwa kepada Allah dan taat kepada Rasul Allah, maka Tuhan Allah adalah Penyayang. Mereka akan diterima dan disambut oleh Allah dengan RahmatNya.
Ada juga beberapa riwayat berkenaan dengan unta Allah yang dibangkitkan Tuhan sebagai mu'jizat Nabi Shalih ini di dalam setengah kitab tafsir, yang menilik kepada jafan ceriteranya, tidak juga akan sunyi daripada pengaruh Israiliyat. Ada riwayat mengatakan bahwa unta itu 30 hasta tingginya. Dan ada pula satu lagi pengiringnya sebesar unta biasa. Setelah yang besar telah diburu akan dibunuh penjahat itu, yang kecil dapat lari melepaskan diri, sampai kembali ke batu tempat dia lahir dahulu itu. Batu bersibak dan dia pun masuk kembali ke dalam, lalu batu itu tertutup kembali. Dan tersebut pula bahwa kepala penjahat yang sembilan itu berdua, satu bernama Qadar dan satu bernama Mishda'. Mereka sakit hati sebab di malam pembunuhan unta itu, mereka hendak mencampur minuman arak ke dalam air dilarang orang, sebab malam itu adalah giliran unta. Tersebut pula bahwa di hari pertama muka orang jadi kuning, di hari kedua jadi merah, hari ketiga jadi hitam laksana bara Sorenya terdengar pekik Jibril. Mendengar pekik itu matilah semua orang