Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
لَهُوَ
benar-benar Dia
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
لَهُوَ
benar-benar Dia
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
Terjemahan
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Tafsir
(Dan sesungguhnya Rabbmu benar- benar Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang).
Tafsir Surat Ash-Shu'ara': 90-104
dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat, dan dikatakan kepada mereka, "Di manakah berhala-berhala yang dahulu kalian selalu menyembahnya) selain Allah? Dapatkah mereka menolong kalian atau menolong diri mereka sendiri? Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya. Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka, "Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam.
Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa. Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab, maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (Ke dunia), niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. Firman Allah ﷻ: dan (di hari itu) didekatkanlah surga. (Asy-Syu'ara': 90) Maksudnya, didekatkan kepada calon penghuninya dalam keadaan gemerlapan dan penuh perhiasan bagi orang-orang yang memandangnya.
Mereka adalah orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang mendambakannya ketika di dunia dan beramal untuk dapat meraihnya ketika di dunia. dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 91) Yakni ditampakkan dan dibukakan, lalu muncullah darinya lidah api yang bergemuruh suaranya membuat hati copot dan naik ke tenggorokan (karena ketakutan yang sangat). Dan dikatakan kepada calon penghuninya dengan nada kecaman dan cemoohan: .
Di manakah berhala-berhala yang dahulu kalian selalu menyembahnya selain Allah? Dapatkah mereka menolong kalian atau menolong diri mereka sendiri. (Asy-Syu'ara': 92-93) Berhala-berhala yang kalian sembah-sembah selain Allah yang kalian jadikan sebagai sekutu-sekutu-Nya tidak dapat memberikan manfaat kepada kalian barang sedikit pun, tidak pula dapat menolak bahaya yang menimpa diri mereka. Maka sesungguhnya kalian dan berhala-berhala itu pada hari ini adalah kayu bakar neraka Jahanam, dan kalian pasti akan memasukinya.
Firman Allah ﷻ: Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 94) Mujahid mengatakan, makna yang dimaksud ialah mereka dicampakkan ke dalamnya. Sedangkan selain Mujahid mengatakan bahwa mereka dijungkirkan ke dalamnya; dan huruf kafnya diulangi, seperti yang dikatakan terhadap lafaz sarsar. Makna yang dimaksud ialah bahwa sebagian dari mereka dilemparkan kepada sebagian yang lain ke dalam neraka, yaitu orang-orang kafir dan para pemimpinnya yang menyeru mereka kepada kemusyrikan.
dan bala tentara iblis semuanya. (Asy-Syu'ara': 95) Mereka dilemparkan ke dalam neraka beserta antek-anteknya, tanpa ada yang ketinggalan. Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka, "Demi Allah; sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara': 96-98) Orang-orang yang lemah dari orang-orang kafir itu berkata kepada orang-orang yang kuat dan sombong dari kalangan mereka, "Sesungguhnya kami hanya mengikuti kalian, maka apakah kalian dapat menyelamatkan kami dari azab neraka?" Mereka yang lemah itu berkata seraya menyadari akan kesalahan dirinya sendiri: Demi Allah, sesungguhnya, kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara': 97-98) Yakni kami dahulu menjadikan perintah kalian ditaati oleh kami sebagaimana perintah Tuhan semesta alam, dan kami sembah kalian beserta Tuhan semesta alam.
Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa. (Asy-Syu'ara': 99) Artinya, tiada yang menyeru kami berbuat demikian kecuali orang-orang yang berdosa (jahat). Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun. (Asy-Syu'ara': 100) Sebagian ulama tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan pemberi syafaat adalah para malaikat, seperti yang mereka katakan: Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan? (Al-A'raf: 53) Begitu pula yang mereka katakan dalam surat ini, yang disitir oleh firman-Nya: .
Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab. (Asy-Syu'ara': 100-101) Yang dimaksud dengan hamim ialah kerabat. Qatadah mengatakan bahwa demi Allah, mereka mengetahui bahwa teman yang saleh itu dapat memberikan manfaat dan kerabat yang saleh itu dapat memberikan syafaat. maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia), niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara': 102) Demikian itu karena mereka berharap untuk dikembalikan ke kampung dunia untuk melakukan amal ketaatan kepada Tuhan mereka, menurut dugaan mereka.
Padahal Allah mengetahui bahwa seandainya mereka dikembalikan ke kampung dunia, niscaya mereka akan kembali melakukan apa-apa yang mereka dilarang melakukannya. Dan sesungguhnya mereka dusta dalam penyesalannya itu. Allah ﷻ telah menceritakan perihal pertengkaran ahli neraka di dalam surat Sad, melalui firman-Nya: Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka. (Sad: 64) Kemudian Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara': 103) Yakni sesungguhnya dalam kisah bantahan Ibrahim kepada kaumnya dan kemenangan hujah (alasan)nya atas mereka tentang keesaan Allah benar-benar terdapat tanda yang jelas dan gamblang yang menunjukkan bahwa tiada Tuhan selain Allah. tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 103-104)"
104. Dan sungguh, Tuhanmu benar-benar Dialah Mahaperkasa, yang mampu mempercepat siksa-Nya, Maha Penyayang dengan mengakhirkan siksa sampai di akhirat nanti. 105. Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para rasul. Para rasul Allah adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Mendustakan satu rasul sama saja de-ngan mendustakan semua rasul.
Allah dengan keperkasaan dan sifat Yang Maha Penyayang-Nya, senantiasa mengingatkan orang-orang yang sesat dan tidak mau beriman dengan ayat-ayat-Nya. Allah mengirimkan rasul kepada mereka supaya memperoleh hidayah dari-Nya. Allah mengutus para rasul itu dengan membawa ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama, supaya dapat diikuti oleh mereka dan anak keturunannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Penyesalan
Dalam rangka peringatan tentang kisah Nabi Ibrahim berlawanan dengan ayahnya karena bertentangan kepercayaan itu, sehingga di akhirat akan terpaksa mereka bersimpang jalan, dan tidak akan berfaedah walaupun Nabi Ibrahim mendoa kepada Tuhan memohonkan ampun untuk ayahnya, maka di ayat 88 dijelaskan suatu kenyataan, yaitu bahwa di hari itu harta dan anak tidaklah akan dapat menolong. Walaupun misalnya ayah Nabi Ibrahim seorang yang kaya-raya, tidaklah hartanya itu dapat menolongnya dan menebusnya daripada siksaan Tuhan. Dan walaupun Nabi Ibrahim itu anak kandungnya, namun anak kandung itu pun tidak dapat menolong. Di ayat 89, diterangkan-lah bahwasanya yang akan selamat hanyalah orang yang datang atau kembali kepada Allah dengan hati yang salim, hati yang bersih daripada syirik. Hati yang tempatnya bergantung hanya Allah Yang Esa.
Pada penafsiran yang telah lalu, kita sudah tahu bahwa Nabi Ibrahim itu sangat cinta kepada ayahnya. Dia kasihan kalau ayahnya akan mendapat siksaan Tuhan. Tetapi walaupun dia kasihan, tidaklah dia berdaya buat menolong ayahnya itu di saat amat genting itu. Di sinilah kita mendapati bahwa dukacita keluarga itu banyak menimpa Rasul-rasul Allah yang besar. Nuh tidak dapat menolong anaknya, sehingga anak itu turut tenggelam bersama-sama orang-orang yang tenggelam, sedang yang terlepas selamat dengan bahtera Nuh hanya orang-orang yang beriman. Nabi Luth selamat, seketika negeri Sadum dan Gamurrah dihancurkan, tetapi isterinya sendiri turut dalam golongan orang yang kena azab. Sebab itu maka Nabi Muhammad pernah menyatakan kepada anak kandungnya yang dikasihinya, yaitu Fatimah Azzahra, tebuslah dirimu hai anakku daripada api neraka, karena aku tidaklah akan dapat menolongmu! Hanya orang yang pulang kepada Allah dengan hati yang bersih jualah yang akan selamat.
Sekarang serangkaian dengan kisah Nabi Ibrahim itu, Tuhan memberikan penjelasan lagi tentang ihwal yang akan dihadapi pada hari Kiamat itu.
Ayat 90
“Dan dihampirkanlah syurga bagi orang-orang yang bertakwa." (ayat 90)
Ayat 91
“Dan dinampakkantah neraka bagi orang-orang yang sesat." (ayat 91).
Pada kedua ayat ini di terangkan la h apa yang akan dihadapi pada hari kiamat itu. Yang akan dihadapi hanyalah salah satu daripada dua, pertama syurga, kedua neraka. Yang akan menghadapinya dua macam manusia pula; pertama orang yang muttaqin, orang yang bertakwa; kedua orang yang ghawin, orang-orang yang sesat langkah.
Apakah arti dihampirkan di sini? Apakah orang yang muttaqin itu duduk atau berdiri saja, lalu Tuhan memerintahkan malaikat membawa syurga itu ke dekat mereka? Tentu bukan demikian!
Untuk memahamkan arti dihampirkan, hendaklah kita ingat kembali jalan apa yang mesti kita tempuh supaya kita lebih hampir dan lebih dekat kepada Aliah? Yaitu yang di dalam Surat al-Fatihah sudah kita ketahui rumus jalan itu, yaitu Ash-Shiratha/ Mustaqim. Jalan yang lurus. Sudah kita fahami pula bahwasanya garis lurus atau jalan lurus ialah jarak yang paling dekat atau paling hampir, di antara dua titik. Supaya kita selamat menempuh jalan lurus itu, kita disuruh mempersiapkan diri dengan takwa Yaitu selalu Wiqayah, selalu memelihara hubungan baik dengan Tuhan. Mengerjakan apa yang diperintahkan, menghentikan apa yang dilarang, dan menjaga terus-menerus agar hubungan kita dengan Dia jangan putus dan jangan kendur. Di dalam menegakkan takwa itu diikutilah ajaran-ajaran yang ditunjukkan oleh Rasul. Maka di dalam kata takwa itu terkandunglah tawakkal, ridha, ikhlas, takut, harap dan cinta. Dan pokok tempat tegaknya ialah Tauhid dan Iman.
Nama sifat ialah Takwa, nama orang-orang yang menjalankannya ialah Muttaqin. Biasa juga orang memberi arti takwa dalam bahasa kita dengan takut. Apabila kita dalam maksud kata takwa maka kalau diartikan takut, belumlah tercakup seluruh makna yang terkandung di dalamnya. Dalam takwa juga terkandung cinta sedang di dalam arti takut belum tentu terkandung cinta.
Ada juga orang memberikan arti dengan bakti. Padahal kata bakti bisa dipakai untuk yang lain juga. Misalnya bakti kepada dua orang ibu-bapa, bakti kepada bangsa dan tanahair. Bakti kepada masyarakat. Tetapi tidak dapat kita mengatakan takwa kepada ibu-bapa, takwa kepada bangsa dan tanahair dan takwa kepada masyarakat. Takwa hanya kepada Allah saja.
Oleh sebab itu tepatlah keputusan yang diambil oleh seminar yang diadakan oleh Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) pada bulan November 1961, ketika mengambil definisi tentang Kebudayaan Islam, yaitu Kebudayaan yang berdasar Takwa. Artinya kata-kata Takwa itu diambil seluruhnya, dengan tidak dicari arti yang lain lagi.
Maka di dalam ayat ini Tuhan menegaskan bahwa syurga didekatkan atau dihampirkan, tidak salah pula agaknya kalau dikatakan dihidangkan ke hadapan orang-orang yang bertakwa.
Dan neraka dinampakkan kepada orang yang sesat. Sejak mereka hidup di dunia, mereka telah menempuh jalan yang sesat. Mereka telah meninggalkan Ash-Shiratal Mustaqim. Maka ujung jalan yang tersesat itu tidak lain daripada neraka. Meskipun belum sampai masih di tengah jalan, mereka telah menam-paknya, atau telah dinampakkan kepada mereka. Akan surut tidak mungkin lagi. Meskipun anak dengan ayah kandungnya, sebagai Ibrahim dengannya. Sampai di akhirat mereka terpaksa bersimpang jalan.
Sebelum mereka dimasukkan ke dalam neraka itu, yang selalu mereka lihat sebelum mereka masuki, mereka terlebih dahulu didesak dengan berbagai pertanyaan. Di antara pertanyaan yag pokok ialah;
Ayat 92
“Dan dikatakan kepada mereka: “Di manakah dia benda yang kamu sembah selain daripada Allah itu?" (ayat 92).
Ayat 93
“Adakah bisa mereka menolong kamu atau mereka mendapat pertolongan?" (ayat 93).
Cobalah gambarkan dalam fikiran kita membaca ayat ini. Api neraka yang berkobar-kobar dan bernyala-nyala senantiasa dinampakkan jua, dalam pada itu pertanyaan datang bertubi-tubi."Sekarang mereka sudah nampak di hadapanmu. Dahulu di waktu hidup di dunia kamu menyembah kepada yang selain Allah, seumpama berhala yang disembah oleh ayah Nabi Ibrahim itu atau benda yang lain atau manusia yang dipandang sebagai memandang Tuhan. Sekarang mana dia segala yang kamu sembah itu? Mengapa tidak mereka tolong melepaskan kamu, padahal di kala hidupmu di dunia kamu sembah mereka? Di antara yang kamu sembah itu ialah manusia sendiri. Maka cobalah kamu lihat, apakah manusia yang kamu berhalakan itu dapat menolong kamu atau dapat menolong diri mereka, karena mereka pun menghadapi pertanyaan di hari ini?
Niscaya tidaklah dapat dijawab lagi pertanyaan itu. Karena memang sudah salah.
Ayat 94
“Maka dihumbankanlah mereka kepadanya Mereka dan orang-orang yang sesat itu." (ayat 94).
Kata “dihumbankan" kita ambil menjadi arti daripada (cubkibu. Karena menurut rasa bahasa penafsir, kata “humban" ialah yang lebih dekat dengan kubkibu itu. Artinya yang lebih luas ialah diambil badan orang, lalu dilemparkan ke dalam neraka dengan kepalanya didahulukan. Humban adalah bahasa Minangkabau. Di ayat ini disebutkan bahwa mereka dihumbankan kepadanya. Di sini didahulukan menyebut manusia-manusia yang diberhalakan itu, yang selama ini dijadikan persembahan selain Allah. Bagaimana mereka akan dapat menolong orang-orang yang menyembahnya itu, padahal mereka sendirilah yang terlebih dahulu dihumbankan dan tidak pula dapat menolong diri mereka sendin. Mereka dihumbankan bersama-sama dengan orang-orang sesat yang telah menyembah mereka di masa hidup itu.
Yang dimaksud di sini niscayalah orang yang dengan suka jika dia diberhalakan, atau yang menganjurkan supaya dia diberhalakan.
Kalau manusia menyembah mereka di luar suka mereka, misalnya orang-orang yang dikeramatkan kuburnya sesudah dia mati, sehingga dia tidak tahu-menahu, tidaklah kena oleh ayat ini.
Ayat 95
“Dan tentara-tentara iblis semua." (ayat 95).
Pada ayat ini diterangkan lagi bahwasanya bukan manusia yang diberhala-kan itu saja bersama dengan orang-orang yang sesat itu yang akan dihumban-kan ke neraka, bahkan seluruh tentara iblis pun sama-sama dihumbankan. Tentara iblis itu terdiri daripada manusia dan jin, syaitan kasar dan syaitan halus, yang dipasang oleh iblis menjadi kaki-tangan buat merayu manusia supaya sesat daripada “Ash-Shirathal Mustaqim ‘ tadi. Tentara iblis yang halus berbisik atau menuangkan waswas kepada hati manusia yang kurang iman, yang tidak ada peyangan yang tidak mau takwa. Dan tentaranya yang kasar berusaha pula menyesatkan dengan bujuk rayu mulutnya, semua dihumbankan masuk neraka. Sebab iblis sendiri tidaklah akan berhasil maksudnya menyesatkan orang, kalau dia tidak memasang kaki-tangan atau tentara.
Ayat 96
“Mereka pun berkata; sedang mereka itu di dalamnya bertengkar." (ayat 96).
Ayat 97
Artinya, setelah semua, baik manusia yang diberhalakan itu ataupun manusia yang telah sesat menyembah berhala itu, ataupun tentara-tentara iblis tadi sampai dalam neraka, bertengkarlah mereka, salah-menyalahkan. Di dalam ayat ini diterangkanlah apa yang akan jadi perkataan orang-orang yang telah terlanjur sesat itu."Demi Allah! Sesungguhnyalah kami di dalam kesesatan yang nyata." (ayat 97)."Tatkala kami samakan kamu dengan Tuhan sarwa sekalian alam." (ayat 98).
Ayat 99
Setelah dalam neraka, barulah mereka menyatakan penyesalan. Mengakulah mereka bahwa amalan mereka selama hidup itu, menuhankan manusia atau benda, adalah perbuatan yang sesat. Sesat, karena telah menyamakan makhluk dengan Tuhan Allah Rabbul ‘Alamin. Padahal segala makhluk yang disembah itu tidak berkuasa sedikit jua, tidak memberi manfaat dan tidak memberi mudharat. Bahkan ternyata sekarang bahwa orang yang disembah itu sendiri pun sama masuk ke dalam neraka dengan mereka. Dan penyesalan itu mereka teruskan juga."Dan tidaklah ada yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa." (ayat 99).
Di kala hidup mereka telah tersesat karena menurutkan bujuk rayu orang-orang itu. Mereka mengatakan bahwa merekalah yang akan menolong, rupanya sekarang tidaklah dapat mereka menolong, bahkan mereka yang disangka akan menolong itu telah terlibat pula dalam dosa yang sangat besar, sebab mereka mengajak manusia mempersekutukan yang lain dengan Allah, kadang-kadang termasuk diri mereka sendiri.
Ayat 101
“Dan tidak pula sahabat yang setia." (ayat 101).
Apabila orang telah mengeluh mengingat kealpaan masa lampau, banyaklah yang teringat kembali.
Berapa banyaknya orang yang jiwanya telah demikian rusak, sebagai pencuri besar, telah dihukum dan dimasukkan ke penjara, selama dalam tahanan itu menyesal, tetapi setelah keluar mencuri lagi?
Dalam ayat ini Tuhan menyebut bahwa ini adalah ayat, tetapi kebanyakan mereka tidak mau percaya, ayat-ayat ini telah dihadapkan kepada ummat penyembah berhala seketika ayat ini diturunkan di Makkah. Banyak bidai dan perumpamaan dan banyak kisah dan pengajaran telah diberikan, namun mereka masih tetap saja dalam kesesatan, tidak juga mau beriman.
Tetapi di antara yang banyak itu tentu ada juga yang akan insaf. Bahkan kita yang membaca ayat ini sekarang pun akan timbul pengaruh ayat ini dalam hati. Dan kita akan bertanya dalam hati kita sendiri: “Bagaimanakah kalau hal itu kejadian pada diriku sendiri? Bagaimanakah kalau aku akan terlanjur mem-persekutukan Tuhan dengan yang lain, sehingga aku dihumbankan ke dalam neraka, dan aku menyesal pula, apalah akan dayaku!"
Perasaan ini akan timbul dalam diri kita sendiri kalau kita membaca al-Qur'an menurut sistem yang diajarkan oleh Imam Ghazali. Beliau pernah mengajarkan, kalau membaca al-Qur'an hendaklah tiap-tiap ayat itu dibawakan kepada diri sendiri, jangan disangka untuk orang lain. Kalau sudah dibaca cara demikian, akan timbullah pertanyaan dalam hati, bagaimana kalau hal ini terjadi padaku?
Perasaan kita hamba Allah yang diselesaikan oleh ayat yang selanjutnya yaitu:
Ayat 104
“Dan sesungguhnya Tuhan engkau itu adalah Dia Yang Maha Gagah; lagi Penyayang." (ayat 104).
Dalam ayat ini Tuhan menyatakan dua daripada AsmaNya yang mulia. Pertama ialah: Yang Maha Gagah; AL-AZIZ! Boleh diartikan Maha Gagah dan keras peraturanNya dan keras disiplinNya. Bahwa hukum yang telah ditentu-kanNya tidaklah akan berubah. Tidak mungkin orang yang memilih jalan sesat lalu didekatkan kepada syurga dan orang yang Muttaqin dinampakkan ancaman neraka. Peraturan akan tetap berlaku. Tetapi Dia mempunyai satu sifat lagi, yaitu Penyayang. Membimbing hambaNya ke dalam jalan yang benar itu, asal saja si hamba menempuh jalan orang yang Muttagin itu sekarang ini. Umar bin Khathab dan Khalid bin Walid dahulunya sebelum masuk Islam, juga penyembah berhala. Tetapi setelah mereka merubah tujuan hidup, maka dengan RAHIM Allah mereka diberi hidayat. Maka kalau takut akan Allah yang Aziz dengan ancaman nerakaNya, kembalilah kepada Allah Yang Rahim di kala hidup ini sekarang juga.