Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
كَيۡفَ
bagaimana
ضَرَبُواْ
mereka membuat
لَكَ
padamu/tentang kamu
ٱلۡأَمۡثَٰلَ
perumpamaan
فَضَلُّواْ
maka sesatlah mereka
فَلَا
maka tidak
يَسۡتَطِيعُونَ
mereka berkuasa/mampu
سَبِيلٗا
jalan
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
كَيۡفَ
bagaimana
ضَرَبُواْ
mereka membuat
لَكَ
padamu/tentang kamu
ٱلۡأَمۡثَٰلَ
perumpamaan
فَضَلُّواْ
maka sesatlah mereka
فَلَا
maka tidak
يَسۡتَطِيعُونَ
mereka berkuasa/mampu
سَبِيلٗا
jalan
Terjemahan
Perhatikanlah (Nabi Muhammad) bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan (yang buruk) tentang engkau! Maka, sesatlah mereka. Mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu).
Tafsir
(Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan tentang kamu) dengan julukan sebagai orang yang kena pengaruh sihir, orang yang membutuhkan nafkah, orang yang harus ditemani oleh Malaikat yang bersama-sama menyampaikan tugasnya (lalu sesatlah mereka) dari petunjuk disebabkan ucapannya itu (mereka tidak sanggup mendapatkan jalan untuk menentang kerasulannya) maksudnya mereka tidak akan dapat menemukan jalan untuk menentangnya.
Tafsir Surat Al-Furqan: 7-14
Dan mereka berkata, "Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil)nya? Dan orang-orang yang zalim itu berkata, "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir. Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik daripada yang demikian, (yaitu) surga-surgayang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana.
Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka), "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak." Allah ﷻ menceritakan tentang kebandelan, keingkaran, dan pendustaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap perkara hak.
Mereka melakukan demikian tanpa hujah dan tanpa dalil, melainkan hanya beralasan dengan ucapan mereka, seperti yang disitir oleh firman berikut: Mengapa rasul ini memakan makanan. (Al-Furqan: 7) Yakni seperti kami makan, dan berhajat seperti kami berhajat. dan berjalan di pasar-pasar? (Al-Furqan: 7) Yaitu mondar-mandir ke pasar karena mencari mata pencaharian dan berdagang. Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? (Al-Furqan: 7) Mereka mengatakan bahwa mengapa tidak diturunkan kepadanya malaikat dari sisi Allah, lalu malaikat itu menjadi saksi atas kebenaran yang diakuinya? Makna ini sama dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya yang menceritakan ucapan Fir'aun: Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya? (Az-Zukhruf: 53) Demikian pula mereka mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Fir'aun, hati mereka serupa dalam hal kekafirannya.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya yang mengisahkan ucapan mereka: atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan. (Al-Furqan: 8) Yaitu pengetahuan mengenai perbendaharaan harta, lalu ia berinfak darinya. atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil)nya. (Al-Furqan: 8) Yakni kebun itu berjalan bersamanya ke mana pun ia pergi. Semuanya itu amatlah mudah bagi Allah untuk merealisasikannya. Tetapi karena ada hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya, maka hal tersebut tidak direalisasikannya. Hanya Dialah yang mempunyai alasan paling tepat dalam meninggalkan hal tersebut.
Dan orang-orang yang zalim itu berkata, "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir. (Al-Furqan: 8) Adapun firman Allah ﷻ: Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka. (Al-Furqan: 9) Yakni tuduhan-tuduhan dusta yang mereka lancarkan terhadap dirimu, antara lain mereka mengatakan bahwa kamu adalah seorang tukang sihir, orang yang terkena sihir, orang gila, pendusta, atau penyair. Semuanya itu merupakan perkataan yang batil yang sama sekali tidak ada buktinya.
Setiap orang yang mempunyai pemahaman dan akal yang sedikitpun akan mengetahui kedustaan dan buat-buatan mereka itu dalam hal tersebut. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya: lalu sesatlah mereka. (Al-Furqan: 9) Yaitu sesat dari jalan petunjuk. mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). (Al-Furqan: 9) Demikian itu karena setiap orang yang keluar dari jalan yang hak dan petunjuk, maka sesungguhnya dia adalah orang yang sesat ke mana pun ia pergi; karena perkara hak adalah satu, metodanya menyatu, sebagian darinya membenarkan sebagian yang lain.
Kemudian Allah ﷻ berfirman, memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa jika Dia menghendaki, tentu Dia dapat mendatangkan hal yang lebih baik, lebih utama, dan lebih indah di dunia ini daripada apa yang mereka katakan. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik daripada yang demikian. (Al-Furqan: 10), hingga akhir ayat. Mujahid mengatakan bahwa hal tersebut direalisasikan di dunia. Yakni Allah jika menghendaki, tentu dapat merealisasikannya di dunia. Orang-orang Quraisy mengatakan bahwa setiap rumah yang terbuat dari batu dinamakan qasr (gedung), baik yang berbentuk kecil maupun besar. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Khaisamah, bahwa pernah dikatakan kepada Nabi ﷺ: "Jika kamu suka, Kami dapat memberikan kepadamu perbendaharaan-perbendaharaan bumi dan kunci-kuncinya dalam jumlah yang belum pernah Kami berikan kepada seorang nabi pun sebelummu.
Dan Kami tidak akan memberikannya kepada seorang pun sesudahmu, dan hal itu tidak akan mengurangi pahala yang ada di sisi Allah bagimu. Maka Nabi ﷺ berkata, "Himpunkanlah semuanya itu buatku di akhirat. Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya sehubungan dengan hal ini, yaitu: Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik daripada yang demikian. (Al-Furqan: 10), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan: 11) Yakni sesungguhnya mereka mengatakan demikian karena tidak percaya dan ingkar, bukan berarti mereka menuntut hal tersebut agar mereka dapat menyaksikan kebenaran dan petunjuk dengan sebenar-benarnya. Bahkan mereka mendustakan adanya hari kiamat, yang hal ini mendorong mereka mengucapkan apa yang telah mereka ucapkan itu.
Dan Kami sediakan neraka yang menyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan: 11) Yaitu azab yang menyakitkan lagi membakar dan tidak tertahankan, yakni neraka Jahanam. As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna Sa'ir, bahwa ia adalah nama sebuah lembah nanah di dalam neraka Jahanam. Firman Allah ﷻ: Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh. (Al-Furqan: 12) Maksudnya, bila neraka Jahanam melihat mereka di Padang Mahsyar.
Menurut As-Saddi, dari jarak seratus tahun. mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12) Yakni karena merasa geram dan marah kepada mereka. Sama seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedangkan neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. (Al-Mulk: 7-8) Yaitu hampir saja sebagian dari neraka terpisah dengan sebagian yang lainnya karena kemarahannya yang sangat terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah.
". "] Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Idris ibnu Hatim ibnul Ahnaf Al-Wasiti, bahwa ia mendengar Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti meriwayatkan hadis ini dari As-bag ibnu Zaid, dari Khalid ibnu Kasir, dari Khalid ibnu Duraik berikut sanadnya, dari seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi ﷺ yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang mengatakan dariku, padahal aku tidak mengatakannya; atau mendakwakan dirinya bukan kepada kedua orang tuanya; atau menisbatkan dirinya bukan kepada mawalinya (orang-orang yang telah memerdekakannya), maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menempati tempat duduknya di neraka.
Menurut riwayat lain disebutkan: hendaklah ia bersiap-siap menduduki tempat duduknya di antara kedua mata neraka Jahanam. Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah neraka Jahanam mempunyai kedua mata?" Rasulullah ﷺ bersabda menjawabnya: Bukankah kalian telah mendengar Allah ﷻ pernah berfirman, "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh. (Al-Furqan: 12), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Khaddasy, dari Muhammad ibnu Yazid Al-Wasiti dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Ais ibnu Salim, dari Abu Wa-il yang menceritakan bahwa kami berangkat bersama Abdullah ibnu Mas'ud dengan ditemani oleh Ar-Rabi ibnu Khaisam.
Lalu mereka melewati sebuah tempat pandai besi, maka Abdullah berhenti melihat besi yang sedang dipanggang di dalam api. Ar-Rabi ibnu Khaisam melihatnya pula. Maka tiba-tiba tubuh Ar-Rabi' terhuyung-huyung dan jatuh. Kemudian Abdullah melewati tempat pembakaran air panas untuk mandi sauna di pinggir Sungai Furat. Ketika Abdullah melihat api menyala dengan hebatnya di dalam tempat pembakaran itu, lalu ia membaca firman-Nya: Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12) Maka Ar-Rabi' jatuh pingsan, lalu mereka menggotongnya pulang ke rumah keluarganya.
Abdullah mengikatnya ke punggung kendaraannya, ternyata ia tidak sadar juga sesampainya di rumah. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Yahya, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya seorang hamba diseret ke dalam neraka, maka neraka bergelegak sekali gelegak seperti suara geraman begal keledai saat melihat gandum (makanannya).
Kemudian neraka itu menggelegar sekali gelegar, dengan suara yang membuat tidak ada seorang pun yang mendengarnya melainkan merasa takut. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut sanadnya secara ringkas. Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Yahya, dari Mujahid berikut sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya bila seorang hamba diseret ke dalam neraka, maka neraka surut dan sebagian darinya terpisah dari sebagian yang lain.
Maka Tuhan Yang Maha Pemurah bertanya kepada neraka, "Mengapa kamu?" Neraka menjawab, "Sesungguhnya dia meminta perlindungan kepada-Mu dariku." Maka Allah berfirman, "Lepaskanlah hamba-Ku." Sesungguhnya ada seorang lelaki yang diseret ke dalam neraka, maka ia berkata, "Wahai Tuhanku, bukan seperti ini yang aku dugakan kepada-Mu." Allah berfirman, "Lalu apakah prasangkaanmu terhadap-Ku?" Dia menjawab, "Engkau luaskan rahmat-Mu buatku." Maka Allah berfirman (kepada neraka), "Lepaskanlah hamba-Ku." Dan sesungguhnya ada seorang lelaki yang diseret ke dalam neraka, maka neraka bergelegak terhadapnya sebagaimana begal menggeram ketika melihat gandum, lalu neraka menggelegar sekali gelegar yang membuat tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan ketakutan.
Sanad asar ini sahih. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar dari Mansur, dari Mujahid, dari Ubaid ibnu Umair sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12) Sesungguhnya neraka Jahanam itu menggelegar sekali gelegar, lalu tiada seorang malaikat terdekat pun, dan tiada pula seorang nabi yang menjadi rasul pun melainkan jatuh tersungkur dengan muka di bawah (karena ketakutan), semua persendian tulangnya bergetar sehingga Ibrahim a.s.
sendiri terduduk bersideku di atas kedua lututnya seraya berkata, "Wahai Tuhanku, aku tidak memohon kepadamu hari ini kecuali untuk keselamatan diriku." Firman Allah ﷻ: Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu. (Al-Furqan: 13) Qatadah telah meriwayatkan dari Abu Ayyub, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa semisal dengan lubang klem untuk mata tombak, yakni kerena sempitnya tempat itu.
Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu Yazid, dari Yahya ibnu Usaid yang me-rafa'-kan hadis ini hingga sampai kepada Rasulullah ﷺ, bahwa beliau ﷺ pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu. (Al-Furqan: 13) Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya mereka dipaksakan masuk ke dalam neraka, sebagaimana pasak dipaksakan masuk ke dalam tembok. Menurut Abu Saleh, makna firman-Nya, "Muqarranin, artinya dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Al-Furqan: 13) Yakni kebinasaan, penyesalan, dan kekecewaan. (Akan dikatakan kepada mereka), "Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan di hari ini. (Al-Furqan: 14), hingga akhir ayat.
". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Yazid, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Orang yang mula-mula diberi pakaian api ialah iblis, maka iblis meletakkan pakaian itu pada kedua alisnya dan ia menyeret pakaian itu di belakangnya, sedangkan keturunannya berada sesudahnya, seraya berseru, "Binasalah aku." Dan mereka diseru, "Alangkah binasanya mereka (iblis dan keturunannya)," hingga berhentilah mereka di neraka. Maka iblis berkata, "Binasalah aku." Mereka berkata, "Alangkah binasanya mereka." Lalu dikatakan kepada mereka (iblis dan keturunannya), "Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan pada hari ini, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak.
Akan tetapi, tiada seorang pun dari kalangan Sittah yang mengetengahkan hadis ini. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Sinan, dari Affan dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan pada hari ini. (Al-Furqan: 14), hingga akhir ayat.
Yakni janganlah kalian pada hari ini mengharapkan satu kecelakaan melainkan harapkanlah kecelakaan yang banyak. Ad-Dahhak mengatakan bahwa as-subur artinya kebinasaan. Pendapat yang kuat mengatakan bahwa subur pengertiannya mencakup kebinasaan, kecelakaan, kerugian, dan kehancuran. Seperti yang dikatakan oleh Musa kepada Fir'aun: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa. (Al-Isra: 102) Yakni binasa. Abdullah ibnuz Zaba'ri telah mengatakan dalam salah satu bait syair gubahannya: ... Jika aku mengikuti setan dalam kesesatannya, dan orang yang mengikuti setan pastilah akan binasa."
Setelah memaparkan kesesatan dan kebodohan kaum kafir, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad, 'Perhatikanlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan tentang engkau; mereka menyebutmu penyair, pria yang terkena sihir, pesihir, dan lain-lain, maka se-satlah mereka dari jalan yang benar sehingga mereka tidak mendapatkan satu jalan pun yang masuk akal untuk menentang kerasulanmu. 10. Mahasuci Allah yang jika Dia menghendaki, niscaya Dia jadikan atau anugerahkan secara khusus bagimu sesuatu yang lebih baik daripada apa yang mereka usulkan itu, yaitu kebun-kebun atau surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sehingga kebun itu tidak akan mengalami kekeringan, dan Dia jadikan pula istana-istana yang besar dan megah untukmu.
Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi dan umatnya memperhatikan kecaman-kecaman yang dikemukakan oleh orang-orang kafir itu. Dengan memperhatikan kecaman-kecaman itu nampak jelas bahwa mereka telah kehabisan alasan dan keterangan untuk menolak seruan Nabi Muhammad kepada tauhid dan meninggalkan sembahan-sembahan mereka yang menyesatkan itu. Mereka tidak sanggup menolak alasan-alasan dan bukti-bukti yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad berupa ayat-ayat Al-Qur'an dan lainnya. Mereka tidak sanggup menjawab tantangan membuat satu surah saja yang sama nilainya dengan satu surah dalam Al-Qur'an, baik dari segi isi, makna maupun sastranya. Oleh sebab itu mereka mengalihkan kecaman mereka kepada pribadi Nabi Muhammad sendiri. Hal itu banyak terjadi pada orang-orang yang telah dikalahkan hujjahnya. Oleh sebab itu Allah tidak langsung menjawab kecaman-kecaman itu dan menyuruh memperlihatkannya agar jelas bagi semua orang bahwa mereka itu telah terlempar ke sudut karena mereka memang telah sesat dari jalan yang benar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Berfikir Yang Kacau-balau
Sebagaimana telah disebutkan pada ayat 4 yang terdahulu, orang yang kafir dan menampik dan akan tetap dalam tampikannya selama dia belum mau berfikir yang teratur.
Diridirig tebal menghambat mereka daripada kebenaran, diridirig itu ialah bhulman wa z'uran. Zhulman ialah kegelapan, dan kegelapan menimbulkan serba sesuatu yang salah. Bertambah bertumpuk kesalahan-kesalahan, bertambah bertumpuklah kebohongan. Maka dalam ayat 7 ini bertemu lagi kelanjutan kesalahan dan kebohongan itu. Mereka tidak merasa puas, me--ngapa maka seorang manusia biasa diangkat menjadi Rasul? Mengapa Rasul itu makan dan minum, mengapa dia berjalan masuk keluar pasar. Rasul itu mestinya tidak begitu. Dia mesti lain dari manusia biasa Atau sekurang-kurangnya, kalau manusia juga hendak diangkat menjadi Rasul, adakanlah pemharitunya dari bangsa malaikat, supaya mereka bekeijasama menyampaikan peringatan-peringatan Tuhan itu kepada umat manusia.
Maka di ayat 9 Tuhan menyuruh kepada utusanNya Nabi Muhammad s.a.w. itu, betapa orang-orang membuat perumpamaan, macam-macam kata yang mereka keluarkan.
Dipandang sepintas lalu sanggahan itu benar, tetapi apabila dipertimbangkan dengan akal yang sihal, dan pengalaman rohani yang suci mumi, segala perumpamaan yang mereka keluarkan itu timbul dari kesalahan penilaian mereka belaka. Kesalahan itu kian lama kian bertumpuk, yang membawa mereka kian lama kian sesat.
Kian lama mereka “dimaling" oleh belukar yang mereka perbuat sendiri, akhinya mereka tidak sanggup lagi melepaskan diri buat meninggalkan tempat itu, selangkah pun mereka tidak dapat maju. Tak tahan lagi jalan yang mana yang akan ditempuh.
Ayat 4
Dan kita pun umat Muhammad marilah kita sama merenungkannya dengan Nabi kita sendiri, akan nilai perumpamaan-perumpamaan yang me-reka tonjolkan itu. Mula-mulanya dituduhnya bahwa wahyu Tuhan kepada Nabi itu hanya buatan-buatannya saja (ayat 4), dan kata buatan itu pun ditolong pula oleh kaum yang lain. Tetapi kaum yang lain itu tidak jelas. Mereka tidak sanggup menilai inti kebenaran Tauhid, bahwa Tuhan tidak berserikat, bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak memungut anak. Lalu kata demikian mereka tuduh buatan saja, padahal merekalah yang menyembah berhala. Kemudian mereka dikatakannya pula bahwa seman Tauhid yang dibawa oleh Nabi itu hanya dangeng-dangeng purbakala yang dikumpulkan dari mulut ke mulut, lalu dibacakannya ke hadapan umum pagi-pagi dan petang-petang.
Nyata bahwa mereka sendiri tidak tahu apa arti yang mereka katakan. Dangeng-dangeng purbakala, baik di Timur (India) atau di Barat (Yunani), atau di sekeliling bangsa-bangsa, Semit dan bangsa Arab sebelum Ibrahim, seluruhnya adalah berisi pemujaan kepada dewa-dewa, penyembahan kepada berhalo menakuti dan mempertuhankan sesama manusia, atau mendewakan bintang-bintang di langit. Itulah yang dangeng (Asaathir) dari orang dahulu kala.
Ayat 6
Alangkah bodohnya dan dangkalnya perumpamaan yang mereka ke-mukakan ini. Walaupun begitu, namun Nabi Muhammad diutus Tuhari menghadapi c.ara yang mereka pakai ini dengan dada lapang, dan pintu buat mereka insaf masih begitu lebar (ayat 6).
Sekarang keluar lagi sanggahan lain. Kalau dia benar-benar Nabi mengapa dia masih makan makanan sebagai manusia biasa? Kalau dia memang seorang Rasul, mengapa dia kelihatan berjalan-jalan di pasar-pasar sebagai manusia biasa? Mengapa tidak diberi dia pemharitu, yaitu malaikat? Supaya malaikat itu turut membantunya menyebarkan peringatan Tuhan?
Fikirkanlah sekarang dengan akal yang teratur! Adakah nilainya perkataan atau sanggahan yang mereka keluarkan ini? Mereka sendiri kalau ditanya dari hati ke hati, mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa yang bernama Allah itu memang ada. Meskipun mereka mengenal adaNya Tuhan, sayangnya mereka tidak mengenal Kebesaran Tuhan. Bukan Muhammad saja, bahkan berkali-kali sebelum Muhammad, termasuk nenek-moyang orang Arab sendiri.
Nabi Ibrahim, yang juga makan makanan dan berjalan di pasar. Mereka itu telah dipilih dari kalangan manusia buat menerima wahyu Ilahi dan ditugaskan menyampaikan kepada anak manusia. Mereka makan, mereka minum, kawin dan berjalan di pasar, sebab mereka memang manusia. Tetapi jiwa mereka telah digembleng oleh Tuhan buat menerima wahyu yang agung itu. Dan malaikat memang diturunkan kepada mereka buat menyampaikan wahyu itu. Bahkan kadang-kadang mereka ditemani oleh malaikat itu ke mana pun mereka pergi, tetapi tidak kelihatan oleh mata manusia.
Bagaimana hendaknya lagi? Hendaknya kalau dia Rasul hendaklah belanjanya ditanggung dari langit. Turun hendaknya emas bergumpal-gumpal dari langit untuk perbelanjaannya. Dan bagaimana lagi. Atau ada sebuah kebun luas, cukup tumbuh di sana gandum dan korma, sehingga Muhammad hanya datang memetik saja untuk makannya?
Kemudian ada pula yang berkata: Apa gunanya Muhammad itu diikuti. Dia hanya seorang yang rusak ingatan karena kena sihir.
Nilailah semua jalan fikiran yang demikian, niscaya akan tenyata kacaunya, timbul dari orang yang kacau fikiran.
Yang mesti diriilai, bagi orang sihal fikiran, bukanlah cara hidup yang ganjil-ganjil itu. Orang-orang yang berakal sihal, tidaklah dapat ditaklukkan dengan turunnya emas dari langit. Orang yang sihal fikiran tidaklah akan terpesona oleh tiba-tiba muncul saja sebuah kebun besar dan luas penuh buah-buahan. Itulah dia yang dangeng. Hanya enak buat diriongeng dan dikhayalkan. Bahkan Tuhan Allah tidak sanggup akan berbuat demikian. Nabi-nabi yang terdahulu sebagai Nabi Musa, telah dapat dengan izin Allah membelah laut dengan tongkatnya. Maka kagum dan terpesonalah orang seberitar, kemudian yang kafir-kafir juga, yang Mu'min-mu'min juga. Nabi Shalih sudah diberi mu'jizat unta keluar dari liang batu, karena umat itu sendiri yang memintanya. Tetapi setelah unta ganjil dan mu'jizat itu keluar tidak jugalah semua mereka beriman. Bahkan datang satu komplot membunuh unta itu.
Ayat 10
Bukan Tuhan tak sanggup membuatkan Muhammad taman indah, mengalir di bawahnya sungai-sungai yang jemih ainya, dan bukan Tuhan tidak sanggup membikinkan Muhammad istana (ayat 10). Tetapi segala hal itu tidaklah menjamin akan mengubah fikiran orang yang tadiriya telah dimulai dari pangkalan yang tidak sihal. Ada pepatah Minangkabau yang terkenal: “Kambing di parak panjang janggutnya. Orang yang enggakJbanyak sebutnya".
Pokoknya ialah bahwa mereka hendak sengaja mendustakan hari kiamat. Mengapa mereka dustakan? Karena mereka telah biasa dengan hidup cara lama. Bukanlah perkara mudah bagi satu kelompok yang telah keenakan memegang cara yang lama buat berpindah saja kepada suatu ajaran baru yang mengubah samasekali.
Muhammad mengajarkan Tuhan hanya satu. Bagaimana berhala mereka?
Muhammad mengajarkan jangan makan riba, bagaimana harta mereka?
Muhammad mengajarkan bahwa orang yang mulia di sisi Tuhan, hanyalah orang yang takwa kepadaNya. Bagaimana mereka akan mau dIsamakan dengan si Bilal, budak belian dengan penghulunya “Tuan" Mughlrah?
Muhammad menganjurkan membayar zakat, menolong fakir miakin.
Padahal selama ini hartabenda bagi mereka bukan untuk diaedekahkan kepada si miakin, karena tidak ada faedahnya yang akan diriapat daripada memberi itu. Mereka hanya mengenal mengadakan jamuan-jamuan besar pada sesama hartawan, bermegah-megah dengan menghormati tetamu orang besar-besar, memperhitungkan kemegahan suku. Karena itu berbalasan!
Muhammad mengatakan ada lagi hidup di belakang hidup yang sekarang. Di sana manusia akan menerima pembalasan. Kalau ajaran itu diterima, nilai kepada kemegahan berubah samasekali. Selama ini seseorang menjadi amat terpandang dalam kaumnya karena banyak hartanya. Karena berpuluh ekor menyembelih unta untuk mengadakan jamuan atau karena menang dalam perlombaan mempertahankan nama kabilah atau kaum karena bertandirig siapa lebih pandai bersyair dan sebagainya.
Sebagai Rasul Nabi Muhammad harus bersikap tegas menerangkan bahaya yang akan menimpa mereka kalau mereka masih terus bertahan pada pangkalan berfikir yang salah itu. Mereka mendustakan hari pembalasan. Mereka seberianya telah lupa bahwa hidup yang seperti ini tidak akan lama. Mereka dIsadarkan, diberi peringatan (nadziran) bahwa amat besarlah akibat yang akan menimpa diri mereka karena mendustakan hari pembalasan itu. Mereka akan masuk neraka sa'ir, neraka nyala. Dari jauh-jauhan pun sudah kedengaran gelegak gelora dan deru dahsyatnya api neraka sa'ir itu. Bahkan di kala mereka masih hidup pun telah mendengar suara itu dalam hati sanubari mereka sendiri, debar-debar dan denyutan jantung mereka karena kusut fikiran, kusut pangkal menyebabkan kusut ujung.