Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِي
Yang
خَلَقَ
menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
فِي
dalam
سِتَّةِ
enam
أَيَّامٖ
hari/masa
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَوَىٰ
Dia menuju
عَلَى
di atas
ٱلۡعَرۡشِۖ
Arsy'
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Maha Pengasih
فَسۡـَٔلۡ
maka tanyakanlah
بِهِۦ
dengannya/tentang itu
خَبِيرٗا
Maha Mengetahui
ٱلَّذِي
Yang
خَلَقَ
menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
فِي
dalam
سِتَّةِ
enam
أَيَّامٖ
hari/masa
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَوَىٰ
Dia menuju
عَلَى
di atas
ٱلۡعَرۡشِۖ
Arsy'
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Maha Pengasih
فَسۡـَٔلۡ
maka tanyakanlah
بِهِۦ
dengannya/tentang itu
خَبِيرٗا
Maha Mengetahui
Terjemahan
(Allah) yang menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. Kemudian, Dia bersemayam di atas ʻArasy. (Dialah) Yang Maha Pengasih. Tanyakanlah (wahai Nabi Muhammad) tentang Dia (Allah) kepada Yang Maha Mengetahui (Allah).
Tafsir
Dia adalah (Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari) dari hari-hari dunia menurut perkiraan; karena pada masa itu masih belum ada matahari. Akan tetapi jika Dia menghendaki niscaya Dia dapat menciptakan kesemuanya dalam waktu sekejap saja. Sengaja Dia memakai cara ini dengan maksud untuk mengajari makhluk-Nya supaya berlaku perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa dalam segala hal (kemudian Dia berkuasa di atas Arasy) arti kata Arasy menurut istilah bahasa adalah singgasana raja. (yakni Allah Yang Maha Penyayang) lafal Ar-Rahmaan ini berkedudukan menjadi Badal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Istawaa Makna Istawaa ialah bersemayam, karena ungkapan inilah yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya (maka tanyakanlah) hai manusia (tentang Dia) tentang Allah Yang Maha Pemurah (kepada orang yang mengetahui.") tentang-Nya, dia akan menceritakan kepada-Mu mengenai sifat-sifat-Nya.
Tafsir Surat Al-Furqan: 55-60
dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. adalah orang-orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya. dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya.
dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab:"Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah Kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).
Allah ﷻ menyebutkan kebodohan orang-orang musyrik karena mereka menyembah selain Allah berupa berhala-berhala yang tidak memiliki mudarat dan manfaat bagi diri mereka. Mereka melakukan penyembahan ini tanpa dalil yang menuntun mereka melakukan penyembahan itu dan tanpa alasan, bahkan hanya semata-mata berdasarkan pendapat sendiri dan keinginan hawa nafsu mereka. Mereka membela berhala-berhala itu dan berperang demi mempertahankan berhala-berhala mereka serta memusuhi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang ada di kalangan mereka.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Adalah orang-orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yakni pembantu yang menolong jalan setan untuk memerangi balatentara Allah, padahal bala tentara Allah-lah yang menang. Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka, sedangkan mereka sendirilah yang menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga berhala-berhala itu. (Yasin: 74-75) Maksudnya, berhala-berhala yang mereka jadikan sembahan mereka selain Allah tidak dapat menolong para penyembahnya.
Tetapi justru sebaliknya, mereka sendirilah yang menjadi bala tentara yang disiapkan untuk membela berhala-berhala sembahannya dan mempertahankan keberadaannya. Akan tetapi, akibat yang terpuji dan kemenangan hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin di dunia dan akhirat. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yaitu membantu setan dan menolongnya untuk berbuat durhaka terhadap Allah.
Said ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Mereka menolong setan untuk memusuhi Tuhannya dan mempersekutukan-Nya. Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yakni berpaling dari Tuhannya. Kemudian Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya: Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (Al-Furqan: 56) Yaitu pembawa kabar gembira kepada orang-orang mukmin, dan pemberi peringatan terhadap orang-orang kafir. Menyampaikan kabar gembira akan masuk surga bagi orang yang taat kepada Allah, dan pemberi peringatan akan datangnya azab yang keras bagi orang yang menentang perintah Allah.
Katakanlah, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian dalam meyampaikan risalah itu. (Al-Furqan: 57) Artinya, aku tidak meminta upah dari harta kalian sebagai imbalan dari penyampaian dan peringatan ini, sesungguhnya aku melakukannya hanyalah semata-mata mengharapkan rida Allah ﷻ (yaitu) bagi siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. (At-Takwir: 28) Firman Allah ﷻ: melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Furqan: 57) Yaitu mengambil jalan, tuntunan, dan metode yang dianutinya sesuai dengan apa yang aku sampaikan (dari Tuhanku). Kemudian Allah ﷻ berfirman: Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati. (Al-Furqan: 58) Bertawakallah kamu dalam semua urusanmu kepada Allah Yang Mahahidup Yang tidak mati selama-lamanya. Dialah, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Yang Mahakekal, Mahatetap selama-lamanya, Yang Mahahidup lagi Yang Maha Berdikari, Tuhan segala sesuatu dan Yang memilikinya.
Jadikanlah Dia sebagai tempat mengadu dan tempat berlindungmu. Dialah tempat untuk bertawakal dan mengadu, maka sesungguhnya Dia akan memberimu kecukupan, menolongmu, mendukungmu, dan menjadikanmu berhasil. Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abi Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Nufail yang mengatakan bahwa ia pernah belajar dari Ma'qal ibnu Ubaidillah, dari Abdullah ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab yang menceritakan bahwa Salman bersua dengan Nabi ﷺ di sebuah jalan kota Madinah, lalu Salman bersujud kepada Nabi.
Maka Nabi ﷺ bersabda: Janganlah kamu bersujud kepadaku, hai Salman. Tetapi bersujudlah kepada Tuhan Yang Hidup (Kekal) yang tidak mati. Hadis ini berpredikat mursal lagi hasan. Firman Allah ﷻ: dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. (Al-Furqan: 58) Yakni barengkanlah antara tahmid dan tasbih dalam doamu. Karena itulah Rasulullah ﷺ dalam doanya mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji kepada Engkau. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa ikhlaslah kamu dalam beribadah kepada-Nya dan bertawakallah kamu kepada-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: (Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9) maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123) Dan firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. (Al-Mulk: 29) Adapun firman Allah ﷻ: Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Furqan: 58) Yakni melalui ilmu-Nya Yang Mahasempurna, tiada sesuatu pun yang tersembunyi luput dari pengetahuan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang seberat zarrah terhalang dari pengetahuan-Nya: Firman Allah ﷻ: Yang menciptakan langit dan bumi. (Al-Furqan: 59), hingga akhir ayat.
Dia Mahahidup (Kekal) yang tidak mati, Dia Pencipta segala sesuatu, Tuhan Yang memilikinya, yang dengan kekuasaan dan pengaruh-Nya Dia menciptakan tujuh lapis langit yang tinggi lagi luas, juga menciptakan tujuh lapis bumi yang tebal-tebal. dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Al-Furqan: 59) Allah mengatur urusan dan memutuskan yang hak, dan Dia adalah sebaik-baik yang memutuskan. Firman Allah ﷻ: kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Tanyakanlah tentang Allah kepada orang yang lebih mengetahui dan lebih mengenal-Nya, lalu ikutilah dia dan turutilah jejaknya.
Sudah dimaklumi pula bahwa tiada seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah dan lebih mengenal-Nya, selain hamba dan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad ﷺ penghulu anak Adam secara mutlak, di dunia dan di akhirat, yang semua ucapannya itu bukanlah menurut kemauan hawa nafsunya, melainkan hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya. Apa yang diucapkannya adalah hak (benar), dan apa yang diberitakannya adalah benar. Dia adalah Imam yang memutuskan (semua perkara). Bila manusia bertentangan mengenai sesuatu masalah, maka diwajibkan mereka mengembalikannya kepada dia. Maka pendapat yang sesuai dengan sabda dan perbuatannya, berarti pendapat itu benar.
Dan pendapat yang bertentangan dengan ucapan dan perbuatannya, berarti dikembalikan kepada orang yang mengatakan dan yang melakukannya, siapa pun dia adanya. Allah ﷻ telah berfirman: Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu. (An-Nisa: 59), hingga akhir ayat. Tentang sesuatu apa pun kalian berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Asy-Syiira: 10) Dan firman Allah ﷻ: Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115) Yakni benar dalam pemberitaannya, adil dalam semua perintah dan larangannya. Karena itulah disebutkan dalam ayat berikut ini oleh firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Yakni apa pun yang diberitakan kepadamu oleh kalimat Tuhanmu, maka hal itu persis seperti apa yang diberitakannya kepadamu.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Juraij. Syamr ibnu Atiyyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Al-Qur'an ini lebih mengetahui tentang Dia. Kemudian Allah ﷻ mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah, yaitu menyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan (sekutu-sekutu): Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang, Mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang itu? (Al-Furqan: 60 Maksudnya, kami tidak mengenal Tuhan Yang Maha Pemurah. Mereka mengingkari penamaan Allah dengan sebutan Yang Maha Pemurah, sebagaimana yang telah mereka lakukan pada hari Perjanjian Hudaibiyah, ketika Nabi ﷺ bersabda kepada juru tulisnya, "Tulislah 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang'." Maka mereka menjawab, "Kami tidak mengenal Yang Maha Pemurah, dan tidak (pula) Yang Maha Penyayang, tetapi tulislah perjanjian itu sebagaimana yang biasa kamu lakukan, yaitu 'Dengan menyebut namaMu, ya Allah'." Karena itulah maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahimn.
Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik). (Al-Isra: 110) Dengan kata lain, Dialah Allah dan Dialah Yang Maha Pemurah. Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Pemurah, mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Pemurah? (Al-Furqan: 60) Yakni kami tidak mengenal-Nya dan tidak pula mengakui-Nya. Apakah kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya). (Al-Furqan: 60) Yaitu hanya dengan ucapanmu itu.
dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman). (Al-Furqan: 60) Adapun orang-orang mukmin, mereka menyembah Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, mereka mengesakan-Nya sebagai Tuhan dan bersujud kepada-Nya. Para ulama rahimahumullah telah sepakat bahwa pada ayat surat Al-Furqan ini, pembaca dan pendengarnya dianjurkan melakukan sujud tilawah, seperti yang telah dijelaskan di dalam bab yang menerangkannya (kitab fiqih)."
Dialah Tuhan yang menciptakan langit yang tujuh beserta benda-benda angkasa lainnya dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya yaitu segala benda yang kita tidak mengetahui secara pasti dalam enam masa, yaitu dua masa pertama untuk menciptakan badan bumi, dua masa berikutnya untuk menciptakan langit dan dua masa terakhir untuk mengisi bumi dengan segala kandungannya kemudian Dia bersemayam dengan cara yang sesuai dengan sifat keagungan-Nya di atas singgasana-Nya yaitu Arsy. Dialah Yang Maha Pengasih yang demikian besar dan luas sehingga tercurahkan kepada seluruh makhluknya tanpa kecuali. Maka tanyakanlah olehmu wahai Nabi tentang ciptaan Allah yang disebutkan di atas, kepada yang lebih mengetahui yaitu Allah sendiri. Dialah yang paling tahu tentang ciptaan-Nya. 60. Kemudian Allah menjelaskan tentang sikap orang kafir yang terus ingkar terhadap Allah. Dan apabila dikatakan kepada mereka, yakni kepada orang-orang kafir itu, 'Sujudlah dan tunduklah kamu kepada Tuhan Yang Maha Pengasih', mereka menjawab, dengan sinis 'Siapakah yang Maha Pengasih itu' Apakah kami harus sujud kepada Allah yang engkau, wahai Muhammad, perintahkan kepada kami bersujud kepada-Nya padahal kami tidak mengetahui dan mengenal-Nya'" Mereka sangat angkuh dan mereka makin jauh lari dari kebenaran. Hati mereka sudah terkunci rapat oleh kedengkian, kesombongan, dan kekafiran.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah yang menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya dalam waktu enam masa. Kata yaum biasanya diterjemahkan sebagai "hari", tetapi "hari" dalam ayat ini bukanlah hari yang lamanya 24 jam, tetapi yaum diartikan sebagai "masa". Kemudian Allah bersemayam di atas 'Arasy (lihat Surah al-A'raf/7: 54).
Setiap mukmin meyakini bahwa Allah Maha Esa, hidup kekal, yang menciptakan langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya dalam enam masa. Allah Maha Pemurah karena rahmat dan karunia-Nya amat besar kepada manusia, baik yang beriman maupun tidak.
Bagi orang-orang yang beriman hendaklah mengenal sifat-sifat Allah, karena hal itu akan menambah kemantapan iman. Bagi orang yang belum mengenal sifat-sifat-Nya tersebut hendaklah bertanya kepada orang yang betul-betul mengetahui urusan agama. Allah berfirman:
Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui. (an-Nahl/16: 43; Lihat juga Surah al-Anbiya'/21: 7)
Pada masa Rasulullah, jika ada persoalan terkait dengan agama, para sahabat dapat bertanya langsung kepada beliau. Setelah Rasul wafat, kaum muslimin hendaknya bertanya kepada para ulama yang mendalami urusan agama.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tugas Rasul
Di dalam ketujuh ayat ini nampaklah dibayangkan tugas sucinya seorang Rasul. Pada ayat 56 disimpulkan tugas itu. Yaitu bahwa beliau adalah pembawa khabar yang menggembirakan, kepada insan betapa tinggi nilai mereka. Diperingatkan kepada manusia bahwa mereka harus bergembira, karena mereka dibedakan dengan binatang. Mereka diberi akal dan budi, pemberian yang tidak diberikan kepada makhluk mana pun yang melata di bumi ini, selain dari manusia. Dengan akalnya itu manusia mencari yang benar dan selalu menyingkiri yang salah. Manusia ingin hidup yang lebih baik dan lebih sempurna. Dengan penuh kegembiraan Rasul mengajak manusia sadar akan harga dirinya. Apabila manusia telah sadar akan nilai diri, dia pun akan bertambah gembira. Dengan gembira pula Rasul berjalan di muka sekali di dalam menuntut kebenaran dan hidup yang lebih mulia itu. Sedang yang beriman dan mengenal (ma'rifat) akan Tuhannya, niscaya bernilaiiah jasmani dan rohaninya. Apabila manusia kenal akan diri dan kenal akan Tuhan yang patut disembah-nya, pasti timbul kegembiraan hidup dan tidak ada beban yang berat.
Inilah tugas Rasul sebagai seorang “Mubasysyir". Dia menunjukkan “hayatan thayyibah", hidup yang baik. Kesalahan menyebabkan pewarisan bumi diberikan kepada manusia. Dan di belakang hidup yang sekarang ada lagi hidup lain, hidup kekal. Di tempat yang kekal itu syurga jannatun na'im menjadi tempat yang dijanjikan untuk yang percaya.
Tetapi di samping menjadi “mubasysyirin" pembawa khabar gembira, beliau pun menjadi “munzirin", pembawa ancaman. Apabila manusia menye-leUfeng dari jalan yang digariskan Tuhan, manusia itu akan runtuh.
“Barangsiapa yang menolak akan perintahKu, hidupnya akan morat-marit, dan sampai kepada hari kiamat kelak pun dia akan buta."
Di dalam diri manusia berlawanan teruslah antara akal mumi dengan nafsu angkara. Akal murni menunjukkan jalan yang lurus dan bahagia. Rasul memberi khabar gembira bagi barangsiapa yang menuruti kehendak akalnya. Tetapi Rasul atau Nabi pun memberi peringatan keras kepada barangsiapa yang dapat dikalahkan oleh nafsunya.
Sebagai seorang Nabi tidaklah pernah berpisah dari kedua tugas yang berjalin dan berkelindan menjadi satu itu. Itulah dia inti pokok dari Da'wah segala Rasul. Seorang Rasul bukan saja menjanjikan hari akhirat, tetapi keselamatan untuk dunia dan akhirat. Ataupun kecelakaan untuk akhirat.
Tetapi di dalam ayat ini jelas mana yang didahulukan, yaitu “mubasysyir" dan dalam ayat yang lain “basyir", mengajak dengan gembira, berda'wah yang menimbulkan kegembiraan, sehingga orang memikul tugas agama tidak semata karena takut ancaman neraka dan cemas akan kena azab. Orang harus merasa gembira bila dia dilantitcTuhan menjadi “Abduhu", menjadi hambaNya. Kegembiraan hidup menimbulkan kreasi dan keaktifan yang besar. Tenaga akal manusia, sebagai percikan anugerah Ilahi adalah luarbiasa untuk membangkitkan rahasia Tuhan dalam alam ini.
Apabila hati telah gembira, tidak ada berat yang tak terpikul, tidak ada gunung terlalu tinggi buat didaki, padang lalang lurah dalam. Kegembiraan inilah yang ditanamkan Rasulullah s.a.w, sehingga dalam masa seperempat abad saja, ummat Muhammad telah dapat menaklukkan dua buah Kerajaan besar, yaitu Romawi dan Persia. Terpancang bendera Kalimah Syahadat sampai ke Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal).
Gembiralah barangsiapa yang menempuh jalan ini, jalan Ash-Shrrat/ia/ Mustaqim, tetapi celakalah barangsiapa yang menempuh jalan lain.
Ayat ini patut benar difahamkan oleh sekalian orang yang merasa dirinya memikul tugas da'wah, pewaris Anbiya'. Basyir'an mesti'terlebih dahulu daripada Nazdiran. Ajakan dengan gembira hendaklah terlebih dahulu daripada mengancam. Jangan salah letaknya, sehingga mengancam terlebih dahulu daripada mengajak. Berapa banyaknya orang-orang yang hatinya telah lari dari agama, karena menerima pendidikan yang salah, menemui seorang guru atau Kiyai atau Muballigh. Mulai saja membuka pengajian, keluarlah segala ancaman. Barangsiapa begini masuk neraka jahannam, barangsiapa tidak sembahyang menjadi kafir laknatullah, tidak sah nikah dengan isterinya. Barangsiapa perempuan yang terbuka rambutnya, akan digantungkan dengan rambutnya itu dalam api neraka yang sangat panas. Barangsiapa suka mengumpat menggunjing orang lain, akan dibenamkan ke dalam neraka, dalam satu sungai yang airnya mengalir dari faraj seorang perempuan lacur, dan lain sebagainya. Maka dengan demikian, tidak ada yang menarik orang kepada agama, bahkan bertambah jauhlah dia dari tempat belajar. Dia takut datang kembali, karena hanya neraka saja yang didengarnya terlebih dahulu, sebelum mendapat ajakan gembira (57).
Di dalam ayat yang selanjutnya disuruh Tuhan akan Nabi menjelaskan bahwa perjuangannya ini tidaklah meminta upah dan tidak meminta gaji dari manusia. Sebab orang-orang yang memperkembangkan dirinya kepada benda menyangka perjuangan orang menegakkan kebenaran, dapat dinilai dengan upah.
Berapa suatu pelancaran cita-cita harus dibayar? Berapa suatu jasa harus dihargai?
Suatu jasa kalau telah diberi harga dengan uang atau benda, jatuhlah harganya. Apabila seorang Rasul mengajak orang kepada jalan yang benar, tidaklah itu untuk kepentingan dirinya, melainkan untuk kebahagiaan orang lain. Orang yang telah hidup dalam cita-cita untuk kebahagiaan sesamanya manusia, sudahlah merasa bahagia jika ajakan diturut, seruannya didengar. Itu sudahlah upah baginya.
Bukan saja Nabi ‘Muhammad yang berkata demikian, bahkan sekalian Rasul yang diutus Tuhan berkata demikian. Nabi Yunus, Nabi Hud, Nabi Shalih, Nabi Syu'aib, bahkan sekalian Nabi, selalu berkata:
“Upah yang kuharapkan hanyalah semata dari Allah."
Kadang-kadang “upah" yang mereka terima sangat menyedihkan. Dan orang yang menjunjung tinggi suatu keyakinan pun akan menerima upah yang kadang-kadang tak dapat diukur oleh kekuatan benda. Dibakar sebagai Ibrahim, dipenjarakan sebagai Yusuf, diusir sebagai Muhammad, berpindah besar-besaran dengan membelah laut sebagai Musa, membuat perahu untuk memisahkan diri dari kaum yang fasik sebagai Nabi Nuh.
Dalam ayat ini Nabi Muhammad s.a.w menegaskan bahwa saya tidak mengharapkan upah daripada kamu, melainkan kalau ada di antara kamu yang sudi menuruti jejakku ini, berjalan mengiringi daku menuju Ridha Allah, sudahlah itu upah yang besar bagiku, tandanya usahaku berhasil. Apabila engkau mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Di dunia engkau menjadi orang baik dan mulia, sebagai Abu Bakar dan Umar dan yang lain, senanglah sudah hatiku. Dan itulah upahku.
Seakan-akan terbayanglah di mata khayal kita betapa hebatnya perjuangan batin Rasulullah di dalam menghadapi sanggahan kaumnya yang belum mau percaya itu. Rasul menyeru kepada hidup yang bahagia, memberi peringatan akan siksaan jika mereka tidak mau turut, tidak pernah bosan siang dan malam, tidak mengenal hari “libur". Lalu mereka bertanya: “Berapa kami harus bayar?"
Dalam saat-saat yang demikian, datanglah ayat 58: “Bertawakkallah engkau kepada Tuhan, wahai UtusanKu. Kuatkan jiwamu, teruskan perjuangan." Tuhan tetap hidup, Tuhan tidak pernah mati dan tidak akan mati selamanya. Dialah pelindungmu. Daripada Tuhan Yang Hidup itulah engkau harus menegakkan hidup. Dan seruan yang engkau bawa pun adalah seruan yang hidup, sebab dia datang dari Yang Hidup. Engkau sendiri pun kelak, jika datang waktunya, akan mati. Tetapi seruanku ini akan tetap hidup. Sebab dia datang dari Yang Hidup. Sandarkanlah hidupmu kepada Yang Hidup itu, bertasbihlah memuji Dia. Jangan engkau terlalu ambil pusing melihat dosa hamba-hamba Allah itu, yang diajak kepada kebajikan lalu menawarkan upah. Dibawa kepada kebenaran lalu mengemukakan permintaan-permintaan yang bukan-bukan. Teruskan tugasmu menjadi Mubasysyir dan menjadi Munzir. Adapun dosa-dosa yang mereka perbuat, kedurhakaan dan keangkuhan, semuanya itu diketahui sedalam-dalamnya oleh Tuhan, bahkan memang untuk memberi peringatan itulah engkau Aku utus.
Apabila kadang tertumbuk hatimu melihat keingkaran manusia, lihatlah langit lazuardi yang biru itu, menengadahlah ke awan yang berarak, memandanglah jauh; dan tukikkan pandang dekat ke bumi, dan pandang pula apa yang ada di antara langit dan bumi, bintang-gemintang, awan berarak, angin sepoi, semuanya itu -demikian ayat 59 -Tuhanmu yang menjadikan. Dia yang menciptakan. DijadikanNya dalam masa enam hari.
Enam hari! Apakah enam hari itu menurut perhitungan perputaran bumi mengelilingi matahari? Apakah ada hari lain menurut perhitungan Tuhan? Apakah enam hari berarti seribu tahun jika dihitung menurut perhitungan kita makhluk bumi? Sebagai tersebut dalam Surat as-Sajdah ayat 5? Apakah sehari yang perhitungannya 50,000 tahun jika dihitung oleh kita orang bumi sebagai tersebut dalam Surat al Ma'anj ayat 4? Hanya Tuhanlah Yang Maha Tahu. Kita tidak tahu; Ilmu Pengetahuan pun yang diberikan kepada kita tentang alam ini sangatlah terbatas.
Setelah Tuhan menciptakan langit semuanya, dan bumi, dan apa yang ada di antara langit dan bumi itu dalam enam hari, Tuhan pun bersemayam di singgasanaNya, mengatur selalu, tidak pemah lupa sekejap mata, tidak pernah tidur walaupun sesaat.
Tuhan bersemayam, bagaimana semayamNya, dan akal terbatas ini pun tak sampai ke sana. Sia-sia menaksir perkara yang tidak masuk bidang kita. Itulah Tuhan Ar-Rahman, Tuhan Yang Maha Pemurah. Itulah namaNya yang lain di samping Ar-Rahim.
Orang Arab sebelum Islam telah mengenal nama Allah. Kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. memberi petunjuk 99 nama Tuhan. Di antaranya ialah Ar-Rahman. Apakah agaknya penafsiran yang lebih mendalam lagi tentang arti kata “Ar-Rahman" itu, engkau sendiri ya Muhammad boleh meminta penjelasan tentang arti Ar-Rahman itu kepada ahliNya. Siapa ahliNya itu?
“Tanyakanlah pada Yang Khabiir." Yang sangat tahu dan selidik.
Siapakah lagi tempat bertanya itu selain dari Allah?
“Ar-Rahman"; dibaca, kita pun faham sedikit demi sedikit. Ditafsirkan, dia pun bertambah mendalam. Dia disebut sebelum Ar-Rahim, dia menjadi pembuka dari setiap Surat. Dia menjadi pembuka Surat Sulaiman kepada Ratu Balqis negeri Saba. Dalam bahasa kita Indonesia diartikan orang “Penyayang" dan setengah penafsir lagi mengartikannya “Pemurah". Sedangkan untuk membedakan arti di antara Ar-Rahman dengan Ar-Rahim lagi sulit, karena bahasa kita tidak cukup, apatah lagi buat menggariskan 99 nama dan sifatnya.
Lebih tenteram rasanya fikiran kita jika dia tidak diartikan lagi, langsung diambil: Ar-Rahman.
Baca kembali ayat sebelumnya dan fahamkan dengan tekun. Di sana akan terbayang perasaan-perasaan yang menggelora dalam dada Nabi terhadap keingkaran ummatnya dan banyak dosa mereka. Belas kasihan memenuhi jiwa Nabi; bagaimana nasib ummat ini kesudahannya, kalau begini dosa yang mereka perbuat?
Ayat 59 memberi jawaban halus, bahwa Tuhan itu Ar-Rahman adanya.
Ar-Rahman, suatu kata yang mengandung arti kemurahan, kesayangan, cinta dan kasih terbayang dan jelas di mana-mana. Nabi bertanya betapakah agaknya nasib ummat durhaka ini, maka Nabi disuruh menengadah langit, menukik padang ke bumi, melihat apa yang ada di antara langit dan bumi. Merenung yang demikian itu akan menimbulkan pengertian tentang pemurahnya Tuhan dan kasih-sayangnya Tuhan.
Ayat 60
Setelah itu Nabi Muhammad memanggil kembaii kaumnya (ayat 60): Marilah bersujud kepada Tuhan yang bersifat Ar-Rahman itu. Tetapi apa pula sambutan mereka atas seruan itu? Mereka pun bertanya, yaitu pertanyaan yang mengandung keingkaran: “Apa Ar-Rahman? Di negeri Yamamah memang ada seorang bernama Rahman, orang itu pun mengakui dirinya jadi Nabi, yaitu Musailameh al-Kazzab. Apa itukah yang engkau maksudkan? Kepada si Rahman di Yamamah itukah kami engkau suruh sujud?" Sekali lagi mereka menolak dan sekali lagi mereka menjauhkan diri.
Ayat 61
Hentikan itu sejenak. Keingkaran orang-orang yang ingkar adalah perkara kecil belaka jika dibandingkan dengan kebesaran Ar-Rahman itu sendiri. Apabila singgah matamu kepada tempat yang kotor, supaya dia jangan sakit, dan sakit itu mengesan ke dalam jiwamu, menengadahlah kembali ke tempat yang tinggi, untuk membangun sesuatu haru dalam jiwa, (ayat 61).
“Amat berkat kiranya Tuhan yang telah menjadikan di langit ada bintang-bintang." Lihat seroja bercahaya pagi sebelum fajar habis dan matahari naik, lihat Mercurius dan Neptunus dan lihat beribu lagi dan beribu-ribu lagi. Bintang itu pun di bawah naungan Ar-Rahman.
“Dan Dia pun Tuhan daripada bintang-bintang Syi'ra." Yang jauhnya dari bumi 300,000 tahun cahaya. Engkau Insan ya, Muhammad, manusia sebagai ummatmu itu juga, tetapi engkau besar. Sebab kedatanganmu ialah hendak menyadarkan Insan akan hubungannya dengan alam, menyadarkan bahwa mereka bukan hidup sendirian dalam alam ini. Jika hatimu tersinggung melihat kesalahan mereka, maka ketenangan dan kepatuhan akan engkau lihat pada bintang-bintang itu.
Gelap malam, bintang pun bercahaya. Hari siang karena matahari telah terbit, dan matahari adalah PELITA dunia, dan bintang pun membawa sinar. Semuanya besar pengaruhnya atas perasaan dan akal budi manusia.
Lihat lagi kuasa Tuhan menggantikan (khiifatan) di antara malam dan siang. Berjalan dengan teratur tahun demi tahun, sehingga karena kebenaran dan teratur jalannya insan, bahwa memang Ada yang mengaturnya.
Dalam kejadian langit dan bumi, pergantian siang dan malam, dalam sinar bulan dan kelap-kelipnya bintang-bintang dan pelita yang dibawa oleh matahari akan dapatlah dilihat adanya Keteraturan, dan keteraturan adalah kebenaran, dan yang benar adalah indah, dan yang indah adalah adil. Itulah Malakutis Samawati, Kerajaan langit.
Siapa Insan di tengah Alam?
Apa yang engkau lihat di Bumi?
Kelapa tumbuh. Isinya yang amat lunak menembus tempurungnya yang keras dan menyeruak sabutnya yang tebal, lalu dia hidup, lalu dia menghasilkan, dan berbuah. Pertumbuhannya tersimpul dalam kalimat “KUN" (Adalah engkau); “FA YAKUN", (maka adalah diAl.
Cobalah perhatikan lebih dalam, apa lagi yang terlihat, yang matamu tidak menampak dia, padahal dia jelas dirasakan oleh akal fikiranmu?
Yang kulihat kian lama kian jelas ialah Kasih-sayang Pencipta kepada si Lunak, sehingga dengan Kasih-sayang itu dia dapat menembus yang keras.
Apa lagi yang kau lihat? Telah kulihat sekarang, kian lama kian banyak yang tampak. Tadinya mataku kabur, namun sekarang telah terang. Dari padang pasir Sahara tandus tumbuh pohon konna menghasilkan buah yang manis. Di hadapan rumahku tumbuh kembang warna-warni, tidak seorang pelukis pun yang sanggup mencipta warna seindah itu, tetapi dia didorong juga oleh hatinya hendak mencoba meniru dia.
Coba lihat pula ke langit di waktu malam, engkau rasakan kedamaian hatimu karena melihat bintang beribu-ribu? Engkau rasakan kedamaian dalam hatimu melihat bulan sejak sabitnya sampai purnamanya dan sampai dia susut kembali? Engkau rasakanlah keindahan fajar sampai matahari naik? Engkau rasakanlah kesegaran warna lembayung di kala pagi? Engkau rasakanlah mega berarak di waktu sore? Engkau rasakanlah ombak membanting dirinya ke pantai beribu tahun?
Sekarang simpulkan apa yang engkau lihat dalam hidupmu, Insan yang kecil, di tengah alam yang besar?
Aku melihat kebesaran.
Matamukah yang melihat, ataukah penglihatan yang lebih dalam dari mata?
Aku melihat dengan penglihatan yang lebih dalam dari mata.
Sudahkah engkau percaya sekarang bahwa di balik matamu ini ada penglihatan lain? Di balik jasmanimu ada hakikat yang sebenarnya, yaitu rohanimu? Akalmu, fikiranmu dan rasamu?
Sekarang aku sudah percaya.
Tadi engkau melihat pohon kelapa dan pohon korma, ombak bergulung dan warna kembang. Tadi engkau melihat bintang dan bulan dan matahari dan peraturan lalu-lintasnya. Padahal yang sebenarnya yang terlihat olehmu bukan lagi kelapa dan korma, ombak dan kembang, bulan dan bintang. Dengan hati nuranimu engkau melihat pula YANG SEBENARNYA ADA. Penglihatan hatimu telah melampaui apa yang terlihat oleh matamu. Tinggal sekarang matamu hanya semata alat penyambung dari hatimu.
Dalam dirimu ternyata sekarang bahwa benda yang bernama mata hanyalah alamat saja daripada adanya nurani yang kudus dalam dirimu. Dan alam sekeliling, yang kelihatan oleh matamu itu, hanyalah pertanda saja, hanyalah ayat saja daripada hakikat yang sebenarnya.
Hakikat yang sebenarnya itu bersifat Kasih dan Murah (tulah Dia Aliah, itulah Dia Ar-Rahman.
Bagaimana sekarang perasaanmu terhadap Ar-Rahman itu?
Jika telah engkau lihat Kasih-sayang Tuhan meliputi alam seluruhnya, adakah engkau rasai dalam hatimu ucapan syukur karena engkau mulai mengenal dan mengetahui Dia? Dia yang sebenarnya itu?
Alhamdulillah.
Kalau demikian halnya, sekarang tahulah engkau siapa dirimu dan apa tugasmu dalam hidup ini. Jiwa-ragamu, hati-nuranimu berkata bahwa engkau harus menjadi pemujanya dan berbakti kepadanya. Engkau ingin hendak menjadi ‘IBADUR RAHMAN. Hambasahaya daripada Tuhan Yang Pemurah dan Kasih.
Tadinya ayat ini hanya cerita kisah Muhammad an-Nabi hiba kasihan melihat dosa kaumnya. Kemudian daripada soal dosa naiklah ke alam Malakut, Kekuasaan Ilahi yang meliputi seluruh yang ada ini. Kemudian itu kembali kepada diri sendiri dan bertanya."Siapa aku dan apa tugasku dalam alam ini?"
Selesai ayat 62 ini akan masuklah kelak kepada sifat-sifat ‘IBADUR RAHMAN...