Ayat
Terjemahan Per Kata
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِي
yang
مَرَجَ
membiarkan
ٱلۡبَحۡرَيۡنِ
dua laut
هَٰذَا
ini
عَذۡبٞ
tawar
فُرَاتٞ
segar
وَهَٰذَا
dan ini
مِلۡحٌ
asin
أُجَاجٞ
pahit
وَجَعَلَ
dan Dia menjadikan
بَيۡنَهُمَا
antara keduanya
بَرۡزَخٗا
dinding
وَحِجۡرٗا
dan batas
مَّحۡجُورٗا
membatasi/menghalangi
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِي
yang
مَرَجَ
membiarkan
ٱلۡبَحۡرَيۡنِ
dua laut
هَٰذَا
ini
عَذۡبٞ
tawar
فُرَاتٞ
segar
وَهَٰذَا
dan ini
مِلۡحٌ
asin
أُجَاجٞ
pahit
وَجَعَلَ
dan Dia menjadikan
بَيۡنَهُمَا
antara keduanya
بَرۡزَخٗا
dinding
وَحِجۡرٗا
dan batas
مَّحۡجُورٗا
membatasi/menghalangi
Terjemahan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar serta segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.
Tafsir
(Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir) secara berdampingan (yang ini tawar lagi segar) sangat tawar lagi menyegarkan (dan yang lain asin lagi pahit) asin sekali sehingga rasanya pahit (dan Dia jadikan antara keduanya dinding) batas yang menyebabkan kedua air tersebut tidak membaur, antara yang satu dengan yang lainnya (dan batas yang menghalangi) yakni penghalang yang mencegah keduanya untuk bercampur.
Tafsir Surat Al-Furqan: 51-54
Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur'an dengan jihad yang besar. Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi: Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah dan adalah Tuhanmu Mahakuasa.
Firman Allah ﷻ: Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). (Al-Furqan:51) yang menyeru mereka untuk menyembah Allah ﷻ Tetapi Kami angkat kamu secara khusus, hai Muhammad, sebagai rasul untuk seluruh penduduk bumi; dan Kami perintahkan kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an ini kepada mereka, supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dalam ayat yang lainnya disebutkan pula: Dan barang siapa di antara mereka, (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92) Katakanlah, "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua. (Al-A'raf: 158) Di dalain kitab Sahihain disebutkan dalam salah satu hadisnya yang mengatakan: Aku diutus kepada orang yang berkulit merah dan yang berkulit hitam.
Dan dalam hadis yang lainnya lagi yang juga ada di dalam kitab Sahihain disebutkan: Dahulu nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka janganlah kamu mengikuti orang- orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur'an. (Al-Furqan: 52) Menurut Ibnu Abbas, damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada Al-Qur'an.
dengan jihad yang besar. (Al-Furqan: 52) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya: Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu. (At-Taubah: 73), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53) Artinya, Dialah yang menciptakan kedua air itu, yakni air yang tawar dan yang asin. Air yang tawar terdapat di sungai-sungai, mata air-mata air, dan sumur-sumur; air tawar ini segar lagi mudah diminum.
Demikianlah menurut takwil Ibnu Juraij, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Pengertian ini tidak diragukan lagi kebenarannya, karena sesungguhnya di alam wujud ini tiada suatu laut pun yang airnya berasa tawar lagi menyegarkan. Dan sesungguhnya Allah ﷻ menyebutkan hal ini tiada lain untuk mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan nikmat-nikmat yang telah Dia limpahkan kepada mereka agar mereka bersyukur kepada-Nya. Air yang tawar adalah air yang dikonsumsi oleh manusia, Allah membagi-baginya di antara makhluk-Nya karena mereka sangat memerlukannya, melalui sungai-sungai dan mata air-mata air di setiap kawasan di belahan bumi ini sesuai dengan kebutuhan mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk keperluan tanah mereka.
Firman Allah ﷻ: dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53) Yakni berasa asin, pahit, sulit untuk diminum. Air ini banyak di dapat di laut-laut yang telah dikenal baik di belahan timur maupun di belahan barat. Yaitu di lautan yang luas dan laut-laut lainnya yang berhubungan dengannya, seperti Laut Merah, Laut Yaman, Laut Basrah, Laut Persia, Laut Cina, Lautan Hindia, Laut Tengah, dan laut-laut lainnya yang tenang tidak mengalir, tetapi berombak dan ombaknya makin besar bila musim dingin tiba dan musim angin kencang.
Di antara laut-laut itu ada yang mengalami pasang dan surut. Pada permulaan tiap bulan terjadi pasang; dan apabila bulan makin berkurang, terjadilah surut, maka permukaan laut kembali seperti semula. Kemudian bila bulan lainnya tiba, laut kembali mengalami pasang sampai pertengahan bulan, lalu pada hari-hari berikutnya mulai menyurut. Allah ﷻ Yang Mahakuasa yang mengatur demikian itu dalam tatanan alam ini. Semua laut diciptakan oleh Allah ﷻ berair asin, agar tidak menimbulkan pencemaran pada udara yang akhirnya akan merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak berbau busuk karena hewan-hewan yang mati di dalam laut.
Mengingat air laut asin, maka udaranya segar dan bangkai hewannya halal. Karena itulah Rasulullah ﷺ ketika ditanya tentang air laut, bolehkah dipakai sarana untuk berwudu? Maka beliau menjawab: ". Laut itu bersih airnya lagi halal bangkainya. Hadis diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para pemilik kitab sunan dengan sanad yang jayyid. Firman Allah ﷻ: dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas. (Al-Furqan: 53) Yaitu yang membatasi antara air tawar dan air asin.
Makna barzakhan adalah dinding yang berupa tanah kering. dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53) Yakni yang menjadi penghalang di antara keduanya, agar salah satu di antaranya tidak bercampur dengan yang lainnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 19-21) Dan firman Allah ﷻ: Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (An-Naml: 61) Adapun firman Allah ﷻ: Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air. (Al-Furqan: 54) Artinya, Dia menciptakan manusia dari nutfah yang lemah, lalu Dia sempurnakan dan Dia rapikan kejadiannya hingga mempunyai bentuk yang sempurna sebagai manusia, baik laki-laki ataupun perempuan menurut apa yang dikehendaki-Nya.
lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah. (Al-Furqan: 54) Pada mulanya seseorang itu berupa bayi yang dilahirkan. Setelah dewasa, ia kawin, lalu mempunyai mertua, dan selanjutnya ia mempunyai menantu dan besan serta kerabat; semuanya itu bermula dari air yang hina (nutfah). Karena itulah disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman berikutnya: dan adalah Tuhanmu Mahakuasa. (Al-Furqan: 54)"
Kemudian Allah menampilkan kembali kemahakuasa-Nya di alam seluruh agar manusia merenungkannya. Dan Dialah yang membiarkan dua laut yaitu air sungai dan laut, mengalir berdampingan; yang ini tawar dan segar enak untuk diminum dan yang lain sangat asin lagi pahit yang sangat berguna bagi hewan-hewan di laut dan kehidupan manusia lainnya. Dan Dia jadikan antara keduanya dinding yang demikian lentur dan canggih dan batas yang tidak tembus. Dengan adanya dinding itu kedua air tersebut tidak akan pernah bercampur. Masing-masing masih membawa sifat-sifat dirinya. Inilah fenomena alam yang luar biasa. 54. Fenomena kekuasaan Allah lainnya adalah terciptanya manusia dari air mani. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air mani seorang lelaki yang bercampur dengan indung telur perempuan, lalu setelah melewati masa-masa tertentu Dia jadikan manusia itu mempunyai keturunan beranak-pinak dengan cara yang sama. Ada keturunan yang lelaki yang kelak menjadi garis keturunan bagi anak-anaknya dan ada pula keturunan perempuan yang kelak terjadi persemendaan atau mushaharah semua keluarga pihak perempuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan suaminya dan Tuhanmu adalah Mahakuasa. Dialah yang menentukan jenis anak-anak yang lahir, apakah lelaki atau perempuan dari air mani tersebut. Allah menjadikan air mani kaum lelaki terdiri dari ratusan juta sel yang mempunyai dua unsur kelelakian dan keperempuanan, yang akan menjadi cikal bakal manusia. Semuanya itu menjadi tanda atas kebesaran Allah.
Ayat ini berisi tanda kekuasaan Allah yang keempat, yaitu Dia yang membiarkan dua macam air mengalir berdampingan, yang satu tawar dan segar, sedangkan yang lain asin dan pahit, seperti yang terjadi di muara sungai-sungai besar. Namun demikian, walaupun berdekatan rasa airnya tidak bercampur seolah-olah ada dinding yang membatasi di antara keduanya, sehingga yang satu tidak merusak rasa yang lainnya. Walaupun menurut pandangan mata kedua lautan itu bercampur, namun pada kenyataannya air yang tawar terpisah dari yang asin dengan kekuasaan Allah seperti dalam firman-Nya:
Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (ar-Rahman/55: 19-20).
Menurut para ilmuwan, Allah telah menciptakan pemisah air laut dan sungai, walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat tinggi. Barzakh (pemisah) ini berfungsi menghalangi kedua air untuk tidak saling menghapus ciri-cirinya. Laut asin dan tawar seolah-olah sudah ada dinding pembatas di antara keduanya, sehingga tidak bercampur aduk. Manusia dapat menentukan pilihannya karena baik air asin maupun tawar ada gunanya.
Pada tahun 1873, para pakar ilmu kelautan Inggris (dengan kapal Challenger) menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temperatur, jenis ikan/binatang, dan sebagainya. Setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentuk tertentu, terpisah dari jenis air yang lain betapapun ia mengalir jauh. Air Sungai Amazon yang mengalir deras ke laut Atlantik sampai batas 200 mil, masih tetap tawar. Mata air-mata air di Teluk Persia mempunyai ikan-ikan yang khas dan masing-masing tidak hidup kecuali di lokasinya.
Kedua laut dimaksud adalah lautan yang memenuhi sekitar ? bumi ini serta sungai yang ditampung oleh tanah dan yang memancarkan mata air-mata air serta sungai-sungai besar yang kemudian mengalir ke lautan. Barzakh (pemisah) adalah penampungan air yang terdapat di bumi itu dan saluran-saluran bumi yang menghalangi air laut bercampur dengan air sungai sehingga tidak mengubahnya menjadi asin.
Keadaan air asin yang merambah atau mengalir dari lautan ke batu-batuan di dekat pantai, namun ia tidak bercampur dengan air tawar yang merambah atau mengalir ke laut dari daratan. Posisi aliran sungai yang lebih tinggi dari permukaan laut, memungkinkan air tawar yang relatif sedikit menembus air laut yang asin tetapi tidak berbaur total. Ayat lain yang terkait adalah:
Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (ar-Rahman/55: 19-20).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Demikianlah selalu manusia diberi ancaman karena kesalahan yang mereka perbuat. Kecelakaan yang menimpa dirinya adalah karena kesalahannya sendiri. Aniaya dan kezaliman tidak pernah dilakukan oleh Tuhan. Perutusan Nabi-nabi dan Rasul-rasul adalah alamat kasihan Tuhan atas hamba-hambaNya.
Kemudian itu pada ayat 45 ini kembali Tuhan membujuk RasulNya dan membujuk, setiap pejuang yang menuruti langkah-langkah Rasul itu tentang perjuangan hidup ini."Tidakkah engkau lihat, hai UtusanKu betapa Tuhan memanjangkan bayang-bayang dan jikalau Dia mau niscaya dijadikannya bayang-bayang itu tetap. Kemudian itu dijadikanNya Matahari menjadi tanda. (46) Kemudian itu Kami tarik dia kepada Kami sedikit demi sedikit."
Pengembaraan di padang pasir yang begitu luas, perjalanan berhari-hari dengan kafilah (caravan) dalam terik panasnya matahari, akan terasalah betapa nyamannya alam keliling jika bertemu dengan tempat berteduh. Entah berjumpa pohon rindang atau awan melindungi diri. Renungkanlah perjalanan hidup itu, menempuh panas terik dan bayangan tempat berteduh. Menempuh siang yang panas, kemudian itu kegelapan malam dan perteduhan yang lama. Jika fajar telah menyingsing seakan-akan tertegunlah keteduhan itu sesaat seketika sebelum matahari terbit. Alangkah tenang perasaan di pagi Subuh. Dan apabila matahari telah terbit, panjanglah bayangan kita menuju ke Barat. Beransur demi beransur panas naik, karena matahari telah naik. Sampai di pertengahan siang, buntarlah bayang-bayang, dan letailah tulang, dan cacaulah ragi kain. Kemudian matahari tadi pun condong ke Barat dan bayang-bayang kita pun condonglah ke Timur.
Selalu setiap hari kita bergelut dengan, bayang-bayang kita. Namun demikian jaranglah kita memperhatikan betapa pengaruh perjalanan matahari kepada bayaruf-bayang dan kepada “hidup, “jaranglah kita memperhatikan bahwa pergelaran keeoriddiigan bayangan adalah “ayat" jua dari kekuasaan Tuhan. Bahwa hidup kita tiada terlepas daripada pergantian masa yang menuruti peraturan yang telah tertentu jutaan dan jutaan tahun.
“Jikalau Dia mau niscaya dijadikanNya bayang-bayang itu tetap." Jikalau Dia mau, niscaya dihentikanNya perjalanan matahari itu seketika. Atau kalau Dia mau, terhentilah bumi mengedari matahari — lindungan bayang-bayang bulan, itu pun mencemaskan kita. Dan kalau itu terjadi, kacaulah hidupmu. Gambarkanlah dalam fikiran betapa gerangan perasaan kita jika gerhana terjadi, jika cahaya matahari dihambat sampai ke bumi oleh bayang-bayang bulan, sehingga seluruh bumi menjadi gelap.
Sadarkah engkau betapa pentingnya bayang-bayang dan keteduhan untuk hidupmu? Bukankah dalam perjalanan musafir yang jauh, bila bertemu sebuah Oase (wadi) yang banyak kayu-kayuan, kamu pun berteduh ke tempat itu untuk melepaskan lelah? Sadarkah engkau bahwa engkau sendiri pun perlu kepada khemah untuk mencari keteduhan? Bahkan engkau pun mendirikan rumah untuk berteduh? Dengan bayang-bayang dan keteduhan engkau memulihkan kembali kekuatanmu yang telah hilang karena teriknya panas. Dan “Matahari adalah dalil pertanda satu-satunya dari kejadian itu."
“Kemudian itu Kami tarik dia kepada Kami, dengan tarikan yang beransur, sedikit demi sedikit." Sehingga kamu tidak merasainya. Baik tarikan di waktu fajar menjelang siang, ataupun seketika matahari terbenam ke ufuk Barat.
Gambarkanlah bagaimana kalau bayangan itu tidak ada? Misalnya hari siang terus? Bumi berhenti beredar? Apa artinya hidupmu lagi?
Maka dalam perjalanan melakukan tugas hidup, ayat ini menyadarkan kita bahwa musim panas bergilir dengan musim dingin, panas terik bergilir dengan keteduhan, sehingga terbitlah dalam pepatah pantun orang tua-tua:
Gaba-gaba di halaman tangsi,
dibuat anak rang paseban;
Sabar-sabar menahan hati,
hujan dan panas berbalasan.
Insaflah bahwa Tuhan Maha Kuasa menahan matahari itu sejenak dalam peredarannya, karena alam ini kecil saja di hadapan kebesaran kudrat iradat Tuhan. Dengan ingat kepada yang demikian, engkau pun meneruskan perjalanan. Walaupun dahaga menimpa diri, tak lama akan bertemulah sumur tua, dan kamu akan minum, dan di sana ada tempat bertemu.
Setelah Tuhan memperingatkan betapa pentingnya bayangan dan keteduhan. Tuhan peringatkan lagi edaran siang dan malam, dan pentingnya pula sebagai segi hidup manusia, pada ayat 47: “Dan Dia yang telah menjadikan malam itu untuk kamu menjadi pakaian, dan tidur untuk istirahat dan siang untuk bangkit bangun kembali."
Alangkah halus ibarat yang dinyatakan Tuhan pada ayat ini. Apabila segala tenaga dan energi kita telah kita tumpahkan bagi kepentingan hidup kita di siang hari, bertani, berniaga, berusaha, berkantor, beipejabat dan belajar. Berjuang ke medan hidup dipelopori oleh cita dan cinta, beransur sebagai beransur turunnya matahari, tenaga pun mulai habis dan hari pun mulai senja, kita kembali ke rumah kita. Kita tinggalkan segala haru-hari yang membisingkan kepala, dan hari pun mulai malam. Cahaya matahari berganti dengan cahaya lampu-lampu. Dengan tidak disadari maka keteduhan malam menenteramkan kembali jiwa raga kita. Kita bercengkerama dengan anak dan dengan istri. Kita bertawajjuh dan bermunajat. kepada Tuhan mensyukuri nikmatNya. Dan semuanya itulah pakaian (libaas) yang sejati.
Pakaian-pakaian yang kita pakai siang hari telah kotor kena keringat dan telah kita tanggalkan. Dan bila hari telah malam, kita mulai melekatkan pakaian yang bersih; bersih lahir dan batin. Kita hidup bersenyum simpul dengan isteri teman hidup kita. Kita adalah pakaiannya dan dia adalah pakaian kita.
“Mereka adalah pakaian bagi kamu dan kamu adalah pakaian bagi mereka."
Kita mulai menyalinkan kasih-sayang dengan anak dan keturunan kita. Suatu syair Arab menyatakan;
“Anak-anak kita itu adalah limpa kita sendiri, yang berjalan di atas bumi."
Dan di atas dari itu semuanya ialah pakaian untuk Rohani kita. Rohani ini kita beri pakaian yang bersih malam-malam, yaitu dengan penguatkan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita mensyukuri rezeki yang telah diberikan dan mengharap pada hari yang selanjutnya diberi kekuatan yang baru. Takwa kepada Allah adalah pakaian, untuk hidup dan untuk mati.
Jika seseorang tidak memakai pakaian takwa,
niscaya telanjanglah dia walaupun dia berpakaian.
Dan kata syair yang lain:
Jika hati seseorang tidak dipenuhi oleh rasa benci,
apa jua pun pakaian yang dipakainya, indah juga kelihatan.
Setelah itu kita pun tidur. Urat-urat saraf kita telah istirahat, hati kita senang sebab merasa bahwa hutang kepada Tuhan telah terbayar, tanggungjawab telah dilaksanakan dan tugas telah dipikul sekedar tenaga yang ada. Mata pun ter-picing, tidur pun nyenyak... sampai kedengaran suara azan Subuh dan kita dipanggil menghadap Tuhan, karena akan bekerja lagi, sebab siang sudah mendatang. Kita pun bangkit dengan tenaga yang baru. Segala puji bagi Allah.
Pada ayat ini dapatlah kita camkan betapa hidup manusia tidak pisah dengan pergantian siang dan malam dan edaran falak selanjutnya. Akan terasalah bahwa insan tidak dapat memisahkan hidupnya dari alam sekelilingnya. Dan lebih nyata lagi sari wahyu itu dengan ayat yang selanjutnya (48): “Dan Dialah yang mengirim angin membawa khabar baik di hadapan rahmatNya."
Bukan saja di padang pasir terik di Tanah Arab, pengaruh ayat ini dapat dirasakan. Di negeri kita, daerah Khatul-lstiwa ini pun dapatlah dirasakan pengaruhnya. Pada daerah-daerah yang sawahnya berbandarkan langit, sudah ditentukan waktu akan turun ke sawah, padahal hujan belum juga turun. Tahun demi tahun musim tetap berganti, namun setiap petani masih saja merasa cemas hujan belum juga turun. Tiba-tiba kelihatanlah awan mendung mengandung hujan; maka kita lihatlah pada wajah petani mengandung kegembiraan, rasa harap-harap cemas. Belum lagi hujan turun, rahmat sudah terasa dalam tangan, padi akan baik tumbuhnya di tahun ini, berlipat-ganda hasil bumi, sumur-sumur tidak akan kering lagi. Sehingga binatang ternak pun diberi pengertian dengan nalurinya bahwa mendung awan kiriman Tuhan yang akan menurunkan hujan itu adalah rahmat adanya.
Kemudian, “Kami turunkan dari langit air yang bersih." Hujan pun turun, sejuk dingin, kelayuan hilang baik pada orang ataupun pada binatang, ataupun pada tumbuh-tumbuhan."Supaya Kami hidupkan suatu negeri yang telah mati, dan Kami beri minum segala makhluk, baik binatang atau manusia yang banyak itu."
Bila hujan telah turun, walaupun hanya sejam dua jam, bahkan kadang-kadang hanya seperempat jam saja, kelihatan desa yang telah mati menjadi hidup kembali. Kegembiraan terbayang pada segala mata.
Tafsir ayat ini dibuat pada pagi hari Arba'tanggal 17 Juli 1963, 26 Safar 1383. Sudah hamper sebulan di Jakarta tidak turun hujan, segalanya kelihatan lesu, kebetulan penyaringan air di Pejompongan rusak pula, sehingga air saluran untuk rumah-rumah penduduk terpaksa dibatasi, sumur mulai kering, bahkan aliran listrik pun sebab air yang menekan mesin listrik telah kurang pula tenaganya. Tiba-tiba pada malamnya hujan sejenak, kira-kira setengah jam. Setelah hari pagi, tanam-tanaman di hadapan rumah kelihatan menghijau, membayangkan kegembiraan, dan rumput di halaman Mesjid Agung Al-Azhar menyangkat muka, menengadah langit mengucap, syukur!
Renungkanlah olehmu hai Insan! Jika tadi bayang-bayang dan keteduhan, pergelaran di antara siang dan malam, adalah sebahagian dari yang menentukan hidupmu, maka air pun adalah membawa hidup bagi sekalian makhluk:
,
“Dan Kami jadikan dari sebab air se gala sesuatu menjadi hidup."
Maka pada ayat 50 ditekankan lagi oleh sari wahyu itu:
“Dan sesungguhnya telah Kami edarkan (hujan itu) di antara mereka agar mereka kenangkan."
Agar mereka ingat bahwasanya kekacauan sedikit saja dari turunnya hujan itu akan sangat besarlah pengaruhnya atas kehidupan mereka dan sandang pangan mereka. Tetapi awaslah hendak dikata, “Engganlah kebanyakan manusia memikirkan dan mengenangkan itu, mereka lebih suka mengingkarinya."
Setelah itu maka pada ayat 51 Tuhan menerangkan bahwa kalau Dia mau, Dia sanggup mengirim utusan-utusanNya untuk setiap desa, untuk memberikan aricaman kepada manusia yang lalai. Manusia yang tidak menaruhkan perhatiannya akan hubungan hidupnya dengan alam sekelitingnya itu, dengan panas dan keteduhan, dengan siang pengganti malam dan dengan hujan turun ke bumi. Tetapi meskipun Tuhan berkuasa mengirim Rasul untuk setiap desa, diutusNya jualah SEORANG RASUL, penutup sekalian Rasul, yang ukuran peribadinya bukan untuk sebuah desa, tetapi untuk seluruh dunia. Dan untuk segala zaman, bukan semata untuk satu zaman. itulah dia Muhammad s.a.w.
Ilmu Allah Ta'ala yang meliputi segala ruang dan segala waktu itu telah menentukan bahwa tidak perlu lagi untuk setiap desa seorang Rasul. Rasul yang seorang ini sudahlah, menjadi pilihan (mushtafaa) untuk seluruh dunia. Kalau setiap satu desa disediakan satu utusan, niscaya kaliber ukuran jiwa “Nabi Desa" itu hanya sebesar desa itu pula. Timbulnya ayat ini adalah sebagai sanggahan kepada orang-orang desa yang berjiwa kecil, yang megah dengan desanya, lalu tidak mau tahu dengan kebesaran Rasul s.a.w. Islam bukanlah untuk mempersempit daerah untuk hidup, tetapi memperluas medan untuk jihad. Apatah lagi kian seabad demi seabad, dunia ini pun telah kecil karena hubungan tambah mudah.
Maka datanglah ayat 52, sebagai perangsang penghasung kepada Rasul utama untuk dunia itu. Muhammad s.a.w. “Jangan engkau tunduk kepada orang-orang kafir itu."
Artinya, jangan engkau bimbang, ukuranmu bukan ukuran desa, engkau adalah rahmat untuk seluruh Alam; “Teruskan jihad dan perjuangan ini, dan senjata yang akan engkau pakai dalam perjuangan yang engkau tempuh itu tidak lain ialah al-Qur'an itu sendiri."
Al-Qur'an Wahyu llahi. Kalamullah, untuk seluruh dunia. Berjuanglah engkau dengan semangat yang besar menegakkan al-Qur'an itu selama hayatmu dikandung badan, dan jika pun datang waktunya panggilanKu, engkau mati, namun suara al-Qur'an itu akan terus membahana di atas permukaan bumi.
Maka amatlah berkesan ayat 52 ini, wahyu kepada Muhammad s.a.w., tetapi besar kesannya atas jiwa kita sebagai penyambut waris Muhammad. Kita pun mempunyah tugas melanjutkan jihad dengan al-Qur'an ini, jihad yang besar. Jihad yang tidak mengenal telah. Apabila kita renungkan dengan seksama, sadarlah kita akan nilai hidup kita dan mission sacre (Tugas Such) kita sebagai Muslim dalam alam ini. Sebagaimana kata seorang penyair:
Tegaklah memperjuangkan keyakinanmu dalarn hidup ini, -karena hidup itu ialah keyakinan dan perjuangan.
Setelah kita mengetahui tugas hidup itu, kita pun mendapat diri kita sendiri. Dan mencari diri sendiri itu adalah pekerjaan yang terhitung sukar dalam alam ini. Tetapi apabila kita telah mengenal tugas kita, kita pun mencapailah ketenteraman yang kita cari. Kita pun tidak kehilangan pegangan lagi. Dengan pedoman demikian, yaknh berjuang menegakkan Kalimat Allah, menegakkan al-Qur'an, kita meneruskan perjaaanan. Maka datanglah ayat 53, memberi Ingat dan menyuruh kita merenung lagi keadaan alam sekeliling kita.
“Dan Dialah yang mencampurkan dua taut, yang ini tawar sejuk, yang itu asin pahit, dan di antara keduanya ada pembatas dan penghalang yang tidak bisa dilalui."
Air sungai yang tawar enak diminum, sejuk menguras melepas dahaga, telah beribu tahun mengalir ke lautan yang airnya asin pahit. Setiap waktu air laut yang asin mendidih naik dipanaskan oleh cahaya matahari atau dibawa angin dahsyat, namun sampai di udara air yang asin itu disaring oleh awan dan dia jatuh ke bumi sebagai hujan, telah tawar sejuk pula dan hilang asinnya. Namun apabita kita pergi ke kuala kita melihat air asin dan air tawar bertemu, namun batas daerah air asin dengan daerah air tawar nampak juga. Kalau di Tanah Arab orang memperhitungkan sungai Nil, Eufrat dan Dajlah, maka di negeri kita Indonesia terdapat berpuluh sungai-sungai besar di pulau-pulau yang besar-besar pula; namun Samudera Indonesia tetap asin dan Danau Toba tetap tawar.
Bagaimana jadinya kaiau di atas sernuanya itu tidak diakui ada yang mengatur yaitu Tuhan Allah? Bukankah ini pertanda bahwa bagi Alam ada Tuhan yang mengatur?
Sudah banyak dalam ayat inh membicarakan air; air hujan yang turun, air tawar daratan dan air asin lautan, maka disuruh lagi kita memperhatikan suatu masalah air yang lain. Yaitu bahwa: “Dia pula yang menjadikan manusia daripada air juga." Alangkah pentingnya air!
Setetes air mani mengandung berjuta bibit untuk dijadikan manusia. Dan manusia itu, yang berasal dari air telah memenuhi bumi ini abad demi abad. Biarpun dia raja perkasa, ataupun dia rakyat hina-dina, adakah insan yang tidak berasal dan air? Manusia yang asal dari air itu berkawin berketurunan, semenda-menyemenda, beripar, berbesan, bermenantu, bermertua.
Setelah air mani, mencipta manusia dan manusia itu hidup, Siapakah yang menghubungkan setetes air mani itu dengan yang dinamai hidup? Mungkinkah tercipta hidup ini daripada sesuatu yang mati? Mungkinkah ADA sesuatu daripada yang tidak ada?
Kalau jiwamu mati tak berisi, kosong dan melompong, tidaklah ada perhatianmu kepada hal itu. Hujan, laut dan ... mani. Kemudian itu hidup!
Maka datanglah ayat 55: “Kamu menyembah kepada yang selain Allah." Kamu menyembah berhala, padahal berhala itu kamu sendiri yang membuatnya."Dan berhala itu tidaklah sanggup memberi manfaat dan mudharat, dan tidaklah sanggup menciptakan hujan, mengasinkan atau mentawarkan air. Bahkan tidak sanggup memberi hidup pada setetes mani. Alangkah bodohmu!
“Bahkan orang-orang yang kafir dan ingkar itu mencoba menolong syaitan guna menentang Tuhan."
Demi merenung susunan ayat ini, terasalah bahwa Islam adalah menyadarkan akal kita buat bangkit. Menyadarkan pertalian manusia dengan alam kelilingnya, kemudian itu pertalian mereka dengan Tuhan Allah Yang Maha Esa. Setiap orang disuruh sadar, disuruh mempergunakan fikiran. Dan pada ayat-ayat itu pun nyata akan lebih mendalamlah terhunjam Iman dalam hati kalau kita menuntut Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Falak, Ilmu tentang-Manusia dan sekalian macam cabang Ilmu Pengetahuan. Sebab ilmu membawa kita kepada Iman.