Ayat
Terjemahan Per Kata
لَّقَدۡ
sesungguhnya
أَضَلَّنِي
ia telah menyesatkan aku
عَنِ
dari
ٱلذِّكۡرِ
peringatan
بَعۡدَ
sesudah
إِذۡ
ketika
جَآءَنِيۗ
dia datang kepadaku
وَكَانَ
dan adalah
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
لِلۡإِنسَٰنِ
bagi manusia
خَذُولٗا
tidak menolong/penyesat
لَّقَدۡ
sesungguhnya
أَضَلَّنِي
ia telah menyesatkan aku
عَنِ
dari
ٱلذِّكۡرِ
peringatan
بَعۡدَ
sesudah
إِذۡ
ketika
جَآءَنِيۗ
dia datang kepadaku
وَكَانَ
dan adalah
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
لِلۡإِنسَٰنِ
bagi manusia
خَذُولٗا
tidak menolong/penyesat
Terjemahan
Sungguh, dia benar-benar telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika telah datang kepadaku. Setan itu adalah (makhluk) yang sangat enggan menolong manusia.”
Tafsir
(Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari peringatan) Al-Qur'an (sesudah peringatan itu datang kepadaku") karena dialah yang menjadikan aku murtad dan tidak beriman lagi kepada Al-Qur'an. Kemudian Allah berfirman, ("Dan adalah setan itu terhadap manusia) yang kafir (selalu membuat kecewa.") karena ia akan meninggalkannya begitu saja, cuci tangan bilamana manusia tertimpa malapetaka.
Tafsir Surat Al-Furqan: 25-29
Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah-belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkan malaikat bergelombang-gelombang. Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu) satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.
Allah ﷻ menceritakan tentang kedahsyatan hari kiamat dan semua peristiwa besar yang terjadi padanya. Antara lain ialah terbelahnya langit, lalu mengeluarkan kabut putih, yaitu naungan yang berupa cahaya yang amat besar lagi menyilaukan mata. Pada hari itu malaikat-malaikat turun dari langit, lalu mengelilingi semua makhluk di padang mahsyar. Kemudian datanglah Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi untuk memutuskan peradilan. Mujahid mengatakan bahwa hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan. (Al-Baqarah: 210), hingga akhir ayat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Ammar ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa ia membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan (ingatlah) hari (ketika itu) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkan malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25) Kemudian Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah menghimpun makhluk pada hari kiamat di suatu padang yang amat luas; jin, manusia, binatang ternak, binatang pemangsa, burung-burung, dan semua makhluk lainnya.
Lalu terbelahlah langit yang paling bawah dan para penghuninya turun, mereka berjumlah jauh lebih banyak daripada jin, manusia, dan semua makhluk lainnya. Lalu para penghuni langit itu mengelilingi jin, manusia, dan semua makhluk. Kemudian terbelah pula langit yang kedua. Para penghuninya turun, lalu mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelum mereka, jin, manusia, dan makhluk lainnya; mereka mempunyai bilangan yang jauh lebih banyak daripada para penghuni langit terbawah dan semua makhluk yang telah ada.
Lalu terbelah pulalah langit yang ketiga, dan turunlah para penghuninya yang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada penduduk langit yang terbawah, penduduk langit yang kedua, dan semua makhluk. Kemudian mereka mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelumnya, juga jin, manusia, dan semua makhluk. Demikianlah seterusnya, penduduk setiap langit turun dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada sebelumnya berkali lipat, hingga terbelahlah langit yang ketujuh.
Penduduk langit yang ketujuh turun dalam jumlah jauh lebih banyak daripada penduduk langit sebelumnya, dan lebih banyak daripada jin, manusia, dan semua makhluk. Lalu mereka mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelum mereka dari kalangan penduduk langit, juga jin, manusia serta semua makhluk lainnya. Lalu turunlah Tuhan kita Yang Mahaagung lagi Mahamulia dalam naungan awan putih, sedangkan di sekitar-Nya terdapat malaikat-malaikat karubiyyin.
Jumlah malaikat karubiyyin jauh lebih banyak daripada semua penduduk langit yang tujuh lapis; juga jin, manusia, dan semua makhluk. Mereka mempunyai tanduk seperti mata-mata tombak; mereka tinggal di bawah 'Arasy, suara mereka gemuruh mengucapkan tasbih, tahlil, dan taqdis kepada Allah ﷻ Jarak antara bagian telapak kaki seseorang dari mereka sampai ke mata kakinya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Tinggi antara mata kaki sampai lututnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun.
Tinggi antara lutut sampai pangkal pahanya sama dengan perjalanan lima ratus tahun. Tinggi antara pangkal paha sampai tenggorokannya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Dan tinggi antara bagian bawah tenggorokannya sampai ke bagian bawah telinganya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Sedangkan tinggi selebihnya (sampai ke kepalanya) sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Neraka Jahanam adalah penggaruknya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim lengkap dengan lafaznya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Al-Hajjaj, dari Mubarak ibnu Fudalah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran; ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya langit ini apabila terbelah akan turun darinya para malaikat yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada manusia dan jin.
Peristiwa ini akan terjadi di hari pertemuan, yaitu di hari bertemunya penduduk langit dan penduduk bumi. Maka di awal kedatangan mereka penduduk bumi mengatakan, "Tuhan kita telah datang." Lalu para malaikat berkata, "Belum datang, tetapi akan datang." Kemudian terbelahlah langit yang kedua. Setelah itu terbelah pula langit lainnya, langit demi langit, dan turunlah para malaikat yang menghuninya dalam jumlah jauh lebih banyak daripada sebelumnya, sampai langit yang ketujuh.
Maka turunlah dari langit yang ketujuh para malaikat yang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada semua malaikat yang turun sebelumnya dan jin serta manusia. Maka turunlah malaikat karubiyyin, lalu turunlah Tuhan kita dengan diusung oleh delapan malaikat penyangga' Arasy. Ketinggian antara mata kaki setiap malaikat sampai dengan lututnya sama dengan jarak perjalanan tujuh puluh tahun, dan ketinggian antara pahanya sampai ke pundaknya sama dengan jarak perjalanan tujuh puluh tahun.
Setiap malaikat dari semua malaikat itu tidak memandang wajah temannya karena masing-masing malaikat meletakkan kepalanya di antara kedua susunya (yakni menundukkan kepalanya) seraya mengucapkan, "Subhanal Malikil Quddus" (Mahasuci Tuhan, Raja Yang Mahasuci). Pada kepala mereka terdapat sesuatu yang mencuat seakan-akan seperti mata tombak, sedangkan 'Arasy berada di atasnya. Hanya sampai di sini kisah hadis. Pada garis besarnya hadis ini bersumber dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an; di dalam sebagian besar konteksnya terdapat ke-daif-an, juga mengandung kemungkaran yang berat.
Di dalam hadis yang menceritakan tentang As-Sur (sangkakala) telah disebutkan kisah yang mendekati kisah ini, hadisnya cukup terkenal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman: Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Al-Haqqah: 15-17) Syahr ibnu Hausyab mengatakan bahwa para malaikat penyangga 'Arasy ada delapan. Empat malaikat di antara mereka mengatakan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala puji atas sifat Penyantun-Mu padahal Engkau mengetahui." Sedangkan yang empat lainnya mengucapkan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala puji atas maaf-Mu, padahal Engkau ber-kuasa." Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Abu Bakar ibnu Abdullah mengatakan, "Apabila penduduk bumi melihat 'Arasy turun kepada mereka dari atas, maka semua pandangan mata terbelalak memandang ke arahnya, semua persendian tulang mereka bergetar, dan kalbu mereka copot dari tempatnya di dada mereka menuju ke tenggorokan mereka." Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Abdul Jalil, dari Abu Hazim,dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Allah ﷻ saat turun terdapat seribu hijab antara Dia dan Makhluk-Nya, sebagian dari hijab itu terdiri atas nur (cahaya) dan kegelapan.
Maka air yang ada dalam kegelapan itu mengeluarkan suara yang membuat hati menjadi copot. Kisah ini mauquf hanya sampai pada Abdullah ibnu Amr, bersumber dari ucapannya; barangkali dia menyimpulkannya dari takwil surat Az-Zamilatain, (Al-Muddas's'ir dan Al-Muzzammil). Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah ﷻ: Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al-Furqan: 26), hingga akhir ayat. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya: Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu-min: 16) Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Allah ﷻ menggulung langit dengan tangan kanan kekuasaan-Nya, dan menggenggam bumi dengan tangan kekuasaan lainnya, kemudian berfirmanlah Dia: Akulah Raja, Akulah Yang Maha Membalas, di manakah raja-raja bumi, di manakah orang-orang yang kelewat batas, di manakah orang-orang yang takabur? Adapun firman Allah ﷻ: Dan adalah (hari itu) satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26) Yakni sangat sulit, sebab hari itu adalah hari keadilan dan hari peradilan serta diputuskan-Nya semua perkara.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (Al-Muddassir: 9-10) Demikianlah keadaan orang-orang kafir pada hari itu. Adapun keadaan orang-orang mukmin disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103) Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darraj, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) "Wahai Rasulullah, betapa lamanya hari tersebut." Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh akan diringankan bagi orang mukmin (lamanya hari tersebut) sehingga terasa lebih cepat baginya dari suatu salat fardu yang dikerjakannya di bumi.
Adapun firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya. (Al-Furqan: 27), hingga akhir ayat. Allah ﷻ menceritakan tentang penyesalan orang yang zalim, yaitu orang yang menyimpang dari hidayah Rasulullah ﷺ dan tidak mempercayai kebenaran yang disampaikan olehnya dari sisi Allah, yang tiada keraguan di dalamnya. Lalu ia menempuh jalan lain, bukan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah ﷺ Maka pada hari kiamat nanti dia akan menyesal, yaitu di hari yang tiada gunanya lagi penyesalan, lalu ia menggigit kedua tangannya sebagai ekspresi dari kekecewaan dan penyesalannya. Sekalipun latar belakang turunnya ayat ini berkenaan dengan Uqbah ibnu Abu Mu'it atau lainnya dari kalangan orang-orang yang celaka, tetapi maknanya bersifat umum mencakup semua orang yang zalim, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka. (Al-Ahzab: 66), hingga akhir ayat berikutnya.
Setiap orang yang zalim kelak di hari kiamat akan menyesal dengan penyesalan yang sangat, dan ia akan menggigit kedua tangannya seraya berkata seperti yang disitir oleh firman-Nya: Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). (Al-Furqan: 27-28) karena si Fulan memalingkannya dari jalan petunjuk, lalu membawanya ke jalan kesesatan, jalannya orang-orang yang menyeru kepada kesesatan, baik dia adalah Umayyah ibnu Khalaf atau saudara lelakinya (yaitu Ubay ibnu Khalaf) dan lain-lainnya.
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku. (Al-Furqan: 29) Yakni sesudah Al-Qur'an sampai kepadanya. Dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan: 29) Yaitu menyesatkannya dan memalingkannya dari jalan yang hak, lalu membawa dan merayunya ke jalan kebatilan."
"Sungguh, dia si fulan tadi, telah menyesatkan aku dari peringatan Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Semestinya aku tersadar, beriman, membacanya, menghayatinya dan mengamalkannya, tapi aku lalai dan terkesima dengan kehidupan duniaku. Dan setan memang pengkhianat manusia. ' Dia berusaha dengan tipu muslihat yang sangat halus untuk menyingkirkan manusia dari jalan yang benar. 30. Nabi Muhammad sendiri mengeluhkan lingkungan masyarakat Quraisy yang buruk. Mereka lalai terhadap kitab suci Al-Qur'an yang berisi peringatan-peringatan. Dan Rasul Muhammad berkata, dengan segala keluh kesahnya 'Ya Tuhanku Yang Maha Rahman dan Rahim! Sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan. Mereka tidak mau mendengarkan, apalagi mengamalkannya. " Ayat ini meng-isyarahkan bahwa lingkungan ikut mempengaruhi jalan hidup se-seorang. Allah lalu ingin menenangkan hati Nabi Muhammad, bahwa setiap nabi dari masa lalu adalah sama. Selalu saja berhadapan dengan para pengingkar.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang kafir itu berkata, "Seseorang telah menyesatkan aku dari ajaran Al-Qur'an dan dari beriman kepada Muhammad setelah petunjuk itu datang kepadaku." Adalah kebiasaan setan menipu manusia dan me-malingkannya dari kebenaran dan tidak mau menolong manusia yang telah disesatkannya itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kiamat
Di dalam ayat ini, dari 23 sampai 34 diterangkanlah nasib yang akan ditempuh dan penyesalan hati orang-orang yang memilih jalan sesat dan tidak mau menerima kebenaran itu.
Kiamat mesti datang.
Kalau kiamat datang, langit akan pecah-belah dan robek-robek. Segala peraturan sempurna yang dapat kita saksikan pada langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintangnya, semuanya akan berubah samasekali. Langit akan pecah-belah dan robek, bintang akan terbang terganjak dari tempatnya dan langit menjadi kelihatan dahsyat dengan gumpalan-gumpalan awan yang berubah daripada biasa.
Berkali-kali diterangkan di dalam al-Qur'an bahwa Kiamat itu mesti datang, satu perubahan hebat akan terjadi. Bintang-bintang akan gugur, langit akan pecah-belah, air laut akan meluap membuih, gempa akan menggegerkan seluruh permukaan bumi. Di dalam ayat ini khusus diterangkan akan ber-gumpal-gumpalnya awan di langit.
Cobalah renungkan, sedangkan melihat gumpalan asap hebat seketika Bom Nuklir diletuskan, bulu roma kita lagi berdiri. Sedangkan melihat awan letusan Gunung Agung di Bali, badan kita mengkirik ngeri. Sehingga ahli-ahli cuaca di New'Zealand berkata bahwa perubahan cahaya matahari di negeri itu, yang sangat merah seketika petang hari, adalah dari akibat letusan Gunung Agung.
Baru letusan Gunung Krakatau seabad yang lalu dan Gunung Agung di tahun 1963 sudahlah mendahsyatkan dunia. Padahal kalau kita lihat peta bumi, Krakatau dan Gunung Agung hanyalah bintik-bintik kecil saja. Kononlah jika dunia ini meletus seluruhnya, padahal “kunci-kunci" pemasangan letusan itu sudah diadakan sejak bumi diciptakan, yaitu pada gunung-gunung yang penuh mengandung lahar, dan belerang dan gas dan bensin di bawah bumi, dan batu-batu dan lain-lain.
Itulah mesti terjadi. Hasil penyelidikan manusia tentang Ilmu Alam ini, dengan segala cabang-cabangnya, di antaranya V/ulcanologi, hanyalah semata-mata buat menguatkan kepercayaan yang telah ditanamkan oleh agama, bahwa dunia akan kiamat.
Kalau itu' terjadi, dan pasti terjadi, demikian diterangkan pada ayat 26, jelaslah nanti bahwa kekuasaan adalah seluruhnya di tangan Tuhan Yang Pemurah belaka. Sebagaimana setiap waktu pun kekuasaan yang mutlak tetap pada Tuhan Yang Pemurah juga. Cuma kita juga yang selalu lupa.
Coba lihat! Siapa yang paling sengsara di hari itu? Yang paling sengsara ialah orang yang tidak mempunyai kepercayaan. Orang yang kafir menolak kebenaran. Yang sombong selama ini, merasa bahwa dia dapat berbuat sekehendak hatinya di dunia ini. Lupa bahwa umurnya terbatas dan tenaganya pun terbatas.
Datanglah hari yang hebat itu, maka ributlah si zalim aniaya, si bersalah menempuh jalan sesat. Tak tahu apa yang hendak dikerjakan, “nasi sudah jadi bubur", tempohnya sudah habis, sehingga menggigit tangan, menggigit jari, karena kehilangan daya, kehilangan peyangan dan kehilangan tujuan. Timbullah sesal, lalu meratapi diri, menyebut hal yang tidak perlu disebut lagi. Menyesali diri mengapa dari dahulu tidak diikut jalan yang telah ditunjukkan oleh Rasul Allah, Utusan Tuhan. Padahal sejak dahulu kebenaran ajakan Rasul itu sudah terasa dalam hati sanubari sendiri akan kebenarannya.
Keluhan dan sesal pertama dituruti dengan keluhan dan penyesalan yang kedua: Wahai malang nasibku, mengapa bukan Rasul yang aku ikuti, melainkan ajakan si fulan yang aku perkenankan. Ajakan dan seruan Rasul sudah terang untuk keselamatanku dunia dan akhirat sedang ajakan si fulan hanya membawa sesatku saja, membawaku terperosok kepada jalan yang tidak benar. Dan selalu kejadian dalam hidup manusia, bila seorang teman jahat mengajak kepada jalan yang jahat telah berhasil maksudnya menyesatkan kita, sehingga kita terperosok, dia pun hilang. Setelah kita kecewa dan gagal, dia tidak muncul-muncul lagi.
Untuk mengetahui latar belakang ayat ini, supaya setiap kita mengetahui pengaruhnya bagi jiwa, baiklah kita ketahui sebab-sebab dia diturunkan.
Seorang Pemuka Quraisy di Makkah bernama Uqbah bin Abu Mu'aith, meskipun dia belum memeluk Islam, namun hubungan peribadinya dengan Nabi s.a.w. adalah baik. Kerapkali ia bertukar fikiran dan bercakap-cakap dengan Nabi s.a.w. dalam suasana pergaulan yang baik. Pada suatu hari, sehabis bercakap-cakap demikian, diundangnya Rasul Allah menjadi tetamu dan makan ke rumahnya. Seketika makanan mulai terhidang, karena pergaulan itu selama ini amat baik, Rasul Allah menyatakan bahwa dia belum mau memakan makanan yang terhidang itu sebelum Uqbah mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.
Salah satu tradisi orang Arab sejak zaman sebelum Islam, dan setelah Islam tradisi itu pun masih tetap dipelihara, ialah memelihara hati tetamu selama dia berada di rumah kita. Sehingga kadang-kadang tuan rumah di saat menyelenggarakan tetamu itu menyediakan dirinya sendiri seakan-akan menjadi khadam. Maka setelah makanan terhidang hendak dimakan, Rasul Allah mengambil kesempatan peluang baik itu, karena dia mengetahui baik jiwa Uqbah. Kata Rasul Allah: “Belum hendak saya makan hidangan ini sebelum anda mengakui Islam, anda mengucap Dua Kalimah Syahadat."
Ini adalah jamuan terhadap tetamu yang dimuliakan. Kehendak tetamu pada saat yang demikian sangat tidak sopan kalau tidak diperlakukan. Dan Nabi Muhammad s.a.w. telah mempergunakan kesempatan yang baik itu. Nabi mengetahui dalam pergaulan selama ini bahwa Uqbah orang baik, orang yang dapat diajak bicara. Benar saja, ajakan Rasul Allah itu dikabulkannya. Dia ucapkan Dua Kalimah Syahadat, diterimanya agama yang hak. Maka hidangannya pun dimakan oleh Rasul Allah.
Beberapa waktu setelah kejadian itu bertemulah Uqbah dengan seorang teman lamanya yang sangat benci kepada Rasul, yaitu Ubayyu bin Khalaf. Diceriterakannya bahwa dia telah memeluk Islam, mengakui Allah dan Rasul-Nya, demi menghormati Muhammad sebagai tetamu dalam rumahnya. Ubayyu sangat menyalahkan kelemahannya.
Dan Ubayyu mencelanya karena telah meninggalkan peyangan pusaka nenek-moyang yang telah dirusakkan oleh Muhammad. Di situ nampak kelemahan jiwa Uqbah. Dia menjadi cemas dan takut karena ancaman Ubayyu, bahwa kalau dia tidak menarik diri segera dari Islam, dia akan lepas dari ikatan masyarakat Quraisy. Lalu dia meminta akal kepada Ubayyu, bagaimana ikhtiar agar dia dapat membebaskan dirinya kembali dari ikatan Dua Kalimah Syahadat itu.
“Mudah saja," kata Ubayyu, “Saya belum senang sebelum engkau datang kepada Muhammad itu, caci-maki dia lalu ludahi mukanya! Dengan itu engkau dapat membuktikan bahwa engkau bukanlah menuruti agamanya yang sesat itu." Dengan tidak memikirkan akibat yang jauh, Uqbah telah menuruti ajakan Ubayyu. Dicarinya Rasul Allah. Didapatinya beliau sedang sujud sembahyang di Daarun-Nadwah, lalu dimaki-makinya dan diludahinya mukanya.
Waktu itu rupanya sudah dekat masanya Nabi s.a.w. akan hijrah ke Madinah. Maka beliau sambutlah cacian, penghinaan dan ludahan atas mukanya itu dengan perkataan: “Apabila satu waktu kelak saya berjumpa dengan engkau di luar kota Makkah ini, pedang saya akan memotong kepalamu..."
Rasulullah s.a.w. pun pergi dari tempat itu dan Uqbah pun pergi pula. Meskipun terpan-temannya, terutama Ubayyu memujinya, namun dalam hati kecilnya terasa bahwa perbuatannya itu sangat salah. Tetapi kelemahannya jualah yang menyebabkan kehancuran jiwanya. Tekanan batin lama sekali menghimpit jiwa Uqbah.
Mengapa saya tidak menuruti saja ajakan Rasul itu. Mengapa saya ambil si fulan, si Ubayyu menjadi teman Dia telah menyesatkan saya kembali sesudah tadinya saya telah mengakui peringatan Tuhan, yaitu mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Ajakannya adalah ajakan syaitan belaka, setelah saya ter-jerembah ke lurah kesengsaraan jiwa, setelah saya dikecewakannya, si syaitan itu tidak datang lagi.
Akhirnya bertemu jugalah apa yang dikatakan Nabi itu. Tiba masanya, Nabi s.a.w. pun pindah ke Madinah dan beberapa waktu kemudian, terjadilah peperangan di antara Nabi dengan kaum Musyrikin di Perang Badar yang terkenal. Si Uqbah turut tertawan. Nabi memerintahkan Ali membunuhnya.
Di dalam ayat ini kita menampak betapa besar pengaruh kawan dalam beragama. Kadang-kadang maksud dan cita yang baik dapat tertimbun oleh karena bujukan kawan yang bersikap sebagai syaitan merayu. Manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari pergaulan sekelilingnya. Oleh sebab itu maka di dalam menilik perkembangan jiwa manusia, fakta orang yang ada di sekelilingnya harus diperhatikan juga. Sampai ahli-ahli Tashawuf, terutama Imam Ghazali di dalam kitabnya “Ihya' Ulumiddin" memberikan beberapa petunjuk di dalam membentuk pergaulan, persahabatan dan perkawanan.
Uqbah sebenarnya orang baik. Dia telah banyak bertukar fikiran dengan Nabi. Bahkan karena intimnya pergaulan sudah diajaknya Nabi s.a.w. makan ke rumahnya. Tetapi dia terjatuh lagi karena teman yang mengajak jahat, Ubayyu.
Ajaran yang terang nyata dari Islam di dalam membentuk kawan, mencari teman dan sahabat, ialah anjuran berjamaah setiap waktu. Dengan demikian timbullah cinta kepada seseorang karena persamaan pendirian dan persamaan ibadat. Dianjurkanlah ziarah-menziarahi, tolong-menolong atas kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong atas dosa dan permusuhan. Dan ditegaskan lagi oleh Hadis Nabi:
“Kalau hendak mencintai seseorang, cintailah karena Allah dan kalau hendak benci, bencilah karena Allah."