Ayat
Terjemahan Per Kata
فَقَدۡ
maka sesungguhnya
كَذَّبُوكُم
mereka telah mendustakan kamu
بِمَا
dengan/tentang apa
تَقُولُونَ
mereka katakan
فَمَا
maka tidak
تَسۡتَطِيعُونَ
kamu kuasa/mampu/dapat
صَرۡفٗا
menolak
وَلَا
dan tidak
نَصۡرٗاۚ
menolong
وَمَن
dan barangsiapa
يَظۡلِم
ia berbuat zalim
مِّنكُمۡ
diantara kamu
نُذِقۡهُ
Kami rasakan kepadanya
عَذَابٗا
azab
كَبِيرٗا
yang besar
فَقَدۡ
maka sesungguhnya
كَذَّبُوكُم
mereka telah mendustakan kamu
بِمَا
dengan/tentang apa
تَقُولُونَ
mereka katakan
فَمَا
maka tidak
تَسۡتَطِيعُونَ
kamu kuasa/mampu/dapat
صَرۡفٗا
menolak
وَلَا
dan tidak
نَصۡرٗاۚ
menolong
وَمَن
dan barangsiapa
يَظۡلِم
ia berbuat zalim
مِّنكُمۡ
diantara kamu
نُذِقۡهُ
Kami rasakan kepadanya
عَذَابٗا
azab
كَبِيرٗا
yang besar
Terjemahan
Sungguh, mereka (yang disembah itu) telah mengingkari apa yang kamu katakan. Maka, kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak dapat (pula) menolong (dirimu). Siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami menimpakan kepadanya azab yang besar.
Tafsir
("Maka sesungguhnya mereka yang disembah itu telah mendustakan kalian) yang disembah itu berdusta kepada mereka yang menyembahnya (tentang apa yang kalian katakan) bahwasanya mereka adalah tuhan-tuhan (maka kalian tidak akan dapat) kalau dibaca yastathii'uuna artinya maka mereka tidak akan dapat; maksudnya baik mereka atau pun kalian (menolak) azab dari diri kalian (dan tidak pula menolong) mencegah azab yang menimpa diri kalian (dan barang siapa berbuat zalim) dengan memperbuat kemusyrikan (di antara kalian, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar) azab yang keras di akhirat.
Tafsir Surat Al-Furqan: 17-19
Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah), 'Apakah kamu menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?" Mereka (yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung, tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa. 'Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang kalian katakan, maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (diri kalian); dan barang siapa di antara kalian yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.
Allah ﷻ berfirman, menceritakan peristiwa yang terjadi di hari kiamat menyangkut kecaman yang ditujukan terhadap orang-orang kafir karena mereka menyembah selain Allah, seperti para malaikat dan lain-lainnya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah. (Al-Furqan: 17) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah seperti Isa, Uzair, dan para malaikat. lalu Allah berkata (kepada yang disembah), "Apakah kalian telah menyesatkan hamba-hamba-Ku itu? (Al-Furqan: 17), hingga akhir ayat. Yakni Allah ﷻ berfirman kepada mereka yang disembah, "Apakah kalian telah menyeru mereka untuk menyembah diri kalian selain Aku, ataukah mereka menyembah kalian atas keinginan mereka sendiri tanpa seruan dari kalian kepada mereka?" Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'.Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).
Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya). (Al-Maidah: 116-117), hingga akhir ayat. Karena itu Allah ﷻ berfirman, menceritakan apa yang dikatakan oleh berhala-berhala yang disembah itu kelak di hari kiamat. Mereka (yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung. (Al-Furqan: 18) yh tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup. (Al-Furqan: 18) Yaitu mereka diberi usia panjang sehingga mereka melupakan az-zikr.
Yang dimaksud dengan az-zikr ialah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah kepada mereka melalui lisan para rasul-Nya, yang isinya menyeru untuk menyembah Allah, mengesakan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. dan mereka adalah kaum yang binasa. (Al-Furqan: 18) Ibnu Abbas mengatakan, makna bura ialah binasa. Al-Hasan Al-Basri dan Malik mengatakan dari Az-Zuhri, bahwa makna bura ialah tiada kebaikan pada mereka. Ibnuz Zaba'ri telah mengatakan dalam bait syairnya ketika ia masuk islam: ...
....... Wahai Rasul Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku ini terkunci, tidak pernah terbuka saat aku dalam keadaan tidak baik, yaitu ketika aku menuruti langkah setan dalam kesesatannya; dan barang siapa yang cenderung kepada langkah setan, pastilah ia binasa. Firman Allah ﷻ: Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang kalian katakan. (Al-Furqan: 19) Yakni orang-orang yang kalian sembah selain Allah itu mendustakan pengakuan kalian yang mengatakan bahwa mereka adalah pelindung kalian, dan bahwa mereka dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah.
Seperti pengertian yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Adapun firman Allah ﷻ: maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (diri kalian). (Al-Furqan: 19) Artinya, mereka tidak mampu memalingkan azab dari diri mereka dan tidak pula mereka dapat membela dirinya sendiri. dan barang siapa di antara kalian yang berbuat zalim. (Al-Furqan: 19) Yakni mempersekutukan Allah. niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (Al-Furqan: 19)"
Allah menegaskan kepada kaum musyrik yang berdalih bahwa ke-sesatan mereka disebabkan oleh ajakan dan tipu daya sesembahan me-reka, Maka sungguh kamu telah berbohong! Tuhan-tuhan yang kamu sembah itu telah mengingkari apa yang kamu katakan, maka kamu tidak akan dapat menolak azab akibat perbuatan kamu sendiri, dan tidak dapat pula menolong dirimu. Dan barang siapa di antara kamu berbuat zalim, utamanya syirik, niscaya Kami timpakan kepadanya rasa azab yang besar. 20. Ayat ini kembali menegaskan sisi kemanusiaan seorang rasul un-tuk membantah keberatan kaum musyrik. Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, wahai Nabi Muhammad, melainkan mereka adalah manusia-manusia juga sepertimu, dan karenanya mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar seperti halnya manusia pada umumnya. Demikianlah keadaan semua nabi dan rasul. Dan ingatlah wahai manusia, Kami sengaja menjadikan keadaan rasul-rasul seperti itu karena telah menjadi ketetapan Kami bahwa sebagian kamu akan menjadi cobaan bagi sebagian yang lain. Nabi menjadi cobaan bagi umatnya, demikian juga sebaliknya; orang kaya menjadi cobaan bagi orang miskin, begitupun sebaliknya; kaum musyrik menjadi cobaan bagi kaum mukmin, demikian sebaliknya, dan begitulah seterusnya. Maukah kamu bersabar dalam menghadapi cobaan itu' Dan ingatlah juga wahai manusia, Tuhanmu Maha Melihat lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. [].
Allah mengarahkan firman-Nya kepada orang-orang musyrik itu. Kamu telah mendengar sendiri jawaban orang-orang yang kamu sembah itu. Nyatalah sekarang bahwa bukan mereka yang menyesatkan kamu, mereka tidak pernah menyuruh kamu supaya menyembah mereka. Jadi kamu sendirilah yang mengada-adakan sembahan selain Aku. Sekarang kamu sekali-kali tidak akan dapat lepas dari siksaan-Ku dan tak ada seorang jua pun yang dapat memberikan pertolongan kepadamu. Kamu telah menganiaya dirimu sendiri dengan membuat-buat sembahan selain Aku, dan nasib orang-orang yang menganiaya dirinya dengan menyembah selain Aku, pasti akan Aku masukkan ke dalam siksaan yang pedih dan berat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Jiwa Yang Tidak Mempunyai Pengharapan
Jiwa yang kesat kasar, yang tidak mempunyai tujuan hidup dan penghidupan, yang penilaiannya akan sesuatu hanya pada kulit lahir, tidaklah sanggup menilai kebenaran yang dibawa Rasul. Mereka akan mengemukakan usul yang tidak-tidak, Ketika Rasul menyatakan kebenaran dan menyeru kepada jalan Allah, bukanlah seruan itu yang mereka perhatikan atau pertimbangkan Mereka minta yang datang itu jangan manusia, mereka minta Malaikat itu sendiri menyatakan diri kepada mereka. Dan ada permintaan mereka yang lebih hebat dari itu, yaitu meminta hendak melihat Tuhan.
Jelaslah bahwa permintaan-permintaan yang dikemukakan ini timbul dari kesombongan. Seakan-akan mereka orang-orang istimewa, tidak mau menerima saja kalau hanya “manusia" yang datang.
Padahal Malaikat sebagai makhluk yang suci tidaklah pantas diperlihatkan atau memperlihatkan diri kepada orang-orang yang sombong. Kalau dasar kesombongan sudah ada dalam hati, walaupun Malaikat itu sendiri yang datang, tidak jugalah akan mereka terima. Akan ada juga jawabnya buat mengelakkan diri.
Lebih sombong lagi ialah permintaan hendak melihat Tuhan. Seorang yang telah beriman tidaklah akan sampai hati mengeluarkan perkataan demikian. Dengan apa Tuhanmu itu hendak engkau lihat? Apa alatmu yang lain daripada mata? Sedangkan mata itu pun, meskipun dia melihat benda yang nyata, kalau perhatiannya tidak ada kepada benda itu, tidaklah akan nampak olehnya, walaupun benda itu terbentang di hadapan matanya. Dan mata sebagal alai untuk melihat Tuhan itu sendiri pun belum pernah mereka lihat!
Bukalah hati terlebih dahulu dan hapuskan rasa sombong, tunduklah kepada Ilahi dan terimalah seruan Rasul. Jika ini telah engkau lakukan dan engkau peyang teguh-teguh, malaikat itu akan turun sendiri ke dalam dirimu, memberikan keberanian dan perangsang buat hidup. Sahabat-sahabat Nabi di Madinah, sedang duduk-duduk beramai-ramai dengan Rasul Allah, pemah didatangi oleh Malaikat, dan malaikat itu, yaitu Malaikat Jibril menyatakan dirinya, kelihatan oleh seluruh sahabat yang hadir. Padahal mereka itu tidak pernah meminta atau memasukkan usul buat “menonton" malaikat. Sedangkan ke dalam sebuah rumah yang ada anjing saja pun malaikat tidak mau masuk, kononlah ke dalam hati yang penuh sombong, yang lebih hina dari anjing.
Demikian juga dengan melihat Tuhan Allah.
Musa, Utusan pilihan Tuhan yang gagah berani, pernah terlanjur memohon hendak melihat Tuhan Allah, padahal dia bukanlah sombong. Maka Ta'allilah Nur Allah kepada salah satu puncak dari pegunungan Thursina. maka hancur lumatlah gunung itu laksana salju kena panas, tersungkurlah Musa memohon ampun.
“Innaka lantaraani" — Engkau takkan dapat melihatKu.
Siti Aisyah pernah bertanya kepada Muhammad Rasul Allah: “Seketika engkau dipanggil Mi'raj, wahai Utusan Tuhan, dapatkah engkau melihat Tuhan Allah?"
Rasul Allah menjawab: “Tidak! Aku hanya diliputi oleh Nur belaka!"
Tetapi di akhirat kelak, dalam Alam yang lepas bebas daripada tanah dan air ini, daging dan darah ini. Tuhan Allah menjanjikan bahwa Dia akan memperlihatkan diriNya kepada hambaNya yang percaya:
“Segala wajah pada masa itu akan berseri-seri, karena dia akan melihat Tuhannya."
Pada ayat 22 diterangkan bahwa nanti memang akan datang harinya, di hari akhirat, Malaikat-malaikat akan memperlihatkan diri, karena Roh Mu'minin telah setaraf dengan Roh Malaikat-malaikat, bahkan ada yang lebih tinggi tarafnya.
Sedang setengah Mu'min — sebagai tersebut dalam Hadis Shahih yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim daripada Umar bin Khathab -lagi dapat melihat malaikat di dunia, apatah lagi di hari akhirat itu kelak. Namun baginya mujrimin, orang-orang yang durjana dan sombong tidak ada artinya khabar gembira itu, mereka tidak akan dapat melihatnya, entah kalau malaikat-malaikat penjaga yang akan menjatuhkan siksaan kepadanya. Mereka terlarang keras meiihatnya, tidak ada kesempatan samasekali. Bagi mereka kesempatan itu tertutup rapat (Hijran Mahjuuran).
Bahkan sebagai dijelaskan di ayat 23 segala amalan dan usaha yang mereka kerjakan selama hidup akan diletakkan di hadapan mereka, supaya mereka lihat sendiri bahwa amalan itu akan hangus jadi debu yang beterbangan, karena tidak ada dasarnya.
“Yang batil itu tidak ada hakikatnya."
Arang habis besi binasa, tukang menghembus payah saja, karena amalan tidak mempunyai dasar dan tidak mempunyai tujuan.
Tetapi lain halnya dengan Ash-habul Jannah, orang yang telah ditentukan buat ahli syurga, yang telah membina hidupnya dengan taat di kala di dunia, selain diberi kesempatan bergaul dengan malaikat, pun akan melihat wajah Tuhan. Itu saja pun telah menjadi puncak dari segala kebahagiaan dan menjadi obat dari segala jerih payah. Kemudian itu ditentukanlah bagi mereka tempat tinggal yang baik, yang tenteram dan yang seindah-indah tempat istirahat di Syurga.
Di sini teranglah bahwa segala keinginan yang tadinya dianggap besar dan hebat, menjadi perkara kecil belaka asal hati telah dibukakan terlebih dahulu buat menerima ‘Iman. Melihat malaikat, bahkan pun melihat Tuhan, atau tempat tinggal yang baik, atau tempat istirahat yang aman tenteram, kehidupan yang kekal dan bahagia, bebas daripada rasa takut dan cemas, semuanya itu perkara yang bukan sukar, apabila hidup beriman telah dimasuki. Dengan Iman kita menaiki tingkat hidup yang lebih tinggi; yaitu hidup kerohanian. Mulanya kita melalui taraf sebagai orang Muslim, naik ke tingkat Mu'min, naik ke tingkat Muttaqin. haik ke tingkat Muqarrabin, sehingga kita kian lama kian dekat dan kian mengenal siapa Tuhan Allah. Sesudah mengenal timbullah perkenalan. Maka sampailah kita kepada taraf peneguhan janji Allah bahwa dia menjadi pelindung kita;
“Allah adalah menjadi wali dari orang yang beriman, dikeluarkanNya mereka daripada kegelapan kepada terang-benderang (Nur)."
Dan ingatlah pula bahwa Malaikat itu pun terjadi daripada Nur.
Perlindungan positif dari Tuhan Allah menimbulkan kesadaran pada jiwa, sehingga meskipun pada kulit kita ini terjadi daripada daging dan tulang, namun latihan jiwa dapat menyampaikan kepada derajat wilayah. Kalau Allah telah menjadi Wali dari orang yang beriman, maka orang yang beriman itu pun berhak disebut menjadi Wali Allah.
Jika jalan raya keimanan itu hanya kita lihat dari luar, atau enggan memasuki, karena takut-takut akan durinya pada permulaan jalan, tidaklah kita akan mengenal nikmat yang ada di dalamnya. Tetapi apabila kita telah masuk ke dalam dan telah pasar jalan itu karena ditempuh, akan terasalah kebahagiaan jiwa yang tidak terpermanai. Segala kekayaan dalam dunia ini tidak ada yang dapat untuk menilainya, karena dia terletak dalam lubuk rohaniah. Kalau perjalanan diteruskan, sedang kemanisan Iman itu tidak juga dirasai, periksailah kembali, barangkali ada yang rusak atau salah pasang.
Berkata Rasulullah s.a.w. di dalam satu Hadis yang shahih:
“Tiga perkara, barangsiapa yang ada padanya, merasailah dia kemanisan Iman; yaitu barangsiapa yang telah merasai bahwa Allah dari RasulNya lebih dicintainya daripada apa dan siapa pun juga. Dan barangsiapa yang mencintai dia akan orang lain, dan cintanya itu tiada lain hanyalah dalam rangka cintanya kepada Aliah jua. Dan barangsiapa yang tidak suka lagi kembali ke dalam kufur, sesudah Tuhan Allah membebaskannya dari bahaya itu, sebagaimana bencinya akan dimasukkan ke dalam neraka."
Bertambah timbulnya kegembiraan itu, bertambahlah dekat kita kepada-Nya, dan bertambahlah Tuhan menjadi buah ingatan kita sepanjang hari, maka bertambahlah ringan rasanya segala beban yang dibebankanNya kepada kita, meskipun orang lain memandangnya berat. Dan kita jalan terus, dan jalan terus, dengan penuh kegembiraan.