Ayat
Terjemahan Per Kata
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يَحۡشُرُهُمۡ
(Allah) mengumpulkan mereka
وَمَا
dan apa-apa
يَعۡبُدُونَ
mereka menyembah
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
فَيَقُولُ
maka (Allah) berkata
ءَأَنتُمۡ
apakah kamu
أَضۡلَلۡتُمۡ
kamu menyesatkan
عِبَادِي
hamba-hamba-Ku
هَٰٓؤُلَآءِ
mereka itu
أَمۡ
atau
هُمۡ
mereka
ضَلُّواْ
mereka sesat
ٱلسَّبِيلَ
jalan
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يَحۡشُرُهُمۡ
(Allah) mengumpulkan mereka
وَمَا
dan apa-apa
يَعۡبُدُونَ
mereka menyembah
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
فَيَقُولُ
maka (Allah) berkata
ءَأَنتُمۡ
apakah kamu
أَضۡلَلۡتُمۡ
kamu menyesatkan
عِبَادِي
hamba-hamba-Ku
هَٰٓؤُلَآءِ
mereka itu
أَمۡ
atau
هُمۡ
mereka
ضَلُّواْ
mereka sesat
ٱلسَّبِيلَ
jalan
Terjemahan
(Ingatlah) hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka bersama dengan apa yang mereka sembah selain Allah. Dia lalu berfirman (kepada yang disembah), “Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu ataukah mereka sendiri yang sesat dari jalan (yang benar)?”
Tafsir
(Dan pada suatu hari ketika Allah menghimpunkan mereka) lafal Yahsyuruhum dapat pula dibaca Nahsyuruhum, sehingga artinya menjadi, Kami menghimpun mereka (beserta apa yang mereka sembah selain Allah) yakni seperti malaikat; Nabi Isa, dan Nabi Uzair, serta jin (lalu Allah berkata:) kepada mereka yang disembah untuk memantapkan hujah-Nya terhadap orang-orang yang menyembah mereka. Lafal Fayaquulu dapat pula dibaca Fanaquulu, artinya, Kami berkata, ("Apakah kalian) lafal A-antum dapat dibaca secara Tahqiq yaitu dengan menyatakan kedua Hamzahnya, dan dapat pula dibaca Tas-hil yaitu dengan menggantikan Hamzah yang kedua menjadi Alif sehingga bacaan Hamzahnya menjadi panjang, dapat pula dibaca pendek yakni tanpa memakai Alif (yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu) artinya apakah kalian telah menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan dengan perintah kalian kepada mereka, supaya mereka menyembah kalian? (atau mereka sendirilah yang sesat dari jalan yang benar?") yakni atas kehendak mereka sendiri.
Tafsir Surat Al-Furqan: 17-19
Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah), 'Apakah kamu menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?" Mereka (yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung, tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa. 'Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang kalian katakan, maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (diri kalian); dan barang siapa di antara kalian yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.
Allah ﷻ berfirman, menceritakan peristiwa yang terjadi di hari kiamat menyangkut kecaman yang ditujukan terhadap orang-orang kafir karena mereka menyembah selain Allah, seperti para malaikat dan lain-lainnya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah. (Al-Furqan: 17) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah seperti Isa, Uzair, dan para malaikat. lalu Allah berkata (kepada yang disembah), "Apakah kalian telah menyesatkan hamba-hamba-Ku itu? (Al-Furqan: 17), hingga akhir ayat. Yakni Allah ﷻ berfirman kepada mereka yang disembah, "Apakah kalian telah menyeru mereka untuk menyembah diri kalian selain Aku, ataukah mereka menyembah kalian atas keinginan mereka sendiri tanpa seruan dari kalian kepada mereka?" Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'.Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).
Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya). (Al-Maidah: 116-117), hingga akhir ayat. Karena itu Allah ﷻ berfirman, menceritakan apa yang dikatakan oleh berhala-berhala yang disembah itu kelak di hari kiamat. Mereka (yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung. (Al-Furqan: 18) yh tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup. (Al-Furqan: 18) Yaitu mereka diberi usia panjang sehingga mereka melupakan az-zikr.
Yang dimaksud dengan az-zikr ialah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah kepada mereka melalui lisan para rasul-Nya, yang isinya menyeru untuk menyembah Allah, mengesakan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. dan mereka adalah kaum yang binasa. (Al-Furqan: 18) Ibnu Abbas mengatakan, makna bura ialah binasa. Al-Hasan Al-Basri dan Malik mengatakan dari Az-Zuhri, bahwa makna bura ialah tiada kebaikan pada mereka. Ibnuz Zaba'ri telah mengatakan dalam bait syairnya ketika ia masuk islam: ...
....... Wahai Rasul Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku ini terkunci, tidak pernah terbuka saat aku dalam keadaan tidak baik, yaitu ketika aku menuruti langkah setan dalam kesesatannya; dan barang siapa yang cenderung kepada langkah setan, pastilah ia binasa. Firman Allah ﷻ: Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang kalian katakan. (Al-Furqan: 19) Yakni orang-orang yang kalian sembah selain Allah itu mendustakan pengakuan kalian yang mengatakan bahwa mereka adalah pelindung kalian, dan bahwa mereka dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah.
Seperti pengertian yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Adapun firman Allah ﷻ: maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (diri kalian). (Al-Furqan: 19) Artinya, mereka tidak mampu memalingkan azab dari diri mereka dan tidak pula mereka dapat membela dirinya sendiri. dan barang siapa di antara kalian yang berbuat zalim. (Al-Furqan: 19) Yakni mempersekutukan Allah. niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (Al-Furqan: 19)"
Setelah menjelaskan kesudahan yang sangat kontras bagi kaum kafir dan kaum mukmin, pada ayat ini Allah menjelaskan kesudahan sesembahan kaum kafir. Dan ingatlah pula pada hari ketika Allah mengumpulkan kaum musyrik bersama apa yang mereka sembah selain Allah, baik malaikat, jin, manusia, maupun makhluk tak bernyawa seperti berhala, lalu Dia berfirman kepada sesembahan itu, 'Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu dengan paksaan dan tipu daya kamu, atau mereka sendirikah yang sesat dan menyimpang dari jalan yang benar'' 18. Mereka, yakni sesembahan itu, menjawab dengan bahasa masing-masing, 'Mahasuci Engkau dari segala kekurangan dan sifat buruk. Tidaklah pantas bagi kami mengambil pelindung selain Engkau. Maka, mustahil bagi kami memaksa mereka menyembah kami, tetapi mereka sen-dirilah yang sesat dan tidak tahu berterima kasih. Engkau telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan hidup, namun mereka lena karenanya sehingga mereka melupakan peringatan dari-Mu; dan mereka adalah kaum yang benar-benar binasa dan pantas mendapat siksa. '.
Pada hari Kiamat orang-orang musyrik dikumpulkan bersama-sama dengan sembahan-sembahan mereka. Lalu Allah mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada sembahan-sembahan itu. Benarkah mereka dahulu di dunia menyuruh mereka itu menyembahnya sehingga mereka telah sesat dari jalan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesembahan itu sehingga mereka mengingkari ajaran-ajaran Allah dan ajaran-ajaran Rasul-Nya. Di antara sembahan-sembahan yang disembah orang-orang kafir itu termasuk beberapa malaikat, Nabi Isa dan Uzair. Mereka merasa sangat heran dan tercengang mendengar pertanyaan-pertanyaan itu karena mereka tidak pernah menyuruh manusia menyembah mereka, bahkan mereka selalu menyeru kepada tauhid, menyembah Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun. Dalam ayat ini disebutkan pertanyaan Allah yang khusus dihadapkan kepada Nabi Isa yaitu firman-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, "Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" (Isa) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib." (al-Ma`idah/5: 116).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Pertentangan Yang Memuja Dengan Yang Dipuja
Kelak hari kiamat itu pasti datang. Seluruh insan akan dikumpulkan oleh Tuhan, dan dikumpulkan pula bersama dengan mereka segala orang atau barang yang selama ini mereka jadikan pujaan, yang mereka sembah. Entah yang mereka-sembah dan puja itu berhala buatan tangan mereka sendiri, atau, lambang yang timbul dari rangkaian khayal, lalu dipaksa supaya dipandang sebagai suatu kenyataan, atau syaitan dan hantu, pohon dan batu, keria atau pedang pusaka, atau kuburan guru yang telah mati, atau seorang pemimpin sudah dianggap sebagai Tuhan, walaupun lidah tidak mengakui. Semua yang disembah itu akan dihidupkan bersama dengan yang menyembah tadi dalam suatu pertemuan besar, lalu ditanyakan kepada persembahan-persembahan itu , apakah mereka yang telah mengajarkan ajaran yang sesat kepada si penyem
bah itu? Adakah mereka menanamkan pengaruh dan penipuan, sebagai perbuatan Fir'aun atau Namrudz di zaman purbakala, atau manusia-manusia yang lupa diri karena mencapai kebesaran di dunia moden, sehingga mereka meminta, supaya mereka diagungkan sebagaimana mengagungkan Tuhan, dan kalau sedikit saja kurang pemujaan kepada mereka, mereka pun marah, sehingga berakibat bahwa manusia yang diaesatkan itu tidak sanggup berfikir dan meninjau kesalahan mereka?
Ataukah si pemuja penyembah tadi yang sesat karena ketotolannya. Mereka takut melihat tempat yang seram, lalu mereka puja tempat yang seram itu. Mereka muliakan suatu benda lalu mereka sembah?
Manusia-manusia yang telah mabuk oleh kebesaran bIsa menyusun fikiran orang banyak secara teratur, supaya mengakui bahwa beliau adalah Maha Kuasa. Lama-lama datanglah bisik-desus teratur bahwa beliau mendapat wahyu dari Tuhan, bahwa perbuatan beliau tidak pernah salah dan di zaman purbakala sengaja dikatakan bahwa raja-raja bukanlah berasal dari manusia, tetapi putera Tuhan, keturunan dari Dewa Zeus (Iakandar) atau anak dari Sang Surya Matahari atau Raja (Fir'aun Mesir). Dai Nippon mempunyai dasar kepercayaan bahwa raja-rajanya adalah keturunan Amaterasu Omikami yang datang dari matahari dan menciptakan pulau-pulau Jepang.
Selain daripada itu raja-raja yang dipuja orang-orang yang shalih atau orang-orang yang berjasa, setelah dia mati dipuja kubunya, setelah dia hilang i dibuatkan patungnya.
Manusia-manusia ataupun raja, ataupun pemimpin, ataupun orang-orang yang berjasa yang dipuja, akan dihartapkan dalam sidang majlia Tuhan bersama dengan orang-orang yang memuja itu, ditanyai, kaliankah yang telah menyebabkan orang-orang ini jadi sesat? Ataukah mereka sendiri yang tolol, yang sontok fikiran, lalu khayal ingatan mereka sendiri mereka tuhankan?
Satan intu nail keduanya posit ado atau dipusatkan oleh orang-orang yang berkuasa Itu, atau manusia sendiri sesat karena tidak ada bimbingan.
Manusia sendiri menjadi sesat, karena tidak tahu jalan. Kebesaran alam yang diciptakan Tuhan mempesonakan sehingga lupa bahwa yang mencipia-kan alam itulah Yang Maha Besar, bukan alam itu sendiri, karena dia hanya Ciptaan.
Pada ayat 18 ini diriyatakaq jawaban orang-orang atau barang-barang yang dipuja itu atas pertanyaan Tuhan tadi. Maha Suci-Engkau. Insaflah kami bahwa ini tidak berarti apa-apa, tidak ada kekuatan dan kebesaran pada kami, hanyalah anugerah Engkau jua. Mereka itulah yang salah. Anugerah kesenangan dan kemewahan hidup yang pernah Engkau berikan kepada mereka, mereka lupa daratan, mereka tidak memperdulikan lagi pengajaran yang baik, sehingga akhinya mereka pun binasa. Hilanglah dasar tempat tegak dan kaburlah tujuan kehidupan. Dan kalau dasar dan tujuan telah hilang tuntutlah peribadi, dan apabila peribadi tidak tegak lagi itulah dia kebinasaan.
Di sini patutlah direnungkan apakah artinya kebahagIsan hidup itu. Banyaklah manusia yang salah faham, menggantungkan pengharapan hidup semata kepada kemewahan dan kecukupan. Di zaman moden orang berlomba menuju hidup yang mewah. Barang-barang yang kurang perlu dipandang sangat perlu, sebaliknya yang amat perlu tidak menjadi perhatian. Orang menyangka bahwa penilaian hidup adalah semata-mata pada pangkat yang tinggi, rumah yang mewah, kendaraan mobil model yang paling baru. Sepintas lalu kelihatan kegembiraan mereka itu. Tetapi kian lama hilanglah suatu yang amat penting yaitu kekayaan batin. Penuh di luar, tetapi kosong di dalam. Kemewahan kerapkali menjadi racun bagi jiwa. Diberi Allah Ta'ala kesempatan, tetapi tidak pandai mempergunakan kesempatan itu. Akhinya menyembah dan memuja kepada benda dan makhluk, mendewakan sesama manusia atau barang yang tidak ada harganya, hanyalah dipaksakan kepada jiwa diri sendiri buat memujanya.
Di ayat 19 membalikkan bicara kepada orang-orang yang memperserikat-kan Tuhan dengan manusia atau benda itu. Tuhan bersabda: Sesungguhnya jelaslah sekarang bahwa pemuja-pemujamu itu telah mendustakan atau memungkiri apa yang kamu katakan. Mereka melepaskan diri daripada tanggung-jawab, mereka pun merasakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang berhak dijadikan sebagai pelindung selain Allah, tidak ada Wali lain. Wali hanya satu, yaitu Tuhan Allah. Oleh sebab itu kamu tidaklah dapat menghindarkan diri lagi daripada siksa Ilahi dan tidak seorang pun yang dapat menolong dan membela kamu di dalam menghadapi azhab Ilahi'itu. Dari masa ke masa Tuhan telah mengirimkan utusanNya buat memberikan penerangan yang jelas tentang Hak Nabi dipuja, dengan sendirinya, kamu juga yang tidak perduli.
Sudahlah hal yang wajar bahwa barangsiapa yang bersalah akan merasai siksaan yang besar. Apatah lagi di dalam ayat yang lalu sudah dijelaskan pula oleh Tuhan:
“Tuhan tidak dapat mengampuni jika Dia dipersekutukan dengan gang lain, dan Dia dapat memberi ampun dosa gang lain, (selain sgirik) bagi barang-siapa gang dikehendakiNga." (an-NIsa': 48)
Kemudian itu diulang lagi menjelaskan pada ayat 20, bahwasanya sejak zaman purbakala, jauh masanya sebelum Nabi Muhammad s.a.w. telah berulang-ulang jua Tuhan mengirimkan utusan ke dalam alam ini. Utusan itu dipilih dari kalangan manusia sendiri. Manusia, bukan malaikat! Manusia bukan jin! Karena tidaklah sesuai kalau yang akan diberi peringatan itu makhluk insani, lalu dipilih utusan yang bukan insani. Semua Rasul-rasul itu makan dan minum sebagai manusia yang lain, masuk pasar keluar pasar seperti manusia yang lain. Bukan mereka segolongan kecil manusia yang hidup dalam istana gadirig, berani memberikan pelajaran tentang hidup, padahal dia sendiri tidak berani masuk ke dalam gelanggang hidup. Rasul-rasul itu hidup dalam kalangan manusia, makan dan minum, masuk pasar, artinya hidup di tengah-tengah masyarakat ramai. Mereka datang membawa wahyu, menunjukkan jalan dan tuntunan yang diberikan Ilahi tentang bagaimana caranya melaksanakan dan mengisi hidup dengan cita-cita tinggi dan mumi.
Nabi Muhammad s.a.w. pernah mengatakan:
“Perkara-perkara gang berhubungan dengan agama, maka termasuklah ke dalam tugasku. Tetapi perkara-perkara gang berkenaan dengan duniamu, kamu lebih mengerti."
Dalam pergaulan hidup yang luas itu, Rasul-rasul sama-sama memikul yang berat dan menjinjing yang ringan. Kadang-kadang suatu pemikiran mendapat ujian atau percobaan sebab pergaulan hidup itu ialah tempat menguji kebenaran fikiran. Itu sebaliknya maka dikatakan dalam inti ayat 20 ini."Dan Kami jadikan sebagian kamu menjadi ujian untuk gang lain."
Banyak sekali rahasia jiwa yang terkandung di dalam ayat ini. Seorang Rasul ataupun seluruh Rasul menyerbukan dirinya ke tengah masyarakat, tetapi dia akan memimpin masyarakat itu kepada kehidupan yang lebih tinggi dan cita yang lebih mulia.
Bukan mereka di luar pagar menunjuk-nunjuk, ini benar ini salah, padahal tak berani ke tengah. Rasul bukan begitu.
Tetapi mereka berjalan di muka sekali memberi contoh dan berkata: “Mari turutkan aku!"
Adu mengadu nilai, banding membanding kebenaran. Yang sejati tidak akan dijalankan dengan paksaan. Kebenaran memang dengan sendirinya, tetapi pintu hati buat menerima kebenaran, tidaklah semudah menarikkannya. Kebenaran mutlak datang dari Tuhan, dan Rasul adalah saluran Tuhan menyampaikan kebenaran itu kepada manusia, berupa wahyu. Yang mendapat wahyu hanyalah Nabi itu saja. Ketika Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. menerima tugas wahyu itu, dia makan dan minum dan dia masuk ke tengah pasar, ke tengah pergaulan hidup. Kata jwahyu itu dilemparkannya ke tengah masyarakat. Ada golongan yang menerima sebagai Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali dan seluruh sahabat yang mula-mula, dan ada pula golongan yang menolak mentah-mentah, “air tidak lalu, bubur pun tidak lalu", artiya tidak mau menerima samasekali. Itulah golongan sebagai Abu Jahat, Abu Lahab dan Abu Sufyan dengan para pengikutnya pula.
Maka datanglah pertanyaan dalam ayat ini. “Atashbiruima?" Apakah kamu tahan? Apakah kamu tabah? Apakah kamu kuat?
Pertanyaan ini tidak lagi dihartapkan kepada seorang Muhammad sebagai Rasul, tetapi kepada seluruh yang telah memegang keyakinan yang telah diajarkan Muhammad."Apakah kamu sekalian sabar?"
Nabi Muhammad s.a.w. dan para pejuang angkatan pertama telah berpulang ke rahmatullah, tetapi al-Qur'an masih tinggal, sehuruf pun tiada yang hilang, sebaris pun tiada yang lupa dan setitik pun tiada yang hapus. Al-Qur'an masih tetap tinggal sebagai pedoman, perjuangan kita.
Penerima-penerima waris dari Rasul dan meneruskan perjuangan ini. Sekali kita telah menyatakan tekad bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, sekali kita telah bertekad menganggap al-Qur'an sebagai imam, tidaklah akan berarti pengakuan itu kalau kita bawa al-Qur'an itu bersematii ke dalam istana gadirig, atau bersembunyi ke rimba'sunyi. Bahkan kita pun harus makan minum untuk menguatkan tubuh, dan masuk ke tengah pasar ramai, ke tengah masyarakat membawa obor kita. Di antara kita akan mendapat ujian tentang kebenaran pendirian kita, pendirian yang berdasarkan pada wahyu. Kebenaran yang mutlak. Apakah kita sabar kena angin dan taufan? Apakah kita tabah menghadapi kesulitan? Kejayaan perjuangan kita sebagian besar tergantung kepada kesabaran dan ketabahan kita juga. Kerap-kali orang tidak lekas menerima kebenaran yang kita bawa, bukanlah karena dia tidak benar, melainkan karena kitalah yang tidak sanggup memperjuangkannya.
Kadang-kadang kita gagal, maka jika kita gagal, janganlah ragu akan kebenaran yang kita perjuangkan. Mungkin teknik belum kena atau taktiknya belum sempuma. Tertumbuk biduk dibelokkan, tertumbuk kata difikiri! Perjalanan teruskan juga.
Di akhir ayat diberikanlah peringatan bahwa Tuhan selalu melihat memperhatikan dan memandang dengan amat teliti apa jua pun yang kita kerjakan.
Isi yang mendalam lagi pada ayat ini, ialah bahwa sekalian Rasul itu adalah manusia belaka, manusia pilihan. Mereka adalah manusia yang dipilih-pilih dari
kalangan manusia sendiri, akan diutus kepada sesamanya manusia. Maka jika dia memberikan contoh teladan dapatlah mata kita menyaksikan dan dapat pula kita tiru. Dengan tegas Tuhan bersabda:
“Sesungguhnya adalah Rasul itu menjadi teladan yang baik untuk kamu."
Kehidupan Nabi Muhammad s.a.w. adalah contoh kehidupan yang paling sempuma, yang dirumuskan oleh salah seorang Pujangga Islam dengan sebutan “The Ideal Prophet" atau “Al-Matialul Kamil", artinya teladan hidup yang paling sempuma. Maka sejak kita menerima taklif dari Ilahi, kita akan berusaha meneladan kehidupan itu sedaya upaya kita. Tujuan terakhir kehidupan kita ialah: “Hidup menyontoh kehidupan Nabi, menurut tenaga yang ada pada kita."
Pengalaman umat-umat yang terdahulu menjadi perbandingan bagi kita umat yang datang di belakang. Dan kita bersyukur bahwa al-Qur'an telah terkumpul secukup selengkapnya di dalam Mushhaf. Sehingga penyelewengan tidak bIsa terjadi.
Umat Yahudi telah tersesat seketika dari rasa dendam mereka menuduh bahwa Nabi Isa ‘alaihiwas-salam adalah anak yang dilahirkan di luar nikah. Alangkah rendahnya tuduhan itu. Sebaliknya orang Kristen karena sangat cirita kepada Nabi Isa dan sebagai menghargai pengurhartan mengatakan pula bahwa beliau: “Anak Tunggal Tuhan".
Tidak!
Seluruh utusan Allah itu adalah manusia yang telah dipilih. Dan rohnya telah dilatih buat menerima wahyu itu. Seluruh utusan, sejak Adam atau sejak Nuh, melalui Ibrahim, Musa, Isa dan sampai kepada Muhammad s.a.w. semuanya manusia. Manusia pilihan dan terpilih!
Kalau al-Qur'an sebagai tempat pulang yang mutlak bagi seorang Muslim tidak terpelihara baik-baik, ada juga kemungkinan bahwa Nabi Muhammad itu sendiri pun akan dilupakan pula, kedudukannya dari manusia dirisikkan kepada derajat ketuhanan. Bahkan meskipun al-Qur'an ada, pernah juga dicoba orang buat membawanya ke sana, sebagaimana terjadi dalam pelajaran-pelajaran kaum Shufi yang kemasukan pengaruh dari kaum filsafat Neo Platoniame. Mereka mengatakan bahwa Muhammad itu adalah mempunyai dua arti. Arti yang lahir ialah Muhammad anak Abdullah yang terjadi daripada ‘alaq, sebagai manusia yang lain juga.