Ayat
Terjemahan Per Kata
وَعَدَ
telah berjanji
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
مِنكُمۡ
diantara kamu
وَعَمِلُواْ
dan mereka beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan/saleh
لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ
sungguh Dia menjadikan mereka berkuasa
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
كَمَا
sebagaimana
ٱسۡتَخۡلَفَ
berkuasa
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
مِن
dari
قَبۡلِهِمۡ
sebelum mereka
وَلَيُمَكِّنَنَّ
dan sungguh Dia akan meneguhkan
لَهُمۡ
bagi mereka
دِينَهُمُ
agama mereka
ٱلَّذِي
yang
ٱرۡتَضَىٰ
Dia rida
لَهُمۡ
untuk mereka
وَلَيُبَدِّلَنَّهُم
dan sungguh Dia akan mengganti mereka
مِّنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
خَوۡفِهِمۡ
takut mereka
أَمۡنٗاۚ
aman sentosa
يَعۡبُدُونَنِي
mereka menyembah-Ku
لَا
tidak
يُشۡرِكُونَ
mereka mempersekutukan
بِي
dengan Aku
شَيۡـٔٗاۚ
sesuatu
وَمَن
dan barangsiapa
كَفَرَ
ia kafir
بَعۡدَ
sesudah
ذَٰلِكَ
demikian/itu
فَأُوْلَٰٓئِكَ
maka mereka itu
هُمُ
mereka
ٱلۡفَٰسِقُونَ
orang-orang yang fasik
وَعَدَ
telah berjanji
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
مِنكُمۡ
diantara kamu
وَعَمِلُواْ
dan mereka beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan/saleh
لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ
sungguh Dia menjadikan mereka berkuasa
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
كَمَا
sebagaimana
ٱسۡتَخۡلَفَ
berkuasa
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
مِن
dari
قَبۡلِهِمۡ
sebelum mereka
وَلَيُمَكِّنَنَّ
dan sungguh Dia akan meneguhkan
لَهُمۡ
bagi mereka
دِينَهُمُ
agama mereka
ٱلَّذِي
yang
ٱرۡتَضَىٰ
Dia rida
لَهُمۡ
untuk mereka
وَلَيُبَدِّلَنَّهُم
dan sungguh Dia akan mengganti mereka
مِّنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
خَوۡفِهِمۡ
takut mereka
أَمۡنٗاۚ
aman sentosa
يَعۡبُدُونَنِي
mereka menyembah-Ku
لَا
tidak
يُشۡرِكُونَ
mereka mempersekutukan
بِي
dengan Aku
شَيۡـٔٗاۚ
sesuatu
وَمَن
dan barangsiapa
كَفَرَ
ia kafir
بَعۡدَ
sesudah
ذَٰلِكَ
demikian/itu
فَأُوْلَٰٓئِكَ
maka mereka itu
هُمُ
mereka
ٱلۡفَٰسِقُونَ
orang-orang yang fasik
Terjemahan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik.
Tafsir
(Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi) sebagai ganti dari orang-orang kafir (sebagaimana Dia telah menjadikan berkuasa) dapat dibaca Kamastakhlafa dan Kamastukhlifa (orang-orang yang sebelum mereka) sebagaimana yang dialami oleh kaum Bani Israel sebagai pengganti dari orang-orang yang lalim dan angkara murka (dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka) yaitu agama Islam; seumpamanya Dia akan memenangkannya di atas agama-agama yang lain, kemudian Dia meluaskan bagi mereka daerah-daerah mereka dan mereka menjadi para pemiliknya (dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka) dapat dibaca Takhfif yaitu menjadi walayubdilannahum, dapat pula dibaca Tasydid yaitu menjadi Walayubaddilannahum (sesudah mereka berada dalam ketakutan) dari perlakuan orang-orang kafir (menjadi aman sentosa) dan Allah telah menunaikan janji-Nya kepada mereka, yaitu memberikan kepada mereka apa yang telah disebutkan tadi, kemudian Dia memuji mereka melalui firman-Nya, (Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku) ayat ini merupakan jumlah Isti'naf atau kalimat baru, akan tetapi statusnya disamakan sebagai Illat. (Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu) sesudah pemberian nikmat kepada mereka, yaitu keamanan tadi (maka mereka itulah orang-orang yang fasik) dan orang-orang yang mula-mula kafir sesudah itu adalah para pembunuh Khalifah Usman r.a. kemudian mereka menjadi orang-orang yang saling membunuh padahal sebelumnya mereka berteman.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.
Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. Ini merupakan janji dari Allah ﷻ kepada Rasul-Nya ﷺ, bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang berkuasa di bumi, yakni menjadi para pemimpin manusia dan penguasa mereka. Dengan mereka negeri akan menjadi baik dan semua hamba Allah akan tunduk kepada mereka. Dan Allah akan menukar keadaan mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa dan menjadi penguasa atas manusia. Janji itu telah diberikan oleh Allah ﷻ kepada mereka; segala puji bagi Allah, begitu juga karunianya. Kerena sesungguhnya sebelum Nabi ﷺ wafat, Allah telah menaklukkan baginya Mekah, Khaibar, Bahrain, dan semua kawasan Jazirah Arabia serta negeri Yaman seluruhnya.
Beliau ﷺ sempat memungut jizyah dari orang-orang Majusi Hajar dan juga dari para penduduk yang ada di pinggiran negeri Syam (yang berada di dekat negeri Arab). Berbagai macam hadiah berdatangan kepada beliau ﷺ dari Heraklius (Kaisar Romawi), penguasa negeri Mesir dan Iskandariah (yaitu raja Muqauqis), raja-raja negeri Amman (oman), dan Raja Negus (raja negeri Abesinia yang bertahta sesudah As-hamah rahimahullah). Kemudian setelah Rasulullah ﷺ wafat dan Allah telah memilihnya untuk menempati kemuliaan yang ada di sisi-Nya, maka urusannya dipegang oleh khalifah yang sesudahnya, yaitu Abu Bakar As-Siddiq. Maka dirapikannya kembali semua kesemrawutan sepeninggal Rasulullah ﷺ, dan seluruh Jazirah Arabia berhasil disatukan kembali. Lalu ia mengirimkan sejumlah pasukan kaum muslim ke negeri Persia di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid r.a. Akhirnya mereka berhasil menaklukkan sebagian dari negeri Persia, dan banyak korban yang berjatuhkan dari kalangan penduduknya. Ia mengirimkan pasukan lainnya di bawah pimpinan Abu Ubaidah r.a. dan para amir yang mengikutinya menuju ke negeri Syam. Pasukan yang ketiga dikirimkannyalah menuju ke negeri Mesir di bawah pimpinan Amr ibnul 'As.
Di masa pemerintahannya, pasukan yang dikirim ke negeri Syam berhasil menaklukkan Kota Busra, Dimasyq, dan daerah lainnya yang ada di belakangnya dari kawasan negeri Hauran dan negeri lainnya yang berdekatan. Kemudian Allah mewafatkan Khalifah Abu Bakar dan memilihnya untuk menduduki kehormatan di sisi-Nya. Allah memberikan karunia-Nya kepada kaum muslim dengan memberikan ilham kepada Abu Bakar sebelum wafatnya untuk memilih Umar Al-Faruq sebagai khalifah penggantinya.
Umar Al-Faruq memegang tampuk kekhalifahan sesudah Abu Bakar, lalu ia menjalankannya dengan sempurna sehingga belum pernah tercatat oleh sejarah tentang kecemerlangan yang semisal dengannya sesudah para nabi dalam hal kekuatan sirah dan kesempurnaan keadilannya. Dalam masa pemerintahannya telah berhasil ditaklukkan seluruh negeri Syam dan negeri Mesir serta sebagian besar dari kawasan Persia. Dia telah mematahkan Kisra (Raja Persi) dan mengalahkannya dengan kekalahan yang fatal yang memaksa Raja Persi mundur sampai ke bagian pedalaman negerinya.
Kaisar romawi terpukul mundur dan merebut negeri Syam dari tangan kekuasaannya, lalu terus maju sampai Konstantinopel, dan menginfakkan harta benda keduanya di jalan Allah, seperti yang telah diberitakan sebelumnya oleh Rasulullah ﷺ yang telah mendapat janji dari Allah ﷻ akan hal tersebut. Kemudian di masa kekuasaan dinasti Usmanyiah, kerajaan Islam makin meluas sampai kebelahan timur dan barat yang paling dalam. Di taklukkanlah negeri-negeri Magrib sampai ke bagian yang paling dalam yang ada di baliknya, seperti Andalusia dan Cyprus, juga kota Qairuwan dan Sabtah yang ada di tepi Laut Tengah, sedangkan di belahan timur penaklukkannya sampai ke bagian pedalaman negeri Cina.
Kisra terbunuh dan semua kerajaannya hancur sama sekali. Kota-kota negeri Irak, Khurrasan, dan Al-Ahwaz dapat ditaklukkan dan terjadilah pertempuran besar-besaran antara pasukan kaum muslim dengan bangsa Turki, dan Allah menaklukkan raja mereka yang besar (yaitu Khaqan). Kharraj dipungut dari belahan timur dan barat, lalu didatangkan ke hadapan Amirul Muminin Usman ibnu Affan r.a. Yang demikian itu dapat tercapai berkat kerajinannya dalam membaca Al-Qur'an, mempelajarinya, dan menghimpunkan umat serta menggerakkan mereka untuk menghafal Al-Qur'an. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah melipat bumi untukku sehingga aku dapat melihat belahan timur dan baratnya, dan kelak kerajaan umatku akan mencapai batas apa yang dilipatkan untukku itu.
Sekarang kita hidup mondar-mandir di dalam kawasan yang telah dijanjikan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya. Mahabenar Allah dan Rasul-Nya. Kami memohon kepada Allah agar dikaruniai iman kepada-Nya, kepada Rasul-Nya, dan berbuat untuk mensyukuri nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita sesuai dengan apa yang diridai oleh-Nya. ". ". Imam Muslim ibnul Hajjaj telah mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Jubir ibnu Samurah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Urusan manusia masih tetap berjalan lancar selagi mereka diperintah oleh dua belas orang laki-laki (pemimpin).
Kemudian Nabi ﷺ mengucapkan kata-kata yang tidak dapat kudengar dengan jelas, lalu aku bertanya kepada ayahku tentang apa yang dikatakan oleh Rasulullah ﷺ itu. Ayahku menjawab: Semuanya dari kalangan Quraisy. Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah, dari Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama. Di dalam riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Nabi ﷺ mengucapkan sabdanya itu di petang hari sesudah menghukum rajam Ma'iz ibnu Malik. Selain dari itu Nabi ﷺ mengemukakan hadis-hadis lainnya. Di dalam hadis ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa sudah dipastikan keberadaan dua belas orang Khalifah yang adil-adil. Tetapi mereka bukanlah para imam golongan Syi'ah yang dua belas orang itu, karena sesungguhnya kebanyakan dari mereka tidak mempunyai suatu peran penting pun.
Adapun mereka yang dua belas orang yang disebutkan dalam hadis ini seluruhnya berasal dari keturunan Quraisy. Mereka berkuasa dan berlaku adil. Berita gembira tentang kedatangan mereka itu telah disebutkan pula di dalam kitab-kitab terdahulu. Kemudian tidak disyaratkan keberadaan mereka berturut-turut di kalangan umat, bahkan keberadaan mereka ada yang berturut-turut dan ada yang terpisah-pisah. Di antara mereka yang keberadaannya berturut-turut yaitu sebanyak empat orang; mereka adalah Abu Bakar, Umar, Usman, kemudian Ali.
Selanjutnya sesudah mereka selang beberapa masa muncul pula sebagian dari mereka menurut apa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ Kemudian masih ada sebagian orang dari mereka yang masih menunggu waktu pemunculannya yang hanya diketahui oleh Allah ﷻ Di antara mereka adalah Al-Mahdi, yang namanya sesuai dengan nama Rasulullah ﷺ dan kunyah-nya sama dengan kunyah beliau ﷺ Dia akan memenuhi dunia ini dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi oleh kelaliman. Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadis Sa'id ibnu Jamhan, dari Safinah maula Rasulullah ﷺ, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kekhalifahan sesudahku berlangsung sampai tiga puluh tahun, kemudian muncullah raja yang diktator. Ar-Rabi' ibnu Anas telah meriwayatkan dari Abul Aliyah sehubungan dengan makna firman-Nya; Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. (An-Nur: 55), hingga akhir ayat.
Dahulu Nabi ﷺ dan para sahabatnya di Mekah tinggal selama dua puluh tahun, menyeru manusia kepada Allah semata dan menyembahNya semata, tiada sekutu bagi-Nya, yang hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Mereka dicekam oleh rasa takut dan tidak diperintah untuk berperang, hingga mereka diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah sebagai pendahuluannya. Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk berperang, dahulu mereka tinggal di Mekah dalam keadaan takut memegang senjata, tetapi setelah di Madinah mereka baru dapat memegang senjata.
Mereka dengan penuh kesabaran tinggal dalam keadaan seperti itu (berperang) selama masa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ Kemudian ada seorang lelaki dari kalangan sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita akan selalu dalam keadaan ketakutan selamanya seperti ini? Tidakkah akan datang suatu masa bagi kita yang di masa itu kita hidup dalam keadaan aman dan meletakkan senjata kita?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab: ". Kalian hanya memerlukan kesabaran sebentar lagi, karena akan datang masanya seseorang di antara kalian duduk bersila di antara sekumpulan orang yang banyak, tanpa ada senjata tajam pun (padanya). Allah menurunkan ayat ini dan menjadikan Nabi-Nya berkuasa atas seluruh Jazirah Arabia, para penduduknya beriman dan meletakkan senjata (menyerah kepadanya).
Kemudian Allah mewafatkan Nabi-Nya dan kaum muslim masih dalam keadaan aman seperti sebelumnya di masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman. Lalu terjadilah peristiwa yang menyebabkan mereka bercerai-berai, sehingga ketakutan kembali menimpa mereka dan mulailah mereka mengambil (mengangkat) para pengawal pribadi dan para penjaga. Mereka mengubah tatanan kebijakan dan akhirnya mereka berada dalam keadaan yang berbeda dengan masa sebelumnya.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar merupakan perkara yang hak yang termaktub di dalam Kitabullah, lalu ia membaca ayat ini. Al-Barra ibnu Azib mengatakan bahwa ayat ini diturunkan ketika kami (para sahabat) berada dalam ketakutan yang sangat. Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang mengatakan: Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Al-Anfal: 26) sampai dengan firman-Nya: agar kalian bersyukur. (Al-Anfal: 26) Adapun firman Allah ﷻ: sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. (An-Nur: 55), hingga akhir ayat.
Sama seperti apa yang difirmankan oleh Allah ﷻ mengenai perkataan Musa kepada kaumnya: Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan kalian khalifah di bumi-(Nya). (Al-A'raf: 129), hingga akhir Ayat. Dan firman-Nya: Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir). (Al-Qashash: 5), hingga akhir ayat berikutnya. Firman Allah ﷻ: dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka. (An-Nur: 55), hingga akhir ayat. Sama pula dengan sabda Rasulullah ﷺ kepada Addi ibnu Hatim ketika menjadi utusan kaumnya menghadap kepada beliau, ". ". "Tahukah kamu Hirah?" Addi ibnu Hatim menjawab, "Belum, tetapi saya pernah mendengarnya." Rasulullah ﷺ bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh Allah benar-benar akan menyempurnakan urusan (Islam) ini hingga wanita pengendara unta berangkat dari Hirah, lalu melakukan tawaf di Baitullah tanpa ada seorang lelaki pun yang menemaninya (keadaannya aman sekali).
Dan sungguh Allah akan membuka perbendaharaan Kisra ibnu Hurmuz. Aku bertanya, "Benarkah dia adalah Kisra ibnu Hurmuz?" Nabi ﷺ bersabda: Ya, Kisra ibnu Hurmuz. Dan sungguh harta benda akan dibelanjakan tanpa ada seorang pun yang mau menerimanya (karena semuanya sudah berkecukupan). Addi ibnu Hatim mengatakan, "Wanita pengendara unta ini berangkat dari Hirah, lalu melakukan tawaf di Baitullah tanpa ada seorang laki-lakipun yang mengawalnya, dan sesungguhnya aku termasuk orang yang menaklukkan perbendaharaan Kisra ibnu Hurmuz. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh akan ada peristiwa yang ketiga, karena Rasulullah ﷺ telah mengatakannya." Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Salamah, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Umat ini akan mendapat berita gembira memperoleh ketenaran, kedudukan yang tinggi, agama, kemenangan, dan kekuasaan yang mapan di muka bumi.
Maka barang siapa di antara mereka yang mengerjakan amal akhirat untuk dunia(nya), maka tiada bagian baginya kelak di akhirat. Firman Allah ﷻ: Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. (An-Nur: 55 "]. [] ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, bahwa Mu'az ibnu Jabal pernah menceritakan kepadanya, "Ketika kami sedang membonceng Nabi ﷺ di atas keledainya, tanpa ada jarak antara aku dan dia selain bagian belakang pelananya.
Nabi ﷺ bersabda, 'Hai Mu'az!' Aku menjawab, 'Labbaika, ya Rasulullah, kupenuhi seruanmu dengan penuh kebahagian.'Kemudian Rasulullah ﷺ melanjutkan perjalanannya sesaat, lalu bersabda, 'Hai Mu'az!' Aku menjawab,? 'Labbaika, ya Rasulullah, kupenuhi semanmu dengan penuh kebahagian.' Beliau ﷺ melanjutkan perjalanannya sesaat, lalu bersabda lagi, 'Hai Mu'az!' Aku menjawab, 'Labbaika, ya Rasulullah, kupenuhi seruanmu dengan penuh kebahagian.' Rasulullah ﷺ bersabda: 'Tahukah kamu, apakah hak Allah atas hamba-hamba-(Nya.)? Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.? Rasulullah ﷺ bersabda; 'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.' Kemudian Rasulullah ﷺ berjalan sesaat dan bersabda, 'Hai Mu'az!' Aku menjawab, Labbaika, ya Rasulullah, kupenuhi panggilanmu dengan penuh kebahagiaan.' Rasulullah ﷺ bersabda: 'Tahukah kamu, apakah hak hamba-hamba Allah atas Allah bila mereka mengerjakan hal tersebut?' Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah ﷺ bersabda, 'Sesungguhnya hak hamba-hamba atas Allah ﷻ ialah Dia tidak mengazab mereka'. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing melalui hadis Qatadah. Firman Allah ﷻ: Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nur: 55) Yakni barang siapa yang keluar dari ketaatan terhadap-Ku sesudah itu, maka sesungguhnya dia telah keluar dari perintah Tuhannya, dan itu sudah cukup merupakan dosa yang besar baginya.
Para sahabat radiyallahu anhum adalah orang yang paling menegakkan perintah-perintah Allah dan paling taat kepada-Nya sesudah Nabi ﷺ Maka pertolongan Allah kepada mereka sesuai dengan keikhlasan mereka. Mereka berhasil memenangkan kalimah Allah di belahan timur dan barat, dan Allah mendukung mereka dengan dukungan yang besar serta menjadikan mereka berkuasa atas semua hamba Allah dan semua negeri. Akan tetapi, setelah kaum muslim sesudah generasi mereka melalaikan sebagian dari perintah-perintah Allah, maka kemenangan mereka berkurang sesuai dengan keikhlasan mereka.
Akan tetapi, telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui berbagai jalur dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau ﷺ pernah bersabda: Masih tetap akan ada segolongan umatku yang memperjuangkan perkara hak, tiada membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka dan tiada pula orang-orang yang menentang mereka sampai hari kiamat. Menurut riwayat yang lain disebutkan: sampai datang perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka tetap dalam keadaan seperti itu (memperjuangkan perkara hak). Di dalam riwayat lainnya disebutkan: sampai mereka memerangi Dajjal. Di dalam riwayat lainnya lagi disebutkan: sampai Isa putra Maryam turun, sedangkan mereka masih tetap berjuang. Semua riwayat ini berpredikat sahih, tiada pertentangan di antaranya."
Allah menjanjikan hidayah bagi mereka yang taat kepada-Nya dan Rasul-Nya. Melalui ayat ini Allah menegaskan janji lainnya bagi yang beriman dan beramal salih. Allah telah menjanjikan secara pasti kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang membuktikan ke-imanannya dengan mengerjakan kebajikan, yaitu semua aktivitas yang bermanfaat sesuai tuntunan agama, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi seperti kuasa raja atas kerajaannya, seba-gaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah keadaan mereka setelah berada dalam ketakutan yang mencekam menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, baik secara nyata atau tersembunyi. Tetapi, barang siapa tetap kafir setelah janji yang pasti itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik dan keluar dari koridor agama.
Melalui ayat ini Allah menetapkan dua syarat bagi orang-orang yang ingin memperoleh kekuasaan dan rasa aman, yaitu beriman dengan benar dan berbuat kebajikan. Bila kedua syarat itu terpenuhi dalam suatu masyarakat, pasti janji Allah itu akan menjadi nyata. 56. Melanjutkan perintah Allah kepada orang-orang mukmin untuk menaati Allah dan Rasul-Nya, Allah berfirman, 'Dan laksanakanlah salat dengan khusyuk, berkesinambungan, dan memenuhi semua rukun, syarat, dan sunnahnya; tunaikanlah zakat secara sempurna sesuai tuntunan agama, dan taatlah kepada Rasul agar kamu diberi rahmat.
Rabi` bin Anas pernah berkata mengenai ayat ini, "Nabi Muhammad ﷺ berada di Mekah selama sepuluh tahun menyeru orang-orang kafir Mekah kepada agama tauhid, menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya sedang orang-orang yang beriman selalu berada dalam ketakutan dan kekhawatiran. Mereka belum diperintah untuk berperang. Kemudian mereka diperintah hijrah ke Medinah. Setelah perintah itu dilaksanakan turunlah perintah untuk berperang. Mereka selalu dalam ketakutan dan kekuatiran, tetap menyandang senjata pagi dan petang, dan mereka tetap tabah dan sabar. Kemudian datanglah seorang sahabat menemui Nabi dan berkata, "Ya Rasulullah apakah untuk selama-lamanya kita harus berada dalam kekhawatiran dan kewaspadaan ini? Kapanlah akan datang waktunya kita dapat merasa aman dan bebas dari memanggul senjata?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab, "Kamu tidak akan lama menunggu keadaan itu. Tidak lama lagi akan tiba waktunya di mana seseorang dapat duduk di suatu pertemuan besar yang tidak ada sepucuk senjata pun terdapat dalam pertemuan itu. Lalu turunlah ayat ini.
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. Akan menjadikan agama mereka agama yang kokoh dan kuat, dan akan memberikan kepada mereka nikmat keamanan dan kesejahteraan. Itulah janji Allah dan janji itu adalah janji yang pasti terlaksana karena mustahil Allah memungkiri janji-Nya selama mereka berpegang teguh kepada perintah dan ajaran-Nya. Memang janji itu telah terlaksana dengan kemenangan beruntun yang dicapai kaum Muslimin di masa Nabi ﷺ dan di masa Khulafa`urrasyidin dan sesudahnya. Di masa Nabi Muhammad, kaum Muslimin telah dapat menaklukkan kota Mekah, Khaibar, Bahrain dan seluruh Jazirah Arab.
Sesudah Nabi ﷺ wafat dan pemerintahan dikendalikan oleh para sahabat (Khulafaurrasyidin) mereka selalu mengikuti jejak Rasulullah ﷺ dalam segala urusan. Dengan demikian kekuasaan mereka meluas baik ke timur, ke barat, ke utara, maupun ke selatan, maka tersebarlah agama Islam dengan pesatnya sehingga dianut oleh penduduk negeri-negeri yang berhasil dikuasai tanpa paksaan dan ancaman. Mereka benar-benar menikmati keamanan dan kesejahteraan. Pemerintahan Islam benar-benar telah menjadi kuat, disegani oleh kawan dan lawan.
Allah telah mengingatkan kaum Muslimin yang telah sukses mencapai kemenangan, keamanan dan kesejahteraan itu dengan firman-Nya:
Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur. (al-Anfal/8: 26)
Demikianlah kaum Muslimin menjadi kuat dan disegani, menikmati keamanan dan kesejahteraan pada masa Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, sampai timbul pertentangan yang hebat antara kaum Muslimin pada masa pemerintahan Ali bin Abi thalib sehingga terjadi perang saudara antara sesama mereka padahal perang sesama Muslim itu sangat bertentangan dengan firman Allah:
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ali 'Imran/3: 103)
Dan firman-Nya:
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat. (Ali 'Imran/3: 105)
Semenjak itu terjadilah pasang surut dalam pemerintahan Islam. Pada satu waktu mereka jaya dan mulia dan pada waktu yang lain mereka lemah tak berdaya bahkan menjadi mangsa bagi kaum yang lain sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka dalam mempraktekkan ajaran Islam, menaati perintah Allah dan Rasul-Nya, menegakkan keadilan dan kebenaran serta menjaga kesatuan umat agar jangan terpecah belah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Janji Ilahi Dan Pengharapan
Ayat 55 ini adalah inti tujuan perjuangan hidup. Dan Inilah janji dan pengharapan, yang telah dikemukankan Tuhan bagi setiap Mu'min dalanv perjuangan menegakkan kebenaran dan keyakinan di permukaan bumi ini.
Dan pokok pendirian mesti dipegang teguh dan sekali-kali jangan dilepaskan, baik keduanya atau salah satu di antara keduanya. Pertama ialah iman, atau kepercayaan. Kedua amal shalih, perbuatan baik, bukti dan bakti.
Kalau iman tidak ada haluan pekerjaan tidaklah tentu arahnya entah berakibat baik ataukah berakibat buruk. Iman sebagai telah berkali-kali diterangkan adalah pelita yang memberi cahaya dalam hati, menyinar cahaya itu keluar dan dapatlah petunjuk, sehingga nyatalah apa yang akan dikerjakan. Oleh sebab itu iman dengan sendirinya menimbulkan amal yang shalih.
Banyak pula amalan yang shalih dikerjakan, tetapi jika tidak timbul daripada iman, bercampur-aduklah di antara yang hak dengan yang batil. Tetapi kalau keduanya telah berpadu satu, amat shalih timbul dari iman dan iman menimbulkan amal, terdapatlah kekuatan peribadi, baik orang seorang ataupun pada masyarakat Mu'min itu. Maka kepada orang-orang seperti ini, atau masyarakat seperti Inilah Tuhan menjanjikan bahwa mereka akan diberi warIsan kekuasaan di permukaan bumi ini. Kendali bumi ini akan diserahkan ke tangan mereka, sebagaimana dahulu pun warIsan yang demikian telah pernah pula diberikan kepada umat yang terdahulu dari mereka.
Dengan sendirinya, apabila kekuatan iman amal shalih itu telah padu satu dan telah menimbulkan hasil nyata dalam masyarakat, maka agama yang dipeluk pun menjadi kokoh dan teguh, berurat ke bumi, bercabang ke langit, tidak dapat diusik dan diganggu orang lagi. Sebab dialah agama yang diridhai Allah.
Kalau sekiranya selama ini dada rasa berdebar, cemas ditimpa oleh takut, rasa-rasa akan ditimpa oleh bahaya juga, rasa-rasa agama ini akan diancam orang juga, sehingga keamanan dalam hati tak pernah ada, namun apabila janji warIsan itu telah dikabulkan Tuhan, rasa ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya dan keamanan tercapai, sebagai ganti dari ketakutan.
Ayat Inilah sumber inspirasi buat bangkit.
Maka untuk menguatkan peribadi menghadapi segala kesulitan dan penderitaan mencapai tujuan itu, hendaklah selalu jiwa dikuatkan, sehingga tahan kena badai dan iman serta amal shalih itu tidak luntur. Cara memperkuat jiwa itu dijelaskan pada ayat 56:
“Dirikanlah sembahyang dan keluarkanlah zakat dan taatlah, turutilah Rasul Utusan Allah itu. Moga-moga dengan jalan demikian kamu akan di-Uimpahi rahmat."
Dengan sembahyang, iman tadi diperkuat. Dengan sembahyang, perasaan yang halus dan cinta yang kudus, kepada Ilahi dijadikan imbangan bagi akal yang selalu menerawang. Sembahyang memperkuat peribadi, sembahyang menjadi waktu iatirahal untuk mencari kekuatan yang baru. Dengan sembahyang, petunjuk pun datang. Sehingga yang gelap terang kembali, karena pelita telah ada dalam hati.
Apatah lagi dengan sembahyang berjamaah, maka masyarakat selalu rapat. Sebab di ayat yang lain (Surat asy-Sura, ayat 38) dijelaskan benar bagaimana hubungan sembahyang itu dengan kemasyarakatan, dengan musyawarah mengurus urusan-urusan bersama.
“Dan orang-orang yang memperkenankan panggilan Tuhannya, bagi mendirikan sembahyang, dan segala urusan mereka, mereka musyawaratkan di antara mereka, dan rezeki yang Kami berikan mereka nafkahkan pula “
Sembahyang bukan tempat lari, melainkan untuk mencari kekuatan menghadapi tugas, peneguh iman dan memperkuat hubungan (Human Relation).
Sesudah mengerjakan sembahyang hendaklah diiringi dengan membayar zakat.
Kalau dengan sembahyang memperteguhkan iman, maka zakat adalah untuk memperteguh amal shalih. Zakat bukanlah semata-mata suatu amal sukarela, tetapi suatu kewajiban keagamaan, yang tidak sah keIslaman kalau tidak dengan dia, yakni apabila harta yang dizakatkan itu telah cukup ntshab (bilangan) dan sampai tahunnya. Dengan sebab zakat, seorang Muslim menjadi orang masyarakat, bukan semata-mata beramal untuk diri sendiri. Dengan zakat yang kaya membela yang miakin. Dengan zakat penyakit bakhil dapat diubah dari diri sendiri. Kebakhilan adalah penghalang besar bagi menegakkan suatu cita-cita.
Kemudian itu hendaklah taat kepada pimpinan Rasul. Sebagaimana dalam ketentaraan, hendaklah taat kepada pimpinan tertinggi, hendaklah tunduk kepada satu komandan, demikianlah juga beramal dalam Islam militan sifatnya. Sembahyang lima waktu sehari semalam dengan berjamaah dan bershaf, adalah bibit pertama dari disiplin. Sembahyang berjamaah mempunyai imam. Seorang Mu'min tidak boleh takbir sebelum takbir imam, tidak boleh sujud sebelum sujud imam, dan tidak boleh mengangkat kepala dahulu dari imam. Dan kemudian dari itu, sehabis sembahyang hendaklah setiap orang berusaha mencari kehidupan dan yang mampu memberikan pembagian hasil pencariannya itu untuk yang lemah dan melarat.
Sebagian pula daripada hasil hartabenda zakat itu hendaklah digunakan untuk memerdekakan budak dan sebagian lagi untuk Sabilillah, baik untuk Sabilillah berperang, atau untuk Sabilillah Da'wah. Dan segala tindak-tanduk hidup hendaklah diaelaraskan dengan tuntunan yang diberikan oleh Rasulullah, Utusan Allah. Jangan mempunyai atau membuat peratarun sendiri, yang berlainan dengan tuntunan Rasul. Jangan hendak lebih cerdik dari Rasul.
Teknik bIsa berubah dari suatu zaman ke lain zaman, Islam pun mengakui pengaruh ruang dan waktu, (Tathbiqui umuri biz zamani wal makani), dan Rasulullah pun menyuruh kita mempergunakan akal dan ijtihad buat menempuh segala kesulitan, karena seorang pejuang harus mengerti perubahan cuaca dan medan pertempuran, tetapi pokok ajaran Rasul yaitu bahwa kedatangan beliau adalah membawa rahmat bagi seluruh alam, tidaklah boleh berubah selama-lamanya.
Di ayat 56 itu sudah jelas, cita-cita untuk menyambut warIsan, melaksanakan kehendak Ilahi di atas dunia ini, yang timbul dari iman dan amal shalih hendaklah beredar atas sumbu keperibadian yang diperteguh dengan sembahyang, zakat dan taat menurut Rasul. Kalau ini ditegakkan maka rahmat yang dicita-citakan itu pasti tercapai.
Rahmat apakah itu?
Rasa dendam hilang, karena semua orang berlomba mengerjakan ke-baikan. Rasa berici tidak berpengaruh, sebab yang kaya mencintai yang miakin dan yang kuat menuntun tangan yang lemah supaya dia terangkat naik, bukan menindasnya. Setiap orang merasai terjamin hak kemerdekaan dan kebebasannya, sebab kemerdekaan itu timbul dari dalam jiwanya sendiri.
Tidak Ada Tempatnya Takut Melainkan Allah
“Akan datang zaman itu, seorang perempuan berjalan kaki sendirian dari Hirak (dekat Iraq) menuju Makkah, tidak ada tempatnya takut melainkan Allah." (Hadist)
Kemudian pada ayat 57 diobatlah keraguan hati orang yang beriman, jika dia terpesona oleh kekuasaan, kemegahan dan keangkuhan orang yang kafir di atas bumi ini. Betapa pun gagah perkasanya orang yang kafir itu, namun mereka tidaklah dapat menguasai seluruh persoalan karena kekafiran itu tidaklah akan terluput daripada azhab siksa di atas bumi ini juga. .Tangannya yang mencencang, maka bahunya jua yang akan memikul. Hukum itu berlaku buat semua orang, karena kebenaran itu terang dan lurus jalannya, sedang kebatilan itu gelap dan berigkok-berigkok. Akal yang sihal dari ftkiran yang benar dapatlah merasai adanya Hukum Keadilan, yaitu yang bungkuk dimakan sarung, yang curang masuk jurang.
Makna kafir ialah menampik dan menolak, tidak mau menerima kebenaran, ingkar akan ajakan menuju jalan yang lurus.
Oleh sebab itu janganlah ayat ini dipandangkan semata-mata kepada orang “Kafir Kitabi". Sebab ada juga umat Islam sendiri, menerima pusaka agama dari ayah-bundanya, tetapi hukum agama yang dituntunkan oleh Rasul itu diadakannya “saringan". Maka yang sesuai dengan hawanafsunya diikutnya dan mana yang tidak atau yang berat ditinggalkannya.
Untuk memahami ayat ini perhatikanlah sejarah umat beragama sejak Wahyu diturunkan Tuhan.
Seluruh Anbiya' dan Mursalin membawa satu pokok perintah, yaitu mempercayai satu Tuhan dan mencintai sesama manusia. Datang umat Yahudi dengan bangga mengatakan bahwa merekalah “Bangsa yang dipilih Allah" dan iatimewa di atas dunia ini. Lalu mengumpul harta sebanyak-banyaknya, hingga tak tahu halal dan haram. Bunyi Kitab Taurat dipegang teguhnya, isi dan intIsarinya tidak diperdulikannya. Maka datang Nabi Isa menyadarkan mereka kembali, supaya kembali ke pokok ajaran yang asli tadi. Beliau katakan bahwa mengumpulkan harta tidaklah akan masuk ke dalam syurga, sebelum orang dapat memasukkan unta ke dalam liang jarum.
Kemudian Nabi Isa pun wafat. Maka datang pula umat di belakangnya yang karena sangat cintanya kepada Nabi Isa, dikatakannya bahwa Nabi Isa itu anak Tuhan, dan Tuhan itu adalah tiga, tetapi ialah satu. Dan pendeta-pendeta mempergunakan pengaruhnya yang besar, sehingga dia merasa berkuasa buat mengusir kucil orang dari dalam agama atau mengampuni dosa orang.
Maka datanglah Nabi Muhammad memberi peringatan supaya orang benar-benar mempergunakan akai. Tuhan Tiga-Satu, Satu-Tiga, adalah
kepercayaan yang tidak masuk akal. Dan Isa Almaslh sendiri pun tidak diauruh mengajarkan demikian. Dan pendeta-pendeta itu bukanlah Tuhan.
Sekarang dalam kalangan umat Muhammad sendiri pun tidak kurang terdapat penyakit yang terdapat pada umat yang terdahulu itu. Ada yang berkata bahwa umat yang paling tinggi di dunia ini hanyalah umat Islam, meskipun mereka tidak mengamalkan ajaran Islam dan tidak pernah menuruti langkah Rasul. Dan ada pula kaum Shufi yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu adalah penjelma Tuhan (Ibraza Haqiqatihil Muhammadiyah), malahan marah kalau ditegur kepercayaannya yang sesat itu. Bahkan ada pula ulama-ulama Islam yang berkata kepada muridnya, asal suka membayar azimat (jimat) yang diberikannya, niscaya akan terlepas daripada azhab api neraka.
“Akan kamu ikuti jejak umat yang terdahulu daripada kamu, jejak terompah di atas jejak terompah."