Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَوۡلَا
dan kalau tidak
فَضۡلُ
karunia
ٱللَّهِ
Allah
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
وَرَحۡمَتُهُۥ
dan rahmat-Nya
فِي
di
ٱلدُّنۡيَا
dunia
وَٱلۡأٓخِرَةِ
dan di akhirat
لَمَسَّكُمۡ
niscaya menimpa kamu
فِي
di dalam/karena
مَآ
apa
أَفَضۡتُمۡ
pembicaraanmu
فِيهِ
padanya/tentang itu
عَذَابٌ
azab
عَظِيمٌ
yang besar
وَلَوۡلَا
dan kalau tidak
فَضۡلُ
karunia
ٱللَّهِ
Allah
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
وَرَحۡمَتُهُۥ
dan rahmat-Nya
فِي
di
ٱلدُّنۡيَا
dunia
وَٱلۡأٓخِرَةِ
dan di akhirat
لَمَسَّكُمۡ
niscaya menimpa kamu
فِي
di dalam/karena
مَآ
apa
أَفَضۡتُمۡ
pembicaraanmu
فِيهِ
padanya/tentang itu
عَذَابٌ
azab
عَظِيمٌ
yang besar
Terjemahan
Seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang sangat berat disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang (berita bohong) itu.
Tafsir
(Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua di dunia dan di akhirat, niscaya kalian ditimpa, karena pembicaraan kalian) hai golongan yang menuduh (tentang berita bohong itu, azab yang besar) di akhirat kelak.
Tafsir Surat An-Nur: 14-15
Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua di dunia dan di akhirat, niscaya kalian ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kalian tentang berita bohong itu. (Ingatlah) di waktu kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kalian katakan dengan mulut kalian apa yang tidak kalian ketahui sedikit juga, dan kalian menganggapnyh suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
Firman Allah ﷻ: Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua di dunia dan di akhirat. (An-Nur: 14) Hai orang-orang yang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah, yang karena itu tobat kalian dan permohonan ampun kalian kepada-Nya diterima di dunia ini dan Dia memaaf kalian berkat iman kalian bila kalian telah berada di kampung akhirat nanti. niscaya kalian ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kalian tentang berita bohong itu. (An-Nur: 14) Hal ini berkenaan dengan orang yang memiliki iman.
Berkat keimanannya itu Allah menerima tobatnya, seperti Mistah, Hassan ibnu Sabit, dan Hamnah binti Jahsy (saudara perempuan Zainab binti Jahsy). Adapun orang-orang yang mempergunjingkan berita ini dari kalangan orang-orang munafik, seperti Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul dan teman-temannya; maka mereka bukanlah termasuk orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat ini karena mereka tidak memiliki iman dan amal saleh yang dapat mengimbangi kesalahan mereka dan tidak pula sesuatu yang dapat menghapusnya.
Demikianlah perihal nas yang menyangkut ancaman (larangan) melakukan perbuatan tertentu, ia bersifat mutlak dan bersyarat. Konsekuensinya ialah tobat pelakunya tidak diterima, atau tobatnya diterima bila ia mempunyai amal saleh yang seimbang dengannya atau lebih berat daripada kesalahannya. Firman Allah ﷻ: (Ingatlah) di waktu kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut. (An-Nur: 15) Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sebagian kalian membicarakannya dari sebagian yang lain, seseorang mengatakan bahwa berita itu ia terima dari si Fulan, kemudian si pendengar menceritakannya lagi kepada orang lain hingga seterusnya, sampai berita itu menyebar.
Sebagai ulama membaca ayat ini dengan bacaan berikut, yaitu: "Tulqunahu." Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui Aisyah bahwa ia membaca ayat ini dengan bacaan tersebut. Ia mengatakan pula bahwa tilqunahu berasal dari walaqa yang artinya membuat-buat perkataan dusta dan pelakunya tetap berpegang kepada kedustaannya itu. Orang-orang Arab mengatakan, "Walaqa Fulanun fis sairi" artinya ia meneruskan perjalanannya.
Akan tetapi, qiraat yang pertama lebih terkenal dan dianut oleh jumhur ulama. Qiraat yang kedua diriwayatkan melalui Ummul Muminin Siti Aisyah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Aisyah, bahwa ia membacanya dengan bacaan iz tulqilnahu, berasal dari walaqa.
Ibnu Abu Mulaikah mengatakan bahwa Siti Aisyah lebih mengetahui hal ini daripada yang lainnya. Firman Allah ﷻ: dan kalian katakan dengan mulut kalian apa yang tidak kalian ketahui. (An-Nur: 15) Yakni kalian mengatakan apa yang tidak kalian ketahui. Kemudian Allah ﷻ berfirman dalam ayat selanjutnya: dan kalian menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (An-Nur: 15) Yaitu kalian mengatakan apa yang telah kalian katakan itu tentang Ummul Muminin, sedangkan kalian menganggapnya sebagai sesuatu hal yang ringan dan tidak berarti.
Seandainya yang dijadikan bahan pergunjingan kalian itu bukan istri Nabi ﷺ, maka hal tersebut tetap bukanlah merupakan hal yang ringan, terlebih lagi subyeknya adalah istri Nabi. Maka alangkah besar dosanya di sisi Allah bila ada sesuatu hal yang menyangkut diri istri Nabi dan Rasul-Nya dijadikan bahan pergunjingan. Karena sesungguhnya Allah ﷻ cemburu dengan terjadinya hal tersebut, sangat jauh dari kemungkinan bila ada istri seorang nabi yang melakukan hal tersebut. Mengingat hal tersebut, terlebih lagi yang dijadikan pergunjingan itu adalah penghulu istri-istri para nabi, yaitu istri penghulu anak Adam semuanya, baik di dunia maupun di akhirat.
Karena itulah Allah ﷻ menyebutkan dalam firman-Nya: dan kalian menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (An-Nur: 15) Di dalam kitab Sahihain disebutkan hadis berikut: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang dimurkai oleh Allah tanpa disadarinya yang menyebabkan dirinya tercampakkan ke neraka lebih dalam daripada jarak antara bumi dan langit. Menurut riwayat yang lain disebutkan: sedangkan dia tidak menyadarinya."
Dan seandainya bukan karena karunia Allah sehingga Dia tidak menyegerakan siksa-Nya, dan seandainya pula tidak ada rahmat-Nya yang berlimpah kepadamu di dunia dengan menerima tobat kamu, dan di akhirat dengan mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya, niscaya kamu ditimpa azab yang besar disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal bohong itu. 15. Kelompok ayat ini menggambarkan situasi ketika kabar bohong itu tersebar. Ingatlah ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu sendiri, bukan dengan isyarat, apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun duduk persoalannya, dan kamu menganggapnya sesuatu yang remeh dan tidak penting, padahal dalam pandangan Allah berita bohong itu adalah soal besar dan perbuatan yang sangat buruk.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa andaikata bukan karena karunia di dunia ini kepada para penyebar berita bohong itu dengan banyaknya nikmat yang telah diberikan kepada mereka antara lain diberinya kesempatan bertobat, dan rahmat-Nya di akhirat dengan dimaafkan mereka dari perbuatan dosa dan maksiat mereka sesudah tobat maka akan ditimpakan dengan segera oleh Allah azab kepada mereka di dunia atas perbuatannya menyebarkan fitnahan dan berita bohong.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
“Hendaklah berbaik sangka terhadap sesama Islam."
Ayat 13
“Mengapa dalam hal ini mereka tidak mengemukakan empat orang saksi? Kalau mereka tidak mengemukakan saksi-saksi itu maka di sisi Allah adalah mereka pembohong belaka." (ayat 13).
Di sini nampaklah bahwa tidak boleh murah-murah menjatuhkan tuduhan. Tuduhan yang tidak beralasan hanyalah membawa kekacauan dan fitnah. Mu'min sejati tidaklah sudi menjadi tukang fitnah.
Di sisi Allah adalah mereka pembohong belaka. Tetapi di sisi'si munafik, bohong itulah yang mereka benarkan dan yang benar, itulah yang mereka bohongkan. Sekarang engkau hendak menuruti pendirian Allah atau menuruti pendirian orang-orang munafik?
Ayat 14
“Dan kalau tidaklah anugerah Tuhan dan rahmatNya kepada kamu di dunia dan di akhirat niscaya azhab siksa besarlah yang akan ditimpakan Tuhan kepadamu karena penyebaran berita bohong itu." (ayat 14).
Dapatlah dirasakan sendiri di dalam zaman moden ini apa intIsari ayat ini. Dalam satu masyarakat yang teratur, keamanan dan ketenteraman umum wajib dijaga. Dan di samping itu kehormatan Kepala Negara wajib pula dipelihara dan dibela. Adalah suatu dosa besar, suatu perbuatan yang amat merusak apabila maruah Rasulullah, Nabi dan Rasul, Pahlawan dan Pemimpin, pemberituk Agama dan masyarakat Agama, diganggu ketenteramannya dengan membuat tiiduhan demikian rendah terhadap kepada isterinya. Adalah suatu perbuatan yang sangat rendah dan mengacau ketenteraman umum jika kehormatan diri seorang pejuang besar, Abu Bakar, dijadikan permainan mulut dengan mem-perkatakan buruk bagi anak perempuannya yang'dengan penuh rasa cinta dan hormat telah diserahkannya menjadi isteri Rasulullah. Adalah suatu dosa besar menuduh buruk kepada perempuan suci, dan lebih besar lagi dosa itu jika dihartapkan kepada isteri Nabi dan anak pejuang besar Islam. Tetapi kurnia Tuhan masih ada, rahmatNya masih meliputi alam, sebab itu baru pengalaman
pertama. Dan dengan Wahyu-wahyu yang demikian keras, dapatlah menjadi pengajaran buat seterusnya.
Bagi kita di zaman moden hal ini pun menjadi perbandingan pula. Kita menegakkan demokrasi, kebebasan menyatakan perasaan dan fikiran. Tetapi demokrasi yang menjama'n keselamatan dunia adalah demokrasi yang timbul dari budi luhur. Hasad, dengki, berici dan dendam yang ada dalam batin yang kotor, bIsa juga memakai alasan “demokrasi" untuk melepaskan hawanafsu bericinya menyinggung kehormatan seseorang. Maka penguasa pun berhak membungkem demokrasi yang diartikan dengan salah itu.
Ayat 15
“Seketika kamu sambut berita itu dengan lidahmu, dan kamu katakan dengan mulutmu, perkara pang seberiampa tidak kamu ketahui duduknpa. dan kamu sangka bahwa itu perkara kecil, padahal di sisi Allah dia perkara besar. “ * (ayat 15).
Ayat ini mengandung bahan yang amat kaya untuk mengetahui apa yang dinamai “Ilmu Jiwa Masyarakat" atau “Mass Psychologies Tukang propokasi menyebarkan khabar-khabar bohong, di zaman perang dahulu dinamai “Radio Dengkul". Tidak tentu dari mana pangkalnya dan apa ujungnya. DIsambut dengan lidah saja, sambut-menyambut, lidah ke lidah, dan diberi nafas buat “menceknya" kata orang sekarang. Kadang-kadang timbullah kebingungan dan panik. Orang-orang yang hendak dirugikan dengan menyebarkan berita itu kadang-kadang tidak diberi kesempatan berfikir, sehingga dia sendiri pun kadang-kadang jadi ragu akan kebenaran pendiriannya. Orang-orang yang lemah jiwa, yang hidupnya tidak mempunyai pegangan mudah terjebak kepada propokasi yang demikian. Tetapi orang-orang yang masih sadar, karena teguh persandarannya kepada Tuhan, hanya seberitar dapat dibingungkan oleh berita itu. Di sini nampaklah kebesaran peribadi Aiayah. Dia yakin bahwa dia tidak salah. Demi seketika ayat turun membersihkannya dari tuduhan yang niata itu, ibunya menyuruhnya berdiri untuk mengucapkan terimakasih kepada Nabi, namun dia tidak berkocak. Dia berkata dengan tegas: “Tidak, anakanda tidak hendak berdiri mengucapkan terimakasih kepada Rasulullah, tetapi anakanda hendak menyampaikan puji-puja langsung kepada Allah, sebab Allahlah yang membersihkan anakanda dari tuduhan."
Memanglah dia berhak mendapat julukan “Ummul Mu'minin's ibu dari sekalian orang yang percaya.
Adapun si lemah yang tidak berpendirian, bIsalah diombang-ambingkan oleh berita itu. menjadi keinginan yang amat buruk, bila bertemu satu sama lain, mempercakapkan keburukan orang lain. Karena tabiat (instink) ingin tahu pada manusia, ingin pula mengemukakan berita ganjil, sehingga menjadi “rahasia umum". DIsangka perkara mudah, padahal perkara besar.
Ayat 16
Sesudah itu maka di ayat berikut (ayat 16) sekait lagi Tuhan memberikan pedoman hidup bagi orang beriman.
Ayat 16
*Mengapa ketika kamu menerima berita itu tidak kamu katakan saja: “Tiada sepatutnpa bagi kami akan turut memperkatakan hal itu. Amat Suci Engkau Tuhan, ini adalah suatu kebohongan besar “ (ayat 16).
lidak sepatutnya bagi kami, artinya bagi orang yang beriman terbawa rendang ke dalam kancah kerendahan budi. Hidup Muslimin mempunyai pegangan teguh, mempunyai apa yang di zaman moden disebut “kode" dan “etik".
• Orang yang beriman, lidahnya berbicara dengan penuh tanggungjawab. Dia mempunyai kepercayaan bahwa pendengaran, penglihatan dan hati sanubari, semuanya akan bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Semua perbuatan dan perkataannya tercatat oleh kedua Malaikat, Raqib dan ‘Atid.
Memang berat menegakkan budi dalam dunia ini dan berat behari menjadi orang Islam. Pagar budi, membatasi kita jangan berlaku curang dalam hidup. Jika si munafik, tidak ada yang mengontrolnya buat membikin hasutan dan fitnahan, namun kita dijaga dan dipelihara oleh ayat-ayat Tuhan agar jangan berbuat begitu.
Abraham Lincoln,-meninggalkan pesan kata hikmat yang dalam: “Suatu kedustaan bIsa laku dalam satu masa untuk satu golongan. Tetapi satu kebohongan tidak bIsa laku untuk segala masa dan untuk segala golongan."
Kemudian itu Tuhan bersabda:
Ayat 17
“Tuhan memberi pengajaran bagi kamu, supaya jangan mengulangi lagi perbuatan seperti itu buat selama selamanya. Kaldu betul kamu mengakui beriman." (ayat 17).
Cukuplah hal yang sekali ini buat menjadi pengalaman bagi kamu. Janganlah terulang lagi yang kedua kali dan yang seterusnya. Karena perbuatan begini tidak mungkin timbul dari orang yang beriman, kalau tidak karena bodoh dan tololnya. Orang yang beriman tidaklah akan telap oleh propokasi. Penyiar khabar niata tidak mungkin orang yang beriman. Penyiar khabar dusta sudah pasti orang yang munafik atau busuk hati, karena maksud yang tertentu, dan yang sanggup menerimanya hanyalah orang yang goyang imannya. Kamu senantiasa wajib waspada, karena kesatuan imanmu tidak mungkin dirusakkan dari luar, tetapi hendak diruntuhkan dari dalam. Kaum munafikin tidak senang hati melihat gemilang jaya Nabi Muhammad dengan perjuangannya. Segala persekongkolan hendak menentang Nabi telah mereka coba. Semuanya gagal. Jalan satu-satunya buat melepaskan sakit hati ialah mengganggu perasaannya, menuduh isterinya berbuat serong. Sekarang ayat-ayat ini adalah Kurnia ilahi dan RahmatNya, cara kasanya ialah bahwa “Tuhan turun tangan" membersihkan nama Aiayah.'
Lalu Tuhan bersabda selanjutnya:
Ayat 18
“Dan telah dijelaskan oleh Tuhan ayat-ayatNya kepada kamu! Dan Tuhan Allah adalah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana." (ayat 18).
Tersimpullah sudah apa yang telah dIsabdakan Tuhan di permulaan Wahyu, bahwa hal ini meskipun ditimbulkan “musuh dalam selimut" dengan maksud buruk, akibatnya adalah baik. Nama Aiayah bersih, suci gemilang, yang bahkan Aiayah sendiri pun tadiriya tidak menyangka akan mendapat ke-
normatan dari Tuhan sebesar itu, sampai dia berkata yang artinya: “Belumlah tarafnya hamba mendapat kehormatan setinggi itu."
Dan seterusnya pun Aiayah menjadi peribadi yang besar, sehingga di atas haribaannyalah beberapa tahun di belakang itu. Rasulullah s.a.w. menghembuskan nafasnya yang penghabIsan, meninggalkan dunia yang fana ini. Di dalam bilik kediamannyalah Nabi dan kedua sahabat pembelanya, Abu Bakar dan Umar dikuburkan. Dan sebelum Umar dikuburkan di bilik itu Aiayah yang masih tetap pberdiam di dekat kubur suami dan ayahnya kerapkali dengan kutang sehelai saja di dalamnya, karena tidak ada orang lain. Tetapi setelah Umar bin Khalhab luka ditikam orang, dan merasa dirinya akan mati, mengirim puteranya Abdullah bin Umar, kepada Aiayah memohon diizinkan berkubur di dekat kedua sahabatnya, di unjuran saja pun jadi. Sampai beliau berpesan kepada Abdullah bin Umar: “Jika Aiayah izinkan, senanglah hatiku berkubur di sana, di dekat kedua orang kekasihku. Tetapi jika dia tidak berkenan, hantarkan aku ke Padang Baqi'."
Aiayah memberi izin.
Dan setelah Umar berkubur di sana, sampai Aiayah meninggal pula 65 tahun kemudian, diriiridirignya baik-baik di antara pusara itu dengan bangku tidunya, dan jika dia masuk ke pusara itu, dipakainya pakaian yang lengkap, ditutupnya rambutnya rapat-rapat.