Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِنَّا
dan sesungguhnya Kami
عَلَىٰٓ
untuk
أَن
(bahwa)
نُّرِيَكَ
memperlihatkan kepadamu
مَا
apa
نَعِدُهُمۡ
Kami ancamkan kepada mereka
لَقَٰدِرُونَ
benar-benar kuasa
وَإِنَّا
dan sesungguhnya Kami
عَلَىٰٓ
untuk
أَن
(bahwa)
نُّرِيَكَ
memperlihatkan kepadamu
مَا
apa
نَعِدُهُمۡ
Kami ancamkan kepada mereka
لَقَٰدِرُونَ
benar-benar kuasa
Terjemahan
Sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu (Nabi Muhammad) apa yang Kami ancamkan kepada mereka.
Tafsir
(Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka).
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 93-98
Katakanlah, "Ya Tuhanku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka, ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku termasuk orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan perbuatan yang baik, Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan.
Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ agar mengucapkan doa berikut manakala pembalasan (azab) Allah diturunkan (kepada mereka); Ya' Tuhanku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka. (Al-Muminun: 93) Yakni jika Engkau menyiksa mereka, sedangkan aku menyaksikan hal tersebut, maka aku memohon kepada Engkau janganlah Engkau jadikan diriku berada di antara mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmuzi yang menilainya sahih, yaitu: Dan apabila Engkau hendak menimpakan fitnah kepada suatu kaum, maka wafatkanlah aku menghadap kepada-Mu dalam keadaan tidak terfitnah.
Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka. (Al Muminun: 95) Yaitu seandainya Kami menghendaki, tentulah Kami dapat memperlihatkan kepadamu azab, pembalasan, dan mala petaka yang menimpa orang-orang musyrik itu. Kemudian Allah ﷻ memberikan petunjuk kepada Nabi ﷺ tentang cara yang paling efektif dan metode yang sukses dalam bermasyarakat, yaitu berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk terhadap dirinya agar hatinya terpikat dan simpati, sehingga permusuhannya berganti menjadi persahabatan, dan kemarahannya berganti menjadi simpati. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. (Al Muminun: 96) Hal ini sama dengan apa yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar. (Fushshilat: 34-35), hingga akhir ayat. Yakni tiada orang yang dianugerahi pekerti atau sifat ini, melainkan hanya kepada orang-orang yang sabar. (Fushshilat: 35) dalam menghadapi gangguan manusia; mereka membalas manusia dengan kebaikan, sekalipun manusia memperlakukan mereka dengan perlakuan yang buruk dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 35) Maksudnya, keberuntungan di dunia dan di akhirat.
Firman Allah ﷻ: Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. (Al Muminun: 97) Allah ﷻ memerintahkan kepada Nabi ﷺ agar memohon perlindungan kepada-Nya dari bisikan setan, karena sesungguhnya setan itu tidak dapat ditipu dan tidak mau mengikuti kebajikan. Dalam pembahasan ta'awwuz telah kami sebutkan bahwa Rasulullah ﷺ sering mengucapkan doa berikut, yaitu: Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, yaitu dari godaan, bisikan, dan tiupannya. Firman Allah ﷻ: Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. (Al Muminun: 98) Yaitu dalam sesuatu dari urusanku. Karena itulah Nabi ﷺ memerintahkan agar selalu disebut nama Allah dalam permulaan semua urusan untuk mengusir setan, baik saat hendak makan, bersetubuh, menyembelih maupun urusan-urusan lainnya. Imam Abu Daud telah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah berkata dalam doanya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kepikunan, dan aku berlindung kepada Engkau dari keruntuhan dan tenggelam.
Dan aku berlindung kepada Engkau agar terhindar dari rasukan (godaan) setan saat hendak mati. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa dahulu Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kami beberapa kalimat (doa) yang diucapkan di saat menjelang tidur: Dengan nama Allah, aku berlindung (kepada Allah) dengan (membaca) kalimah-kalimah-(Nya) yang sempurna dari muka Allah, siksaan-Nya dan dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dan dari bisikan-bisikan setan dan dari kedatangan mereka kepadaku. Perawi mengatakan bahwa Abdullah ibnu Umar mengajarkan doa isti'azah tersebut kepada orang-orang yang telah balig dari anak-anaknya agar mereka mengucapkannya di kala menjelang tidur.
Sedangkan anak-anaknya yang masih kecil dan masih belum dapat menghafalnya, maka Ibnu Amr menuliskan doa tersebut untuknya, lalu dikalungkan ke lehernya. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Ishaq; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib."
Allah mengajari Nabi doa tersebut bukan karena Allah tidak kuasa menjatuhkan siksa saat Nabi masih hidup, namun Dia hanya menundanya sebagaimana ditegaskan dalam ayat ini. Dan sungguh, Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, apa yang Kami ancamkan kepada mereka. Karena itu, janganlah engkau berduka atas pendustaan mereka kepadamu. 96. Allah dalam ayat ini mengajari Nabi cara menghadapi pendustaan kaum musyrik. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan cara yang lebih baik, antara lain dengan tetap berbuat baik kepada mereka semampumu, memaafkan kesalahan mereka yang berkaitan dengan hak pribadimu, atau tidak menanggapi ejekan dan cemoohan mereka. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan kepada Allah.
Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad, bahwa Dia Kuasa memperlihatkan kepadanya siksaan yang akan ditimpakan kepada orang kafir itu sehingga Nabi Muhammad dapat melihat sendiri bagaimana dahsyatnya dan hebatnya siksaan Allah. Tetapi karena rahmat dan kasih sayang-Nya kepada umat Muhammad, Allah tidak menjatuhkan siksa itu dengan segera (di dunia ini), tetapi sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa siksaan itu akan menimpa mereka di akhirat, karena mungkin kelak ada di antara mereka atau keturunan mereka yang akan sadar dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad jangan terlalu bersedih hati atas tindakan dan perlakuan orang kafir terhadapnya dan kaum Muslimin yang memang dalam keadaan lemah dan tak berdaya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Permohonan Nabi Muhammad s.a. w.
Sungguh amat besar perkara yang dihartapi oleh orang-orang yang mem-perserikatkan Tuhan ini. Tidak mereka percaya bahwa kiamat mesti datang dan setelah mati manusia ini akan diminta pertanggunganjawabnya atas amalan, di kala hidup. Dalam hati kecil masihlah ada kepercayaan kepada Tuhan, tetapi pandangan tentang Tuhan, sangatlah jeleknya. Ada yang mengatakan Tuhan
dan di langit ada pula. Tidak pun diucapkan di mulut, namun di perbuatan nampak bukti keingkaran itu.
Dalam peredaran sejarah umat-umat yang terdahulu, apabila ke-ingkaran itu telah sampai ke puncak, siksaan Tuhan pasti akan datang. Maka jika siksa Tuhan itu datang jua. Tuhan Allah menyuruh UtusanNya agar me-mohon kepada Tuhan supaya dia sendiri jangan menjadi kaum yang zalim. Agar dia hidup laksana batu karang di ujung pulau, betapa pun besanya gelombang menimpakan dirinya atas batu karang itu, namun segala zat yang ditimpakannya hanyalah menambah teguh pendiriannya jua.
Ada beberapa tafsir kita baca, seakan-akan seruan yang diajarkan Tuhan kepada UtusanNya itu (ayat 93 dan 94) kalau azhab itu akan datang juga kepada mereka, janganlah hendaknya Rasul turut terlibat di dalamnya, artinya dia ditarik dari dalam kota itu, cara penafsiran demikian, seakan-akan menaruh prasangka kepada Nabi bahwa beliau takut “seekor kerbau berkubang, semua kena luluknya". Padahal maksudnya bukanlah demikian, melainkan betapa pun kejahatan penolakan dan sanggahan yang ditimpakan oleh umat yang diriatanginya itu, namun Rasul diauruh memohon agar dia jangan termasuk golongan orang yang zalim, pembalas dendam, melepaskan sakit hati, berlaku kejam. Jangan karena kemenangan telah tercapai, tidak dapat mengendalikan diri lagi.
Dan di ayat 95 Tuhan menegaskan bahwa Tuhan sanggup saja memperlihatkan janji siksa yang dijanjikan itu.
Kemudian di ayat 96 Tuhan memberikan tuntunan kepada RasulNya supaya menangkia dan menolak segala sifat jahat yang dilakukan mereka itu dengan cara yang baik. Betapa pun kejahatan mereka, sampai mereka mengatakan bahwa Tuhan Allah beranak. Allah berserikat dengan tuhan yang lain, namun Tuhan lebih tahu keadaan mereka yang seberianya.
“Tuhan lebih tahu" akan isi kandungan hati mereka. Betapa pun per-dayaan syaitan atas diri mereka atau kebodohan sehingga membicarakan tentang Tuhan Allah tidak dengan fikiran yang sihal, namun dalam hati sanubari mereka masih tersimpan suatu kemumian jiwa yang dapat dibersihkan oleh tuntunan yang baik. Dan sejarah kemudian pun telah menunjukkan bahwa orang-orang Quraisy yang dahulu menjadi musuh besar Nabi Muhammad s.a.w. itu telah menjadi tiang agung Islam, dasar pertama dari pengembangan Islam ke seluruh dunia.
Tugas Nabi Muhammad, sebagai Nabi Akhir Zaman lebih berat dari tugas yang dipikulkan kepada Nabi-nabi yang telah terdahulu. Suatu perubahan sejarah perikemanusiaan akan ditumbuhkan dari padang pasir itu, untuk mengisi kemanusiaan sampai kepada akhir zaman. Orang Quraisy sebagai kaum yang diriatangi lebih dahulu, tidaklah akan dibinasakan sebagaimana binasa-binasanya kaum ‘Ad dan Tsamud. Sebab itu sikap-sikap kasar mereka, ke-
baik. Mereka hams diberi pengertian. Di dalam ayat yang lain bertemu pula ajaran Tuhan kepada NabfNya betapa cara menghadapi mereka ini.
“Tolaklah dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga (di waktu itu kelak) permusuhan di antara engkau dengan dia bertukar seakan-akan menjadi kawan yang karib.* (Hamim Sajdah: 34)
Ini amat menghendaki budi yang agung. Dan memang Tuhan telah pernah membanggakan NabiNya dengan sabdaNya:
“Engkau adalah seorang yang berbudi agung. *
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a. bahwa tatkala ayat ini turun, ber-sabdalah Nabi kita:
“Adalah seorang laki-laki, menuduh saudaranya atas perkara yang tidak ada padanya. Maka dia telah menyambut tuduhan saudaranya itu demikian: “Kalau perkataanmu itu dusta, saya mohonkan kepada Allah mudah-mudahan engkau diberiNya ampun. Tetapi kalau tuduhanmu itu benar, saya pulalah yang memohon kepada Allah moga-moga saya diberiNya ampun."
Alangkah luhunya budi ini. Yang menuduh yang tidak-tidak itu adalah kaumnya yang ingkar akan kebenaran itu, namun mereka masih beliau ucapkan sebagai saudara. Dan yang dituduh itu adalah beliau sendiri, tetapi dikIsahkannya sebagai mengIsahkan orang lain, untuk mengelak dari memuji-muji diri sendiri karena kebesaran jiwa menghadapi orang yang bermaksud jahat.
Jiwa besar ini dipupuk, dilatih terus, sebab penggodanya amat banyak. Godaan yang amat besar, yang selain menggagalkan rencana besar dan jangka jauh, datangnya ialah dari syaitan Iblis. Kalau tidak pandai mengendalikan diri, masuklah bisikan syaitan, tumbuhlah marah maka gelaplah mata dan ter-gendala rancangan, gagal yang dimaksud.
jcuau «u i arratr mertyurunKon inyi rvasuii^ya agar (ayat ‘fl-'JtS) ber-selindung daripada bisik rayuan syaitan, dan berselindung pula kepada Tuhan, jangan sampai syaitan itu hadir berhadapan untuk ."mendiktekan" rayuannya.
Maka senantiasalah Rasulullah memegang bunyi ajaran Tuhan itu. Apabila telah sangat memuncak keberician kaumnya kepadanya, segeralah dia bermohon kepada Ilahi agar hatinya dikuatkan, agar rayuan syaitan jangan masuk dan syaitan itu jangan turut campur pula mengacaukan rencana. Doa itu pun beliau ajarkan kepada para sahabat untuk menjadi senjata batin dalam menghadapi kesulitan perjuangan hidup. Dan lantaran itu pula bagi setiap mereka yang telah memberikan hidupnya untuk menegakkan ajaran Nabi di dunia ini, karena dia pun akan dirayu syaitan dan syaitan “tidak keberatan" turut hadir mengacaukan programnya, sebaiknyalah dia membaca doa yang diajarkan Nabi ini untuk senjata peneguh batin.
Rasulullah telah mempersenjatai batinnya, meneguhkan peribadi dan memperluhur budi, dan beliau berhasil. Di waktu masih di Makkah, di kala musuh masih kuat dan beliau belum ada kekuatan, dihartapinyalah kejahatan sikap lawan dengan cara yang amat baik, bahkan beliau pernah mendoakan;
‘Ya Tuhan, beri petunjuklah kaumku ini, karena mereka belum tahu."
Kelak kemudian beliau pindah ke Madinah dan beroleh kekuatan, sehingga akhinya Makkah itu dapat direbutnya dan ditaklukkannya, dan beliau masuk ke dalam kota itu dengan kemenangan gilang-gemilang, maka musuh-musuhnya yang telah mengusinya dahulu itu, yang tidak dapat lagi melepaskan diri dari cengkeraman kekuasaan dan pembalasan beliau, telah berdiri di pinggir jalan tempat beliau lalu, akan masuk ke dalam Masjidil Haram. Mereka berdiri menunggu nasib yang akan beliau putuskan diri mereka. Bukanlah beliau mengangkat kepala penuh kesombongan sebagai pahlawan yang menang, mengendarai untanya yang bernama “Qashwaa",* yang dengan unta itu beliau hijrah dahulu, dan unta itu pula yang dikendarainya seketika masuk dari Quba ke Madinah, dan dIsambut oleh anak-anak dara Madinah dengan ucapan “Thala'al badru ‘alaina" Tidaklah beliau mengangkat kepala dengan sombong karena menang, melainkan beliau tekurkan kepalanya dengan wajah terharu, sampai tercecah kepada leher'untanya, mensyukuri kemenangan dan mengingat Tuhan.
“Qashwaa" unta Rasulullah yang terkenal, yang menjadi pingitan di antara unta-unta beliau yang banyak dan mengikut segenap penderitaan beliau, sejak Hijrah dari Makkah sampai masuk Madinah, sampai perjanjian Hudaibiyah, dan ‘sampai “Futuh Makkah" kembali. Artinya perkataan “Qashwaa" itu pun ‘romantia' pula; “Si Larat Jauh",
Beberapa saat lamanya hening-hening di sekitar, hanya bunyi telapak unta saja mencecah di pasir yang kedengaran. Lalu terlompatlah ucapan penuh penghargaan dari orang-orang kalah yang berdiri di tepi jalan itu; “Saudara kami yang mulia! Putera dari saudara-saudara kami yang mulisi Sikap apakah kiranya yang akan tuan /akukan atas diri kami ini?"
Dengan penuh keharuan pula, tetapi tidak lepas dari kegagahannya, Utusan Allah itu menjawab: “Tak ada lagi tuntutanku atasmu sekalian. Mulai hari ini kamu aku bebaskan...."
“Ya Rasul salam ‘alaika, ya Nabi salam ‘alaika!"
Kejadian yang kita ceritakan ini jauh kemudian, yaitu setelah beliau menang. Tetapi kemenangan baru akan tercapai setelah menghadapi terlebih dahulu berbagai kesulitan dan penderitaan. Maka pada ayat 99 dan 100 dijelaskan lagi oleh Tuhan sikap kaumnya itu;
“Sehingga apabila maut datang kepada mereka masing-masing kelak, dia akan berkata: “Ya Tuhanku, kembalikan daku; (99) supaya aku kerjakan amalan yang shalih, yang selama ini telah aku tinggalkan."
Memang di waktu hidup diliputi kemewahan, manusia lupa menilai hidup. Mereka menyangka panas akan sampai petang, mereka lupa bahwa hujan akan datang tengah hari. Setelah badan terbujur panjang dan sayap Malaikat Maut telah terkipas-kipas di sekeliling tikar kematian, barulah keinsafan datang. Baru menangia meminta diberi sambungan nyawa, sedikit saja pun jadilah, jangan dahulu dimatikan.
“Jika engkau beri aku sambungan nyawa sedikit saja, Tuhanku, aku berjanji akan berbuat baik, amal yang kulalaikan dan aku tinggalkan selama ini akan aku tebusi."
“Sekarang aku telah insaf, Tuhanku. Hartabendaku yang banyak tak dapat menebus diriku dari kesulitan, apatah lagi anak, apatah lagi isteriku. Pangkat dan kebesaran, bintang-bintang kehormatan yang mengIbliss dada kemegahan duniawi yang kuperebutkan dengan orang lain, karena menyangka bahwa itulah tujuan hidup yang seberianya, pada hari ini tidak ada yang berarti lagi bagiku. Taruhlah diantar aku ke kuburan dengan serba-serbi upacara, namun mereka akan pulang dan aku akan tinggal sendirian. Walaupun daripada kain sutera kafanku dibuatkan, tidak berapa lama kemudian kafan itu pun akan hancur dan tubuhku pun hancur, dan tulang-tulangku pun."
Dalam menderita sakit akan bercerai dengan dunia, fikiran berjalaran. Segala pintu telah tertutup, kecuali satu, yaitu pintu ke kuburan. Akal sudah berhenti, sekarang roh yang bercakap. Kalau benarlah bahwa tidak ada hidup sesudah hidup yang ini, kalau benar tidak ada akhirat sesudah dunia ini, apalah artinya dunia yang telah aku tempuh. Datang dan pergi kemewahan yang membosankan, nafas yang hanya sekelumit kecil, untuk dserah dunia yang begini luas, sedang baru mencoba-coba tenaga telah habis.
Hanya satu pintu terbuka, yang lain tertutup belaka:
Tuhanku
Di.pintuMu aku mengetuk Aku tidak bIsa berpaling lagi
Sebagai manusia yang bosan menghadapi kesulitan hidup dan beharinya yang beraf tidak mungkin dikembalikan ke dalam perut ibunya maka orang yang telah kehabIsan “minyak kehidupan" tidak pulalah dapat mengundurkan hari keberangkatannya yang telah tertentu itu.
Apatah lagi hanya semata-mata untuk memperkenankan niatnya untuk memperbaiki diri sendiri saja. Semua orang di saat akan mati mengenangkan kealpaannya di kala hidup yang dilalui. Maka kalau satu permohonan dikabulkan, niscaya dikabulkan buat semua. Sedangkan insan yang berakal lagi menghendaki disiplin, apatah lagi Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa: Allahu
Perjalanan hidup sudah terberitang demikian adanya. Perut ibu, lahir ke dunia, berjuang menegakkan amal dan berjuang terus menuju hidup yang kedua kali, dengan melalui pintu gerbang kecil hanya sejenak, bernama “maut". Maka hidup yang kedua kali itu dimulai dan ditentukan oleh amal usaha kita yang sekarang. Di antara gerbang yang bernama maut itu dengan alam akhirat adalah suatu masa “peralihan" yang bernama “Barzakh". Masa barzakh adalah masa menunggu panggilan.
“Berapa lamanya alam Barzakh itu? Berapa lamanya menunggu itu?" “Tidak lama" ataupun “sangat lama"
Laksana dua orang yang tidur berdekatan. Yang seorang baru saja di-cecahkannya kepalanya ke harital, dia pun telah tertidur dengan nyenyaknya. Dan setelah suara merdu azan Subuh kedengaran dari puncak menara mesjid, dia pun terbangun menanyakan pukul berapa, dan merasa tidunya hanya seberitar saja. Sedang temannya yang tidur di sampingnya itu, membalikkan diri ke kanan, membalik ke kiri, namun mata tidak juga mau tertidur, sehingga malam terasa terlalu lama, sebab banyak benar fikiran yang mengganggunya di kala itu. Kepalanya telah sakit, mata tidak sekejap juga tertidur. Baginya malam 12 jam, sedang bagi temannya tadi malam hanya sekejap saja.
Yang pertama tidak ada perkara yang mengganggu jiwanya.
Yang kedua banyak benar masalah yang menimbulkan gelIsah jiwanya.