Ayat
Terjemahan Per Kata
مَا
tidak
ٱتَّخَذَ
mengambil
ٱللَّهُ
Allah
مِن
dari
وَلَدٖ
anak
وَمَا
dan tidak
كَانَ
ada
مَعَهُۥ
bersamanya
مِنۡ
dari
إِلَٰهٍۚ
Tuhan
إِذٗا
jika demikian
لَّذَهَبَ
tentu pergi/membawa
كُلُّ
masing-masing
إِلَٰهِ
tuhan
بِمَا
dengan apa
خَلَقَ
Dia ciptakan
وَلَعَلَا
dan mengalahkan
بَعۡضُهُمۡ
sebagian mereka
عَلَىٰ
atas
بَعۡضٖۚ
sebagian yang lain
سُبۡحَٰنَ
Maha Suci
ٱللَّهِ
Allah
عَمَّا
dari apa
يَصِفُونَ
mereka sifatkan
مَا
tidak
ٱتَّخَذَ
mengambil
ٱللَّهُ
Allah
مِن
dari
وَلَدٖ
anak
وَمَا
dan tidak
كَانَ
ada
مَعَهُۥ
bersamanya
مِنۡ
dari
إِلَٰهٍۚ
Tuhan
إِذٗا
jika demikian
لَّذَهَبَ
tentu pergi/membawa
كُلُّ
masing-masing
إِلَٰهِ
tuhan
بِمَا
dengan apa
خَلَقَ
Dia ciptakan
وَلَعَلَا
dan mengalahkan
بَعۡضُهُمۡ
sebagian mereka
عَلَىٰ
atas
بَعۡضٖۚ
sebagian yang lain
سُبۡحَٰنَ
Maha Suci
ٱللَّهِ
Allah
عَمَّا
dari apa
يَصِفُونَ
mereka sifatkan
Terjemahan
Allah tidak mengangkat anak dan tidak ada tuhan (yang lain) bersama-Nya. Jika demikian, niscaya setiap tuhan itu akan membawa apa (makhluk) yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,
Tafsir
(Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya) jika ada tuhan lain di samping Dia (masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya) yang menguasai makhluknya sendiri dan mempertahankannya dari makhluk tuhan yang lain (dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain) sebagian di antara mereka berupaya untuk mengalahkan sebagian yang lain sebagaimana apa yang biasa dilakukan oleh raja-raja di dunia. (Maha Suci Allah) lafal Subhaanallaah ini berarti mensucikan Dia (dari apa yang mereka sifatkan) kepada-Nya, seperti apa yang telah disebutkan tadi.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 91-92
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan besertanya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. Yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang tampak, maka Mahatinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. Allah ﷻ menyucikan diri-Nya dari beranak atau sekutu dalam kerajaan, kekuasaan, dan hak disembah. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakan-Nya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. (Al Muminun: 91) Yakni seandainya tuhan itu berbilang, tentulah masing-masing dari mereka membawa makhluk ciptaannya masing-masing, dan pastilah alam ini tidak dapat teratur lagi.
Akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa alam wujud ini berada dalam satu tatanan dan teratur. Semuanya mulai dari alam langit sampai alam bawahsebagian darinya berkaitan dengan sebagian yang lain, terikat dalam suatu tatanan yang sangat sempurna. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. (Al-Mulk: 3) Kemudian tentulah masing-masing dari tuhan-tuhan itu berupaya untuk mengalahkan yang lainnya dan berbeda dengannya, akhirnya sebagian dari mereka menguasai sebagian yang lainnya.
Ulama ahli Ilmu Kalam mengatakan bahwa hal seperti itu mustahil bagi Tuhan. Mereka mengemukakan suatu perumpamaan, bahwa seandainya ada dua pencipta lebih, lalu yang satu bermaksud menggerakkan tubuh yang diciptakannya, sedangkan yang lain bermaksud mendiamkannya, tentulah akan terjadi pertentangan sehingga tujuan masing-masing tidak tercapai, dan hal ini menunjukkan bahwa keduanya lemah (tidak mampu). Sedangkan sifat yang waj ib bagi Tuhan ialah tidak lemah (yakni berkuasa), dan tujuan dari keduanya itu tidak dapat bertemu karena bertentangan.
Hal mustahil ini tidaklah terjadi melainkan berdasarkan hipotesis seandainya tuhan itu berbilang. Dengan demikian, tersimpulkan bahwa berbilangnya tuhan itu mustahil. Adapun seandainya tujuan salah satunya dapat berhasil, sedangkan yang lainnya tidak, berarti yang menang adalah yang asli, sedangkan yang dikalahkan tidaklah pantas menyandang predikatnya, sebab sifat wajib baginya ialah hendaknya dia tidak terkalahkan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain.
Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. (Al Muminun: 91) Yakni dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim lagi kelewat batas itu yang mendakwakan bahwa Tuhan beranak atau bersekutu. Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang nampak. (Al Muminun: 92) Maksudnya, mengetahui semua yang gaib dari makhluk-Nya dan semua yang disaksikan oleh makhluk-Nya. maka Mahatinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Al Muminun: 92) Yakni Mahasuci, Mahatinggi, Mahaagung, dan Mahabesar dari semua yang dikatakan oleh orang-orang yang musyrik lagi ingkar itu.
Salah satu kedustaan kaum kafir terhadap Allah adalah menuduh Allah memiliki sekutu dan anak; suatu tuduhan yang Allah bantah melalui ayat ini. Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan pencipta dan penguasa alam raya yang lain bersama-Nya. Sekiranya tuhan lebih dari satu maka masing-masing tuhan itu pasti akan membawa apa, yakni makhluk, yang diciptakannya untuk diaturnya sendiri, dan sebagian dari tuhan-tuhan yang kuat akan mengalahkan sebagian tuhan yang lain yang lebih lemah. Dia berbuat demikian untuk memperluas kekuasaan-Nya, seperti halnya yang terjadi pada para penguasa di dunia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. Sifat-sifat yang kaum kafir lekatkan kepada Allah bertentangan dengan kebenaran. 92. Dialah Tuhan yang mengetahui semua yang gaib dari pandangan manusia dan semua yang tampak. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan seperti kepercayaan kaum musyrik tersebut.
Ayat ini menolak dakwaan kaum musyrik bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah dengan menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, karena Dia Mahakaya, Mahakuasa dan Mahakekal, tidak memerlukan keturunan seperti halnya manusia. Manusia memang banyak memerlukan anak yang akan melanjutkan keturunannya, dan bila dia sudah tua dan tidak berdaya lagi maka anak-anaknya itulah yang akan membantu dan menolongnya. Dan bila dia mati maka anak-anaknya pulalah yang akan melanjutkan usaha dan profesinya dan mengangkat namanya di kalangan masyarakatnya. Allah Yang Mahakuasa, Mahakaya dan Mahakekal tidak memerlukan semua itu.
Allah tidak ditimpa kelelahan karena Dia Mahakuat, tidak akan ditimpa kematian karena Dia Mahakekal, Dia tidak akan ditimpa kemiskinan karena Dia Mahakaya, milik-Nyalah semua yang ada di langit dan di bumi. Alangkah bodohnya kaum musyrikin yang menyamakan Allah dengan manusia yang amat lemah dan miskin, atau kalau mereka tidak bodoh maka mereka adalah pendusta besar karena yang diucapkannya itu bertentangan sama sekali dengan pikiran orang-orang berakal.
Sungguh amat lemah pikiran orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak atau mempunyai sekutu. Mahasuci Allah dari segala anggapan dan tuduhan yang tidak masuk akal itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Maha Suci Tuhan Allah
Sebagian orang Quraisy itu mempunyai pula kepercayaan bahwa Tuhan Allah beranak Anak Tuhan Allah itu ialah malaikat-malaikat, dan jenianya ialah perempuan.
Kepercayaan terhadap banyak Tuhan (Polytheiame), adalah pusaka turun-temurun yang diterima dari bangsa Yunani dan bangsa Hindustan. Pengaruh kepercayaan bertuhan ini pun masuk pula ke Tanah Arab. Ka'bah yang diriirikan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail, adalah perlambang dari kesatuan umat. Yaitu umat Tauhid yang hanya menyembah SATU Tuhan. Itulah yang bernama'Agama Hanif Nabi Ibrahim. Tetapi lama kelamaan setelah wafat Nabi Ibrahim, Ka'bah itu telah menjadi tempat buat menyandarkan berhala-berhala. Baik berhala pusaka kepercayaan orang Arab sendiri, ataupun karena perhubungan orang Arab Quraisy itu dengan bangsa-bangsa yang lain di dalam hubungan perjalanannya bemiaga ke Utara dan ke Selatan.
Maka timbullah kepercayaan bahwa Tuhan Allah beranak. Anak itu malaikat dan malaikat itu perempuan.