Ayat

Terjemahan Per Kata
بَلۡ
bahkan
أَتَيۡنَٰهُم
Kami telah mendatangkan kepada mereka
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَإِنَّهُمۡ
dan sesungguhnya mereka
لَكَٰذِبُونَ
sungguh mereka mendustakan
بَلۡ
bahkan
أَتَيۡنَٰهُم
Kami telah mendatangkan kepada mereka
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَإِنَّهُمۡ
dan sesungguhnya mereka
لَكَٰذِبُونَ
sungguh mereka mendustakan
Terjemahan

Padahal, Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, tetapi sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
Tafsir

(Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka) dengan sesungguhnya (dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta) sewaktu mereka menentang kebenaran itu; kebenaran tersebut adalah,.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 84-90
Katakanlah, "Kepunyaan siapakah bumi dan semua yang ada padanya jika kalian mengetahui? Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah. Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak ingat? Katakanlah, "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar? Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah. Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa? Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kalian mengetahui? Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.
Katakanlah, "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu? Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Allah ﷻ menetapkan keesaan-Nya, bahwa Dialah Yang Menciptakan makhluk semuanya, Yang Mengaturnya, dan Yang Memilikinya. Hal itu untuk menunjukkan (kepada semua makhluk) bahwa sesungguhnya Dialah Allah Yang tidak ada Tuhan selain Dia, tiada yang berhak disembah selain Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah Allah berfirman kepada Rasul-Nya supaya mengatakan kepada orang-orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan lain bersama Dia, lagi tidak mengakui Allah sebagai Tuhan mereka yang Esa, bahwa tiada sekutu bagi-Nya dalam peribadatan.
Tetapi sekalipun demikian, mereka tetap mempersekutukan Allah dengan yang lain-Nya, mereka menyembah selain-Nya bersama dengan Dia, padahal mereka sendiri mengakui bahwa sembahan-sembahan yang mereka sembah itu tidak dapat menciptakan apa pun, tidak memiliki sesuatu pun, dan tidak dapat menekan sesuatu pun. Mereka menyembah berhala-berhala itu dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah sedekat-dekatnya.
Seperti yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ dalam ayat lain, menceritakan perkataan mereka, yaitu: "Kami tidak menyembah mereka (berhala-berhala) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3) Adapun firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya?" (Al Muminun: 84) Artinya, siapakah pemiliknya yang telah menciptakannya berikut dengan semua makhluk yang ada di dalamnya, berupa semua makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan makhluk-makhluk lainnya. Jika kalian mengetahui? Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah." (Al Muminun: 84-85) Yakni mereka mengaku kepadamu (Muhammad) bahwa semuanya adalah milik Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Apabila kenyataannya demikian, Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak ingat?" (Al Muminun: 85) Bahwa yang berhak disembah itu hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi rezeki, bukan lain-Nya. Katakanlah, "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar?" (Al Muminun: 86) Yaitu siapakah yang menciptakan alam langit berikut semua bintang cemerlang yang ada padanya, dan semua malaikat yang tunduk kepada-Nya yang berada di semua cakrawala langit dan semua penjurunya? Dan siapakah Yang memiliki 'Arasy yang besar itu? 'Arasy adalah atap semua makhluk, seperti yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Keadaan Allah Mahabesar dari semuanya, sesungguhnya 'Arasy Allah berada di atas semua langit-Nya seperti ini.
Rasulullah ﷺ mengatakan demikian seraya berisyarat dengan tangannya menggambarkan sesuatu seperti kubah. Di dalam hadis yang lain disebutkan: Tiadalah tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta segala sesuatu yang ada pada keduanya bila dibandingkan dengan Al-Kursi, melainkan seperti sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir yang luas. Dan sesungguhnya Al-Kursi berikut segala sesuatu yang ada padanya bila dibandingkan dengan 'Arasy sama dengan sebuah gelang yang berada di padang pasir tersebut.
Karena itulah sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa sesungguhnya jarak antara kedua sisi garis tengah 'Arasy dari satu sisi ke sisi yang lainnya sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun, dan ketinggiannya dari lapis bumi yang ketujuh sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya dinamakan 'Arasy tiada lain karena mengingat ketinggiannya.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ka'bul Ahbar, bahwa sesungguhnya langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy sama dengan sebuah pelita yang tergantung di antara langit dan bumi. Mujahid mengatakan, tiadalah langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy, melainkan seperti sebuah gelang yang berada di suatu padang pasir. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Ammar Az-Zahabi, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa 'Arasy itu tiada seorang pun yang dapat menaksir besarnya.
Menurut riwayat yang lain, kecuali hanya Allah ﷻ Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah. Dalam ayat berikut disebutkan oleh firman-Nya: dan Yang Empunya 'Arasy yang agung. (Al Muminun: 86) Yaitu sangat besar. Dan dalam akhir surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al Muminun: 116) Yakni yang indah lagi megah. Dengan demikian, di dalam sifat 'Arasy tergabung pengertian luas, tinggi, indah, lagi megah. Karena itulah ada seseorang yang mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah.
Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa sesungguhnya di sisi Tuhan kalian tidak ada malam dan tidak ada siang, cahaya 'Arasy bersumber dari cahaya Zat-Nya. Firman Allah ﷻ: Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah. Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa?" (Al-Muminun: 87) Yakni apabila kalian mengakui bahwa Dia adalah Pemilik langit dan Pemilik 'Arasy yang besar, maka mengapa kalian tidak takut kepada siksa-Nya dan tidak menghindari azab-Nya karena penyembahan kalian kepada selain-Nya di samping Dia dan kalian mempersekutukan-Nya dengan yang lain? Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia Al-Qurasyi mengatakan di dalam kitab At-Tafakkur wal I'tibar, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ dahulu sering menceritakan kepada kami (para sahabat) kisah seorang wanita di masa Jahiliah yang berada di puncak bukit bersama seorang anak laki-lakinya yang sedang menggembalakan ternak kambing.
Maka anaknya bertanya kepadanya, "Hai ibu, siapakah yang menciptakanmu?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah." Maka si anak berkata, "Sesungguhnya sekarang aku telah mendengar perihal tentang Allah." Lalu ia melemparkan dirinya dari ketinggian bukit itu, sehingga tubuhnya hancur.
Ibnu Umar mengatakan, "Dahulu Rasulullah ﷺ sering menceritakan kisah ini kepada kami." Abdullah ibnu Dinar mengatakan, "Dahulu Ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami (para Tabi'in, pent.)." Menurut saya, di dalam sanad kisah ini terdapat Ubaidillah ibnu Ja'far Al-Madini, putra Imam Ali ibnul Madini; para ahli hadis banyak yang memperbincangkan tentang predikatnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu. (Al Muminun: 88) Maksudnya, siapakah yang memiliki semua kerajaan ini. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. (Hud: 56) Yakni yang menguasainya.
Rasulullah ﷺ pun sering mengatakan dalam sabdanya: Tidak, demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan (Kekuasaan)-Nya. Dan apabila Nabi ﷺ bersungguh-sungguh dalam sumpahnya, beliau mengucapkan: Tidak, demi (Tuhan) Yang membolak-balikkan hati. Allah ﷻ adalah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Memiliki (Menguasai), Yang Maha Mengatur. sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kalian mengetahui. (Al Muminun: 88) Dahulu di kalangan orang-orang Arab apabila seseorang dari pemimpin mereka memberikan suaka kepada seseorang, maka orang itu berada dalam lindungannya, tidak boleh ada seseorang yang melanggar perlindungannya dari kalangan kabilahnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya. (Al Muminun: 88) Yakni Dia adalah Tuhan Yang Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya. Milik-Nyalah semua makhluk dan perintah, tiada yang mempertanyakan tentang keputusan-Nya yang tidak dapat dicegah dan tidak dapat ditentang.
Apa yang Dia kehendaki, pasti ada; dan apa yang tidak Dia kehendaki, pasti tidak ada. Allah ﷻ telah berfirman: Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23) Artinya, tiada yang dapat menanyai apa yang diperbuat-Nya karena Keagungan, Kebesaran, Keperkasaan, Kemuliaan, Hikmah, dan Keadilan-Nya, sedangkan semua makhluk akan ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Adapun firman Allah ﷻ: Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah. (Al Muminun: 89) Yakni mereka mengakui bahwa Tuhan Yang Mahabesar yang memberikan perlindungan dan tidak ada yang dapat dilindungi dari azab-Nya adalah Allah ﷻ semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Katakanlah, "(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kalian ditipu? (Al Muminun: 89) Maksudnya mengapa akal sehat kalian bisa hilang sehingga kalian menyembah selain-Nya bersama Dia, padahal kalian mengakui dan mengetahui bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah. Kemudian Allah ﷻ berfirman: Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka. (Al Muminun: 90) Yakni maklumat yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali hanya Allah. Dan Kami telah menegakkan dalil-dalil yang sahih lagi jelas dan pasti yang menunjukkan ke arah itu.
dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (Al Muminun: 90) Yaitu dalam penyembahan mereka yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, tiada dalil bagi mereka yang memperkuat perbuatan mereka itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al Muminun: 117) Orang-orang musyrik melakukan hal tersebut tanpa suatu dalil pun yang mendorong mereka melakukan kebohongan dan kesesatannya. Sesungguhnya mereka melakukan hal tersebut hanyalah semata-mata mengikuti jejak nenek moyang mereka dan para pendahulu yang tidak punya pegangan lagi bodoh, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Az-Zukhruf: 23)"
Hari Kebangkitan bukanah dongeng umat terdahulu belaka. Padahal Kami, melalui para rasul yang Kami utus telah membawa kebenaran yang mutlak, sempurna, dan tidak mengandung keraguan apalagi kebatilan, kepada mereka, yaitu orang-orang kafir itu, tetapi mereka benar-benar pendusta. 91. Salah satu kedustaan kaum kafir terhadap Allah adalah menuduh Allah memiliki sekutu dan anak; suatu tuduhan yang Allah bantah melalui ayat ini. Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan pencipta dan penguasa alam raya yang lain bersama-Nya. Sekiranya tuhan lebih dari satu maka masing-masing tuhan itu pasti akan membawa apa, yakni makhluk, yang diciptakannya untuk diaturnya sendiri, dan sebagian dari tuhan-tuhan yang kuat akan mengalahkan sebagian tuhan yang lain yang lebih lemah. Dia berbuat demikian untuk memperluas kekuasaan-Nya, seperti halnya yang terjadi pada para penguasa di dunia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. Sifat-sifat yang kaum kafir lekatkan kepada Allah bertentangan dengan kebenaran.
Pada ayat ini Allah menegaskan kepada orang-orang kafir itu, karena semua pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka mengenai Allah sebagai Pencipta, Pemilik dan Pengatur segalanya, mereka jawab dengan jawaban yang benar dan positif, bahwa Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk memperbaiki dan meluruskan akidah mereka yang telah sesat, adalah benar dan tuduhan-tuduhan yang mereka kemukakan terhadap Muhammad dan Al-Qur'an yang dibawanya adalah keliru dan bohong. Al-Qur'an bukanlah dongengan-dongengan orang dahulu, tetapi benar-benar wahyu dan petunjuk dari Allah Yang Maha Pencipta, Mahakuasa dan Yang Mengatur segala sesuatu, baik di bumi maupun di langit dengan hikmat dan kebijaksanaan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Dusta
Apakah arti berdusta di sini? Berdusta ialah bersitegang urat leher juga, padahal telah bertemu dengan kebenaran. Laksana seorang pesakitan yang dihartapkan ke muka hakim, sudah cukup alasan dan lengkap barang bukti bahwa memanglah dia pencuri atau pembunuh, padahal dia masih ingkar juga akan kesalahannya, maka patutlah dia dihukum lebih berat daripada jika dia mengaku terus-terang. Sebab itu suatu keingkaran atas kebenaran, yang oleh hati sanubari diakui kebenarannya, namun Dia masih juga diingkari, adalah dusta yang paling hebat dan itulah dia yang dinamai KAFIR.
lah kesan yang dapat kita ambil.
Pertama sekali kedatangan Agama Islam adalah membangkitkan tenaga akal dan fikiran yang terpendam dalam diri manusia, demikian juga tenaga perasaan halusnya. Hati sanubari yang suci mumi, yang belum dipengaruhi oleh hawanafsu dan angkara murka bukanlah mengingkari Tuhan malahan mengakui adanya Tuhan. Tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan saja, belumlah cukup kalau Tuhan itu tidak diriekati dengan ingot (tazakkarun) dan dengan takuia (tattaqun). Barulah ada artinya akidah (kepercayaan) kalau sudah diikuti oleh ibadah (pengabdian).
Kalau hati sanubari mengakui Tuhan ADA. Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Mengatur, padahal diri sendiri tidak dilatih menyesuaikan pengakuan dengan perbuatan, samalah artinya dengan bohong dan tidak jugalah terlepas daripada kekafiran.
Daripada membaca dan merenungi ayat-ayat ini dan ayat-ayat yang lain pun, dapatlah kita fahami bahwasanya Agama Islam adalah agama yang menghargai akal. Menurut Hadist:
“Agama ialah akal. Tidak ada agama bagi orang yang tidak ada akalnya."
(Hadist).
Menurut ilmu Ushul-Fiqh menjadi syarat mutlak bagi orang-orang yang akan dipikulkan kewajiban-kewajiban dan tugas agama (mukallaf) bahwa terlebih dahulu hendaklah dia aqil (berakal) dan baligh (dewasa). Dan di dalam Ilmu Kalam, sebelum membicarakan sifat-sifat Tuhan, atau tentang ada atau tidak adanya Tuhan, hendaklah terlebih dahulu diakui adanya akal dan dikaji hukum akal yang tiga perkara, yaitu wajib, mustahil dan jaiz ataupun mungkin.
Memang ada perkara-perkara yang tidak dapat dijangkau oleh kekuatan akal, mIsalnya perkara-perkara yang ghaib. Tetapi haruslah diingat, bahwasanya sesudah mempergunakan akal, barulah kita sampai dengan yakin kepada suatu titik perhentian yang ditentukan oleh akal sendiri, bahwa dia tidak dapat dijangkau olehnya. Sehingga dapatlah disimpulkan bahwasanya apabila seseorang sudah banyak sekali mengetahui, perkara-perkara yang nyata (syahartah), pastilah dia akan lebih banyak mengetahui dan yakin bahwa lebih banyak rupanya yang tidak dapat diketahui. Baik yang ghaib karena belum dapat dijangkau oleh akalnya, atau ghaib karena tidak dapat dijangkau oleh umunya.
Maka sampai-sampai yang tak tercapai oleh akal, sehingga perbendaharaan batin masih kosong, menjadi penuhlah dia kembali karena diisi dengan iman.
ada agama yang diauruh hentikan terlebih dahulu perjalanan akal barulah
orang diauruh percaya.