Ayat
Terjemahan Per Kata
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنشَأَ
mengadakan/menciptakan
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلسَّمۡعَ
pendengaran
وَٱلۡأَبۡصَٰرَ
dan penglihatan
وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَۚ
dan hati
قَلِيلٗا
sedikit
مَّا
apa-apa
تَشۡكُرُونَ
kalian bersyukur
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنشَأَ
mengadakan/menciptakan
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلسَّمۡعَ
pendengaran
وَٱلۡأَبۡصَٰرَ
dan penglihatan
وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَۚ
dan hati
قَلِيلٗا
sedikit
مَّا
apa-apa
تَشۡكُرُونَ
kalian bersyukur
Terjemahan
Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.
Tafsir
(Dan Dialah Yang menciptakan) yang menjadikan (bagi kamu sekalian pendengaran) lafal As Sam'u maknanya Al Asmaa', dalam bentuk jamak (penglihatan dan kalbu) hati. (Amat sedikitlah) lafal Maa mengukuhkan makna yang terkandung dalam lafal Qaliilan (kalian bersyukur).
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 76-83
Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa. Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan, dan hati. Amat sedikitlah kalian bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kalian di bumi ini dan kepada-Nyalah kalian akan dihimpunkan.
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kalian tidak memahaminya? Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kita. Mereka berkata, "Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala! Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka (Al Muminun: 76) Maksudnya Kami telah menguji mereka dengan berbagai macam musibah dan bencana.
maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. (Al Muminun: 76) Maka hal itu tidak membuat mereka sadar dari kekafirannya dan sikap mereka yang menentang, bahkan mereka berkelanjutan dalam kesesatannya selama mereka berada. Dengan kata lain, mereka tidak pernah tunduk patuh. dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. (Al Muminun: 76) Yakni tidak pernah berdoa (memohon) sebagaimana disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras. (Al-An'am: 43), hingga akhir ayat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Sufyan datang kepada Rasulullah ﷺ, lalu berkata, "Hai Muhammad, saya memohon kepadamu demi Allah dan demi pertalian persaudaraan, sesungguhnya kami telah memakan 'alhaz (yakni bulu unta dan darah karena paceklik yang berkepanjangan)." Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk. (Al Muminun: 76), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dari Muhammad ibnu Aqil, dari Ali ibnul Husain, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Asal hadis berada pada kitab Sahihain, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah mendoakan kebinasaan atas kaum Quraisy ketika mereka membangkang yaitu: Ya Allah, tolonglah aku dalam menghadapi mereka dengan (menimpakan) musim tujuh tahun paceklik seperti pacekliknya Nabi Yusuf (kepada mereka). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ibrahim, dari Umar ibnu Kisan, telah menceritakan kepadaku Wahb ibnu Umar ibnu Kaisan yang mengatakan bahwa Wahb ibnu Munabbih pernah ditahan.
Maka berkatalah seorang laki-laki dari kalangan anak-anaknya, "Maukah aku bangunkan sebuah tenda dari kain bulu, hai Abu Abdullah?" Ia menjawab bahwa dirinya sedang mengalami suatu jenis dari azab Allah, dan Allah telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. (Al Muminun: 76) Kemudian Wahb melakukan puasa tiga hari berturut-turut. Ketika dikatakan kepadanya, "Hai Abu Abdullah, puasa apakah yang kamu lakukan ini?" Ia menjawab, "Saya ditimpa suatu cobaan, maka saya melakukan sesuatu." Maksudnya, penjara telah menempatkan dirinya dalam posisi orang yang sedang diu i, maka ia menambahkan ibadahnya, yakni agar berbeda dengan sikap orang-orang kafir.
Firman Allah ﷻ: Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa. (Al Muminun: 77) Yakni manakala datang menimpa mereka perintah (azab) Allah dan kiamat datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, yang menyebabkan mereka mengalami azab Allah tanpa mereka duga-duga sebelumnya, tiba-tiba mereka merasa putus asa dari semua kebaikan dan putus harapan dari semua keadaan yang mengenakkan, serta terputuslah semua cita-cita dan harapan mereka.
Selanjutnya Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada semua hamba-Nya, bahwa Dia telah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi mereka; yang dengan kesemuanya itu mereka dapat mengingat segala sesuatu dan mengambil pelajaran dari semua yang ada di alam semesta berupa tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah, dan bahwa Dialah yang melakukan segala sesuatunya.atas kehendak-Nya sendiri. Firman Allah ﷻ: Amat sedikitlah kalian bersyukur. (Al Muminun: 78) Artinya alangkah sedikitnya syukur kalian kepada Allah atas semua nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada kalian.
Sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain: Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103) Kemudian Allah wt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya Yang Mahabesar dan pengaruh-Nya Yang Mahaperkasa terhadap makhluk-Nya, bahwa Dialah yang telah menciptakan mereka dan menyebarkan mereka ke segala penjuru dunia dengan berbagai macam bangsa, bahasa, dan sifat-sifat mereka.
Kemudian pada hari kiamat Dia akan menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian dari mereka di suatu tempat yang telah dimaklumi pada hari yang tertentu. Maka tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang laki-laki maupun perempuan, baik yang terhormat maupun yang hina; semuanya dihidupkan kembali sebagaimana penciptaan semula.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan. (Al-Muminun: 80) Yaitu menghidupkan kembali tulang belulang mereka yang telah hancur dan mematikan semua umat. dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. (Al-Muminun: 80) Yakni berdasarkan perintah-Nyalah ditundukkan malam dan siang hari; masing-masing dari keduanya mengejar yang lainnya dengan cepat secara silih berganti, tidak pernah berhenti dan tidak pernah terpisah oleh suatu waktu pun yang menyela-nyelai keduanya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. (Yasin: 40), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah ﷻ: Maka apakah kalian tidak memahaminya? (Al Muminun: 80) Maksudnya apakah kalian tidak berakal yang menunjukkan kepada kalian akan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui yang mengalahkan segala sesuatu dan Mahaagung atas segala sesuatu, serta tunduk kepada-Nya segala sesuatu? Kemudian Allah ﷻ berfirman, menceritakan tentang orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit, yaitu orang-orang yang meniru sikap para pendahulu mereka yang mendustakannya: Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala.
Mereka berkata, "Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan? (Al Muminun: 81-82) Yakni mereka menganggap mustahil terjadinya hari berbangkit itu sesudah tubuh mereka hancur. "Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu kala. (Al Muminun; 83) Maksudnya, hari berbangkit itu suatu hal yang mustahil. Sesungguhnya orang yang memberitahukannya hanyalah menukil dari kitab-kitab terdahulu dan disebutkan bahwa berita itu ditentang oleh umat di masanya.
Pengingkaran dan pendustaan terhadap hari berbangkit ini sama dengan yang ada di dalam firman-Nya yang menceritakan berita mereka: Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat? Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 11-14) Dan firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi musuh yang nyata? Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama.
Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin: 77-79)"
78-79. Melanjutkan penyebutan anugerah-anugerah pada ayat-ayat sebelumnya, Allah menyatakan sebagai berikut, Wahai manusia, bagaimana kamu mengingkari dan mendurhakai Allah, sedang Dia-lah yang telah menciptakan bagimu pendengaran agar kamu mendengar kebenaran, penglihatan agar kamu mengamati tanda-tanda kebesaran Allah, dan hati nurani agar kamu dapat berpikir lalu beriman dan bersyukur kepada Allah, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dia-lah juga yang menciptakan dan mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan di akhirat nanti untuk menerima balasan. 78-79. Melanjutkan penyebutan anugerah-anugerah pada ayat-ayat sebelumnya, Allah menyatakan sebagai berikut, Wahai manusia, bagaimana kamu mengingkari dan mendurhakai Allah, sedang Dia-lah yang telah menciptakan bagimu pendengaran agar kamu mendengar kebenaran, penglihatan agar kamu mengamati tanda-tanda kebesaran Allah, dan hati nurani agar kamu dapat berpikir lalu beriman dan bersyukur kepada Allah, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dia-lah juga yang menciptakan dan mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan di akhirat nanti untuk menerima balasan.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepada manusia pendengaran, pengelihatan dan hati nurani. Sekiranya manusia mau memperhatikan dan memikirkan karunia Allah tersebut, niscaya dia akan mengakui betapa besarnya nikmat Allah yang amat ajaib itu, betapa teliti dan halusnya ciptaan-Nya. Telinga yang tampak amat sederhana bentuknya dapat menangkap berbagai macam suara yang berbeda-beda. Suara binatang, burung-burung, suara yang terjadi pada alam sekitar seperti suara angin yang menderu, suara petir yang mengguntur dan beraneka ragam suara yang ditimbulkan oleh peradaban manusia seperti suara kendaraan dan mesin-mesin, suara musik yang mengalun, dan suara yang merdu. Telinga dapat membedakan suara itu satu per satu sehingga manusia dapat menentukan sikap terhadap apa yang didengarnya. Mata dapat menangkap cahaya dan bentuk sesuatu, dapat membedakan berbagai macam warna, dapat melihat keindahan alam, dapat menyelidiki mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Kemudian hati yang dapat merasakan dan menghayati berbagai macam perasaan, meneliti setiap kejadian, dan mengambil kesimpulan darinya untuk menentukan sikap terhadapnya. Kalau manusia benar-benar mempergunakan ketiga nikmat itu sebaik-baiknya tentulah dia akan mendapat manfaat yang banyak sekali dan akhirnya mereka sampai kepada kesimpulan bahwa pemberi nikmat dan karunia itu adalah Mahaluas ilmu-Nya. Mahakuasa atas segala sesuatu, Dia patut dipuji dan disyukuri atas segala anugerah-Nya itu. Tetapi ternyata sedikit sekali manusia yang sampai kepada derajat itu. Seperti yang difirmankan Allah:
Dan sungguh, Kami telah meneguhkan kedudukan mereka (dengan kemakmuran dan kekuatan) yang belum pernah Kami berikan kepada kamu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah dan (ancaman) azab yang dahulu mereka perolok-olokkan telah mengepung mereka. (al-Ahqaf/46: 26)
Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad sikap kebanyakan manusia yang tidak mau bersyukur kepada-Nya, seperti tersebut dalam firman-Nya:
Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12:103).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Sekarang dilanjutkanlah peringatan kepada kaum kafir itu, bahwasanya anugerah yang terbesar dari Allah terhadap mereka ialah adanya pendengaran dan penglihatan dan hati. Dengan pendengaran dan penglihatan mereka dapat mendengar dan melihat. Apa yang diriengar dan dilihat dibawa ke dalam hati. Pendengaran dan penglihatan adalah alat penangkap sesuatu dari alam sekeliling, yang kelak akan dibawa ke dalam hati, sehingga timbullah kesan, baik kesan perasaan, ataupun kesan pemikiran atau kesan ke mauan, buat tahu. Kalau orang mempunyai perasaan halus, akan kedengaranlah olehnya suara angin menderum, bunyi burung beriyanyi, bunyi ayam berkokok dan berbagai1 imbangan dan timbangan bunyi yang lain, maka tergetarlah ke dalam hatinya. Kalau orang berperasaan halus, akan kelihatanlah olehnya awan berarak.
petang, maka tergetarlah itu ke dalam hatinya. Akan timbullah rasa syukur, karena dengan pendengaran dan penglihatan, masuk ke hati, dirinya berhubung langsung dengan alam, dia tidak merasa terpencil lagi. Tetapi kalau jiwa kasar, yang diketahui di dunia ini hanya sekedar memuaskan nafsu mengenyangkan perut, memperkaya diri. Tidak mengetahui keindahan hidup yang dIsauk oleh pendengaran dan penglihatan, sebab itu hati menjadi membatu."Sedikit sekali kamu yang bersyukur
Syukur memang tidak akan ada, kalau iman tidak ada.
Selanjutnya Tuhan sabdakan pula bahwa kamu telah dijelmakan dalam bumi, kamu telah dihidupkan di atasnya. Sekali-kali akan timbul juga pertanyaan dalam hati kecilmu: “Ke mana lagi sesudah ini?" Jawabnya ialah bahwa kamu kelak akan dikumpulkan di hadapan mahkamah Tuhan.
Lalu lebih dijelaskan lagi, bahwasanya Dialah yang menghidupkan dan Dia pula yang mematikan. Tidak orang lain. Datangmu ke dunia ini bukanlah atas kehendakmu sendiri bahkan tanggal lahirmu ke dunia pun engkau tidak tahu. Dan kamu pun akan dimatikan. Betapa pun lekatnya hatimu ke atas bumi ini, sehingga kamu lupa bahwa hidup itu harus berakhir, namun kamu, mau atau tidak mau, mesti mati. Yang mematikan itu ialah Tuhan sendiri, tiada lain. Jangankan soal hidup dan matimu, sedangkan pertukaran di antara siang dengan malam, Tuhanlah yang mengaturnya.
Lihatlah teratunya perjalanan matahari dan bulan, sedikit pun tidak pernah berubah, karena sangat rapinya. Pertukaran siang dan malam itu dapat menghitung bilangan tahun, bulan, hari, jam dan detik.
“Tidak jugakah kamu mengerti?"
Cobalah fikirkan, mungkinkah ada kekuasaan lain yang sanggup berbuat demikian? Coba dengarkan, coba lihat dan coba fikirkan! Bukakan hatimu, sebab hidup itu bukanlah semata-mata untuk makan dan minum saja, dan bukan untuk semata-mata melepaskan syahwat kelamin saja.