Ayat
Terjemahan Per Kata
لَا
jangan
تَجۡـَٔرُواْ
kamu memekik
ٱلۡيَوۡمَۖ
hari ini
إِنَّكُم
sesungguhnya kalian
مِّنَّا
dari Kami
لَا
tidak
تُنصَرُونَ
kamu ditolong
لَا
jangan
تَجۡـَٔرُواْ
kamu memekik
ٱلۡيَوۡمَۖ
hari ini
إِنَّكُم
sesungguhnya kalian
مِّنَّا
dari Kami
لَا
tidak
تُنصَرُونَ
kamu ditolong
Terjemahan
Janganlah kamu berteriak-teriak meminta tolong pada hari ini! Sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan pertolongan dari Kami.
Tafsir
("Janganlah kalian memekik, minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kalian tidak akan mendapat pertolongan dari Kami) maksudnya tidak ada seorang pun yang dapat menolong kalian.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 62-67
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tiada dianiaya. Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu mereka tetap mengerjakannya. Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini.
Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling ke belakang dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. Allah ﷻ menceritakan tentang keadilan dalam syariat-Nya terhadap hamba-hamba-Nya di dunia, bahwa Dia sama sekali tidak pernah membebankan kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Yakni melainkan menurut apa yang kuat disanggah dan dikerjakannya. Dan bahwa kelak di hari kiamat Dia akan menghisab amal perbuatan mereka yang telah tercatat di dalam kitab catatan amal perbuatan mereka; tiada sesuatu pun dari amal perbuatan mereka yang tidak tercatat atau hilang.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran. (Al Muminun: 62) Yaitu kitab catatan amal perbuatan. dan mereka tidak dianiaya. (Al Muminun: 62) Maksudnya, tidak dirugikan barang sedikit pun dari kebaikannya. Adapun amal buruknya, maka Allah banyak memaaf dan mengampuninya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Kemudian Allah berfirman mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy: Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan. (Al Muminun: 63) Yakni tenggelam di dalam kesesatannya.
Dari (memahami kenyataan) ini. (Al Muminun: 63) Maksudnya, dari memahami Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ Firman Allah ﷻ: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain dari itu. (Al Muminun: 63) Yakni perbuatan-perbuatan yang buruk selain dari kemusyrikannya itu. mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Artinya, mereka harus mengerjakannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Sedangkan ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Yaitu telah tercatat atas mereka perbuatan-perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum mereka mati, sebagai suatu kepastian, agar mereka berhak mendapat azab Allah.
Hal yang semisal telah diriwayatkan melalui Muqatil ibnu Hayyan, As-Saddi, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Pendapat inilah yang menang, kuat, lagi baik. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis Ibnu Mas'ud yang mengatakan: ". Maka demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar mengamalkan perbuatan ahli surga, sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain satu hasta, tetapi- ketetapan takdir telah mendahuluinya, akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan ia dimasukkan ke dalam neraka.
Firman Allah ﷻ: Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Muminun: 64) Yakni hingga manakala orang-orang yang hidup mewah di antara mereka kedatangan azab Allah dan pembalasan-Nya yang menimpa mereka. dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Muminun: 64) Yaitu menjerit dan meminta tolong, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beritangguhlah mereka barang sebentar Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang besar dan neraka yang menyala-nyala. (Al-Muzzammil: 11-12) Dan firman Allah ﷻ: Berapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat lari untuk melepaskan diri. (Shad: 3) Adapun firman Allah ﷻ: Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini.
Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. (Al Muminun: 65) Artinya, tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari keburukan yang menimpa kalian, baik kalian menjerit meminta tolong maupun kalian diam, tiada jalan selamat dan tiada penolong, perintah telah ditetapkan dan azab wajib dilaksanakan. Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka yang paling besar melalui firman-Nya: Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling kebelakang. (Al Muminun: 66) Yakni apabila kalian diseru, maka kalian menolak; dan apabila diperintah, maka kalian membangkang.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Mumin: 12) Adapun firman Allah ﷻ: dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. (Al Muminun: 67) Mengenai tafsir ayat ini ada dua pendapat.
Salah satunya mengatakan, bahwa mustakbirin berkedudukan menjadi kata keterangan keadaan saat mereka berpaling ke belakang dari perkara yang hak, dan mereka menolaknya karena kesombongan mereka terhadap perkara yang hak itu; mereka menganggap rendah perkara yang hak dan orang-orang yang mengikutinya. Berdasarkan pendapat ini damir bihi yang ada padanya mengandung tiga pengertian: Pertama, damir merujuk kepada tanah suci, yakni Mekah.
Mereka dicela karena mereka begadang di malam hari di tanah suci tanpa berbicara sepatah kata pun (menunjukkan kesombongan mereka). Kedua, damir merujuk kepada Al-Qur'an. Mereka melakukan begadang, memperbincangkan tentang Al-Qur'an dengan sebutan yang keji. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah sihir, sesungguhnya Al-Qur'an itu syair, dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah ramalan dan perkataan-perkataan keji lainnya. Ketiga, damir kembali kepada Nabi Muhammad ﷺ Mereka menjadikannya bahan pergunjingan mereka di malam hari dengan sebutan-sebutan yang keji, dan mereka membuat perumpamaan-perumpamaan yang batil terhadapnya, bahwa dia adalah seorang penyair, atau tukang ramal atau pendusta atau gila atau penyihir.
Semuanya itu batil belaka, bahkan sesungguhnya dia adalah hamba dan rasul Allah yang Allah akan memenangkannya atas mereka, dan dia bakal mengusir mereka dari tanah suci dalam keadaan hina dan rendah. Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: dengan menyombongkan diri terhadapnya. (Al Muminun: 67) Yakni menyombongkan dirinya di Baitullah dengan keyakinan bahwa diri merekalah para pengurusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir bagian dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari Abdul A'la; ia pernah mendengar Sa'id ibnu Jubair menceritakan hadis berikut dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya begadang itu dimakruhkan sejak ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah ﷻ: dengan menyombongkan diri terhadapnya dan mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (Al Muminun: 67) Yakni mereka membanggakan dirinya dengan Baitullah seraya mengatakan bahwa diri merekalah yang tiada hentinya sepanjang siang dan malam mengurusnya.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa mereka membangga-banggakan dirinya dan begadang di dalamnya, tidak memakmurkannya, dan mereka mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di dalamnya. Imam Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah membahasnya dalam pembahasan yang cukup panjang, yang ringkasnya adalah seperti yang telah disebutkan di atas."
65-67. Menolak permintaan tolong mereka, Allah berfirman, 'Janganlah kamu berteriak-teriak meminta tolong pada hari ini! Sungguh, kamu tidak akan mendapat pertolongan dari Kami dan tidak pula dapat menghindari siksa Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku, yaitu Al-Qur'an, selalu dibacakan kepada kamu, wahai para pendurhaka, supaya kamu merenungi dan mengimaninya, tetapi kamu selalu berpaling ke belakang dan enggan mendengarkannya; kamu berpaling dengan menyombong'kan diri atas kaum mukmin dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya, yaitu Al-Qur'an, pada waktu kamu bercakap-cakap pada malam hari. 65-67. Menolak permintaan tolong mereka, Allah berfirman, 'Janganlah kamu berteriak-teriak meminta tolong pada hari ini! Sungguh, kamu tidak akan mendapat pertolongan dari Kami dan tidak pula dapat menghindari siksa Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku, yaitu Al-Qur'an, selalu dibacakan kepada kamu, wahai para pendurhaka, supaya kamu merenungi dan mengimaninya, tetapi kamu selalu berpaling ke belakang dan enggan mendengarkannya; kamu berpaling dengan menyombong'kan diri atas kaum mukmin dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya, yaitu Al-Qur'an, pada waktu kamu bercakap-cakap pada malam hari.
Allah berfirman kepada mereka untuk tidak berteriak-teriak meminta tolong pada hari itu, karena tak ada gunanya. Hari itu adalah hari pembalasan terhadap apa yang mereka kerjakan di dunia dahulu. Inilah ketetapan yang sudah pasti dari Allah yang harus mereka terima, tak ada yang dapat menolong atau membebaskan mereka dari azab dan mereka tak dapat menghindarkan diri daripadanya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
APA SEBAB JADI BEGITU?
Pada ayat selanjutnya, (64), dikatakan bahwa kelak apabila orang-orang yang hidup bermewah-mewah telah ditimpa oleh azhab siksaan, barulah mereka memekik-mekik, berteriak meminta tolong, meraung, menggerung mencari pegangan.
Di ayat 65 dijelaskan bahwa pada waktu azhab siksa telah datang, pekik-teriak tidak ada faedahnya lagi karena mereka tidak juga akan dapat ditolong, sebab nasi sudah menjadi bubur.
Orang-orang Yang Hidup Mewah
Inilah pangkal penyakit HIDUP MEWAH:
Pada pokoknya tidaklah terlarang hidup mewah. Karena dengan demikian dapat juga kita menyatakan nikmat Tuhan yang telah dianugerahkan kepada kita. Tuhan senang sekali apabila hambanya menunjukkan bekas nikmatNya atas dirinya. Tetapi haruslah digali dalam jiwa sendiri apa yang mendorong akan mewah itu? Kebanyakan orang hidup mewah bukanlah karena mensyukuri nikmat Tuhan, hanyalah karena hendak menunjukkan kelebihan daripada orang lain, hatinya menjadi kesat kasar, sebab dia lupa bahwa di samping hidupnya yang berlebih-lebihan itu ada lagi makhluk Ilahi, yang diaelubungi kemiakinan, kadang-kadang makan, kadang-kadang tidak. Selanjutnya kemewahan menyebabkan seseorang tidak lagi dapat menguasai hartabendanya yang dipunyainya itu melainkan dia sendirilah yang diperbudak oleh kemewahan hartabenda. Selalu merasa belum cukup, selalu hendak tinggi seberiang dari orang. Padahal ujung kehendak kemewahan itu tidak pernah ada.
Banyak orang yang menyangka bahwa nilai kehidupan ditentukan oleh rumah yang indah, villa yang besar dan bungalow yang mungil, mobil model tahun terakhir yang mentereng, berapa juta uang simpanan di harik dan berapa pelayan dalam rumah. Tidak diperdulikannya lagi nilai-nilai kebenaran dan pegangan hidup. Bahkan untuk itulah orang hendak merebut kekuasaan, sebab kekuasaan adalah kesempatan yang luas untuk berbuat mewah dan sekehendak hati.