Ayat
Terjemahan Per Kata
بَلۡ
bahkan
قُلُوبُهُمۡ
hati mereka
فِي
dalam
غَمۡرَةٖ
kesesatan
مِّنۡ
dari
هَٰذَا
ini
وَلَهُمۡ
dan bagi
أَعۡمَٰلٞ
perbuatan-perbuatan
مِّن
dari
دُونِ
selain
ذَٰلِكَ
itu
هُمۡ
mereka
لَهَا
kepadanya
عَٰمِلُونَ
mereka mengerjakan
بَلۡ
bahkan
قُلُوبُهُمۡ
hati mereka
فِي
dalam
غَمۡرَةٖ
kesesatan
مِّنۡ
dari
هَٰذَا
ini
وَلَهُمۡ
dan bagi
أَعۡمَٰلٞ
perbuatan-perbuatan
مِّن
dari
دُونِ
selain
ذَٰلِكَ
itu
هُمۡ
mereka
لَهَا
kepadanya
عَٰمِلُونَ
mereka mengerjakan
Terjemahan
Akan tetapi, hati mereka (orang-orang kafir) itu dalam kesesatan dari (memahami Al-Qur’an) ini dan mereka mempunyai perbuatan-perbuatan (buruk) selain itu yang terus mereka kerjakan.
Tafsir
(Tetapi hati mereka) yakni orang-orang kafir itu (dalam kealpaan) artinya, kebodohan (mengenai hal ini) yaitu Al-Qur'an (dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain daripada itu) selain amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman (mereka tetap mengerjakannya) oleh sebab itu mereka diazab.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 62-67
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tiada dianiaya. Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu mereka tetap mengerjakannya. Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini.
Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling ke belakang dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. Allah ﷻ menceritakan tentang keadilan dalam syariat-Nya terhadap hamba-hamba-Nya di dunia, bahwa Dia sama sekali tidak pernah membebankan kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Yakni melainkan menurut apa yang kuat disanggah dan dikerjakannya. Dan bahwa kelak di hari kiamat Dia akan menghisab amal perbuatan mereka yang telah tercatat di dalam kitab catatan amal perbuatan mereka; tiada sesuatu pun dari amal perbuatan mereka yang tidak tercatat atau hilang.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran. (Al Muminun: 62) Yaitu kitab catatan amal perbuatan. dan mereka tidak dianiaya. (Al Muminun: 62) Maksudnya, tidak dirugikan barang sedikit pun dari kebaikannya. Adapun amal buruknya, maka Allah banyak memaaf dan mengampuninya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Kemudian Allah berfirman mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy: Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan. (Al Muminun: 63) Yakni tenggelam di dalam kesesatannya.
Dari (memahami kenyataan) ini. (Al Muminun: 63) Maksudnya, dari memahami Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ Firman Allah ﷻ: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain dari itu. (Al Muminun: 63) Yakni perbuatan-perbuatan yang buruk selain dari kemusyrikannya itu. mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Artinya, mereka harus mengerjakannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Sedangkan ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Yaitu telah tercatat atas mereka perbuatan-perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum mereka mati, sebagai suatu kepastian, agar mereka berhak mendapat azab Allah.
Hal yang semisal telah diriwayatkan melalui Muqatil ibnu Hayyan, As-Saddi, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Pendapat inilah yang menang, kuat, lagi baik. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis Ibnu Mas'ud yang mengatakan: ". Maka demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar mengamalkan perbuatan ahli surga, sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain satu hasta, tetapi- ketetapan takdir telah mendahuluinya, akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan ia dimasukkan ke dalam neraka.
Firman Allah ﷻ: Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Muminun: 64) Yakni hingga manakala orang-orang yang hidup mewah di antara mereka kedatangan azab Allah dan pembalasan-Nya yang menimpa mereka. dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Muminun: 64) Yaitu menjerit dan meminta tolong, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beritangguhlah mereka barang sebentar Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang besar dan neraka yang menyala-nyala. (Al-Muzzammil: 11-12) Dan firman Allah ﷻ: Berapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat lari untuk melepaskan diri. (Shad: 3) Adapun firman Allah ﷻ: Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini.
Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. (Al Muminun: 65) Artinya, tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari keburukan yang menimpa kalian, baik kalian menjerit meminta tolong maupun kalian diam, tiada jalan selamat dan tiada penolong, perintah telah ditetapkan dan azab wajib dilaksanakan. Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka yang paling besar melalui firman-Nya: Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling kebelakang. (Al Muminun: 66) Yakni apabila kalian diseru, maka kalian menolak; dan apabila diperintah, maka kalian membangkang.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Mumin: 12) Adapun firman Allah ﷻ: dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. (Al Muminun: 67) Mengenai tafsir ayat ini ada dua pendapat.
Salah satunya mengatakan, bahwa mustakbirin berkedudukan menjadi kata keterangan keadaan saat mereka berpaling ke belakang dari perkara yang hak, dan mereka menolaknya karena kesombongan mereka terhadap perkara yang hak itu; mereka menganggap rendah perkara yang hak dan orang-orang yang mengikutinya. Berdasarkan pendapat ini damir bihi yang ada padanya mengandung tiga pengertian: Pertama, damir merujuk kepada tanah suci, yakni Mekah.
Mereka dicela karena mereka begadang di malam hari di tanah suci tanpa berbicara sepatah kata pun (menunjukkan kesombongan mereka). Kedua, damir merujuk kepada Al-Qur'an. Mereka melakukan begadang, memperbincangkan tentang Al-Qur'an dengan sebutan yang keji. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah sihir, sesungguhnya Al-Qur'an itu syair, dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah ramalan dan perkataan-perkataan keji lainnya. Ketiga, damir kembali kepada Nabi Muhammad ﷺ Mereka menjadikannya bahan pergunjingan mereka di malam hari dengan sebutan-sebutan yang keji, dan mereka membuat perumpamaan-perumpamaan yang batil terhadapnya, bahwa dia adalah seorang penyair, atau tukang ramal atau pendusta atau gila atau penyihir.
Semuanya itu batil belaka, bahkan sesungguhnya dia adalah hamba dan rasul Allah yang Allah akan memenangkannya atas mereka, dan dia bakal mengusir mereka dari tanah suci dalam keadaan hina dan rendah. Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: dengan menyombongkan diri terhadapnya. (Al Muminun: 67) Yakni menyombongkan dirinya di Baitullah dengan keyakinan bahwa diri merekalah para pengurusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir bagian dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari Abdul A'la; ia pernah mendengar Sa'id ibnu Jubair menceritakan hadis berikut dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya begadang itu dimakruhkan sejak ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah ﷻ: dengan menyombongkan diri terhadapnya dan mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (Al Muminun: 67) Yakni mereka membanggakan dirinya dengan Baitullah seraya mengatakan bahwa diri merekalah yang tiada hentinya sepanjang siang dan malam mengurusnya.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa mereka membangga-banggakan dirinya dan begadang di dalamnya, tidak memakmurkannya, dan mereka mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di dalamnya. Imam Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah membahasnya dalam pembahasan yang cukup panjang, yang ringkasnya adalah seperti yang telah disebutkan di atas."
Tetapi meski ajaran Allah demikian jelas dan mudah, orang-orang kafir itu tetap durhaka sehingga hati mereka itu dalam kesesatan terkait hakikat yang Kami sampaikan ini, dan mereka mempunyai kebiasaan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang buruk yang terus mereka ker-jakan. Mereka melampaui batas dalam melakukannya sehingga mereka pantas menerima siksa. 64. Mereka terus-menerus larut dalam kedurhakaan, sehingga apabila Kami timpakan siksaan kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewah di antara mereka dan para pengikut mereka, seketika itu mereka berteriak-teriak meminta tolong dengan penuh kehinaan.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa hati kaum musyrikin telah berpaling dan lalai dari memperhatikan petunjuk-petunjuk yang dibawa Al-Qur'an. Mereka tidak mau mengambil manfaat daripadanya. Padahal petunjuk-petunjuk itulah yang dapat membawa mereka kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Seandainya mereka mau membaca dan memperhatikan Al-Qur'an tentulah hati mereka akan terbuka dan melihat bahwa ajaran Al-Qur'an itu memang amat berguna dan semua yang terkandung di dalamnya adalah benar. Mereka akan mengakui bahwa semua perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah tanpa kecuali. Inilah kesalahan mereka yang pertama yang menyeret mereka kepada kesalahan-kesalahan lain dan menyebabkan mereka tidak mempedulikan lagi norma-norma akhlak yang mulia, berbuat sekehendak hati tanpa memperhatikan hak-hak orang-orang lain. Apa saja yang mereka inginkan mereka rebut walaupun dengan merampas dan menganiaya kaum lemah. Karena itu pula mereka telah tenggelam dalam kemusyrikan dan mata hati mereka telah buta tidak dapat lagi membedakan mana yang benar dan mana yang sesat, telinga mereka telah tuli, tidak dapat lagi mendengar ajaran agama. Hadis yang diriwayatkan Ibnu Masud, Nabi saw, bersabda:...Demi Zat yang tidak ada tuhan selain-Nya, sesungguhnya seseorang di antara kamu beramal amalan penghuni surga, sehingga antara dia dan surga hanya tinggal satu hasta saja. Namun dia sudah tercatat sebagai penghuni neraka, maka ia mengakhiri amalnya dengan dengan amalan penghuni neraka, sehingga ia masuk neraka. Dan sesungguhnya seseorang di antara kamu beramal amalan penghuni neraka, sehingga antara dia dengan neraka hanya tinggal satu hasta saja. Namun ia sudah tercatat sebagai penghuni surga, maka ia mengakhiri amalnya dengan amalan penghuni surga, sehingga ia masuk surga." (Riwayat Ahmad)
Mereka menganggap apa yang mereka warisi dari nenek moyang mereka sajalah yang benar. Menurut mereka Al-Qur'an itu hanya dongengan orang-orang dahulu yang dibawa oleh orang yang gila atau hanya gubahan seorang penyair atau ajaran yang diterima Muhammad dari ahli kitab. Apabila diberikan kepada mereka keterangan yang nyata tentang kebenaran Al-Qur'an yang tidak dapat dibantah sehingga mereka mengatakan, kami tak dapat menerimanya karena bertentangan dengan apa yang dianut dan dipercayai moyang kami, seperti tersebut dalam ayat:
Bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka." (az-Zukhruf/43: 22)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Agama Tidaklah Berat
Pada ayat 57 sampai ayat 61 sekali lagi diterangkan Tuhan sifat-sifat orang yang beriman, diterangkan bahwa orang yang beriman itu senantiasa berlomba
bahwa dia itu (Rasul) adalah
oerouai oam, miena cemas aan rusuman ngnu-iunii. —u uauni^ Mian mmuni kepada Tuhan dengan catatan yang tidak baik. Orang yang berfikir dan merenungkan diri dan meniisi hidup, mudahlah memperbaiki tujuan hidupnya. Mudahlah mereka memikul tanggungjawab yang dipikulkan Tuhan kepadanya. Maka pada ayat 62 ini dijelaskan lagi oleh Tuhan bahwasanya menjadi seorang yang beriman, pengikut Nabi, penegak kebenaran tidaklah perkara sukar. Asal mau mengerjakan agama tidaklah ada pekerjaan agama.itu yang berat tiada terpikul. Tuhan tiddklah mendatangkan suatu amar (perintah) kalau tidak sesuai dengan diri.atau jiwa manusia.
Ingat sajalah kalimat perlambang seketika Rasulullah s.a.w. MiTaj ke langit menghadap Harihrat Rububiyah, sedianya akan dijatuhkan perintah kepada umat Muhammad mengerjakan sembahyang 50 waktu. Tetap j setelah diberi pertimbangan oleh Nabi Musa bahwa 50 waktu itu berat bagi umatnya mengerjakan dan dimohonkan kepada Tuhan agar dikurangi permohonan itu telah dikabulkan. Demikian sembahyang malam (QIsamullail) yang dikerjakan Nabi setiap malam sampai ketal dan semutan kakinya, diikuti beramai-ramai oleh umat, telah datang Wahyu menyatakan bahwa tidak usah ikut berpayah-payah bangun malam sebagai Nabi itu pula. Cukuplah sekedanya saja. Maka segala perintah yang diriatangkan Tuhan dan segala larangan yang diberikan-Nya, semuanya itu adalah yang dapat dipikul dan tidak dilebihi Tuhan daripada batas (maksimum) kekuatan manusia.
Bekerjalah dan beramallah sekedar kekuatan tenagamu, jangan dikurangi dari tenaga dan jangan dilebihi. Karena mengurangi adalah kesia-sIsan dan melebihi adalah membawa diri kepada kepayahan, apatah lagi kalau menambah-nambah, itu dapat membawa kepada menambah-nambah agama sendiri, sehingga jadi bid'ah. Semua amalan itu tiadalah lepas dari catatan Tuhan di dalam Kitab yang telah maklum. Sehingga apabila datang hari perhitungan kelak akan kedapatan bahwa semuanya telah tertulis dengan jelasnya, dan tak usah khuatir, karena tidak ada yang akan dikurangi, semuanya tertulis dan tidak ada yang akan teraniaya.
Amatlah mendalamnya pengaruh ayat ini, berisi rayuan, bujukan yang lemah-lembut supaya orang sudi berbuat baik. Karena berbuat baik itu bukanlah buat orang lain melainkan buat kepentingan diri sendiri. Betapa tidak? Sedang di dalam Hadist ada disebutkan, kalau seseorang berbuat baik dia akan mendapat sepuluh pahala, sedang kalau dia terlanjur berbuat jahat, dosanya hanya satu. Kalau hati telah cenderung kepada Tuhan, tidak ada lagi niat hendak mencari jalan lain, memperturutkan hawanafsu, maka jalan kebaikan itu lebih mudah daripada jalan kejahatan.