Ayat
Terjemahan Per Kata
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
ٱبۡنَ
anak
مَرۡيَمَ
Maryam
وَأُمَّهُۥٓ
dan ibunya
ءَايَةٗ
bukti
وَءَاوَيۡنَٰهُمَآ
dan Kami melindungi keduanya
إِلَىٰ
di
رَبۡوَةٖ
tempat tinggi yang datar
ذَاتِ
mempunyai
قَرَارٖ
padang rumput
وَمَعِينٖ
dan mata air
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
ٱبۡنَ
anak
مَرۡيَمَ
Maryam
وَأُمَّهُۥٓ
dan ibunya
ءَايَةٗ
bukti
وَءَاوَيۡنَٰهُمَآ
dan Kami melindungi keduanya
إِلَىٰ
di
رَبۡوَةٖ
tempat tinggi yang datar
ذَاتِ
mempunyai
قَرَارٖ
padang rumput
وَمَعِينٖ
dan mata air
Terjemahan
Telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam bersama ibunya sebagai tanda (kebesaran Kami) dan Kami lindungi mereka di sebuah dataran tinggi yang tenang untuk ditempati dengan air yang mengalir.
Tafsir
(Dan telah Kami jadikan putra Maryam) yakni Nabi Isa (beserta ibunya suatu tanda) kekuasaan Kami. Dalam ayat ini tidak disebutkan dua tanda karena keduanya terlibat dalam satu tanda itu, yaitu Maryam dapat melahirkan Nabi Isa tanpa suami (dan Kami menempatkan keduanya di suatu tanah tinggi) yakni tempat di dataran tinggi, yaitu di Baitulmakdis, atau di Damaskus, atau di Palestina; sehubungan dengan hal ini banyak pendapat mengenainya (yang datar) rata tanahnya sehingga para penghuninya menetap dengan nyaman (dan mempunyai banyak sumber air) yang mengalir lagi jernih sebagai suatu kenyataan.
Dan telah Kami jadikan (Isa) Putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. Allah ﷻ menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, Isa putra Maryam a.s. Allah menjadikan keduanya sebagai tanda yang menunjukkan kekuasaan-Nya bagi manusia. Yang dimaksud dengan ayat (tanda) ialah hujah yang kuat, yang membuktikan kekuasaan Allah ﷻ atas segala sesuatu. Karena sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, dan Dia menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa perempuan, dan menciptakan Isa dari perempuan tanpa laki-laki, sedangkan semua manusia lainnya diciptakan melalui laki-laki dan perempuan.
Firman Allah ﷻ: dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) Ad-Dahhak, telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa rabwah artinya tanah tinggi, yang biasanya memiliki tumbuh-tumbuhan yang terbaik. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah. Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang memiliki banyak padang rumput. (Al Muminun: 50) Yakni yang subur tanahnya.
dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) Yaitu air yang berlimpah ruah. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah. Menurut Mujahid, makna qararin ialah tanah yang datar. Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) Maksudnya, memiliki banyak air yang merata. Mujahid mengatakan demikian pula Qatadah bahwa ma'in artinya sumber air yang mengalir.
Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai tempat dataran tinggi ini, di manakah ia berada secara persisnya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa tempat ini tiada lain di Mesir, sebab air yang mengalir pasti berada di bawah dataran tinggi yang padanya terdapat perkampungan. Seandainya perkampungan itu bukan di dataran tingginya, tentulah terendam oleh air sungai.
Telah diriwayatkan pula dari Wahb ibnu Munabbih hal yang semisal. Akan tetapi, pendapat ini jauh sekali dari kebenaran. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Sa'id ibnu Musayyab sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) bahwa tanah tersebut terletak di Damsyiq (Damaskus). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abdullah ibnu Salam, Al-Hasan, Zaid ibnu Aslam, dan Khalid ibnu Ma' dan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) Yaitu sungai-sungai Damaskus. Lais ibnu Abu Sulaim meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi. (Al Muminun: 50) Yakni Isa dan ibunya saat keduanya mengungsi di daerah pedalaman Damaskus dan sekitarnya.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Bisyr ibnu Rafi, dari Abu Abdullah (anak laki-laki paman Abu Hurairah) yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) Bahwa tempat tersebut adalah Ramlah, bagian dari negeri Palestina. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Rawwad ibnu Jarrah, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad Al-Khawwas Abu Atabah, telah menceritakan kepada kami Asy-Syaibani, dari Ibnu Wa'lah, dari Kuraib As-Suhuli, dari Murrah Al-Bahzi, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda kepada seorang lelaki: Sesungguhnya kamu kelak akan mati di Rabwah (tanah tinggi).
Ternyata lelaki itu meninggal dunia di Ramlah. Hadis ini garib sekali. Pendapat yang paling mendekati kebenaran dalam masalah ini ialah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) Bahwa ma'in ialah air yang mengalir alias sungai.
Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Qatadah: di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Muminun: 50) Yakni Baitul Maqdis. Pendapat ini menurut hemat saya adalah pendapat yang kuat, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Karena hal inilah yang disebutkan di dalam ayat yang lain, sedangkan Al-Qur'an itu sebagian darinya menafsirkan sebagian yang lainnya. Pendapat ini lebih utama dari pada apa yang ditafsirkan oleh hadis-hadis sahih dan juga oleh asar-asar.
Dan telah Kami jadikan dengan kuasa Kami Isa putra Maryam bersama ibunya sebagai suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan dan kebesaran Kami, dan Kami melindungi mereka dari berbagai keadaan yang meresahkan di sebuah dataran tinggi, tempat yang tenang, rindang, dan ba-nyak buah-buahan untuk dimakan, dan di sana juga tersedia mata air yang mengalir untuk diminum. 51. Usai menguraikan kisah para rasul, Allah lalu berbicara tentang para rasul secara umum. 'Wahai para rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan sesuai dengan syariat, baik amalan wajib maupun sunah. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, karena tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Ku. '.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menjadikan Isa putra Maryam sebagai tanda kekuasaan Allah yang dapat menciptakan seorang manusia hanya dari seorang ibu saja tanpa ayah, dan memberi kemampuan kepada seorang bayi berbicara sebelum waktunya, dan memberi mukjizat kepadanya, dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir, menghidupkan orang yang sudah mati dari kuburannya, membuat burung dari tanah liat yang bisa terbang, dan sebagainya. Kelahiran Isa dari seorang ibu yaitu Maryam dijadikan bukti kekuasaan Allah, karena hamil tanpa disentuh manusia. Maryam dan putranya menjadi tanda kekuasaan Allah bagi seluruh manusia sebagaimana dalam firman-Nya:
Dan (ingatlah kisah Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan (roh) dari Kami ke dalam (tubuh)nya; Kami jadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran Allah) bagi seluruh alam. (al- Anbiya`/21: 91)
Allah menjelaskan bahwa Isa dan ibunya diberi tempat kediaman dan dilindungi di suatu dataran yang tinggi di daerah Palestina yang mempunyai padang rumput dan sumber air jernih yang mengalir. Nabi Isa dan Maryam selama hidupnya tidak pernah keluar dari Palestina atau Syam. Ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa pergi ke Rabwah dekat Lahore di Pakistan dan meninggal dunia di sana, tetapi pendapat ini tidak mempunyai dasar sama sekali.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Musa Dan Harun Menghadapi Fir(aun
, Jika dahulu Nabi-nabi sebagai Nuh, Hud dan Shalih telah berhadapan langsung dengan kaumnya sendiri dan mendapat perlakuan yang sama dari pihak kaum itu masing-masing, maka tugas yang terpikul di atas pundak Nabi Musa dan saudaranya Harun adalah lipat-ganda lebih berat dari itu. Musa dan Harun memikul dua tugas yang berat. Tugas pertama ialah membebaskan kaum mereka. Bani Israil dari perbudakan dan tindasan Fir'aun dan penguasa-penguasa kerajaannya. Tugas kedua ialah menghadapi raja itu sendiri.
Amatlah susah membebaskan fikiran suatu kaum yang sudah beratus tahun biasa jiwanya tertekan. Mereka ini harus diisi terlebih dahulu dengan Tauhid
niscaya mereka akan terus menyerah saja kepada nasib dan berjiwa budak, menuhankan manusia, takut kepada segala orang berpangkat. Kaum ini sangat' menghajatkan kedatangan pemimpin yang berjiwa besar. Mereka ini tidak akan dapat dibebaskan kalau pimpinan yang membimbing mereka tidak gagah berani menghadapi Fir'aun itu sendiri. Fir'aun yang selama ini dituhankan orang, bahkan mengakui pula bahwa dia memang tuhan. Di samping Fir'aun besar adalah lagi berpuluh-puluh Fir'aun kecil, yang menjilat ke atas, menekan ke bawah. Itulah “Al-malauu" tadi. Orang-orang Inilah yang berusaha siang malam “memberhalakan" Fir'aun. Membuat khabar-khabar penting dan beranting, memuja-muja Fir'aun, memanjakan Fir'aun. Si Fir'aun merasa dirinya tuhan, si “Orang Besar" menuhankan Fir'aun. Keduanya sokong-menyokong, angkat-mengangkat. Bertambah mendekat kepada Seri Baginda, bertambah naiklah pangkat dan kedudukan, bertambah jauh dari rakyat banyak. Kemewahan dan kesenangan hidup orang besar-besar itu telah membelenggu mereka sehingga tidak dapat membebaskan diri lagi. Padahal hidup hanya ber-gantung kepada belas kasihan Seri Baginda. Dalam seberitar waktu, asal baginda berkenan bintang bIsa terang. Tetapi kalau baginda murka, seberitar waktu saja bIsa hancur lebih jatuh, sebab itu dada berdebar terus; bertambah berdekat bertambah merasa diri dalam bahaya, meskipun senang kelihatan oleh orang lain. Akan menjauh takut pula, takut akan hilang jaminan hidup. Sebab yang jauh dari Seri Baginda hidupnya melarat, dan kalau bebas berfikir selalu dicemburui. Baginda pun tahu kalau orang-orang ini tidak ada baginda tidak dapat berbuat apa-apa. Dia manusia sebagai orang-orang itu juga. Dia sendiri dalam hati sanubarinya tahu benar bahwa dia. bukan Tuhan, tetapi rakyat banyak yang melarat itu tidaklah dapat diatur dan diperitah dalam tetap taat setia, kalau baginda tidak dikatakan tuhan, dituhankan, diberhalakan.
Ke dalam suasana demikian Musa dan Harun diutus Tuhan.
Maka tidaklah heran jika mulai saja Musa membawa seruan kepada mereka, seketika pulang kembali ke Mesir dari perjalanan membuang diri ke negeri Matiyan, sambutan kepadanya dilakukan dengan sikap angkuh dan sombong."Adakah kita akan percaya kepada dua orang manusia, bukan Tuhan dan bukan Malaikat, bukan dewa, tetapi manusia? Sedangkan raja kita Fir'aun adalah putera dari Dewi lzia dan Ratu Matahari (Orizia). Dan meskipun keduanya manusia seperti kita manusianya ialah manusia kelas rendah pula. Dia dan Bani Israil, keturunan Ya'kub, yang telah beratus tahun menumpang di negeri kita, menjadi budak pelayan kita. Orang dari keturunan inikah yang akan mengajari kita?"
Dengan tegas dan terang mereka menolak kerasulan Musa dan Harun dan dengan tegang dan keras pula Musa menegakkan tugas sucinya, dengan mengemukakan mu'jizat alamat kebesaran Tuhan, namun mereka tidak juga mau tunduk, hingga akhinya mereka dibinasakan. (Tenggelam dalam lautan Outtum seketika mengejar Musa dan Harun yang menyeberangkan kaum Nabi Israil ke negeri asal mereka).
oesor aan segaia aisi Kerajaannya ituj, aan aapat Dam iaran aiaeoerangkan ke bumi asalnya, ke seberang lau1 Qulzum, akan menuju Palestina, Musa mendapat tugas yang baru pula, sambungan daripada tugas yang lama, yaitu memberi tuntunan jiwa umat yang telah dibebaskan itu. Tugas yang baru ini lebih berat pula daripada tugas yang lama.
Setelah selesai tugas melawan Fir'aun, dengan segenap Mangisian jiwa. Sebab kemerdekaan politik belum tentu sebenar-berianya kemerdekaan, sebelum kikia habis jiwa budak yang telah diwarisi beratus-ratus tahun turun-temurun. Sehingga mencapai kemerdekaan, masih saja kelihatan kesan jiwa budak.
Untuk itulah tugas kedua Nabi Musa, mengisi jiwa umatnya dengan Tauhid dan peraturan pergaulan hidup dan kemasyarakatan. Itulah Wahyu Tuhan yang diterimanya sebagai Kitab, yang bernama “Taurat".
Nabi Isa Almasih Dan Ibunya
Akhinya dalam ayat 50 itu, disebutkan pulalah Nabi Isa dan ibunya. Kedatangannya menjadi tanda bukti dari Kekuasaan dan Kesanggupan Tuhan. Dia dilahirkan oleh seorang Anak Dara yang suci, yang terdiriik sejak mulai lahir ke dunia dalam suasana kesucian. Dari anak dara itulah Isa Almasih lahir ke dunia, tidak dengan perantaraan Bapak. Untuk membuktikan bagi isi alam bahwa yang mengatur hukum “sebab akibat" menurut hitungan filsafat buatan manusia itu, adalah Tuhan sendiri. Sekali waktu Tuhan pun sanggup menunjukkan kuasa mengubah kebiasaanNya yang kita namai “sebab akibat" menurut yang biasa kita lihat itu. Di samping sebab akibat taksiran kita, ada lagi berjuta-juta sebab akibat lain, yang Tuhan memegang kunci rahasianya. Maka dilahirkan seorang putera yang suci dari seorang dara yang suci. Itulah Isa anak Maryam dan ibunya sendiri, Maryam. Diberi keduanya tempat perlindungan yang selamat aman, tinggi letaknya dan rata tanahnya, cukup mata-air yang memancarkan air yang jemih untuk minuman mereka, sampai kelak putera itu besar dan dewasa untuk menyampaikan seruan Ilahi kepada kaumnya. Itu yang dinamai Rabwah.
Jika Musa dan Harun bertugas menghadapi Fir'aun dan kelas berkuasa kerajaannya kemudian mengajar kaumnya sendiri sesudah pembebasan, maka kewajiban Isa Almasih dan tugasnya berat lagi. Yang dihartapinya ialah keturunan Israil yang telah diaeberangkan Musa dari Mesir itu. Kaum yang membanggakan diri dengan ajarannya yang lampau, tetapi telah membeku karena kenangan dan tidak sanggup mencipta karya baru. Dan jika datang Nabi baru menyambung usaha Nabi yang dahulu, mereka dustakan Nabi itu. Mereka masih saja membangga bahwa mereka umat pilihan Tuhan, padahal negeri mereka telah kehilangan kemerdekaan samasekali, karena penjajahan bangsa asing (Romawi).
penjahat dan perusuh, tetapi setengahnya lagi, setelah dia pulang kembali ke harihlrat Tuhannya, sepeninggalnya, orang mengangkatnya pula menjadi Tuhan atau anak Tuhan, atau sebagian dari Tuhan yang diausun dan tiga unsur, baru lengkap jadi satu.
Memang berat tugas Nabi-nabi itu. Itulah yang diingatkan dalam ayat-ayat ini diterangkan pula perangai manusia menghadapi seruan suci, dengan keingkaran dan keangkuhannya, dengan kesombongan dan kemewahannya. Namun setiap pendukung cita Nabi itu, tidaklah boleh menghentikan tangannya dan usahanya, menyampaikan seruan kebenaran Tuhan, sampai cerai nyawa dengan badan.