Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنۡ
tidaklah
هُوَ
ia
إِلَّا
melainkan
رَجُلٌ
seorang laki-laki
ٱفۡتَرَىٰ
ia mengada-adakan
عَلَى
atas
ٱللَّهِ
Allah
كَذِبٗا
kebohongan
وَمَا
dan tidaklah
نَحۡنُ
kami
لَهُۥ
kepadanya
بِمُؤۡمِنِينَ
dengan orang-orang yang beriman
إِنۡ
tidaklah
هُوَ
ia
إِلَّا
melainkan
رَجُلٌ
seorang laki-laki
ٱفۡتَرَىٰ
ia mengada-adakan
عَلَى
atas
ٱللَّهِ
Allah
كَذِبٗا
kebohongan
وَمَا
dan tidaklah
نَحۡنُ
kami
لَهُۥ
kepadanya
بِمُؤۡمِنِينَ
dengan orang-orang yang beriman
Terjemahan
Dia (Hud) tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dan kita tidak akan mempercayainya.”
Tafsir
(Ia tiada lain) Rasul itu (hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya") tidak akan percaya dengan adanya berbangkit sesudah mati.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 31-41
Kemudian Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain. Lalu Kami utus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata), "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya). Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, dia makan dari apa yang kalian makan dan minum dari apa yang kalian minum.
Dan sesungguhnya jika kalian menaati manusia yang seperti kalian, niscaya bila demikian, kalian benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian bahwa bila kalian telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, kalian sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kubur kalian)? Jauh-jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kalian itu; kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi.
Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya. Rasul itu berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku. Allah berfirman, Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal. Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu.
Allah ﷻ menceritakan bahwa Dia menjadikan umat yang lain sesudah kaum Nuh. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan mereka dalam ayat-ayat ini adalah kaum 'Ad, karena sesungguhnya merekalah yang berkuasa sesudah kaum Nuh. Menurut pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah kaum Samud, karena ada firman-Nya yang mengatakan: Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak. (Al Muminun: 41) Dan bahwa Allah ﷻ telah mengutus seorang rasul di antara mereka yang menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Tetapi mereka mendustakannya dan menentangnya serta menolak, tidak mau mengikutinya hanya karena dia adalah seorang manusia yang sama dengan mereka.
Pada prinsipnya mereka tidak mau mengikuti rasul yang berupa manusia, mereka mendustakan hari pertemuan dengan Allah kelak di hari kiamat, dan mereka ingkar kepada hari berbangkit di mana manusia dibangkitkan hidup kembali dari kuburnya masing-masing. Mereka berkata: Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu. (Al Muminun: 35-36) Yakni mustahil sesudah mati kalian dihidupkan kembali.
Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. (Al Muminun: 38) Yaitu dalam semua berita yang disampaikannya kepada kalian tentang kerasulan, peringatan, dan berita-berita tentang hari kiamat. "dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya. Rasul itu berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka men-dustakanku. (Al Muminun: 38-39) Yakni rasul itu memohon pertolongan dan bantuan kepada Allah dalam menghadapi mereka, dan Allah memperkenankan doanya.
Allah berfirman, "Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal. (Al Muminun: 40) karena mereka menentangmu dan mengingkari apa yang kamu sampaikan kepada mereka. Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak. (Al Muminun: 41) Mereka memang berhak mendapat azab itu dari Allah karena kekafiran dan kesewenang-wenangan mereka. Menurut makna lahiriah ayat ini menunjukkan bahwa azab itu berupa gabungan antara angin yang kencang lagi sangat kuat dan sangat dingin.
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. (Al-Ahqaf: 25) Firman Allah ﷻ: dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir. (Al Muminun: 41) Yakni mati dan binasa seperti buih banjir, yaitu sesuatu yang hina lagi tiada artinya dan tiada manfaatnya sama sekali. maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu. (Al Muminun: 41) Sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Az-Zukhruf: 76) karena kekafiran, keingkaran, dan sikap mereka yang selalu menentang utusan Allah. Maka hendaknyalah hal ini dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang mendustakan rasul mereka."
36-38. Para pemuka yang kafir itu berkata dengan sinis sambil menggelengkan kepala, 'Jauh! Jauh sekali apa yang diancamkan kepada kamu. Hal itu hanya omong kosong belaka. Ancaman itu tidak akan pernah terlaksanan. Kehidupan yang ada tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini. Di sinilah kita menyaksikan sebagian dari kita mati dan sebagiannya lagi dilahirkan untuk hidup, dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan lagi setelah mati. ' Tidak cukup dengan mendurhakai dan menolak dakwah Nabi Hud, para pemuka kafir itu bahkan berbuat lebih jahat lagi dengan berkata, 'Dia, Hud, tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan sudah semestinya kita tidak akan pernah memercayainya atas segala yang dikatakannya. 39. Mendengar pendustaan dan pengingkaran kaumnya yang sungguh terlalu, Dia, yaitu Nabi Hud, berdoa, 'Ya Tuhanku, tolonglah aku untuk mengalahkan mereka, karena mereka telah mendustakan aku. '.
Mereka tidak saja mengingkari kebangkitan setelah mati, tetapi juga melemparkan tuduhan kepada Hud bahwa ia berbuat dusta kepada Allah. Mereka berkata, "Orang itu memang mengadakan kedustaan terhadap Allah dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kaum Ad
Tersebut di dalam catatan al-Qur'an Surat al-A'raf, bahwasanya setelah binasa umat Nabi Nuh, ditimbulkan Tuhanlah umat yang baru, yaitu kaum ‘Ad dan pula kepada mereka seorang Nabi, yaitu Nabi Hud. Kedatangan Nabi
mi, kuayali nana juyn neuatangan setiap maoi Kepaaa Raumnya ialah memberi pimpinan pegangan hidup. Faham primitif yang mendewakan segala yang ganjil, menyembah segala yang bertuah, adalah dari kesalahan berfikir belaka: Persembahan hanyalah kepada Tuhan Allah Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Allah. Itulah yang diperingatkan oleh Nabi Hud itu sebagai tersebut dalam ayat 32 di atas. Beliau beri ingat dengan pertanyaan: “Tidakkah kamu takut?" Tidakkah kamu insafi bahwa perbuatanmu yang telah dimulai dengan kesalahan berfikir, akhir kelaknya akan membawa natijah yang salah juga?
Sambutan Kaumnya
Di dalam ayat 33 disebutkan bahwa “Al-Mala'u" boleh diartikan golongan atasan, orang-orang terpandang, pihak yang berkuasa, kelas yang memerintah dan berpengaruh dalam. Dalam bahasa yang populer sekarang ialah rejim (regiem). Orang-orang itu biasanya hanya menilai hidup dari yang ada sekarang saja. Mereka tidak percaya atau tidak mau percaya bahwa ada lagi kehidupan sesudah hidup ini (akhirat). Sebab yang terutama dari keingkaran hari akhirat itu ialah kemewahan. Allah memberi mereka kehidupan yang senang, kaya, terpandang dalam masyarakat. Lantaran kemewahan itu mereka pun lupa daratan. Mereka tidak ingat lagi bahwa kemewahan yang mereka dapat itu, dalam seberitar waktu, dapat saja dicabut Tuhan. Memang, kemewahan kerapkali meracuni jiwa manusia.
Seketika Nabi Hud datang membawa seruan, sebagai utusan Tuhan menyeru agar mereka kembali ke jalan yang benar, mereka memandang Nabi Hud dengan teropong kemewahan jua. Apalah kelebihan Nabi Hud itu dari kamu. Dia hanya manusia biasa sebagai kita juga, makan makanan yang kita makan dan minum minuman yang kita minum.
Kalau sekiranya petunjuk dari orang-orang sebagai Hud ini dituruti, niscaya rugilah kita. Dia mengajarkan pula bahwa di belakang hidup yang sekarang kita akan hidup lagi, lebih panjang dan lebih kekal. Kalau ajaran orang ini kita turuti, teranglah bahwa kita akan rugi. Kita tidak akan giat lagi mencari rezeki, padahal hidup di dunia adalah perjuangan merebut sebanyak-banyaknya dan menyimpan sebanyak-banyaknya. Di dunia ini manusia tidaklah akan dihargai orang kalau dia tidak mempunyai apa-apa. Kalau sekiranya kita mundur dari medan perjuangan hidup, karena percaya bahwa ada lagi hidup lain sesudah hidup yang sekarang niscaya kita akan menjadi buah tertawaan orang.
Ajaran Hud yang mengatakan bahwa sesudah kita mati, dikuburkan masuk tanah, tubuh kembali jadi tanah dan tulang-tulang pun berserak. Setelah itu kelak kita akan dibangkitkan. Apa benar? Masakan orang telah mati akan kembali hidup? Masakan batang tubuh yang telah jadi tanah, jadi rumput, menjadi pohon kamboja tumbuh di kubur, akan dikembalikan hidup seperti yang
sekarang ini, daging akan tumbuh kembali memalut tulang yang telah berserak itu. Mana buktinya? Sudahkah bertemu orang yang pulang dari dalam kubunya?
Samasekali ini amat jauh, tidak masuk akal, ini adalah janji melompong untuk menakut-nakuti orang yang telah memang pengecut juga Adapun orang yang berani dalam hidup, dia tidaklah memikirkan hari-hari yang disebut akhirat itu, sebab tidak ada buktinya samasekali.
Hidup hanya satu kali, yaitu hidup di dunia ini saja. Kita datang dari tanah, kelak kembali jadi tanah. Habis perkara. Maka dalam waktu jangka waktu yang hanya sedikit ini janganlah kita ragu-ragu, janganlah mau ditahan-tahan. “Sedang muda di dunia ini dipersunting, karena kalau sudah tua tenaga tak ada lagi, dunia pun lepaslah dari tangan." Hidup yang kedua kali tidak ada. Kita lahir, kita pun hidup, setelah itu mati. Kita sebagai nenek mati, sebagai ayah pun mati. Nanti datang lagi anak dan cucu kita meneruskan hidup. Sesudah itu mereka pun mati pula. Hari berbangkit di akhirat, hari pertimbangan dosa dan pahala, hari menerima balasan baik dengan baik dan jahat dengan jahat hanyalah khayal kita sendiri saja, karena kegagalan yang selalu dijumpai oleh orang-orang yang lemah semangat di dalam hidupnya. Maka orang-orang yang lari memperkatakan akhirat, memperkatakan hari menerima pembalasan, atas jasa-jasa yang baik, hanyalah harapan pengobat hati bagi orang yang tidak sanggup berjuang. Orang lemah!
Tentang hal Nabi Hud itu sendiri, mereka tegaskan lagi bahwa dia hanyalah seorang yang membuat-buat khabar yang tidak masuk akal, khabar bohong. Menyebut dirinya Utusan Allah. Masakah kalau Tuhan Allah itu ada, Dia akan mengutus orang membawa berita semacam yang dibawanya itu. Tidak mungkin Allah itu memberikan wahyu yang melarang orang hidup mewah. Tidak mungkin Dia menyuruh orang takut-takut hidup di dunia ini, untuk merasai nikmat Tuhan dia dalam alam ini sementara badan lagi hidup.
Begitu tegas dan beraninya mereka membantah dan menolak seruan Tauhid yang dibawa oleh Nabi Hud dan semacam Inilah selalu pendirian orang yang hidup diracun kemewahan.
Permohonan Nabi Hud Kepada Tuhan Allah
Sebagai seorang Nabi, Hud tidak dapat berbuat lain. Beliau hanya sekedar menyampaikan seruan. Adapun keputusan terakhir tentang nasib mereka adalah di tangan Tuhan sendiri. Maka memohonlah Hud kepada Tuhan, agar dia diberi pertolongan dalam menghadapi kaumnya yang telah mendustakan dan menolak seruannya itu."Ya Tuhanku, tolonglah kiranya hamba dalam perkara yang mereka bohongkan itu."
_ c _ —s w— ..v^cxaai ij^iu, S603D rupsnys
mereka masih tetap mengakui bahwa Engkau ada, tetapi Rasul yang Engkau utus mereka tolak dan dustakan."
Tuhan pun berfirman menjawab permohonan Hud itu, bahwa dalam seberitar waktu saja, dalam masa yang tidak lama mereka semuanya akan menyesal atas perbuatan dan sikap mereka.
Maka azhab siksa Ilahi pun datanglah menimpa mereka menurut ketentuan yang benar dan adil, dihancur-leburkan oleh angin punting-beliung. Seluruh tanahair tempat tinggal ditutupi oleh debu yang diantarkan angin, sehingga mereka pun bergelimpanganlah laksana sarap sampah yang hanyut. Kebinasaan jualah akhir kesudahannya yang menimpa diri-diri orang yang zalim.
Kalimat zalim adalah cabang serumpun dengan zhulm, artinya gelap-gulita. Apabila cara berfikir atau menempuh suatu jalan telah salah dari ber-mula, akhinya akan bertemu kesalahan juga. Yang kusut adalah mengakhiri kusut. Kegelapan dalam fikiran, membawa hasil yang gelap. Segala jalan salah, yang ditempuh di luar garis kebenaran, Zulm namanya, dan melakukannya adalah zalim. Oleh sebab itu kalau seorang yang aniaya mendapat hukuman Tuhan karena aniayanya, yang demikian sudahlah benar dan sudahlah adil. Karena kalau orang yang bersalah tidak mendapat akibat yang buruk, tidaklah ada peraturan di dalam alam ini, dan itu tidaklah benar.