Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِذَا
maka apabila
ٱسۡتَوَيۡتَ
kami telah berada
أَنتَ
kamu
وَمَن
dan orang
مَّعَكَ
bersamamu
عَلَى
di atas
ٱلۡفُلۡكِ
perahu
فَقُلِ
maka katakan/ucapkanlah
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
لِلَّهِ
bagi Allah
ٱلَّذِي
yang
نَجَّىٰنَا
telah menyelamatkan kami
مِنَ
dari
ٱلۡقَوۡمِ
kaum
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
فَإِذَا
maka apabila
ٱسۡتَوَيۡتَ
kami telah berada
أَنتَ
kamu
وَمَن
dan orang
مَّعَكَ
bersamamu
عَلَى
di atas
ٱلۡفُلۡكِ
perahu
فَقُلِ
maka katakan/ucapkanlah
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
لِلَّهِ
bagi Allah
ٱلَّذِي
yang
نَجَّىٰنَا
telah menyelamatkan kami
مِنَ
dari
ٱلۡقَوۡمِ
kaum
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
Terjemahan
Apabila engkau dan orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, ucapkanlah, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kaum yang zalim.’
Tafsir
(Apabila kamu telah lengkap) telah genap (yakni kamu dan orang-orang yang bersamamu berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, 'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim') yakni orang-orang yang kafir dengan dibinasakannya mereka.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 26-30
Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. Lalu Kami wahyukan kepadanya, "Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis) dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim. Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat. Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu). Allah ﷻ menceritakan tentang Nabi Nuh a.s., bahwa dia berdoa kepada Tuhannya untuk meminta tolong kepada-Nya terhadap kaumnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya: Maka dia mengadu kepada Tuhannya, bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan.
Oleh sebab itu, menangkanlah (aku). (Al-Qamar: 10) Dan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. (Al Muminun: 26) Maka pada saat itu juga Allah memerintahkan kepada Nuh untuk membuat perahu besar dengan pembuatan yang kuat dan kokoh atas bimbingan Allah, dan hendaknyalah Nuh memuatkan ke dalam bahteranya itu sepasang dari tiap-tiap jenis, baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya yang berpasangan. Hendaknya pula Nuh membawa keluarganya (yang beriman) ke dalam bahteranya itu.
kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka (Al Muminun: 27) Yakni orang-orang yang telah ditakdirkan oleh Allah akan binasa. Mereka adalah dari kalangan keluarga Nuh yang tidak beriman kepadanya, seperti anak dan istrinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah ﷻ: Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (Al Muminun: 27) Yaitu di saat kamu menyaksikan turunnya hujan yang lebat, janganlah sekali-kali kamu merasa kasihan terhadap kaummu, jangan pula kamu merasa sayang kepada mereka, lalu kamu mengharapkan agar azab itu ditangguhkan dari mereka barangkali saja mereka beriman.
Karena sesungguhnya Aku telah menetapkan bahwa mereka adalah orang-orang yang ditenggelamkan disebabkan kezaliman dan kekafiran mereka. Kisah mengenai hal ini secara panjang lebar telah dikemukakan dalam tafsir surat Hud. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini. Firman Allah ﷻ: Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim. (Al Muminun: 28) Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
dan menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi. Supaya kalian duduk di atas punggungnya, kemudian kalian ingat nikmat Tuhan kalian apabila kalian telah duduk di atasnya; dan supaya kalian mengucapkan, "Mahasuci Tuhan Yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 12-14) Nabi Nuh a.s.
melaksanakan perintah ini, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya: Dan Nuh berkata, "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya " (Hud: 41) Adapun firman Allah ﷻ: Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.(Al Muminun: 29) Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah). (Al Muminun: 30) Artinya, sesungguhnya pada kejadian itu yakni diselamatkan-Nya kaum mukmin dan dibinasakan-Nya orang-orang kafir benar-benar terdapat tanda-tanda dan bukti-bukti yang jelas yang menunjukkan kebenaran para nabi tentang apa yang mereka sampaikan dari Allah ﷻ Yang Maha Berbuat terhadap segala sesuatu yang dikehendaki-Nya lagi Maha Mengetahui segala sesuatu.
Firman Allah ﷻ: dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu). (Al Muminun: 30) Yakni benar-benar mencoba hamba-hamba-Nya dengan mengutus para rasul kepada mereka."
28-29. Melanjutkan arahan-Nya kepada Nabi Nuh, Allah berfirman, 'Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, 'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kejahatan dan gangguan orang-orang kafir yang zalim. ' Dan berdoalah pula terutama ketika engkau turun dari bahtera itu, 'Ya Tuhanku, tempatkanlah aku di kapal ini atau di mana pun yang Engkau kehendaki pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat dan pemberi kemuliaan bagi hamba-Mu. '28-29. Melanjutkan arahan-Nya kepada Nabi Nuh, Allah berfirman, 'Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, 'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kejahatan dan gangguan orang-orang kafir yang zalim. ' Dan berdoalah pula terutama ketika engkau turun dari bahtera itu, 'Ya Tuhanku, tempatkanlah aku di kapal ini atau di mana pun yang Engkau kehendaki pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat dan pemberi kemuliaan bagi hamba-Mu. '.
Allah memerintahkan kepada Nuh, jika ia bersama orang-orang yang beriman telah berada di atas perahu, maka ia harus mengucapkan pujian kepada Allah sebagai rasa syukur atas keselamatan mereka semuanya yang berada dalam perahu itu, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim." Ayat ini memberi petunjuk bahwa kita tidak boleh merasa gembira dengan turunnya azab kepada orang atau golongan lain, kecuali bila di dalamnya mengandung keselamatan bagi kaum mukminin, terhindarnya mereka dari bahaya kemusnahan, dan tersapu bersihnya dunia dari segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan.
Menurut keterangan Ibnu 'Abbas ra bahwa yang berada dalam perahu Nuh itu selain semua jenis binatang itu ada 80 orang manusia, yaitu Nuh beserta tiga orang putranya beserta istri-istrinya dan 72 orang mukmin umat Nuh yang setia kepadanya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 23
“Dan Sesungguhnya telah Kami utus Nuh kepada kaumnya. Maka dia pun berkata: Hai kaumku, berbaktiiah kamu semuanya kepada Allah. Sebab tidak ada bagimu Tuhan yang lain, selain Dia." (pangkal ayat 23).
Perhatikanlah dengan seksama urutan datangnya Wahyu. Mula-mula diceritakan dari hal air, kebun buah-buahan, tanam-tanaman, binatang temak. Kehidupan dan kesuburan, semuanya bergantung sangat kepada turunnya hujan. Binatang temak sebagai kuda dan unta dapat dijadikan kendaraan pengangkut manusia, sama juga halnya dengan kapal yang belayar pula mengangkut manusia di lautan. Maka setelah terbayang dalam fikiran keadaan laut dan kapal, barulah diceritakan perjuangan Nabi Muhammad. Dan memang, perjuangan Nabi Nuh kelaknya akan menerangkan lagi tentang air hujan dan menerangkan lagi tentang kapal.
Maka pokok pertama dari ajaran yang beliau bawa kepada kaumnya ialah memberi ingat bahwa Tuhan yang lain tidak ada, yang Tuhan hanyalah Allah. Hujan tidak turun, makanan tidak terjamin, binatang temak tak berkembang biak dan angkutan yang menghubungkan di antara dserah dengan dserah tidak akan lancar, kalau bukan kurnia dari Tuhan Allah Yang Esa. Manusia haruslah menginsafi itu. Kalau dia telah sadar akan keesaan Ilahi, fikirannya tidak pecah lagi di dalam menginsafi itu. Kalau dia telah sadar akan keesaan Ilahi, fikirannya tidak pecah lagi di dalam menghadapi tugas hidup. Pengakuan akan Kesatuan Tuhan, niscaya menimbulkan kesatuan bakti, yaitu kesatuan ibadat. Karena memang tidak sesuatu pun yang patut disembah dan dibakti, kecuali Tuhan Allah.
“Apakah kamu tidak juga mau takwa?" (ujung ayat 23). Apakah kamu tidak sadar, bahwasanya keadaan bIsa berubah-ubah, dalam sekejap mata? Tidakkah kamu tidak sadar bahwasanya nikmat yang telah diberikan Tuhan hari ini dapat dicabutnya kembali besok? Adakah sesuatu dalam dunia ini yang tetap? “Takwa" artinya memelihara dan menyadari, kadang-kadang timbul takut, sehingga kerapkali dengan bergegas saja orang mengartikan takwa dengan takut, padahal dia lebih meliputi daripada semata-mata “takut".
Kalau takwa bertali dengan “wiqayah", yaitu memelihara hubungan baik dengan Tuhan. Karena apabila telah ada hubungan yang baik dengan Tuhan, apa pun yang akan datang menimpa diri, namun kita tidak akan merasa cemas lagi.
itu, tidaklah segera dapat sambutan yang baik. Penyeru kebenaran di dalam dynia ini tidaklah mudah mencapai maksudnya. Sebab kebenaran itu tidaklah selalu mania. Kadang-kadang betapa pun besar seruan yang dibawa, ditawar orang terlebih dahulu, siapa yang mengatakan, siapa yang membawa dan bagaimana kedudukannya (posisiNya) dalam masyarakat. Oleh sebab itu datanglah terusan ayat:
Ayat 24
“Maka berkatalah satu golongan yang kafir dari kaumnya: Orang ini hanyalah manusia serupa kamu juga, yang ingin hendak melebihkan dirinya di atas kamu. Kalau betul-betul Allah yang menghendaki, tentu malaikatlah yang dlturunkanNya. Tidaklah pernah kita mendengar ucapan-ucapan semacam ini sejak nenek-moyang kita yang dahulu(ayat 24).
Coba perhatikan ayat ini: Mereka tidak membicarakan isi seruan. Mereka tidak mengaji apa yang diaerukan oleh Nabi Nuh, kebenaran atau kesalahan-, nya. Yang mereka kaji hanyalah bahwa seorang yang bernama Nuh hendak melebihi mereka, hendak mengatasi mereka, “hendak mencari nama". Padahal mereka adalah orang-orang bangsawan, kedudukan yang menentukan di dalam negeri. Sekarang datang saja seorang yang belum mempunyai “sejarah", membawa-bawa pula soal Ketuhanan. Bukanlah isi seruannya yang salah, tetapi orang yang membawa seruan, itulah yang kurang pantas. Kalau benar seman ini memang atas kehendak Allah, alangkah baik dan tepatnya kalau yang diutus itu Malaikat dari langit, supaya kami bIsa segan dan hormat kepadanya. Adapun kalau utusan itu masih manusia juga, walaupun dari mana datangnya, tidak seorang juga yang dapat kami segani, sebab kedudukan (posisi) mereka dalam masyarakat tidak ada yang melebihi kami. Dan lagi sejak nenek-moyang kami dulu-dulu, belum ada orang yang berani membuka-buka soal yang seperti ini. Ini adalah satu kelancangan. Siapakah orangnya Nuh itu, yang begitu berani melintasi orang tua-tua dan orang-orang yang berkedudukan tinggi di kalangan masyarakat?
Ayat 25
“Dia itu, tidak lain hanyalah seorang yang ditimpa gila. Maka tunggulah hingga datang waktunya.(ayat 25).
Begitulah mereka menilai Nabi Nuh. Dia membawa suara baru, kata mereka yang begitu besar dan pongah, dan tidak diukunya terlebih dahulu dengan dirinya sendiri. Tidak ada yang berani mengeluarkan kata-kata begini, kalau orang tahu akan dirinya. Orang yang tidak tahu dirilah yang bermulut lancang. Dan kelancangan adalah alamat gila. Lebih baik kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Ayat ini memberi kita pelajaran yang mendalam tentang dasar-dasar ilmu masyarakat. Suatu masyarakat yang telah membeku dengan susunannya yang lama dan bobrok akan dipertahankan dengan keras dan berici menerima perubahan.
Ayat 26
“Berkata dia: Tuhan, tolong kiranya akan daku, karena mereka telah mendustakan daku." (ayat 26).
Dia sendiri sebagai manusia, tidaklah mempunyai daya apa-apa. Dia pun insaf betapa besar yang dihartapinya. Kekuatannya sebagai manusia tidaklah ada. Dia tidak mempunyai daya sendiri. Tunjukkanlah kepadanya kelanjutan langkah yang harus ditempuh. Kalau petunjuk itu datang, sebagai seorang Utusan Ilahi, sebagai seorang yang beriman, sekali-kali dia tidak akan mengelak., Ketentuan Tuhan pun datanglah.