Ayat

Terjemahan Per Kata
إِنۡ
jika
هُوَ
dia
إِلَّا
kecuali/hanyalah
رَجُلُۢ
seorang laki-laki
بِهِۦ
dengannya
جِنَّةٞ
gila
فَتَرَبَّصُواْ
maka tunggulah
بِهِۦ
dengannya/terhadapnya
حَتَّىٰ
sehingga/sampai
حِينٖ
suatu waktu
إِنۡ
jika
هُوَ
dia
إِلَّا
kecuali/hanyalah
رَجُلُۢ
seorang laki-laki
بِهِۦ
dengannya
جِنَّةٞ
gila
فَتَرَبَّصُواْ
maka tunggulah
بِهِۦ
dengannya/terhadapnya
حَتَّىٰ
sehingga/sampai
حِينٖ
suatu waktu
Terjemahan

Dia hanyalah seorang laki-laki yang gila. Tunggulah dia sampai waktu yang ditentukan.”
Tafsir

(Ia tiada lain) maksudnya Nuh ini tidak lain (hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila) dalam keadaan gila (maka tunggulah terhadapnya) tunggulah dia, atau biarkanlah dia (sampai suatu waktu") hingga saat kematiannya. Maksud mereka biarkanlah dia begitu, nanti juga mati sendiri.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 23-25
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah oleh kalian, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)?" Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab, "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud menjadi seorang yang lebih tinggi daripada kalian. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa malaikat.
Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami dahulu. Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu. Allah ﷻ menceritakan tentang Nabi Nuh a.s. ketika ia di utus kepada kaumnya untuk memberikan peringatan kepada mereka akan azab Allah, juga pembalasan-Nya yang keras terhadap orang-orang yang mempersekutukan-Nya, menentang pcrintah-Nya, serta mendustakan rasul-rasul-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: lalu ia berkata, "Hai kaumku sembahlah Allah oleh kalian (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya) ?(Al Muminun: 23) Yakni apakah kalian tidak takut kepada Allah bila kalian mempersekutukan-Nya (dengan yang lain)? Maka pemuka-pemuka orang kafir di antara kaumnya menjawab: Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari pada kalian. (Al Muminun: 24) Yakni merasa lebih tinggi daripada kalian dan merasa besar diri dengan mengakui diri sebagai seorang nabi, padahal dia adalah seorang manusia, sama dengan kalian.
Maka mana mungkin kalau dia diberi wahyu, sedangkan kalian tidak? Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa malaikat. (Al Muminun: 24) Yaitu sekiranya Allah ingin mengutus seorang nabi, tentulah Dia mengutus malaikat dari sisi-Nya, bukan manusia. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini. (Al Muminun: 24) Yakni seorang manusia menjadi rasul di kalangan nenek moyang terdahulu. Mereka yang dimaksud adalah para pendahulu dan bapak-bapak mereka di masa silam.
Firman Allah ﷻ: Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila. (Al Muminun: 25) Maksudnya, gila dengan pengakuannya yang menyatakan bahwa Allah mengutusnya kepada mereka, dan hanya dirinyalah yang menerima wahyu dari Allah di antara kalian. maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu. (Al Muminun: 25) Yaitu tunggulah sampai maut datang merenggutnya, dan bersabarlah kalian terhadap Nuh selama beberapa saat, sesudah itu kalian akan terbebas darinya."
Para pemuka orang kafir itu melanjutkan, 'Dia, yakni Nuh, ha-nyalah seorang laki-laki yang gila sehingga dia ingin menonjolkan diri, maka tunggulah terhadapnya, yakni bersabarlah kamu, sampai waktu yang ditentukan di mana dia sembuh atau meninggal dunia. '26. Setelah sekian kali mendengar pemuka kaumnya yang kafir berkata demikian, dan terbukti bahwa mereka menolak dakwahnya, Dia, yakni Nabi Nuh, berdoa, 'Ya Tuhanku, penolong dan pembimbingku, tolonglah aku karena mereka telah sekian kali mendustakan aku. '.
Ayat ini menerangkan sikap orang-orang kafir akibat pandangan mereka yang meremehkan posisi Nuh sebagai rasul. Mereka mengatakan bahwa Nuh tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang miring otaknya, yang berbicara seenaknya, dan apa yang diucapkannya tidak beralasan sama sekali, sehingga tidak perlu dilayani. Oleh karena itu, mereka meminta kepada kaumnya untuk sabar sampai Nuh pada suatu waktu sadar dan kembali ke keadaannya yang normal dan kembali memeluk agama nenek moyang mereka. Ucapan mereka itu menunjukkan keingkarannya, padahal mereka mengetahui, bahwa Nuh orang yang paling cerdas pikirannya di antara mereka.
Menyimak perkataan kaum Nabi Nuh, yang menolak kedudukannya sebagai rasul, bisa dikatakan bahwa setiap rasul seharusnya memiliki kelebihan dari umatnya dari segi akhlak dan mukjizat. Seorang rasul kedudukannya harus lebih tinggi karena dengan demikian semua petunjuknya akan diikuti. Di samping itu seorang rasul harus berwibawa, supaya dengan wibawanya ia dapat memimpin umatnya ke jalan yang benar, dan rasul itu maksum, yakni terpelihara dari segala dosa termasuk kesombongan. Ucapan mereka bahwa seruan kepada ketauhidan itu belum pernah mereka terima dari nenek moyang mereka dahulu. Padahal ucapan mereka itu tidak cukup untuk dijadikan alasan menolak risalah Nuh. Tuduhan mereka bahwa Nabi Nuh menderita sakit ingatan, bertentangan dengan kenyataan yang mereka lihat dan alami sendiri.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 23
“Dan Sesungguhnya telah Kami utus Nuh kepada kaumnya. Maka dia pun berkata: Hai kaumku, berbaktiiah kamu semuanya kepada Allah. Sebab tidak ada bagimu Tuhan yang lain, selain Dia." (pangkal ayat 23).
Perhatikanlah dengan seksama urutan datangnya Wahyu. Mula-mula diceritakan dari hal air, kebun buah-buahan, tanam-tanaman, binatang temak. Kehidupan dan kesuburan, semuanya bergantung sangat kepada turunnya hujan. Binatang temak sebagai kuda dan unta dapat dijadikan kendaraan pengangkut manusia, sama juga halnya dengan kapal yang belayar pula mengangkut manusia di lautan. Maka setelah terbayang dalam fikiran keadaan laut dan kapal, barulah diceritakan perjuangan Nabi Muhammad. Dan memang, perjuangan Nabi Nuh kelaknya akan menerangkan lagi tentang air hujan dan menerangkan lagi tentang kapal.
Maka pokok pertama dari ajaran yang beliau bawa kepada kaumnya ialah memberi ingat bahwa Tuhan yang lain tidak ada, yang Tuhan hanyalah Allah. Hujan tidak turun, makanan tidak terjamin, binatang temak tak berkembang biak dan angkutan yang menghubungkan di antara dserah dengan dserah tidak akan lancar, kalau bukan kurnia dari Tuhan Allah Yang Esa. Manusia haruslah menginsafi itu. Kalau dia telah sadar akan keesaan Ilahi, fikirannya tidak pecah lagi di dalam menginsafi itu. Kalau dia telah sadar akan keesaan Ilahi, fikirannya tidak pecah lagi di dalam menghadapi tugas hidup. Pengakuan akan Kesatuan Tuhan, niscaya menimbulkan kesatuan bakti, yaitu kesatuan ibadat. Karena memang tidak sesuatu pun yang patut disembah dan dibakti, kecuali Tuhan Allah.
“Apakah kamu tidak juga mau takwa?" (ujung ayat 23). Apakah kamu tidak sadar, bahwasanya keadaan bIsa berubah-ubah, dalam sekejap mata? Tidakkah kamu tidak sadar bahwasanya nikmat yang telah diberikan Tuhan hari ini dapat dicabutnya kembali besok? Adakah sesuatu dalam dunia ini yang tetap? “Takwa" artinya memelihara dan menyadari, kadang-kadang timbul takut, sehingga kerapkali dengan bergegas saja orang mengartikan takwa dengan takut, padahal dia lebih meliputi daripada semata-mata “takut".
Kalau takwa bertali dengan “wiqayah", yaitu memelihara hubungan baik dengan Tuhan. Karena apabila telah ada hubungan yang baik dengan Tuhan, apa pun yang akan datang menimpa diri, namun kita tidak akan merasa cemas lagi.
itu, tidaklah segera dapat sambutan yang baik. Penyeru kebenaran di dalam dynia ini tidaklah mudah mencapai maksudnya. Sebab kebenaran itu tidaklah selalu mania. Kadang-kadang betapa pun besar seruan yang dibawa, ditawar orang terlebih dahulu, siapa yang mengatakan, siapa yang membawa dan bagaimana kedudukannya (posisiNya) dalam masyarakat. Oleh sebab itu datanglah terusan ayat:
Ayat 24
“Maka berkatalah satu golongan yang kafir dari kaumnya: Orang ini hanyalah manusia serupa kamu juga, yang ingin hendak melebihkan dirinya di atas kamu. Kalau betul-betul Allah yang menghendaki, tentu malaikatlah yang dlturunkanNya. Tidaklah pernah kita mendengar ucapan-ucapan semacam ini sejak nenek-moyang kita yang dahulu(ayat 24).
Coba perhatikan ayat ini: Mereka tidak membicarakan isi seruan. Mereka tidak mengaji apa yang diaerukan oleh Nabi Nuh, kebenaran atau kesalahan-, nya. Yang mereka kaji hanyalah bahwa seorang yang bernama Nuh hendak melebihi mereka, hendak mengatasi mereka, “hendak mencari nama". Padahal mereka adalah orang-orang bangsawan, kedudukan yang menentukan di dalam negeri. Sekarang datang saja seorang yang belum mempunyai “sejarah", membawa-bawa pula soal Ketuhanan. Bukanlah isi seruannya yang salah, tetapi orang yang membawa seruan, itulah yang kurang pantas. Kalau benar seman ini memang atas kehendak Allah, alangkah baik dan tepatnya kalau yang diutus itu Malaikat dari langit, supaya kami bIsa segan dan hormat kepadanya. Adapun kalau utusan itu masih manusia juga, walaupun dari mana datangnya, tidak seorang juga yang dapat kami segani, sebab kedudukan (posisi) mereka dalam masyarakat tidak ada yang melebihi kami. Dan lagi sejak nenek-moyang kami dulu-dulu, belum ada orang yang berani membuka-buka soal yang seperti ini. Ini adalah satu kelancangan. Siapakah orangnya Nuh itu, yang begitu berani melintasi orang tua-tua dan orang-orang yang berkedudukan tinggi di kalangan masyarakat?
Ayat 25
“Dia itu, tidak lain hanyalah seorang yang ditimpa gila. Maka tunggulah hingga datang waktunya.(ayat 25).
Begitulah mereka menilai Nabi Nuh. Dia membawa suara baru, kata mereka yang begitu besar dan pongah, dan tidak diukunya terlebih dahulu dengan dirinya sendiri. Tidak ada yang berani mengeluarkan kata-kata begini, kalau orang tahu akan dirinya. Orang yang tidak tahu dirilah yang bermulut lancang. Dan kelancangan adalah alamat gila. Lebih baik kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Ayat ini memberi kita pelajaran yang mendalam tentang dasar-dasar ilmu masyarakat. Suatu masyarakat yang telah membeku dengan susunannya yang lama dan bobrok akan dipertahankan dengan keras dan berici menerima perubahan.
Ayat 26
“Berkata dia: Tuhan, tolong kiranya akan daku, karena mereka telah mendustakan daku." (ayat 26).
Dia sendiri sebagai manusia, tidaklah mempunyai daya apa-apa. Dia pun insaf betapa besar yang dihartapinya. Kekuatannya sebagai manusia tidaklah ada. Dia tidak mempunyai daya sendiri. Tunjukkanlah kepadanya kelanjutan langkah yang harus ditempuh. Kalau petunjuk itu datang, sebagai seorang Utusan Ilahi, sebagai seorang yang beriman, sekali-kali dia tidak akan mengelak., Ketentuan Tuhan pun datanglah.