Ayat
Terjemahan Per Kata
فَٱتَّخَذۡتُمُوهُمۡ
maka kamu menjadikan mereka
سِخۡرِيًّا
buah ejekan
حَتَّىٰٓ
sehingga
أَنسَوۡكُمۡ
melupakan kamu
ذِكۡرِي
mengingat Aku
وَكُنتُم
dan kalian
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
تَضۡحَكُونَ
kamu mentertawakan
فَٱتَّخَذۡتُمُوهُمۡ
maka kamu menjadikan mereka
سِخۡرِيًّا
buah ejekan
حَتَّىٰٓ
sehingga
أَنسَوۡكُمۡ
melupakan kamu
ذِكۡرِي
mengingat Aku
وَكُنتُم
dan kalian
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
تَضۡحَكُونَ
kamu mentertawakan
Terjemahan
Lalu, kamu jadikan mereka bahan ejekan sehingga itu membuatmu lupa mengingat-Ku dan kamu (selalu) menertawakan mereka.
Tafsir
(Lalu kalian menjadikan mereka buah ejekan) lafal Sikhriyyan dapat pula dibaca Sukhriyyan keduanya merupakan bentuk Mashdar, maknanya adalah ejekan. Di antara mereka yang menjadi bahan ejekan orang-orang musyrik adalah sahabat Bilal, sahabat Shuhaib, sahabat Ammar, sahabat Salman (sehingga menjadikan kalian lupa mengingat Aku) kalian melupakannya disebabkan kalian sibuk dengan memperolok-olokkan mereka. Mengingat mereka sering lupa, maka sifat pelupa dinisbatkan kepada mereka (dan adalah kalian selalu menertawakan mereka).
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 108-111
Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia), 'Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling baik.' Lalu kalian menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kalian mengejek mereka menjadikan kalian lupa mengingat Aku, dan kalian selalu menertawakan mereka. Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.
Ini adalah jawaban Allah ﷻ kepada orang-orang kafir saat mereka meminta agar dikeluarkan dari neraka dan dikembalikan ke dunia. Allah ﷻ berfirman: Tinggallah dengan hina di dalamnya. (Al Muminun: 108) Yakni menetaplah di dalam neraka dalam keadaan hina dina dan direndahkan. dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. (Al Muminun: 108) Artinya, janganlah kalian mengulangi lagi permintaan ini, karena sesungguhnya kalian tidak akan diperkenankan oleh-Ku. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. (Al Muminun: 108) Ini adalah jawaban Tuhan Yang Maha Pemurah saat mereka tidak diperkenankan lagi berbicara dengan-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman Al-Mawarzi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Abu Ayyub, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa sesungguhnya ahli neraka Jahannam memanggil-manggil Malaikat Malik (Penjaga neraka) selama empat puluh tahun, tetapi tidak dijawab. Kemudian Malik menjawab mereka, "Sesungguhnya kalian tetap tinggal di dalam neraka." Abdullah ibnu Amr mengatakan, "Seruan mereka demi Allah, tidak diindahkan oleh Malaikat Malik dan juga oleh Allah ﷻ" Kemudian mereka berkata menyeru Tuhannya: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan kami orang-orang yang sesat.
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. (Al Muminun: 106-107) Maka mereka didiamkan selama dua kali lipat usia dunia, kemudian dijawab oleh firman-Nya: Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. (Al-Muminun: 108) Abdullah ibnu Amr mengatakan, "Demi Allah, sejak saat itu ahli neraka tidak lagi mengucapkan suatu kalimat pun, tiada yang dikeluarkan oleh mereka melainkan hanya tarikan napas dan embusan napas mereka dalam rintihan kesakitan di dalam neraka Jahannam." Lalu Abdullah ibnu Amr mengatakan pula bahwa suara mereka mirip dengan suara keledai yang mula-mula adalah lengkingan, kemudian di ujungnya adalah suara lengkingan yang tersendat-sendat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Salamah ibnu Kahil, telah menceritakan kepada kami Abuz Za'ra yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan, "Apabila Allah ﷻ menetapkan tidak akan mengeluarkan seseorang pun dari neraka Jahannam, maka Allah mengubah wajah dan warna tubuh ahli neraka, kemudian didatangkan seseorang dari kalangan kaum mukmin.
Orang mukmin itu memohon agar diberi izin untuk memberi syafaat. Ia mengatakan, 'Ya Tuhanku, (berilah aku izin memberikan syafaat).' Maka Allah ﷻ berfirman. 'Barang siapa (di antara kamu) yang mengetahui seseorang (dari penduduk neraka), maka ia dapat mengentaskannya.' Kemudian lelaki mukmin itu didatangkan ke neraka dan ia melihat-lihat neraka, ternyata ia tidak mengenal seorang pun dari mereka, padahal ada seseorang dari ahli neraka yang menyerunya, 'Hai Fulan, aku adalah si Anu yang pernah kamu kenal dahulu.' Tetapi orang mukmin itu menjawab, 'Saya tidak mengenalmu,'(karena rupa dan bentuk mereka telah di mbah oleh Allah)." Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa pada saat itu orang-orang kafir yang ada di dalam neraka berkata: .
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. (Al Muminun: 107) Maka pada saat itu juga dijawab oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. (Al Muminun: 108) Apabila dikatakan demikian, maka pintu neraka ditutup menyekap mereka semuanya, tiada seorang pun di antara mereka yang dikeluarkan. Kemudian Allah ﷻ mengingatkan mereka akan dosa-dosa yang telah mereka lakukan ketika di dunia, juga ejekan-ejekan yang mereka lancarkan terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman dan kekasih-kekasih-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia), "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling baik.
Lalu kalian menjadikan mereka buah ejekan. (Al-Muminun: 109-110) Yakni kalian mengejek doa dan sanjungan mereka kepada-Ku: sehingga (kesibukan) kalian mengejek mereka menjadikan kalian lupa mengingat Aku. (Al Muminun: 110) Artinya, kebencian kalian kepada hamba-hamba-Ku yang beriman membuat kalian lupa akan mengingat-Ku. dan kalian selalu menertawakan mereka. (Al Muminun: 110) Yakni menertawakan perbuatan mereka dan ibadah mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain: Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka dahulu menertawakan orang-orang yang beriman.
Dan apabila orang-orang yang beriman itu lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya (di antara sesama mereka). (Al-Muthaffifin: 29-30) Yaitu mencela mereka dengan nada mengejek. Kemudian Allah ﷻ menyebutkan tentang balasan pahala yang diberikan kepada kekasih-kekasih-Nya dan hamba-hamba-Nya yang saleh. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka. (Al Muminun: 111) dalam menghadapi gangguan kalian dan ejekan kalian terhadap diri mereka. sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang. (Al Muminun: 111) Yakni Aku jadikan mereka orang-orang yang beruntung dapat meraih kebahagiaan dan kesejahteraan, surga, dan selamat dari neraka."
110. Kamu, wahai para pendurhaka, mendengar orang-orang mukmin tulus berdoa demikian, lalu kamu jadikan mereka buah ejekan. Begitu sibuk kamu mengejek mereka sehingga kamu lupa mengingat Aku, dan kamu pun selalu menghina dan menertawakan mereka. 111. Untuk membangkitkan penyesalan yang lebih dalam di hati para pendurhaka itu, Allah berfirman, 'Sesungguhnya pada hari ini Aku memberi balasan yang sempurna dan menyenangkan kepada mereka, yakni kaum mukmin yang kamu ejek itu, karena kesabaran mereka dalam melaksanakan ajaran-Ku dan menghadapi gangguan kamu; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan sejati, yaitu derajat yang tinggi di surga.
Pada ayat ini Allah menerangkan sebab musabab mereka disiksa dan diazab, serta jawaban yang menghina atas permintaan mereka kembali ke dunia. Hinaan itu muncul karena mereka menghina hamba-hamba Allah yang telah beriman, seperti Bilal, Khabbab, shuhaib dan orang-orang mukmin yang lemah lainnya, selalu mendekatkan diri kepada Allah, menegaskan ikrar dan pengakuan keimanan mereka kepada-Nya, membenar-kan para rasul yang telah diutus-Nya, senantiasa meminta ampunan dan memohon rahmat kepada-Nya karena Dialah pemberi rahmat yang sebaik-baiknya. Orang-orang kafir menghadapi orang-orang mukmin itu dengan sikap mengejek, menertawakan, dan menghina. Ayat ini juga menerangkan bahwa kesibukan orang-orang kafir itu mereka mengejek dan menertawakan orang-orang mukmin, membuat mereka lupa mengingat Allah. Sejalan dengan ayat ini, Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya, dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria. Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat," padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin). (al-Muthaffifin/83: 29-33).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Pengakuan Dan Penyesalan
“Berdiamlah kamu di dalam neraka itu, tak usah lagi berbicara dengan Daku."
Sekarang baru kamu merendah-rendah berhiba hati meminta dikasihani, minta dikembalikan ke dunia untuk berbuat baik.
Padahal di waktu dahulu itu telah ada hambaKu yang sudi menerima kebenaran ajaran yang dIsampaikan oleh UtusanKu atas namaKu. Mer.eka-tdah mengakui bahwa mereka beriman dan percaya kepada segala ajaran yang dibawa itu. Mereka pun memohon ampun dan kurnia kepadaKu. Tidak ada lagi tujuan lain dalam hidup mereka melainkan kepadaKu.
Apa sikapmu kepada orang-orang yang percaya itu? Cobalah ingat kembali! Orang-orang itu kamu jadikan olok-olok, mereka kamu ketawakan, kamu ejek. Kamu duduk bersama-sama membicarakan mereka, sehingga karena memandang hina sesamamu manusia, kamu telah lupa samasekall kepadaKu.
Orang yang taat beribadat, kamu ejek, kamu katakan dia sekarang telah jadi “pendeta". Orang tekun sembahyang, kamu ejek, kamu katakan, “telah memesan tempat dari sekarang dalam syurga." Mereka memegang teguh perintahKu, kamu hinakan pula dan kamu katakan mengganggu perasaanmu. Ada orang memberimu nasihal yang baik, kamu tuduh dia menyindir kamu. Lantaran sikap hidupmu yang demikian, lupalah kamu mengingat Daku. Kamu hanya tertawa bersenda-gurau, bersenda berolok menghabiskan waktu pada yang tidak berguna, sehingga hidupmu itu kosong, dan seketika ditimbang amat ringan, karena tidak ada isinya.
Ketika hidup di dunia itu kamu mewah, kekayaan di tanganmu, kekuasaan demikian pula. Di tanganmu terpegang politik, ekonomi dan masyarakat.
tidak akan lepas lagi dari tanganmu. Lantaran itu maka segala suara yang ingin memperbaiki keadaan, kamu bungkamkan Seruan yang jujur kamu olokkan, dan kalau bersungguh-sungguh kamu musuhi. Padahal pada lahir kamu hidup mewah, pada batin cita-citamu kosong. Dan penyeru kepada kebaikan, pada lahir hidupnya sengsara, pada batin mereka merasa puas, sebab hidup dipenuhi oleh cita-cita.
Mereka ingin berkhidmat kepada Tuhan, meratakan jalanNya di muka bumi, sedangkan kamu hanya menjadi tukang cemuh. Mereka berjuang di bawah pimpinan Wahyu Ilahi, karena kasih sayang kepada kamu, supaya kamu keluar dari dalam lembah kehinaan, kejahilan dan kemusyrikan. Mereka tidaklah memusuhi kamu. Padahal kamu adalah mengingkari Tuhan kamu hanya menuhankan hawanafsumu dan seleramu. Kamu merasa bahwa kamulah yang di atas, sedang para pejuang untuk Kami, kamu pencilkan dan hinakan.
Sekarang keadaan telah berbalik. Dalam alam akhirat perhitungan jauh berbeda daripada di masa alam dunia. Ta'rif atau iatilah kekayaan di sini berbeda dengan penilaian kekayaan dunia. Di dunia kekayaan diperhitungkan karena simpanan emas dan perak. Di akhirat emas dan perak tidak laku lagi. Sebab emas dan perak hanyalah tanah belaka, sama asal kejadiannya dengan pasir di pantai dan lumpur di sawah. Dia menjadi mahal karena kamu katakan mahal, padahal di satu waktu kalau kamu haus dalam musafir, padahal air sukar diriapat, maka harga segelas air jauh lebih mahal dari harga segunrtpal emas.
Di akhirat iatilah kekayaan lain daripada di dunia. Kekayaan untuk akhirat hanyalah amat shalih. Beratkah hasil amal shalih yang dikerjakan selama hidup atau ringan. Ketinggian pangkat dan kebesaran di alam akhirat tidaklah ditentukan oleh luas pemerintahan yang diatur, melainkan oleh Iman dan Takwa. Kemegahan dan kemewahan duniawi menjadi tammat setelah sampai di pintu kubur.
Sekarang kamu lihat sendiri, orang yang kamu remehkan dan hinakan dahulu telah hidup dalam kebahagIsan. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Tujuan terakhir dari hidup telah mereka capai. Dan kamu hanya menangia menyandar untung, minta dikembalikan ke dunia agak sejenak. Dunia apa yang kamu cari dan minta lagi? Di kala kamu hidup, kamu pernah mencemuhkan kepada orang yang berbuat bakti kepadaKu."Kalau ada hidup lagi sesudah mati, karena belum ada orang pang kembali dari sana?" Sekarang sanggahanmu kamu telah kembali. Apa guna kamu meminta dihidupkan kembali, padahal kamu sendiri pernah menyatakan bahwa orang yang telah mati tidak ada yang kembali hidup.
Menurut riwayat, ayat ini diturunkan ialah karena cemuh dan penghinaan yang dilakukan oleh “cabang atas" kaum Quraisy terhadap sahabat-sahabat Nabi yang miakin dan asal budak-budak. Mereka menghina dan mentertawa-kan Bilal bin Rabaah, karena dia hanya bangsa budak yang tidak dipandang dalam masyarakat dan tidak dibawa ikut serta. Demikian juga ‘Ammar bin
loan, Kutang yafiy ICIIIQII UBU miviun., ^uu9 *rti vitimsd,
dijemur di cahaya matahari dan dihinakan. Demikian juga Shuhaib, seorang asal budak berasal dari negeri Romawi, tertarik kepada ajaran Nabi Muhammad s,a.w. lalu memeluk Islam dan menjadi sahabat yang besar. Padahal mereka adalah orang-orang yang kuat iman, pengikut Nabi yang setia dan pejuang-pejuang Islam yang besar-besar sampai di akhir hayat mereka masing-masing. Sedang kafir-kafir Quraisy itu, mana yang tidak taubat dan memeluk Islam sebagai Abu Lahab dan Abu Jahat, yang di masa hidup menjadi tukang cemuh dan pengolok-olok, karena mengolok-olok menjadi lupa diri dan lupa ingat kepada Tuhan, padahal mereka mengaku bertuhan juga.
Akhinya mereka mati. Ada yang mati karena sakit hati dan dendam, yaitu Abu Lahab, dan ada yang mati karena tikaman pedang kaum Muslimin setelah , kekuasaan Islam berdiri, yaitu Abu Jahat di perang Badar. Adapun Abu Sufyan, sempatlah bertaubat, lalu menjadi orang (siam yang baik. Namun setelah dia masuk Islam, dia tetap termasuk nomor di belakang, dan orang-orang yang di-hinakannya dahulu itu, tetap lebih tinggi martabatnya daripada dia. Sebab tidaklah sama derajatnya di sisi Allah di antara orang yang berjuang menegakkan Islam dengan hartabenda dan nyawa sebelum kemenangan Nabi merebut Makkah (Al-Fath) dengan orang yang memeluk Islam sesudah Makkah ditaklukkan. Meskipun sama mendapat pahala juga.
Begitulah keadaannya di dunia, apatah lagi di akhirat terhadap kafir-kafir yang tidak mau mengubah sikap.
Ayat-ayat ini, sebagai juga ayat-ayat yang terdahulu, berlandaskan kepada kecongkakan orang Quraisy. Tetapi ayat ini “muda" selalu dan “baru" selalu. Setiap orang yang berjuang menegakkan kebenaran Tuhan di tengah-tengah keingkaran manusia, dapatlah mengambil obat penawar dari ayat ini. Dia akan menjadi buah mulut orang, olok-olok dan buah tertawaan, karena dia masih juga “tidak malu" mengangkat mulut membuka kebenaran, padahal dia termasuk golongan “Dhu'afaak". golongan lemah yang tidak masuk hitungan. Ayat ini menjadi obat penawar kata saya, karena ini pun diderita oleh pejuang-pejuang yang terdahulu, oleh Bilal dan Shuhaib dan sahabat miakin yang lain. Sebab di saat kebenaran telah memperbudak jiwa manusia, nilai sesuatu ditentukan oleh harta orang dan kedudukannya (posisiNya). Betapa pun benar yang engkau katakan, yang akan diriilai orang bukanlah isi perkataan itu, melainkan berapa uangmu dalam Harik, naik sepeda dan becakkah engkau, atau naik Mercede2. Orang biasakah engkau atau orang berpangkat. Betapa bunyi ucapannya, kadang-kadang tak berisi, laksana tambur yang nyaring bunyinya karena kosongnya, bunyi itu jugalah yang diriengar dan disimakkan orang, sebab dia berpengaruh atau berpangkat. Maka setiap orang yang berjuang menegakkan kebenaran haruslah meneladan sikap Nabi dan para sahabatnya yang berkedudukan rendah di mata orang yang digelimangi kedunIsan itu, Pejuang-pejuang pembela kebenaran tidaklah pernah merasa kecewa atau kecil hati, atau “minderwaardigheid-complex" karena cemuh orang. Iman yang kuat tidaklah dapat dihinggapi oleh penyakit rasa rendah diri menghadapi
jua, tidak lebih dari kita.
Seorang ahli Hikmat Islam berkata: “Kalau engkau bertemu dengan orang yang kurang derajatnya dari engkau, hendaklah engkau tawadhu', merendahkan diri dan menyesuaikan dengannya, sehingga dia tidak merasa tanggung berhadapan dengan engkau Dan jika engkau berhadapan dengan orang yang merasa dirinya lebih tinggi, baik karena hartanya atau, karena pangkatnya, hendaklah engkau tunjukkan bahwa engkau tidaklah dapat dibeli dengan uangnya, dan mentang-mentang dia kaya, tidaklah engkau akan meminta kepadanya. Dan jika dia berpangkat, tidaklah engkau akan dapat dipengaruhinya, sebab engkau bukan anak semangnya. Dan terhadap kepada raja, hanya orang yang pergi menghantarkan diri untuk menyusun jari menyembah jua yang dapat dikutak-katikkannya."
Dan kata Ahli Hikmat yang lain: “Bila tempatmu takut kepada Allah saja, dan jiwamu tidak diracun oleh fatamorgana dunia, tidak ada satu makhluk pun yang dapat mempengaruhi jiwa kamu." .