Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
غَلَبَتۡ
telah mengalahkan/menguasai
عَلَيۡنَا
atas kami
شِقۡوَتُنَا
kecelakaan/kejahatan kami
وَكُنَّا
dan kami adalah/menjadi
قَوۡمٗا
kaum
ضَآلِّينَ
orang-orang yang sesat
قَالُواْ
mereka berkata
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
غَلَبَتۡ
telah mengalahkan/menguasai
عَلَيۡنَا
atas kami
شِقۡوَتُنَا
kecelakaan/kejahatan kami
وَكُنَّا
dan kami adalah/menjadi
قَوۡمٗا
kaum
ضَآلِّينَ
orang-orang yang sesat
Terjemahan
Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kedurhakaan kami telah menguasai kami dan kami adalah orang-orang yang sesat.
Tafsir
(Mereka berkata, "Ya Rabb kami! Kami telah dikuasai oleh kejahatan kami) menurut qiraat yang lain dibaca Syaqawatunaa, keduanya merupakan Mashdar dan bermakna sama, yaitu kejahatan kami (dan adalah kami orang-orang yang sesat) dari jalan petunjuk.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 105-107
Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya? Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan, kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Ini merupakan kecaman dan cemoohan dari Allah, ditujukan kepada penghuni neraka atas kekafiran, dosa-dosa, dan perbuatan-perbuatan haram yang telah mereka kerjakan (selama di dunia) yang menyebabkan mereka terjerumus ke dalam siksa neraka itu.
Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kalian selalu mendustakannya? (Al Muminun: 105) Yakni sesungguhnya Aku telah mengutus kepada kalian rasul-rasul-Ku dan telah menurunkan kitab-kitab kepada kalian, dan Aku telah melenyapkan semua kesulitan kalian sehingga tiada alasan lagi bagi kalian untuk tidak mengikutinya. Seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. (An-Nisa: 165) dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15) Dan firman Allah ﷻ: Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga, (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kalian (di dunia) seorang pemberi peringatan? (Al-Mulk: 8) sampai dengan firman-Nya: Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11) Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya, menceritakan jawaban mereka: Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. (Al Muminun: 106) Yaitu hujah telah ditegakkan pada kami, tetapi kami memang dikuasai oleh kejahatan sehingga kami tidak mau mengikuti dan mentaati hujah itu; maka sesatlah kami dari kebenaran dan kami tidak mendapatkannya.
Kemudian mereka berkata: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. (Al Muminun: 107) Artinya, kembalikanlah kami ke dunia; jika kami mengulangi lagi perbuatan yang serupa, maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang aniaya dan berhak mendapat siksaan. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: lalu kami mengakui dosa-dosa kami.
Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? (Al-Mumin: 11) sampai dengan firman Allah ﷻ: Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha-tinggi lagi Mahabesar. (Al-Mumin: 12) Yakni tidak ada jalan keluar dari neraka bagi kalian, karena sesungguhnya kalian dahulu telah mempersekutukan Allah di saat orang-orang mukmin mengesakan-Nya."
106-107. Menjawab pertanyaan itu, mereka berkata dengan penuh penyesalan, 'Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami. Hawa nafsu telah menjerumuskan kami ke dalam kedurhakaan sehingga membuat kami menderita, dan kami di dunia dulu adalah orang-orang yang sesat. ' Dengan pengakuan dan penyesalan itu mereka berharap ampunan dan keringanan siksa. Mereka pun memohon, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya, yaitu dari siksa neraka dan kesengsaraan ini, kembalikanlah kami ke dunia. Jika Engkau memperkenankan permohonan kami ini lalu setelah itu kami masih juga kembali kepada kekafiran dan kedurhakaan maka sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim. '106-107. Menjawab pertanyaan itu, mereka berkata dengan penuh penyesalan, 'Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami. Hawa nafsu telah menjerumuskan kami ke dalam kedurhakaan sehingga membuat kami menderita, dan kami di dunia dulu adalah orang-orang yang sesat. ' Dengan pengakuan dan penyesalan itu mereka berharap ampunan dan keringanan siksa. Mereka pun memohon, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya, yaitu dari siksa neraka dan kesengsaraan ini, kembalikanlah kami ke dunia. Jika Engkau memperkenankan permohonan kami ini lalu setelah itu kami masih juga kembali kepada kekafiran dan kedurhakaan maka sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim. '.
Pada ayat ini Allah menerangkan pengakuan penghuni neraka atas kesesatan mereka, sekalipun telah diutus kepada mereka rasul-rasul untuk membimbing mereka, dan diturunkan kitab-kitab samawi untuk menjadi pedoman mereka. Akan tetapi, mereka telah dikalahkan oleh kejahatan mereka, dan dikendalikan oleh hawa nafsu, maka tidak ada jalan bagi mereka untuk berbuat kebaikan dan menghindarkan diri dari jalan kesesatan. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
Lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? (al-Mu`min/40: 11).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kelanjutan Sesudah Alam Barzakh
Entah berapalah lamanya manusia dalam alam Barzakh itu, tidaklah dapat kita mengukunya dengan ukuran jangka waktu kita sekarang ini. Karena kita masih hidup dalam dserah cakrawala bumi, dalam hubungannya dengan matahari dan bulan. Sehari semalam bumi, kita hitung 24 jam dia mengedari matahari sekali edar. Jumlah 30 atau 31 hari menurut perhitungan itu adalah sebulan dan 12 bulannya jadi setahun. Itulah tahun Syamsiyah (matahari). Edaran bulan mengelilingi bumi dijadikan dasar perhitungan tahun bulan (Qamariyah), yaitu di antara 29 dengan 30 hari. Apatah lagi di alam Barzakh.
Dalam suatu waktu yang kita tidak mengetahuinya akan ditiuplah serunai sangkakala, serunai kebangkitan, maka dibangunkanlah manusia daripada Hidup Barzakh itu untuk pindah kepada Hidup Mahsyar (berkumpul) satu demi satu amal dan perbuatannya semasa hidupnya. Sebelum giliran tiba setiap orang mengingat dan merenung kembali keadaan dirinya:
“Bahkan manusia dapat merenung sendiri apa yang ada dalam dirinya."
Laksana seorang pesakitan yang akan dihartapkan ke muka hakim, hati kecil telah merasa bahwa hukumnya akan jatuh, karena awak memang bersalah. Tidak ada seorang manusia pun yang bersih daripada kesalahan. Berdebar jantung, gelIsah fikir, karena hal-ihwa! yang dilalui di zaman lampau. Sedangkan yang kecil lagi teringat, apatah lagi yang besar.
Dijelaskan lagi di ayat 101 itu bahwa perhubungan keturunan tidaklah dapat menolong lagi, kekeluargaan tak dapat membela. Anak Nabi Nuh tidaklah dapat melindungkan diri kepada kebesaran ayahnya. Isteri Nabi Luth tidaklah dapat bergantung kepada kelebihan suaminya. Abu Lahab tidaklah dapat dilindungi oleh anak saudaranya Nabi Muhammad s.a.w. Sedangkan Nabi lagi demikian dengan keluarganya, apatah lagi manusia yang seperti kita ini. Sebab semua orang telah sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
(al-Qiyamah: 13)
“Pada hari itu larilah orang dari saudara kandungnya, dari ibunya, dari ayahnya, dari isterinya dan anaknya. Karena setiap orang sibuk dengan
urusannya sendiri."
(‘Abasa: 25-27)
Dikumpuikanlah seluruh insani, dilakukanlah pertimbangan yang amat teliti. Adakah dia banyak berbuat baik atau yang jahatlah yang banyak. Titik terakhir dari cita hidup adalah hendak menjadi orang baik, tetapi kenyataan yang ada di kiri kanan menyebabkan untuk menuju cita yang baik itu menghendaki perjuangan. Perjuangan dengan musuh-musuh yang dalam iatilah al-Qur'an
disebut: “Syaitan, Hawanafsu dan uuma . perjuangan nu naanian npnn-hentt-nya selama nyawa ada dalam badan dan akal fikiran masih aktif bekerja. Orang yang terhenti perjuangannya hanyalah orang yang tidak berakal lagi seumpama orang gila. Atau orang yang telah habis janji hidupnya. Mati.
Timbangan diri menjadi berat di kala itu, apabila lebih banyak kebaikan dikerjakan semasa hidup. Dan timbangan diri menjadi ringan kalau kebaikan pun ringan. Berat nilai insan ditentukan oleh berat timbangan amalnya.
Sebab itulah Imam Syafi'i berkata: “Tidak ada manusia yang semata-mata jahat, dan tidak pula semata-mata baik. Ukuran hanya pada banyaknya manusia berbuat baik, sehingga timbangan dirinya jadi berat."
Kerugian memperturutkan hawanafsu di kala hidup sendiri pun telah mulai dirasakan. Itulah yang dikatakan tekanan batin. Persediaan usia manusia tidaklah pernah ditambah dari apa yang telah diaukatkan, bermula, melainkan setiap saat setiap kurang. Bertambah lanjut usia bertambah sempit dserah untuk menanamkan yang baik. Kerugian ini dirasakan terus sampai ke alam akhirat.
Orang yang perbuatan jahatnya lebih banyak, pertimbangan terlalu disiplin, pemeriksaan amat teliti, hanya untuk membuktikan ringan nilai diri, alangkah malangnya. Itulah hati penyesalan, tetapi sesal yang tak dapat ditebus lagi. Jika dia akan dimasukkan ke dalam neraka, tidak lain yang diterimanya itu daripada keadilan Ilahi. Kalau dia menyesal, tempat menimpakan sesal hanyalah diri sendiri, mengapa waktu terluang dibuang-buang. Maka salah satu di antara azhab-azhab dalam neraka itu ialah sesal kesal.
Apa sekarang yang diresah-gelIsahkan, yang diaesal-kesalkan? Kepada siapa kesalahan harus ditimpakan kalau bukan kepada diri sendiri? Dijelaskan dalam ayat 105.
“Bukankah telah dibacakan kepada kamu ayat-ayatKu. Namun kamu mendustakan jua."
Apalagi yang kurang dari Kami? Kami anugerahkan kepada kamu kehidupan dan Kami beri kamu akal fikiran, sehingga dengan akal mumi itu kamu dapat memilih yang baik dan menjauhi yang buruk. Tidak Kami cukupkan hingga itu saja, bahkan Kami utus pula Utusan-utusan dan Rasul-rasul Kami, membawakan wahyu dari Kami, menunjukkan jalan lurus yang mesti kamu tempuh agar kamu selamat, agar masyarakatmu beroleh kebahagIsan.
Apa lagi yang kurang dari Kami?
Kami terangkan bahaya yang akan menimpa kamu jika ajaran ini tidak kamu acuhkan, namun kamu tidak mau percaya juga, bahkan kamu dustakan juga. Maka jika sekarang ini begini nasib yang menimpa diri kamu, kepada siapakah kesalahan itu harus kamu timpakan? Maka nasib yang kamu derita sekarang ini adalah hal yang wajar, karena dia adalah pilihanmu sendiri.