Ayat
Terjemahan Per Kata
لَعَلِّيٓ
supaya aku
أَعۡمَلُ
aku beramal/berbuat
صَٰلِحٗا
kebaikan/saleh
فِيمَا
dalam apa/dalam hal
تَرَكۡتُۚ
aku tinggalkan
كَلَّآۚ
sekali-kali tidak
إِنَّهَا
sesungguhnya ia
كَلِمَةٌ
perkataan
هُوَ
dia
قَآئِلُهَاۖ
ucapannya
وَمِن
dan dari
وَرَآئِهِم
belakang mereka (dihadapan)
بَرۡزَخٌ
dinding
إِلَىٰ
sampai
يَوۡمِ
hari
يُبۡعَثُونَ
mereka dibangkitkan
لَعَلِّيٓ
supaya aku
أَعۡمَلُ
aku beramal/berbuat
صَٰلِحٗا
kebaikan/saleh
فِيمَا
dalam apa/dalam hal
تَرَكۡتُۚ
aku tinggalkan
كَلَّآۚ
sekali-kali tidak
إِنَّهَا
sesungguhnya ia
كَلِمَةٌ
perkataan
هُوَ
dia
قَآئِلُهَاۖ
ucapannya
وَمِن
dan dari
وَرَآئِهِم
belakang mereka (dihadapan)
بَرۡزَخٌ
dinding
إِلَىٰ
sampai
يَوۡمِ
hari
يُبۡعَثُونَ
mereka dibangkitkan
Terjemahan
agar aku dapat beramal saleh yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Di hadapan mereka ada (alam) barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.
Tafsir
(Agar aku berbuat amal yang saleh) dengan mengatakan, 'Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah', hal ini akan menjadi penghapus (terhadap yang telah aku tinggalkan") aku sia-siakan umurku. Maksudnya, supaya hal itu menjadi penggantinya. Maka Allah berfirman, ("Sekali-kali tidak) tidak ada kembali lagi. (Sesungguhnya itu) permohonan untuk kembali ke dunia (adalah perkataan yang diucapkannya saja) tidak ada manfaat bagi pembicaranya. (Dan di hadapan mereka) (ada dinding) penghalang yang menahan mereka untuk dapat kembali lagi ke dunia (sampai hari mereka dibangkitkan") yang tiada kembali lagi sesudahnya.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 99-100
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. Allah ﷻ menceritakan tentang keadaan orang yang sedang menjelang kematiannya dari kalangan orang-orang kafir atau orang-orang yang melalaikan perintah Allah ﷻ Diceritakan pula perkataan mereka saat itu dan permintaan mereka untuk dapat dikembalikan lagi ke dunia untuk memperbaiki apa yang telah dirusakkannya selama hidupnya.
Karena itu, disebutkan dalam firman-Nya: Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. (Al Muminun: 99-100) Sama seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain: Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian. (Al-Munafiqun: 10) sampai dengan firman-Nya: Dan Allah Maha Mengenal apa yang kalian kerjakan. (Al-Munafiqun: 11) Juga firman Allah ﷻ: Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka. (Ibrahim: 44) sampai dengan firman-Nya: bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa. (Ibrahim: 44) Dan firman Allah ﷻ: Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur'an itu berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu, "Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke 'dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?" (Al-A'raf: 53) Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya.(Mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin. (As-Sajdah: 12) Juga firman Allah ﷻ: Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami. (Al-An'am: 27) hingga firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28) Dan firman Allah ﷻ: Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)? (Asy-Syura: 44) Mereka menjawab," Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami.
Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?". (Al-Mumin: 11) hingga akhir ayat berikutnya. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dengan masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kalian pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (Fathir: 37) Allah ﷻ telah menceritakan bahwa orang-orang kafir itu meminta agar dikembalikan ke dunia, tetapi permintaan mereka tidak diperkenankan.
Hal tersebut mereka ajukan saat menjelang kematian, pada hari berbangkit, dan di waktu mereka dihadapkan di depan peradilan Tuhan Yang Mahaperkasa. Permintaan yang sama dikemukakan pula oleh mereka saat neraka ditampilkan ke hadapan mereka, juga saat mereka mengalami siksaan neraka. Firman Allah ﷻ dalam ayat berikut ini menyebutkan: Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.(Al-Muminun: 100) Kalla adalah huruf tolakan dan bantahan, yang maksudnya ialah 'Kami tidak memperkenankan permintaannya dan tidak menerimanya.' Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. (Al-Muminun: 100) Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa kalimat tersebut pasti diucapkan oleh setiap orang zalim yang sedang menjelang kematiannya.
Kalimat ayat ini dapat ditakwilkan sebagai 'Illat dari firman-Nya yang mengatakan, "Kalla. Karena permintaan kembali ke dunia untuk beramal saleh dari si kafir itu hanyalah ucapan saja yang tidak ada buktinya. Seandainya ia dikembalikan ke dunia, tentulah dia tidak akan mengamalkan perbuatan saleh yang diikrarkannya itu, dan pastilah ia dusta dengan apa yang diucapkannya itu.
Seperti halnya yang diterangkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sekiranya mereka dikembalikan (ke dunia), tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.(Al-An'am: 28) Qatadah mengatakan, "Demi Allah, orang kafir (dalam keadaan seperti itu) berharap dapat dikembalikan ke dunia bukan untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan kaum kerabat, bukan pula untuk mengumpulkan harta benda, lalu memperturutkan hawa nafsunya; melainkan berharap dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal ketaatan kepada Allah.
ﷻ Maka semoga Allah merahmati seseorang yang mengamalkan apa yang diharapkan oleh orang kafir sewaktu dia melihat azab neraka." Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. (Al Muminun: 99-100) Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa lalu dijawab oleh Allah Yang Mahaperkasa melalui firman-Nya: Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. (Al Muminun: 100) Umar ibnu Abdullah maula Gafrah mengatakan bahwa apabila orang kafir mengatakan, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku berbuat amal saleh." Maka Allah menjawab, "Tidak, sesungguhnya kamu dusta." Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka. (Al Muminun: 99) Al-Ala ibnu Ziyad pernah mengatakan, hendaknyalah seseorang di antara kalian menganggap dirinya sedang menjelang kematiannya, lalu menghadap kepada Tuhannya dan Tuhannya menanyainya, maka hendaklah seseorang beramal ketaatan kepada Allah ﷻ Qatadah mengatakan, "Demi Allah, tiadalah berharap orang kafir itu melainkan ingin dikembalikan ke dunia, lalu akan mengerjakan amal ketaatan kepada Allah.
Maka perhatikanlah oleh kalian harapan orang kafir itu kala melihat neraka; berharaplah kalian seperti itu dan kerjakanlah apa yang dicita-citakannya, tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah dan ketaatan) kecuali hanya dengan pertolongan Allah." Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi Muhammad ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Iyad, dari Lais, dari Talhah ibnu Masraf, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa apabila orang kafir (jenazahnya) diletakkan di dalam kuburnya, maka ia melihat tempat kedudukannya di neraka, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, maka aku akan bertobat dan beramal saleh." Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya engkau telah diberi usia yang cukup." Maka disempitkanlah kuburnya dan menangkup menjadi satu, sedangkan dia sekarat karena kesakitan; semua serangga yang ada di dalam bumi, ular-ular dan kalajengking-kalajengking mematukinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepadaku Salamah ibnu Tamam, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Aisyah r.a. yang mengatakan, "Kecelakaan yang besarlah bagi para pelaku maksiat dalam kuburnya. Kuburan mereka dimasuki oleh ular-ular yang hitam legam; ular yang ada di kepalanya dan ular yang ada di kakinya menelan tubuhnya, hingga keduanya bertemu di tengah-tengah tubuhnya.
Yang demikian itu adalah azab di alam barzakh (kubur)nya." Selanjutnya Siti Aisyah membaca firman-nya: Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (Al-Muminun: 100) Abu Saleh dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di hadapan mereka. (Al Muminun: 100) Makna asal wara' ialah belakang, tetapi makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah di hadapan. Mujahid mengatakan bahwa alam barzakh ialah alam yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat.
Muhammad ibnu Ka'b, barzakh adalah alam yang terletak diantara alam dunia dan alam akhirat. Para penghuninya tidak sama dengan ahli dunia yang dapat makan dan minum, tidak pula sama dengan ahli akhirat yang mendapat balasan dari amal perbuatan mereka. Abu Sakhr mengatakan bahwa barzakh adalah alam kubur, para penghuninya tidak ada di dunia dan tidak pula di akhirat; mereka tinggal di alam barzakh menunggu sampai hari berbangkit.
Di dalam firman Allah ﷻ: Dan di hadapan mereka ada dinding. (Al-Muminun: 100) terkandung ancaman ditujukan kepada orang-orang zalim yang sedang menjelang ajalnya, bahwa mereka akan mendapat azab di alam barzakhnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Di hadapan mereka neraka Jahannam. (Al-Jatsiyah: 10) Dan firman Allah ﷻ: dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (Ibrahim: 17) Adapun firman Allah ﷻ: sampai hari mereka dibangkitkan. (Al Muminun: 100) Yakni azab itu terus-menerus dialami oleh orang-orang kafir di alam barzakhnya sampai hari berbangkit, seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan: Maka dia terus-menerus disiksa di dalam kuburnya."
99-100. Orang-orang kafir itu akan terus membangkang, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka untuk mengakhiri kehi-dupannya di dunia dan menghentikan kenikmatan yang dirasakannya, hingga pada akhirnya ia melihat siksa yang akan diterimanya, dia berkata, 'Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan. ' Sekali-kali tidak! Allah tidak akan memenuhi permohonan mereka karena Allah tahu bahwa mereka tidak akan menepati janji. Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan serta di belakang mereka ada barzakh, yaitu dinding pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat, yang menghalangi mereka kembali ke dunia sampai pada hari mereka dibangkitkan. 101. Usai menjelaskan alam barzakh hingga hari Kebangkitan, Allah lalu memberi uraian tentang peristiwa hari Kebangkitan itu. Apabila sangkakala ditiup dengan tiupan pertama maka semua yang bernyawa segera mati, dan dalam tiupan kedua semua dibangkitkan, maka setiap orang akan menghadap Tuhan secara sendiri-sendiri (Lihat juga: Surah Maryam/19: 95); tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan diliputi ketakutan yang begitu mencekam.
Pada ayat ini Allah memberitahukan tentang kata-kata yang diucapkan oleh orang kafir ketika menghadapi maut, walaupun kata-kata itu tidak dapat didengar oleh orang-orang yang hadir ketika itu. Orang kafir itu meminta kepada Allah supaya dia jangan dimatikan dahulu dan dibiarkan hidup seperti sediakala agar dia dapat bertobat dari kesalahan dan kedurhakaannya dan dapat beriman dan mengerjakan amal yang baik yang tidak dikerjakannya selama hidupnya.
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu pada waktu dia masih sehat walafiat dan mempunyai kesanggupan untuk beriman dan beramal saleh, dia enggan menerima kebenaran, takabur dan sombong terhadap orang-orang yang beriman, selalu durhaka kepada Allah bahkan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan perintah Allah dan mengucapkan kata-kata yang tidak benar terhadap-Nya. Akan tetapi, ketika dalam keadaan sakaratul maut, mereka teringat pada dosa dan kesalahan yang telah mereka lakukan. Ketika itu juga mereka menjadi insaf dan sadar lalu meminta dengan sepenuh hati kepada Allah agar diberi umur panjang untuk berbuat baik guna menutupi semua kedurhakaan dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Namun demikian, saat sakaratul maut bukan waktu untuk meminta ampun dan bertobat sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertobat sekarang." Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam keadaan kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (an-Nisa`/4: 17-18)
Lalu Allah menegaskan bahwa permintaan orang-orang kafir itu hanyalah ucapan yang keluar dari mulut mereka saja dan tidak akan dikabulkan. Kalaupun benar-benar diberi umur panjang, mereka tidak juga akan kembali beriman dan tidak akan mau mengerjakan amal saleh sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman." Tetapi (sebenarnya) bagi mereka telah nyata kejahatan yang mereka sembunyikan dahulu. Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Mereka itu sungguh pendusta. (al-An'am/6: 27-28)
Demikianlah ucapan yang mereka lontarkan sebagai penghibur hati mereka sendiri, suatu ucapan yang tidak ada nilainya sama sekali karena tidak mungkin mereka akan hidup kembali karena ajal mereka telah tiba. Di hadapan mereka terbentang dinding yang menghalangi mereka kembali ke dunia sampai hari kiamat.
Kesimpulan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kelanjutan Sesudah Alam Barzakh
Entah berapalah lamanya manusia dalam alam Barzakh itu, tidaklah dapat kita mengukunya dengan ukuran jangka waktu kita sekarang ini. Karena kita masih hidup dalam dserah cakrawala bumi, dalam hubungannya dengan matahari dan bulan. Sehari semalam bumi, kita hitung 24 jam dia mengedari matahari sekali edar. Jumlah 30 atau 31 hari menurut perhitungan itu adalah sebulan dan 12 bulannya jadi setahun. Itulah tahun Syamsiyah (matahari). Edaran bulan mengelilingi bumi dijadikan dasar perhitungan tahun bulan (Qamariyah), yaitu di antara 29 dengan 30 hari. Apatah lagi di alam Barzakh.
Dalam suatu waktu yang kita tidak mengetahuinya akan ditiuplah serunai sangkakala, serunai kebangkitan, maka dibangunkanlah manusia daripada Hidup Barzakh itu untuk pindah kepada Hidup Mahsyar (berkumpul) satu demi satu amal dan perbuatannya semasa hidupnya. Sebelum giliran tiba setiap orang mengingat dan merenung kembali keadaan dirinya:
“Bahkan manusia dapat merenung sendiri apa yang ada dalam dirinya."
Laksana seorang pesakitan yang akan dihartapkan ke muka hakim, hati kecil telah merasa bahwa hukumnya akan jatuh, karena awak memang bersalah. Tidak ada seorang manusia pun yang bersih daripada kesalahan. Berdebar jantung, gelIsah fikir, karena hal-ihwa! yang dilalui di zaman lampau. Sedangkan yang kecil lagi teringat, apatah lagi yang besar.
Dijelaskan lagi di ayat 101 itu bahwa perhubungan keturunan tidaklah dapat menolong lagi, kekeluargaan tak dapat membela. Anak Nabi Nuh tidaklah dapat melindungkan diri kepada kebesaran ayahnya. Isteri Nabi Luth tidaklah dapat bergantung kepada kelebihan suaminya. Abu Lahab tidaklah dapat dilindungi oleh anak saudaranya Nabi Muhammad s.a.w. Sedangkan Nabi lagi demikian dengan keluarganya, apatah lagi manusia yang seperti kita ini. Sebab semua orang telah sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
(al-Qiyamah: 13)
“Pada hari itu larilah orang dari saudara kandungnya, dari ibunya, dari ayahnya, dari isterinya dan anaknya. Karena setiap orang sibuk dengan
urusannya sendiri."
(‘Abasa: 25-27)
Dikumpuikanlah seluruh insani, dilakukanlah pertimbangan yang amat teliti. Adakah dia banyak berbuat baik atau yang jahatlah yang banyak. Titik terakhir dari cita hidup adalah hendak menjadi orang baik, tetapi kenyataan yang ada di kiri kanan menyebabkan untuk menuju cita yang baik itu menghendaki perjuangan. Perjuangan dengan musuh-musuh yang dalam iatilah al-Qur'an
disebut: “Syaitan, Hawanafsu dan uuma . perjuangan nu naanian npnn-hentt-nya selama nyawa ada dalam badan dan akal fikiran masih aktif bekerja. Orang yang terhenti perjuangannya hanyalah orang yang tidak berakal lagi seumpama orang gila. Atau orang yang telah habis janji hidupnya. Mati.
Timbangan diri menjadi berat di kala itu, apabila lebih banyak kebaikan dikerjakan semasa hidup. Dan timbangan diri menjadi ringan kalau kebaikan pun ringan. Berat nilai insan ditentukan oleh berat timbangan amalnya.
Sebab itulah Imam Syafi'i berkata: “Tidak ada manusia yang semata-mata jahat, dan tidak pula semata-mata baik. Ukuran hanya pada banyaknya manusia berbuat baik, sehingga timbangan dirinya jadi berat."
Kerugian memperturutkan hawanafsu di kala hidup sendiri pun telah mulai dirasakan. Itulah yang dikatakan tekanan batin. Persediaan usia manusia tidaklah pernah ditambah dari apa yang telah diaukatkan, bermula, melainkan setiap saat setiap kurang. Bertambah lanjut usia bertambah sempit dserah untuk menanamkan yang baik. Kerugian ini dirasakan terus sampai ke alam akhirat.
Orang yang perbuatan jahatnya lebih banyak, pertimbangan terlalu disiplin, pemeriksaan amat teliti, hanya untuk membuktikan ringan nilai diri, alangkah malangnya. Itulah hati penyesalan, tetapi sesal yang tak dapat ditebus lagi. Jika dia akan dimasukkan ke dalam neraka, tidak lain yang diterimanya itu daripada keadilan Ilahi. Kalau dia menyesal, tempat menimpakan sesal hanyalah diri sendiri, mengapa waktu terluang dibuang-buang. Maka salah satu di antara azhab-azhab dalam neraka itu ialah sesal kesal.
Apa sekarang yang diresah-gelIsahkan, yang diaesal-kesalkan? Kepada siapa kesalahan harus ditimpakan kalau bukan kepada diri sendiri? Dijelaskan dalam ayat 105.
“Bukankah telah dibacakan kepada kamu ayat-ayatKu. Namun kamu mendustakan jua."
Apalagi yang kurang dari Kami? Kami anugerahkan kepada kamu kehidupan dan Kami beri kamu akal fikiran, sehingga dengan akal mumi itu kamu dapat memilih yang baik dan menjauhi yang buruk. Tidak Kami cukupkan hingga itu saja, bahkan Kami utus pula Utusan-utusan dan Rasul-rasul Kami, membawakan wahyu dari Kami, menunjukkan jalan lurus yang mesti kamu tempuh agar kamu selamat, agar masyarakatmu beroleh kebahagIsan.
Apa lagi yang kurang dari Kami?
Kami terangkan bahaya yang akan menimpa kamu jika ajaran ini tidak kamu acuhkan, namun kamu tidak mau percaya juga, bahkan kamu dustakan juga. Maka jika sekarang ini begini nasib yang menimpa diri kamu, kepada siapakah kesalahan itu harus kamu timpakan? Maka nasib yang kamu derita sekarang ini adalah hal yang wajar, karena dia adalah pilihanmu sendiri.