Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمِنَ
dan diantara
ٱلنَّاسِ
manusia
مَن
orang
يُجَٰدِلُ
ia membantah
فِي
dalam/tentang
ٱللَّهِ
Allah
بِغَيۡرِ
dengan tidak/tanpa
عِلۡمٖ
ilmu pengetahuan
وَلَا
dan tidak/tanpa
هُدٗى
petunjuk
وَلَا
dan tidak/tanpa
كِتَٰبٖ
kitab
مُّنِيرٖ
bercahaya/terang
وَمِنَ
dan diantara
ٱلنَّاسِ
manusia
مَن
orang
يُجَٰدِلُ
ia membantah
فِي
dalam/tentang
ٱللَّهِ
Allah
بِغَيۡرِ
dengan tidak/tanpa
عِلۡمٖ
ilmu pengetahuan
وَلَا
dan tidak/tanpa
هُدٗى
petunjuk
وَلَا
dan tidak/tanpa
كِتَٰبٖ
kitab
مُّنِيرٖ
bercahaya/terang
Terjemahan
Di antara manusia ada yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab (wahyu) yang memberi penerangan.
Tafsir
Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Abu Jahal, yaitu: (Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan tanpa petunjuk) yang menjadi pegangannya (dan tanpa kitab yang bercahaya) kitab yang menjadi pegangannya dan yang dapat menunjukinya.
Tafsir Surat Al-Hajj: 8-10
Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat Kami merasakan kepadanya azab neraka yang membakar. (Akan dikatakan kepadanya), "Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.
Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang sesat, bodoh lagi membebek melalui firman-Nya: Di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat. (Al-Hajj: 3) Kemudian Allah menyebutkan perihal keadaan para penyeru kesesatan, pemimpin kekafiran, serta ahli bid'ah melalui firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya. (Al-Hajj: 8) Yakni tanpa alasan yang benar, tanpa ada dalil naqli yang jelas, bahkan hanya berdasarkan ra-yu dan keinginan hawa nafsu belaka.
Firman Allah ﷻ: dengan memalingkan lambungnya. (Al-Hajj: 9) Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan, makna yang dimaksud ialah 'bilamana ia diajak kepada perkara yang hak, maka ia berpaling menyombongkan dirinya'. Mujahid, Qatadah, dan Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan memalingkan lambungnya. (Al-Hajj: 9) Yaitu memalingkan mukanya terhadap seruan kebenaran yang ditujukan kepadanya sebagai reaksi dari sikap sombongnya. Pengertiannya sama dengan yang terdapat di dalam firman-Nya: .
Dan juga kepada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa mukjizat yang nyata. Maka dia (Fir'aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya. (Adz-Dzariyat: 38-39) Dalam ayat lain Allah berfirman: Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (An-Nisa: 61) Firman Allah ﷻ: Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (beriman), agar Rasul memintakan ampunan bagi kalian, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling, sedangkan mereka menyombongkan diri. (Al-Munafiqun: 5) Dan firman Allah ﷻ yang menceritakan perkataan Luqman kepada putranya, yaitu: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong). (Luqman: 18) Yakni kamu memalingkan wajahmu dari mereka dengan rasa sombong karena merasa lebih tinggi daripada mereka.
Demikian pula firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri. (Luqman: 7), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. (Al-Hajj: 9) Sebagian ulama mengatakan bahwa huruf lam dalam ayat ini adalah Lamul Aqibah. yang artinya 'akibatnya akan menyesatkan manusia dari jalan Allah'. Tetapi dapat juga diartikan sebagai Lam Talil, seperti yang disebutkan di atas. Kemudian mengenai makna yang dimaksud dari pelakunya ialah orang-orang yang ingkar. Atau dapat pula diartikan bahwa pelaku yang berwatak demikian tiada lain Kami jadikan dia berakhlak rendah agar Kami jadikan dia termasuk orang yang menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: Ia mendapat kehinaan di dunia. (Al-Hajj: 9) Al-khizyu artinya kehinaan dan kerendahan. Hal itu disebabkan ia bersikap angkuh dan sombong terhadap ayat-ayat Allah. Maka Allah membalasnya dengan kehinaan di dunia dan menghukumnya di dunia sebelum akhirat, mengingat dunia adalah tujuan hidup dan batas pengetahuannya. dan di hari kiamat Kami merasakan kepadanya azab neraka yang membakar. (Akan dikatakan kepadanya), "Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu." (Al-Hajj: 9-10) Kalimat itu dikatakan terhadapnya sebagai kecaman dan celaan.
dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya. (Al-Hajj: 10) Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Peganglah dia, kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian luangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. Rasakanlah,, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kamu meragu-ragukannya. (Ad-Dukhan: 47-50) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Al-Hasan, bahwa telah sampai kepadaku suatu berita yang mengatakan bahwa seseorang dari mereka dibakar sebanyak tujuh puluh ribu kali setiap harinya."
Manusia ada yang bertindak melampaui batas. Allah menegaskan, bahwa di antara manusia ada yang berbantah tentang Allah, mengingkari agama-Nya, tidak meyakini kehidupan sesudah mati, dan tidak meyakini adanya akhirat tanpa ilmu yang benar dan meyakinkan, juga tanpa petunjuk dari Allah, dan tanpa sumber dari kitab wahyu yang disampaikan kepada para rasul yang memberi penerangan dari kegelapan. 9. Manusia yang mengingkari Allah dengan hatinya yang gelap, sambil memalingkan lambungnya dengan congkak berusaha dengan segala cara untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Dia sebenarnya mendapat kehinaan di dunia karena hidup tanpa kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual hingga hidupnya dibiarkan tanpa bimbingan Allah; dan pada hari Kiamat sebagai balasan atas kekufurannya, Kami berikan kepadanya rasa azab neraka yang membakar hingga kulitnya hangus, kemudian kulitnya diperbarui supaya terus bisa merasakan azab yang membakar.
Ayat ini menerangkan bahwa di antara manusia itu ada yang benar-benar bertindak dan berbuat melampaui batas, ada yang membantah serta mengingkari Allah dan sifat-sifat-Nya, tanpa dasar pengetahuan, tanpa argumen yang kuat dan tanpa bimbingan wahyu yang benar. Sikap mereka yang demikian itu semata-mata karena kesombongannya sehingga memalingkan muka dari manusia, yaitu membelakangi orang lain. Hati mereka sudah mati dan tertutup. Sebagaimana firman Allah:
Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (al-Hajj/22: 46)
Orang yang demikian itu, jika diberi peringatan mereka tidak akan menerimanya, bahkan mereka bertambah ingkar dan sombong.
Allah berfirman:
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih. (Luqman/31: 7)
Orang yang buta mata hatinya dan menyombongkan dirinya, mereka itulah yang telah mengingkari Allah dan adanya Hari Kemudian itu. Maksud mereka adalah untuk menyesatkan dari jalan yang benar sehingga jauh dari Allah.
Menurut sebagian mufasir ayat ini diturunkan sebagai penegasan dan peringatan keras dari Allah kepada orang-orang yang mengingkari dan membantah-Nya, sebagaimana disebutkan pada ayat-ayat yang lalu. Pada ayat 3 dan 4 Surah ini dinyatakan bahwa pemuka-pemuka kaum musyrikin Mekah, terutama Nadhar bin Haris, telah membantah dan mengingkari Allah, tanpa pengetahuan, serta mengikuti godaan setan. Pada ayat ini ditegaskan bahwa Nadhar bin Haris dan kawan-kawannya, serta orang-orang yang bertingkah laku seperti mereka itu, benar-benar membantah dan mengingkari Allah. Dengan demikian ayat ini sesunguhnya memberikan peringatan dan ancaman yang keras kepada mereka, bahwa tindakan-tindakan mereka itu akan menimbulkan akibat yang sangat buruk bagi diri mereka sendiri, yaitu kehinaan di dunia dan di akhirat.
Dari ayat-ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya dapat dipahami bahwa ada dua hal pokok yang diingkari oleh orang-orang musyrik Mekah itu. Pada ayat yang sebelumnya disebutkan bahwa mereka mengingkari dan membantah adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan, sedang pada ayat-ayat ini mereka membantah dan mengingkari adanya Allah dan segala sifat-sifat keagungan dan kebesaran-Nya. Kedua hal ini termasuk rukun iman yang merupakan pokok-pokok yang wajib dipercayai dan diyakini. Karena itu, tindakan mereka tidak saja menimbulkan kerugian bagi diri mereka sendiri, tetapi juga menyesatkan manusia yang lain dari jalan Allah, karena perbuatan mereka itu langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manusia yang lain.
Mereka itu di dunia akan memperoleh kehinaan, seperti kehinaan yang dialami Abu Lahab dan istrinya, dan di akhirat akan ditimpa azab neraka yang sangat panas yang menghanguskan tubuh mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Orang Yang Berdebat Tanpa Ilmu
Itu Pengikut Syaitan
Ayat 8
“Dan setengah daripada manusia ada yang berdebat tentang Allah tidak dengan ilmu, dan tidak dengan petunjuk, dan tidak dengan kitab yang menerangi." (ayat 8).
Dua kali kita diperingati dengan ayat seperti ini, yaitu tentang manusia yang suka berdebat tentang Allah tidak dengan ilmu. Pertama di ayat 3 terdahulu, kedua dengan ayat 8 ini. Tetapi tujuan ayat 3 ialah tentang yang hanya jadi pengikut dan syaitan-syaitan. Berkeras hati memperdebatkan tentang Allah, menurut yang diajarkan orang lain. Dia sangka dia telah mendapat iimu tentang Tuhan, padahal ilmu curang yang diajarkan oleh syaitan-syaitan yang hendak membelokkannya dari jalan yang benar. Hal sebagai dalam ayat 3 itu banyak diriapati pada orang-orang yang mengakui dirinya Islam, lalu membaca buku-buku buah penyelidikan kaum orientalia yang sebagian besar membuat tafsiran sendiri tentang Islam, untuk dibaca oleh orang Islam yang jiwanya masih kosong dari iman. Kaum orientalia itulah yang mengatakan bahwa.Islam disiarkan dengan pedang, bahwa Nabi Muhammad itu hanya seorang pahlawan padang pasir, bukan Nabi. Bahwa Islam tidak memberi hak bagi wanita. Atau pembaca buku-buku Komunia. Maka oleh karena Karl Marx pernah mengatakan, “Agama adalah candu yang membuat rakyat jadi mabuk". "Tuhan tidak ada, hanya manusia saja yang mengada-adakannya". Mereka pun turut pula berdebat tentang Tuhan, tidak dengan ilmu, hanya dari ajaran syaitan seperti itu.
Adapun di dalam ayat 8 ialah golongan berdebat dari hal Allah tidak dengan ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan. Hanya dikarang-karang saja. Petunjuk tidak ada, kitab pun tidak ada. Dia hendak membuat ajaran sendiri. Perbedaannya dengan orang yang disebut di ayat 3 ialah, yang di sini hendak jadi pengatur, dia hendak menanam pengaruh, mencari pengikut. Serupalah keadaan golongan ini dengan apa yang mereka namai kebatinan, atau “kepercayaan-kepercayaan" yang tumbuh laksana cendawan di musim hujan di Indanesia. Dan semaa minta supaya diakut. Dan minta supaya diadakan daiam Kementerian Agama suatu Direktur Jenderal sendiri untuk mengurus urusan mereka. Oleh karena tidak ada petunjuk yang datang dan Ilahi menurut yang dIsampaikan Nabi-nabi, dan tidak pula ada tuntunan kitab atau wahyu sebab tidak ada lagi Nabi sesudah Nabi Muhammad, maka tiap-tiap mereka mengaku dapat wahyu. Lebih dari 200 kebatinan yang tercatat di Tanah Jawa, tiap-tiap gurunya mengaku dapat wahyu:
Ayat 9
“Memalingkan lembungnya," (pangkal ayat 9). Begitulah sikap mereka terhadap seruan kebenaran yang dibawa Rasul; mereka berpaling membuang muka jika diajak berbicara secara kembali kepada garis petunjuk yang terang atau bertahkim kepada kitab yang berisi kebenaran. Sebab mereka mau benar sendiri saja. Menurut Ibnu Abbas: “Mereka menyombong tidak mau menerima kebenaran." Memalingkan lembung atau membuang muka itulah: “Yang membawanya sesat dan jalan Allah." Apakah akibat orang yang bersikap demikian? Akibatnya telah jeeas pada lanjutan ayat: “Untuknya di dunia ini adalah kehinaan." Sebab dia telah mengkhianati diri sendiri. Jika mereka kelihatan menyombong, tidak lain dari menutup-nutupi kekosongan yang ada dalam jiwa: “Dan akan Kami rasakan baginya di hari kiamat siksa pembakaran." (ujung ayat 9). Itu adalah kesudahan yang wajar bagi orang yang memulai langkahnya dengan berdebat tentang tidak dengan ilmu dan menegakkan benang basah dengan mempertahankan pendirian yang tidak ada dasanya.
Ayat 10
Pada ayat selanjutnya dijelaskanlah sabda Tuhan terhadap orang yang kurang terima atas akibat yang demikian. Sabda Tuhan: “Yang demikian itu ialah tersebab apa yang dahulu telah diperbuat oleh tangan engkau sendiri." (pangkal ayat 10). Kehinaan di dunia dan pembakaran neraka di akhirat janganlah diaesalkan kepada Allah. Janganlah menuduh Allah kejam. Ini tidak lebih dari hasil kerjamu sendiri. Kalau orang salah memilih jalan, lalu dia tersesat ke tempat yang membuatnya celaka, kacaulah peraturan alam _ini kalau dia berbahagia. Dan barulah boleh dikatakan Tuhan kejam kalau Dia tidak memberi peringatan lebih dahulu. Sebab itu di akhir ayat jelas sabda Tuhan: “Dan bahwa sesungguhnya Allah tidaklah aniaya terhadap hamba-hamba-Nya." (ujung ayat 10).
Berfikir yang tidak sihatlah yang akan berani mengatakan bahwa orang yang hina di dunia dan kena pembakaran api neraka di akhirat, ialah karena Allah berlaku aniaya karena orang itu tidak salah.
Ayat 11
Menyembah Allah di pinggir-pinggir. "Dan setengah dari manusia ado yang menyembah Allah di pinggir-pinggir." (pangkal ayat 11).
Apa anti di pinggir-pinggir?
Ibnu Katsir menafsirkan: Dia masuk ke dalam agama Allah di tepi-tepi saja. Kalau dia ketemu yang menyenangkan hatinya, dia tetap beragama. Tetapi jika bertemu yang membuatnya susah, dia mengeluh-ngeluh, menyesal-nyesal.
Bukhari meriwayatkan suatu tafsiran Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Said bin Jubair, tentang tafsir ayat ini: “Ada orang datang ke Madinah menyerahkan diri jadi penganut Islam. Kalau isterinya melahirkan seorang anak laki-laki dan kudanya beranak pula dia pun berkata: “Islam ini memang agama yang baik sekali." Tetapi isterinya tidak juga-melahirkan anak dan kudanya pun tidak mengandung, dia pun berkata: “Ini agama sial."
Ini Iebih jelas lagi pada lanjutan ayat: “Maka jika mengenai kepadanya yang baik, tenteramlah dia dengan (agama) itu. tetapi jika menimpa kepadanya suatu percobaan, berpalinglah dia atas mukanya." Artinya dia tidak perduli lagi. Lupalah dia kepada yang baik yang diterimanya, yang diingatnya hanya yang jeleknya saja.
Abdurrahman bin Yazid bin Aslam menafsirkan: “Itulah orang-orang munafik. Kalau karena beragama ini menjadi subur keduniaannya, banyak keuntungannya, tekunlah dia beribadat. Tetapi jika dunianya menurun. susah hidupnya, mukanya pun dipalingkannya. Sebab itu kalau dia beribadat, hanya lah semata-mata mengharap laba dunia, tetapi kalau cobaan datang, malang menimpa, gelap dan bertemu jalan sempit, agama itu ditinggalkannya dan dia kafir kembali.
Mujahid menjelaskan: “Dia berpaling atas mukanya" itu ialah dia pun murtad menjadi kafir.
“Rugilah dia di dunia dan di akhirat." Kerugian di dunia ialah karena umur yang habis tidak menentu. Sehari lahir ke dunia, mulailah umur kurang satu hari. Disangka umur panjang, padahal bertambah banyak yang telah dipakai, bertambah sedikitlah yang tersisa. Dan kalau di dunia telah kosong tidak berisi, apakah yang akan dapat diperhitungkan di akhirat? “Demikian itulah kerugian pang nyata." (ujung ayat 11). Sebab sesampai di akhirat orang yang seperti itu tidak ada harganya lagi. Tidak ada aurat yang akan diperhitungkan. Zaman yang telah dilampaui tidak dapat diulang lagi.
Ayat 12
“Dia menyeru yang selain Allah." (pangkal ayat 12). Yang selain Allah adalah makhluk yang dijadikan Allah belaka, danpada tidak ada diadakan oleh Tuhan: “Barug yang tidak memberinya mudharat dan barang yang tidak memberinya manfaat," sebab dia hanya berhala, atau kayu atau batu, atau keris, batu kubur atau tulang-tulang orang yang telah mati. Jika dia tidak dipuja dia tidak bisa marah. Jika dia disembah-sembah dia tidak dapat memberikan pertolongan. Dia akan tetap biau. “Demikian itulah dia." Yaitu memuja, menyembah dan mempersekutukan yang lain itu dengan Tuhan: “Kesesatan yang jauh." (ujung ayat 12). Telah sangat jauh menyimpang dan tuntunan akal yang sihal, sehingga hidup sudah tidak dapat bertemu lagi dengan tujuan yang benar.
Ayat 13
“Dia menyeru kepada yang mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya." (pangkal ayat 13). Ini adalah peringatan Allah terhadap manusia yang menukar tujuan hidup daripada Allah kepada benda. Dijelaskan di sini bahwa mudharatnyalah yang lebih banyak daripada manfaatnya. Sebab tenaganya akan habis, hasil tidak tampak.
Demikianlah juga halnya manusia-manusia yang kehilangan kemerdekaan jiwa karena tindakan sesamanya manusia. Atau orang yang seenaknya saja menjual keyakinan atau pendirian karena mengharapkan kedudukan terhormat. Dipilihnya pimpinan sesamanya manusia, ditinggalkannya pimpinan yang dari Tuhan, Atau dicarinya yang sama-sama terpengaruh oleh kebendaan. Maka di ujung ayat Tuhan tegaskan: “Yang sejahat-jahat penolong," sebab dia hanya menolong supaya sama-sama handam karam masuk neraka: “Dan sejahat jahat teman bergaul." (ujung ayat 13). Sebab teman bergaul seperti itu hanya akan membawa dan mengajak berbuat maksiat, mendurhaka kepada Allah dan merusak diri sendiri.